• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS DALAM RADIOLOG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS DALAM RADIOLOG"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEKNIK RADIODRAFI III

PENGGUNAAN MEDIA KONTRAS DALAM RADIOLOGI”

Disusun oleh :

1. Agus Mauludin (P17430113045)

2. Apip Hayrudin (P17430113050)

3. Arlyn Sayekti (P17430113051)

4. Azmi Nur Azizah (P17430113053)

5. Indah Nur Azizah (P17430113064)

6. Maya Destyyani (P17430113071)

7. Muhammad Syaikhul Akmal (P17430113074)

8. Resti Handayani Lestari (P17430113079)

9. Sani Nafi’a (P17430113082)

10. Zulfa Sofiana (P17430113086)

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Penggunaan Media Kontras Dalam Radiologi”tanpa ada halangan yang berarti dan selesai

tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Mulyati, S.Si, MT, selaku dosen mata kuliah Teknik Radiografi III, serta kerabat penulis yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Terimakasih kami sampaikan kepada semuapihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Semarang, Januari 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan ... 2

1.4. Manfaat Penulisan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kontras ... 4

1.1 Definisi Media Kontras ... 4

1.2 Fungsi Media Kontras ... 4

1.3 Klasifikasi Media Kontras ... 4

1.4 Hal yang Diperhatikan Dalam Media Kontras ... 9

1.5 Jalur Pemberian Media Kontras ... 10

1.6 Reaksi Media Kontras ... 11

1.7 Penanganan Reaksi Media Kontras ... 12

1.8 Penyimpanan Media Kontras ... 13

B. Penggunaan Media Kontras Dalam Radiologi ... 13

2.1 Saluran Pencernaan ... 13

2.2 Saluran Perkencingan ... 24

2.3 Kardiologi ... 33

2.4 Ct Scan ... 35

2.5 Pediatrik ... 36

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 41

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostij medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas).

Sejarah perkembangan bahan kontras dimulai pada tahun 1897, pada saat itu Tuffier melakukan percobaan dengan memasukkan sebuah kawat ke dalam ureter melalui kateter. Pada percobaan tersebut, kawat tampak pada gambaran radiografi membentuk gambaran dari ureter. Sejak saat itu dimulailah berbagai percobaan dengan menggunakan bahan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari tractus urinarius. Bahan cair yang digunakan untuk percobaan tersebut antara lain coloid perak, bismuth, natrium iodide, perak iodide, dan stronsium klorida. Penggunaan suspensi Bismuth Nitrat diperkenalkan oleh Klose dan Wulf pada tahun 1904. Namun perak dan bismuth ditinggalkan karena memiliki ukuran atom yang cukup besar, tidak larut dalam air sehingga tersisa dalam tubuh pasca pemeriksaan, dan berefek toksik bagi ginjal.

Dengan ditinggalkannya perak dan bismuth, para peneliti mulai meneliti bahan Iodium, terutama bahan Natrium Iodida, karena bahan ini mudah larut dalam air. Namun masih ada kendala yang terjadi, yaitu ukuran atom iodium masih cukup besar dan iodium yang bebas bersifat toksik. Berangsur-angsur metode tersebut mulai ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.

Pada tahun 1928 seorang ahli urologi, Dr.Moses Swick bekerjasama dengan Prof. Lichtwitz, Binz, Rath, dan Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara intravena. Media kontras yang berhasil disintesa adalah sodium iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax).

(5)

Dr.Swick dan kawan-kawan kemudian melakukan pengembangan yaitu menggunakan Iodopyracet menggantikan Neoiopax dalam pemerikasaan Urografi intravena. Tahun 1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian secara intravaskuler mulai mengalami pergantian. Intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium.

Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara intravaskular secara kontinyu terus mengalami penyempurnaan. Dari hasil penelitian membuktikan ionisitas dan osmolalitas merupakan kunci utama terjadinya keracunan pada pasien. Pada tahun 1969 dr. Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah.

Mula-mula ia mengadakan penelitian terhadap keluarga Metrizamide yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan myelografi. Dengan diciptakannya media kontras water-soluble untuk pemeriksaaan myelografi, penggunaan secara intravaskular mulai dipelajari. Hasil akhir penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara intravaskular.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan media kontras?

1.2.2 Bagaimana penjelasan mengenai fungsi, klasifikasi, jalur pemberian, syarat, penanganan, serta penyimpanan media kontras ?

1.2.3 Bagaiamana penggunaan media kontras dalam bidang radiologi?

1. 3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari media kontras.

1.3.2 Untuk mengetahui penjelasan mengenai fungsi, klasifikasi, jalur pemberian, syarat, penanganan, serta penyimpanan media kontras.

1.3.3 Untuk mengetahui penggunaan media kontras dalam bidang radiologi.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi penulis

(6)

1.4.2 Bagi pembaca

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Kontras

1. Definisi Media Kontras

a. Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa. b. Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan

visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostik medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi X (bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negatif dengan bahan dasar udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung dari muatannya, cara pemberian dan lain sebagainya.

2. Fungsi Media Kontras

Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.

Secara terperinci fungsi dari kontras media adalah:

a. Visualisasi saluran kemih (ginjal, vesika dan saluran kemih). b. Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal). c. Visualisasi saluran empedu (kandung empedu dan saluran empedu). d. Visualisasi saluran cerna (lambung dan usus).

3. Klasifikasi Media Kontras a. Jenis-jenis kontras media

Media kontras dibedakan menjadi dua yakni media kontras positif dan media kontras negatif. Bahan kontras yang dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk

meningkatkan daya attenuasi sinar-X atau bahan kontras positif yakni media kontras yang memberikan efek gambaran opaque (putih) dalam citra radiografi, sedangkan media kontras yang digunakan untuk menurunkan daya attenuasi sinar-X memberikan efek gambaran lucent (hitam) dalam citra radiografi.

(8)

mengubah sifat-sifat magnetik dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah Gadolinium.

1) Kontras media negatif (mempunyai nomor atom rendah). Contoh kontras media negatif adalah udara, CO2 dan gas lainnya.

2) Kontras media positif (mempunyai nomor atom tinggi).

Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida, tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.

Berikut merupakan contoh media kontras positif : a) Media Kontras Non – Iodinated (Barium sulfat)

Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.

Adapun cirri-cirinya :

 Contoh (BaSO4O) garam tidak larut air

 Menggunakan stabilizer à mencegah suspense terurai

 Ditambahkan zat perasa (oral)

 Dapat secara oral atau rectal (enema)

 Ekskresi via feses

Contoh media kontras Non-iodinated: MICROBAR

- Merupakan nama dagang dari barium sulfat (Ba SO4) yang memberikan opasitas pada saluran cerna atas (farings, oesofagus), saluran cerna tengah (lambung, duodenum) dan saluran cerna bawah (usus kecil, usus besar) - Microbar paste 100% w/v dengan aroma buah digunakan untuk pemeriksaan

saluran cerna ats. Cara pemberiannya 2-3 sdm untuk pelekatan mukosa oesofagus. Contras Media diletakkan dalam mulut dan menelannya perlahan-lahan

(9)

- Microbar HD (kontras ganda) 100% w/v digunakan untuk saluran cerna bagian tengah

- Microbar HD merupakan kemasan gabuangan yang terdiri dari Microbar HD 300 gr, Microbar gas 4 gr yang terdiri dari microbar acid 1,6 gr dan microbar base 2,4 gr Microbar acid terdiri dari 1,4 gr asam sitrat dan asam tartarat 0,1 gr. Sedangkan microbar base terdiri dari 2 gr sodium bicarbonat dan 0,16 gr kalsiun karbonat

- Microbar RT (rapid transit) digunakan untuk pemeriksaan usus kecil, waktu pemeriksaan 30 menit. Dan dapat menghasilkan gas CO2 selama reaksi yang disebut double contrast

- Microbar for Enema Disposable Kit digunakan untuk pemeriksaan colon melalui anus, proses pemeriksaannya bersih (karena menggunakan kit)

MICROBAR CAT 2

- Untuk pemeriksaan CT Scan digunakan Oral Barium

- Untuk lambung dan usus hakus digunakan 300 ml suspensi 90 menit sebelum pemeriksaan CT Scan dan 200 ml waktu pemeriksaan dimulai

- Untuk pemeriksaan colon berikan 500 ml larutan b)Media Kontras Iodinated (mengandung yodium)

Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau sebuah senyawa ionic. Bahan-bahan ionic dibuat pertama kali dan masih banyak digunakan dengan tergantung pada pemeriksaan yang dimaksudkan. Bahan-bahan ionic memiliki profil efek samping yang lebih buruk. Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak dari efek samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda. Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa digunakan hampir di semua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan secara intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally – hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.

(10)

Golongan larut dalam air ( water soluble ) Di bagi menjadi :

- Pyridone

- Asam alkil sulfonik yodium

- Derivat asam triiodinated aromatic, dibagi lagi menjadi : Ionik dan Non-Ionik

(1) Bahan Kontras Ionik

Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation terikat pada asam radikal (-COO-) rantai C1 cincin benzena. Kation juga memberikan karakteristik media kontras, dimana setiap jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa macam kation yang digunakan dalam media kontras,

(a) Bahan Kontras Ionik Monomer

Bahan Kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu buah cincin asam benzoat dalam satu molekul.

(b) Bahan Kontras Ionik dimer

Merupakan media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat dalam satu molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia jenis bahan kontras ini adalah Ioxaglate (Hexabrix) yang merupakan media kontras ionik dimer pertama dibuat.

Contoh media kontras ionik ANGIOGRAFIN

 Komposisi 1 ml Angiografin mengandung 0,65 gr Meglumine Amidotrizoate( meglumine diatrizoate ) dalam setiap larutan.

 Angiografin mempunyai viskositas yang tinggi, serta mempunyai osmolalitas yang tinggi pula.

 Indikasi : Angiografin digunakan untuk Intravenus urografi, Retrograde Urografi, Cerebral Thoracic, Abdominal dan Ekstremitas angiografi, Plebografi, Computerize Tomography (CT).

(11)

Susunan kimia media kontras non-ionik yang sudah tidak dijumpai lagi adanya ikatan ion antar atom penyusun molekul. Kalau dalam media kontras ionik terdapat dua partikel penyususn molekul (kation dan anion) maka dalam bahan kontras non-ionik hanya ada satu partikel penyusun molekul sehingga memiliki karakteristik tersendiri.

(a) Bahan kontras Non-ionik Monomer

Dibentuk dengan mengganti gugus karboksil oleh gugus radikal non-ionik yaitu amida (-CONH2). Contoh kontras media Non-non-ionik Manomer :

- Iopamidol - Iohexol - Iopromide - Ioversol - Iopentol

(b) Bahan Kontras Non-ionik Dimer

Pembentukan struktur kimia bahan kontras ini melalui proses penggantian pada gugus karboksil media kontras ionik dimer juga oleh gugus radikal non-ionik, yang pada kahir sisntesa menghasilkan perbandingan iodium terhadap partikel media kontras.

Contoh media kontras non ionik: IOPAMIRO

 Iopamiro merupakan jenis kontras media non ionik.

 Iopamiro mempunyai jenis molekul benzine dikarboxamide monomerik.

 Tekanan osmotik yang rendah, sifat non ionik dari molekul serta kemotoksitas yang rendah merupakan toleransi dari Iopamiro.

 Indikasi :

1. Kasus neurologis (Myeloradikulografi, Sisternografi, dan Ventrikulografi).

2. Kasus Angiografi (Cerebral Angiografi, Coronoriarteriografi, Thorasic aortografi, Abdominal aortografi, DSA)

(12)

 Kontra indikasi: Tidak ada kontra indikasi yang sifatnya absolut pada pemakain Iopamiro, kecuali waldenstrom’s, macroglobulinemia, multiple myeloma serta penyakit hati dan ginjal. Terdapat beberapa jenis bahan kontras:

NAMA DAGANG NAMA GENERIK KELOMPOK

Amipaque Matrizamide Non Ionik

Angiografin Diatrizoate Ionik

Conray Iothalamate Ionik

Hexabrix Ioxaglate Ionik Dimer

Imagopaque Iopentol Non Ionik

Iopamiro Iopamidol Non Ionik

Isovist Iotrolan Non Ionik Dimer

Omnipaque Iohexol Non Ionik

Optiray Ioversol Non Ionik

Telebrix Ioxithalamate Ionik

Ultravist Iopromide Non Ionik

Urografin Diatrizoate Ionik Urovison Diatrizoate Ionik Urovist Diatrizoate Ionik Golongan tidak larut dalam air ( oil soluble )

- Vehikel berupa minyak tumbuhan (poppy-seed, sesame-seed)

- Digunakan untuk arthrografi, histerosalpingografi, limfografi, fistulografi, mielografi

- Kekurangan:

 Eliminasi sangat lamat, dalam tubuh untuk waktu lama

 Dapat mengakibatkan peradangan menings (mielografi)

 Dapat mengakibatkan emboli pulmoner (limfografi)

- Harus segera dihilangkan setelah tindakan diagnostik selesai dilakukan. 4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kontras, berikut pengaruhnya

a. Osmolalitas

(13)

partikel namun nilainya tergantung dari. Jumlah partikel dan konsentrasi iodium. Bahan kontras ionik memiliki jumlah partikel lebih besar daripada bahan kontras non-ionik karena dalam media kontras non-ionik terdapat dua partikel (kation dan anion) sehingga osmolalitas dua kali lebih besar. Osmolalitas berpengaruh terhadap toleransi kontras media pada tubuh. Makin tinggi tekanan osmotik , maka makin buruk toleransi kontras media tersebut terhadap tubuh.

b. Protein Binding

Adalah daya ikat suatu bahan terhadap jaringan atau sel tubuh (protein). Bertambah tinggi protein binding, maka bertambah tinggi chemotoxisity bahan tersebut terhadap tubuh atau sebaliknya.

c. Lipophylisity

Adalah kelarutan bahan dalam larutan organik seperti lemak ( lipid ), bertambah tinggi lipophylisity maka bertambah tinggi kemungkinan terjadi reaksi bahan kontras media atau sebaliknya

d. Viscosity ( kekentalan )

Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam standar tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan kekuatan yang diperlukan untuk penyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan penyuntikan. Pada katerisasi diperlukan penyuntikan cepat dibandingkan biasanya, sehingga kontras media yang dipilih adalah yang paling rendah viscositynya.

Viscosity dapat dikurangi dengan merendahkan tingkat konsentrasi iodium, dan tentu akan berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga kontras media dipanaskan pada temperatur tertentu untuk mengurangi viscosity.

 Satuan:

- mPa det (mPa s atau mili Pascal detik) atau cP (centi Poise) - Air : 1 cP

- Darah : 4-4,5 cP

 Dipengaruhi:

- Temperatur (T °C)  peningkatan atau penurunan T viskositas - Konsentrasi CM (c) atau yodium (ciodine)

- Jumlah partikel (n)

(14)

5. Jalur Pemberian Media Kontras

a. Pemberian Media Kontras per oral (barium meal)

Yakni pemberian media kontras per oral atau melalui mulut pasien dengan cara meminum atau menelen media kontras, umumnya media kontras barium sulfat. b. Pemberian Media Kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus)

Yakni pemberian media kontras melalui dubur atau anus dalam bentuk media kontras dimasukan melalui dubur layaknya enema dengan bantuan rectal kateter.

c. Pemberian Media Kontras intravascular (umumnya media kontras iodium)

Yakni pemberian media kontras melalui injeksi intra vascular (i.v), biasanya bahan kontras yang berbasis iodium

d. Pemberian Media Kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial) Pemberian media kontras melalui injeksi intra arteri (i.a) dan lain sebagainya disesuaikan dengan objek yang akan diperiksa atau ruang yang potensial untuk memasukan media kontras.

6. Reaksi Bahan Kontras

Dalam penggunaan bahan kontras terdapat beberapa jenis reaksinya, yaitu: a. Neutrotoksisitas

o Peranan susunan kimiawi bahan kontras o Gugus karboksil meningkatkan reaksi o Gugus hidroksil menurunkan reaksi o Osmolalitas rendah mencegah reaksi a. Nyeri dan Rasa Sakit

o Osmolalitas tinggi bahan kontras ionik o Bahan kontras non ionik (rasa sakit rendah) b. Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect)

o Akibat khemotoksisitas, osmotoksisitas, dan toksisitas ion c. Reaksi Pseudoalergik

o Gejala klinis dan terapi persis sama dengan reaksi alergik o Tidak disebabkan reaksi antigen-antibodi

o Aktifitas efektor-efektor imunologik . 7. Penanganan Reaksi Contras Media

a. Shehadi (1985)

(15)

- Reaksi Ringan : Tidak perlu terapi

- Reaksi Sedang : Perlu terapi, tidak perlu dirawat - Reaksi Berat : Rawat Intensif

c. Alur Terapi:

Ø A : Assesment, Alternatif, Airway, Assistance Ø B : Basics, Breathing, Be Wise, Be Ware Ø C : Comfort, Circulation, CPR

d. Terapi Spesifik dalam Menangani Reaksi Bahan Kontras

1) Reaksi Alergoid Akut Urticaria, edema, sakit kepala, muntah, diare, asthma rhinoconjunctivitis

 Epinephrin 0,5 mg (1 mg/ml) subcutan

 Oksigen 2-6 liter/menit

 Diphenhydramine 50 mg i.m

2) Reaksi Anafilaktoid Reaksi alergoid, ditambah takhikardia, hipotensi dan pucat

 Epinephrin 0,3 – 0,5 mg (0,1 mg/ml i.v)

 Oksigen 2-6 liter/menit

 Infus NaCl atau Ringer

3) Anafilaktoid Syok Tidak sadar, status asthmatis, henti napas, kolaps sirkulasi, henti jantung

 Epinephrin 0,3 – 1,0 mg (0,1 mg/ml i.v)

 Oksigen 2-6 liter/menit

 Hidrokortison 250 mg i.v

 Intubasi dan ventilasi

 Infus NaCl atau ringer

4) Reaksi Vagal Hipotensi Brachikardia

 Letak kaki ditinggikan

 Infus NaCl atau Ringer

 Oksigen 2-6 liter/menit

 Atrofin 0,6-0,8 mg i.v, di ulang tiap 3-5 menit 5) Reaksi Bronchospastik, Ringan – Sedang

 Oksigen 3 liter/menit

 Inhalasi bronchodilator, atau

 Epinephrin 1 : 1000 sebanyak 0,1 – 0,2 ml subkutan, atau

(16)

8. Penyimpanan Bahan Kontras

a. Tempat penyimpanan bahan kontras Media Iodine Coumpound - Penyimpanan di tempat yang terlindungi dari cahaya

- Penyimpanan untuk jangka waktu lama sebaiknya dijauhkan dari sumber sinar-x - Penyimpanan pada suhu ruangan sebaiknya tidak diatas 30oC

- Penyimpanan jangka pendek dalam lemari pemanas (37oC)

- Sebaiknya sebelum penggunaan kontas media diperhatikan lembar informasi produk yang disertakan dalam kemasan kontras media

- Simpan kontras media pada suhu 15-25oC - Lakukan rotasi stock secara berkala

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kemasan bahan kontras

- Perhatikan tanggal kadaluarsa: Umumnya 5 tahun, produk baru pada awalnya 2-3 tahun

- Periksa kembali sebelum penggunaan: buka karton pembungkus sesaat sebelum digunakan, periksa kejernihan larutan, pastikan tidak ada perubahan warna, tidak keruh, tidak ada endapan

B. Penggunaan Media Kontras Dalam Radiologi 1. Saluran Pencernaan

a. Oesofagografi

 Definisi

Oesafagografi merupakan pemeriksaan dengan memasukkan bahan kontras. Umumnya dilakukan dengan bahan kontras tunggal (+) tetapi dapat dilakukan juga dengan kontras ganda. Oesafaogografi ialah pemeriksaan sinar-X yang digunakan unutk menentukan anatomi dan traktur digestif bagian atas.

 Tujuan

Untuk menilai kelainan yang terjadi pada esofaghus.

 Indikasi

a. Atresia Esofagus. Biasanya diketahui pada waktu pemberian minuman pertama kali pada saat bayi lahir. Setelah minum bayi tersebut akan muntah. Pada eosafagografi akan tampak esofagus yang buntu.

(17)

merangsang terjadinya pneumonia. Bahan kontras yang dipakai harus larut dalam air, seperti : dionosil, gastrografin.

c. Ulkus esophagus merupakan ulkus pada dinding esophagus yang disebabkan oleh asam lambung yang disekresi oleh sel-sel lambung. Bila terdapat ulkus pada esophagus misalnya pada posisi jam 12 dan bila di foto dengan posisi jam 3 atau 9 akan terlihat penonjolan ke luar dinding (additional defect), sedang bila di foto pada posisi jam 6 tampak lubang dengan garis-garis di sekitarnya dan membentuk gambaran bintang (star formation), di mana garis-garis tersebut sebenarnya adalah sikatriks. Selain itu dapat pula terlihat di sekitar dinding ulkus terdapat dinding esophagus yang tidak mau berkontraksi (spatik).

d. Divertikula Espfagus. Pada foto dengan kontras BaSO4 terlihat gambaran additional defect berupa kantong-kantong pada dinding esofagus.

e. Spasme Esofagus. Penyempitan esofagus bagian distal, biasanya terdapat pada dewasa muda. Terjadinya spasme ini disebabkan oleh faktor psikis. Jadi, tidak ada kelainan anatomis. Letak spasme biasanya pada 1/3 distal esofagus.

f. Sriktur Esofagus. Dapat terjadi pada semua umur. Terjadi kelainan anatomis dengan gambaran pada foto berupa mouse tail appearance (ekor tikus). Untuk membedakan striktur dengan spasme dapat diberikan muscle relaxan (buscopan). Jika melebar berarti spasme sedangkan bila tetap kecil atau sempit beraktir striktura.

g. Achalasia Esofagus. Striktura dengan kelainan anatomis konginental. Terdapat gambaran mouse tail appearance karena tidak terjadi peristaltic dan dilatasi region diatas bagian yang aganglionik. Kelainan ini mirip dengan mgacolon konginental.

h. Varises Esofagus. Biasanya terjadi pada orang dewasa tua, keadaan sirosis, hepatis, gizi buruk, kurus dan muntah darah. Predileksi letak tersering ialah pada 1/3 distal esophagus. Terjadi susunan yang berbentuk batubara disebut cobble stone appearance. Terdapat filing defect berupa lusensi. Pada valsava test tampak gambaran di atas yang menetap.

i. Massa (tumor) Esofagus

- Tumor jinak. Berupa polip (tunggal), polyposis (banyak), batas tepi jelas, dan tidak terjadi erosi dasar.

(18)

 Kontra Indikasi: a) Megaesofagus b) Regurgitasi

c) Pasien dengan suspek perforasi

 Media Kontras:

Kontras Positif (Barium Sulfate), Kontras media(-) : Kristal-kristal carbon dioksida, missal Ez Gas.

Kontras media positif untuk orang dewasa diencerkan dengan air sesuai kebutuhan. Padaesofagus, lumen dengan aliran kuat dan cepat, konsentrasi kontras harus tinggi (1:1 atau 1:2) atau pekat agar aliran cepat dan perlumuran dinding esofagus menjadi tepat sehingga adanya defek dapat terdeteksi.

Pada bayi kurang dari setahun, keluhan muntah dan proyektil, digunakan cairan yang mudah diserap (water soluble), dimasukkan lewat dot/sendok/sonde misalnya gastrografin. Dilakukan pada posis supine sehingga perlumuran bagus. Esofagus normal memiliki dinding lumen yang sangat jelas dan outline jelas.

 Persiapan Alat:

a. Kontras media Barium Sulfate b. Pesawat X-Ray + Fluoroscopy c. Baju Pasien

d. Gonad Shield

e. Kaset + film ukuran 30 x 40 cm f. Grid

g. X-Ray marker

h. Tissue / Kertas pembersih i. Bahan kontras

j. Air Masak

(19)

b. Maag- Duodenum (MD)

 Definisi

Pemeriksaan OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian diamati dengan fluoroscopy.

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk melihat kelainan-kelainan pada organ oesofagus, maag, dan duodenum.

 Indikasi Pemeriksaan

a. Ulcus Pepticum: peradangan dari dinding mucosa, biasanya terjadi pada curvatura major.

b. Diverticula: penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung (banyak terjadi pada fundus).

c. Hematemesis: pendarahan.

d. Ulcers: erosi dari mucosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri)

e. Gastritis: peradangan yang terjadi pada gaster (baik akut maupun kronik). f. Tumor: biasanya terjadi pada gaster atau duodenum.

g. Carsinoma: tumor, benjolan yang merupakan pertumbuhan jaringan.

h. Hernia hiatal: sebagian lambung tertarik ke atas diafragma karena oesofagus yang pendek.

(20)

 Kontra Indikasi

a. Obstruksi usus besar.

b. Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO₄ tetapi menggunakan water soluble kontras (urografin, iopamiro).

 Persiapan Alat

a. Pesawat sinar-x + fluoroscopy b. Baju pasien

c. Gonad shield

d. Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm e. Bengkok

f. Marker R/L g. Tissue

h. Obat emergency: dexametason, delladryl, dll i. Air masak sendok/sedotan dan gelas

 Persiapan Bahan

a. Media kontras positif (+): BaSO₄ (1:4), Jumlah kurang lebih 100 ml s/d 200 ml b. Media kontras negatif (-): Natrium Bicarbonat + Asam Sitrun misalnya Ez gas.

 Tata Laksana Pemeriksaan

Pemeriksaan dengan Kontras Tunggal

a. Pasien pada posisi erect, diinstruksikan menelan 2-3 teguk BaSO₄.

b. Dengan kontrol fluoroscopy, diamati bentuk, ukuran, dan posisi dari gaster. c. Media kontras biasanya akan mengisi duodenum, bila ada jeda waktu

dimungkinkan lambung pasien spasme.

d. Foto-foto radiografi segera dibuat, sebelum media kontras masuk ke Jejunum. Pemeriksaan dengan Kontras Ganda

Teknik ini memiliki keuntungan dalam menegakkan diagnosa karena lesi yang kecil dan dinding mucosa lambung dapt lebih jelas

c. Follow trough

 Definisi

Pemeriksaan Follow Through adalah pemeriksaan secara radiografi dari usus halus.

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari usus halus yang terisi media kontras positif (+).

(21)

barium sulfat dengan viskositas 1:6 a. Per oral: melalui mulut

b. Per anal: Complete Reflux Filling

c. Enteroclysis: pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang dimasukkan melalui mulut.

d. Intubasi: pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang dimasukkan melalui hidung.

 Premedikasi:

a. Untuk metode per oral diberikan Maxalon untuk mempercepat gerak peristaltik. b. Untuk metode Enteroclysis: Glucagon/Buscopan/Diazepam.

c. Untuk metode per anal diberikan glucagon.

 Prosedur Pemeriksaan Memasukkkan Media Kontras 1) Metode Oral

a. Dibuat foto pendahuluan Abdomen posisi AP. b. Pasien minum BaSO₄ kira-kira 400 mL.

c. Pasien diposisikan supine, foto-foto radiografi dibuat dengan interval waktu 15 menit dengan dikontrol fluoroscopy sebelum pembuatan foto.

d. Interval waktu:

e. Foto pertama: 15 menit setelah minum media kontras. f. Foto kedua: 30 menit setelah minum media kontras. g. Selanjutnya setiap 15 menit berikutnya.

h. Foto terakhir, biasanya pada menit ke-60 setelah minum media kontras/bila media kontras sudah mencapai illeocaecal.

Kriteria Gambar:

a. Seluruh usus halus harus tercakup dalam radiograf. b. Gambaran lambung sebaiknya terlihat.

c. Marker waktu harus tampak.

d. Columna vertebralis tergambar pada garis tengah film. e. Foto terakhir harus tampak caecum.

2) Metode Complete Reflux Filling

a. Masukkan media kontras sebanyak 4500 mL melalui anal dengan menggunakan irigator set/enema bag serta dikontrol fluoroscopy.

(22)

c. Dibuat foto usus halus sesuai keperluan diagnosa, biasanya dengan posisi pasien supine.

3) Metode Enteroclysis

a. Persiapan pasien sama seperti untuk metode Complete Reflux Filling. b. Masukkan Bilbao/Selling Tube dengan guide wire melalui mulut sampai

mencapai duodenum.

c. Suntikkan media kontras melalui tabung tersebut dengan kecepatan 100 mL/menit.

d. Dibuat spot foto untuk bagian-bagian penting yang dicurigai adanya kelainan.

e. Dapat juga dimasukkan udara setelah media kontras mencapai Caecum. 4) Metode Intubasi

a. Metode pemasukan bahan kontras secara langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Miller Abbot Tube yang dimasukkan melalui hidung. b. Prosedur pemasukan bahan kontras dan pengambilan foto sama dengan

metode Enteroclysis. d. Colon In Loop

 Definisi

Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan per anal.

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk menggambarkan usus besar yang berisi media kontras sehingga dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mucosanya maupun yang tedapat pada lumen usus.

 Indikasi Pemeriksaan

1) Colitis: peradangan pada mucosa colon. 2) Polip, lesi, tumor, carsinoma

3) Diverticulitis 4) Megacolon

5) Invaginasi: masuknya lumen usus bagian proximal ke dalam usus bagian distal yang diameternya lebih besar.

 Metode Pemeriksaan

Kontras media(+): barium sulfat dengan viskositas 1:8 Kontras media(-) : udara

(23)

2) Metode kontas ganda

a) Metode satu tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan media kontras positif (+) tanpa evakuasi terlebih dahulu.

b) Metode dua tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah pemasukan media kontras positif (+) setelah evakuasi terlebih dahulu.

 Persiapan Alat dan Bahan

1) Pesawat sinar-x dengan fluoroscopy.

2) Irigator set atau disposable soft-plastic enema tips dan enema bags. 3) Receiver

4) Vaselin sebagai pelumas 5) Rectal canule/tube 6) Handscoen

7) Laken/kain penutup meja pemeriksaan

 Prosedur Pemeriksaan Memasukan Media Kontras 1) Metode Kontras Tunggal

a. Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan, dibuat foto pendahuluan. b. Kemudian miring ke arah kiri, sehingga bagian tubuh kanan terangkat dengan kemiringan 35°-40°, lutut kanan fleksi dan diletakkan di depan lutut kiri yang diatur sedikit fleksi.

c. Irigator dipasang dengan tinggi kira-kira 24 inci di atas ketinggian anus, volume BaSO₄ kira-kira 2000 mL.

d. Rectal tube dioleskan vaselin, dimasukkan melalui anal ke dalam rectum. e. Klem irigator dibuka, barium akan mengalir masuk ke dalam rectum.

f. Dengan dikontrol fluoroscopy, dibuat spot view untuk daerah yang dicurigai ada kelainan.

g. Bila pengisian BaSO₄ telah mencapai illeocaecal, klem ditutup kembali, dibuat foto full filling dari colon.

h. Pasien disuruh evakuasi di kamar kecil atau bila menggunakan irigator set disposable, bags direndahkan sehingga barium akan keluar dan ditampung dengan receiver.

i. Setelah evakuasi, dibuat foto post evakuasi.

j. Posisi-posisi yang dibuat: ap/pa, ap axial, pa axial, lateral, rao, lao 2) Metode Kontras Ganda

Metode Satu Tahap

(24)

b. Prosedur pemasukan media kontras positif (+) sama dengan metode kontras tunggal.

c. Klem selang irigator dibuka, media kontras positif (+) akan mengalir, kira-kira 300-350 mL masuk ke dalam rectum dikontrol dengan fluoroscopy. d. Bila media kontras positif (+) telah mencapai colon transversum, klem ditutup

, meja pemeriksaan diposisikan horizontal, lalu pompakan udara dengan menggunakan Regular Sphygmomanometer Bulb dengan memposisikan pasien lateral kiri, LAO, prone, RAO, lateral kanan, RPO, dan supine, masing-masing 7 pompaan.

e. Foto dibuat dengan posisi AP/PA, LAO, RAO, AP/PA axial, lateral. Metode Dua Tahap

a. Prosedur awal pemasukan media kontras positif (+) dan pengambilan foto sama dengan metode satu tahap.

b. Bila media kontras telah mencapai illeocaecal, klem selang irigator ditutup, kemudian dibuat foto “full filling” dengan posisi pasien supine.

c. Kemudian pasien evakuasi ke kamar kecil atau enema bag direndahkan posisinya sampai lebih rendah dari meja pemeriksaan, media kontras dari dalam colon akan mengalir kembali ke dalam enema bag.

d. Setelah colon kosong, pompakan udara melalui anus, sampai terjadi distensi usus.

e. Dibuat foto evakuasi dengan posisi pasien supine. e. Appendicografi

 Definisi

Pemeriksaan Appendicografi adalah pemerikasaan radiografi dari appendiks vermiformis dengan pemasukan media kontras positif (+) melalui mulut.

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk memperlihatkan atau menilai kelainan-kelainan yang terjadi pada appendiks vermiformis melalui pengisian media kontras ke dalam lumen appendiks.

 Indikasi Pemeriksaan Appendiksitis

 Penggunaan media kontras

Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 4 melalui oral sampai 1 : 8 melalui anal

f. Lopografi

(25)

Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif kedalam usus melalui lobang buatan pada daerah abdomen.

 Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi kolon bagian distal sehingga dapat membantu menentukan tindakan medis selanjutnya.

 Persiapan alat pada pemeriksaan Lopografi, meliputi : 1. Pesawat x – ray

2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan 3. Marker

4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal 5. Vaselin dan jelly

6. Sarung tangan 7. Penjepit atau klem 8. Kain kassa

9. Bengkok 10. Apron 11. Plester

12. Tempat mengaduk media kontras

 Persiapan bahan

Kontras media(+):barium sulfat (1000ml untuk kontras tunggal dan 400ml untuk kontras ganda), Kontras media(-) :udara

1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon distal.

2. Air hangat untuk membuat larutan barium.

3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus.

 Pemasukan Media Kontras

(26)

g. Sialografi

 Pengertian Pemeriksaan Sialografi

Pemeriksaan Sialografi adalah Pemeriksaan radiografi dari kelenjar ludah dan salurannya (sistem salivari) dengan penyuntikan bahan kontras media positif, dengan pemeriksaan sialografi juga dapat diketahui struktur anatomi dan fisiologis nya.

Peralatan Alat Steril

- Salivary duct dilator (untuk melebarkan permukaan atau muara dari kelenjar ludah

- Lacrimale duct canule atau kateter

- Adaptor, untuk menghubungkan alat suntik dengan lacrimale duct canule - Spuit 2 cc 1 buah, Spuit 4 cc 1 buah

- Gergaji ampul dan lampu sorot

 Penggunaan Media Kontras Kontras media(+):

a. Lipiodol(bersifat minyak)

Kurang baik karena penyerapab maupun sekresi lambat,sehingga untuk pemeriksaan ulang pada kelenjar yang sama atau berbeda memerlukan waktu yang lama

b. Hypaque 85%(bersifat air)

Lebih disukai karena lebih cepat menyatu dengan air liur dan cepat disekresikan kembali

c. Volume kontras media 1-2ml 2. Saluran perkencingan

a. BNO-IVP

 Definisi

(27)

 Tujuan Pemeriksaan

1) Untuk menggambarkan anatomi dari Pelvis Renalis dan sistem Calyces serta seluruh Traktus Urinarius dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.

2) Dapat mengetahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mengekskresikan media kontras tersebut.

 Indikasi Pemeriksaan

1) Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.

2) Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.

3) Urolithiasis: suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran ureter. 4) Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas. 5) Renal Failure: kegagalan fungsi ginjal.

6) Haematuria: suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah di dalam urine. 7) Massa pada ginjal

 Persiapan Alat dan Bahan 1) Peralatan Steril

a. Wings Needle No. 21 G 1 buah b. Spuit 20 cc 2 buah

c. Kapas alkohol atau wipes d. Tourniquet

2) Peralatan Un-Steril a. Plester

b. Marker R/L

c. Media Kontras (Omnipaque, Urografin, Iopamario) d. Obat-obatan emergency

 Penggunaan Media Kontras Kontras media(+):

- Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan. (contoh : iopamiro, ultravist,omnipaque)

- Urografin 20cc/lopamiro

(28)

Volume media kontras sebagai berikut:

1) Media kontras yang digunakan adalah yang berbaham iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu 1-2 cc/kg berat badan. 2) Untuk anak-anak kira-kira 2 ml/kg berat badan.

3) Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis 4 ml/ kg berat badan.

Pengambilan Gambar Radiografi

 Foto menit ke-5 setelah disuntikkan media kontras

Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem Calyces pada ginjal.  Foto menit ke-10 atau ke-15

Untuk melihat gambaran Pelviocalyseal, Ureter, dan Bladder mulai terisi media kontras

 Foto menit ke-30

Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mengsekresikan media kontras.

 Foto menit ke-60

Setelah masuk menit ke-60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal maka pasien diharuskan mixi kemudian difoto kembali. Jika radiolog menyatakan ada ganguan biasanya dilakukan foto 2 jam.

 Foto Post Void

Yang terakhir adalah melakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Hasil Gambaran Radiografi

 Foto menit ke-5

(29)

 Foto menit ke-30

 Foto menit ke-60

(30)

b. Hydroneprosis, hydroureter

Kontras media(+) dengan volume bahan kontas (saxton 1969)

Dewasa sekitar 70kg: 20ml urografin 76%(atau sejenisnya), 40ml hypaque untuk dosis rendah

c. Nephrotomografi

Kontras media(+)decholin 20%, 20ml hypaque 45& dan 50ml hypaque 85% secara cepat

d. Retrograde Pyelo-Ureterografi

Kontras media(+)Biasanya hypaque 25% atau yang setara kira-kira dengan 10cc. Urografin 10cc atau lebih

e. Antegrade Pyelografi (APG)

 Definisi

Pemeriksaan Antegrade Pyelografi (APG) adalah teknik/prosedur pemeriksaan radiografi dari sistem urinaria dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah dipasang dokter urologi dengan cara nefrostomi percutan.

 Tujuan

1) Memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi Traktus Urinarius bagian proximal. 2) Dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa yang kurang

akurat/metode Retrograde Pyelografi (RPG) tidak memungkinkan. 3) Untuk menunjukkan terutama gambaran Pelvis Renalis dan Ureter. 4) Menunjukkan obstruksi Ureter akibat batu

 Indikasi Pemeriksaan

(31)

2) Urethrolitiasis: penyumbatan saluran ureter oleh batu karena pengendapan garam urat, oksalat, atau kalsium.

3) Nephritis: kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri steptococcus.

4) Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas. 5) Trauma akut Traktus Urinarius

6) Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.

 Persiapan Alat dan Bahan

1) Media kontras iodium 50 cc, cairan NaCl 100 cc. 2) Spuit dissposible 50 cc

3) Needle 19 G 4) Handscoen

5) Clamp, Plester danHaas 6) Alkohol atau betadine

7) Pesawat sinar-x, kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm

 Prosedur Pemeriksaan Pemasukkan Media Kontras

1) Kateter yang telah terpasang diklem kemudian selang yang menghubungkan dengan urine dicabut.

2) Media kontras disiapkan dengan mencampur media kontras dan NaCl dengan perbandingan 1:3.

3) Sebelum pemasukan media kontras dilakukan, buat foto pendahuluan dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm dengan posisi AP seperti foto Abdomen, CRnya tegak lurus terhadap kaset.

4) Masukkan media kontras yang sudah diencerkan melalui kateter yang langsung terhubung dengan Pelviocalyces.

(32)

Terlihat gambaran ginjal yang tidak terpotong dan gambaran dimulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada rentang waktu seperti pemeriksaan BNO-IVP. f. Retrograde Pyelografi (RPG)

 Definisi

Pemeriksaan Retrograde Pyelografi (RPG) adalah teknik/prosedur pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-x dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan arah dengan alur sistem urinaria) untuh menegakkan diagnosa.

 Indikasi Pemeriksaan

1) Stricture Uretra: kondisi medis yang ditandai oleh penyempitan abnormal uretra karena peradangan atau jaringan parut dari operasi, penyakit atau cidera. 2) Batu uretra

3) Uretris Injury

4) Renal Pelvic Neoplasm 5) Renal Calculi

6) Ureteric Fistule: adhesi abnormal struktur tubuh ureter, yang merupakan tabung yang mengangkut urine dari ginjal ke kandung kemih.

7) Accidental Ureteric Ligation

 Kontra Indikasi 1) Urethritis

Kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi pada Traktus Urinarius distal dan proximal.

2) Stricture Urethra

Bukan kontra indikasi absolute, namum pemasukan kateter dapat memperparah keadaan.

(33)

1) Pesawat Rontgen

2) Media kontras iodium 20 cc 3) Spuit 20 cc

4) Needle 19 G 5) Handscoen

6) Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm dan 30 x 40 cm 7) Grid atau bucky

8) Marker R/L

9) Kateter dipasang dengan bantuan cystoscopy 10) Desinfektan

 Prosedur Pemeriksaan Pemasukkan Media Kontras

1) Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urologi dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawanan arah dengan alur sistem urinari) melalui uretra sebelum pemeriksaan mulai dilakukan.

2) Lakukan foto pendahuluan (Abdomen Polos). a) Untuk memastikan letak kateter

b) Mengetahui ketepatan teknik dan positioning

3) Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju Pelvis Renalis, pada ginjal yang diperiksa.

a) Diambil dengan menggunakan kaset dan film ukuran 24 x 30 cm.

b) Kontras dimasukkan kembali ± 5 cc sambil kateter ditarik perlahan, lalu foto menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter. c) Kontras dimasukkan sampai habis, sambil ditarik diperkirakan kontras habis, dan kateter dilepas. Foto diambil dengan menggunakan kaset dan film ukuran 30 x 40 cm.

(34)

g. Retrograde cystografi

Kontras media(+)

- Kontras media berbahan iodium dengan perbandingan 1:3 atau 1:4 omnipaque - Kontras media yang water soluble

- 30-50ml hypaque 50%+200ml aquadestilata

- Kadang kadang digunakan udara(gas)untuk double kontras h. Urethra-cystografi

Kontras media(+)

- Golongan garam sodium atau meglumin 30-40cc

- Klinis dengan suspek rupture urethra menggunakan kontras media bersifar larut dalam air(water soluble) missal urografin 60%

i. Cysto-Urethrografi

Definisi

Pemeriksaan Uretrocystografi adalah pemeriksaan radiologi untuk melihat fungsi dari uretra dan vesica urinaria yang mengalami gangguan berupa penyempitan dan sumbatan sehingga menimbulkan gangguan pada uretra dan vesica urinaria.

 Indikasi Pemeriksaan

1) Stricture Urethra: penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. 2) Retensi urine: kesulitan pada saat buang air kecil.

3) Kelainan kongenital: kelainan bawaan dari lahir, hal ini jarang terjadi.

4) Fistule: saluran abnormal yang terbentuk antara 2 buah organ yang seharusnya tidak terhubung.

5) Tumor

(35)

2) Recent instrumentation

 Persiapan Alat dan Bahan - Pesawat sinar-x

- Bengkok atau mangkuk kecil - Kapas alkohol

- Plester - Baju pasien

 Jalannya Pemeriksaan

- Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh untuk buang air kecil.

- Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin. - Masukkan media k

- ontras melalui kateter sebanyak 12 cc.

- Lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.

 Kontras media

- berbahan iodine 15%-20%

- urografin dan aquabidestilata 150-200cc j. Cystografi

 Persiapan Alat dan Bahan - Pesawat sinar-x

- Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm beserta marker R/L - Media kontras, yaitu urografin

- Gliserin - Kateter

- Handscoen danSpuit - Kassa steril

- Bengkok atau mangkuk kecil - Kapas alkohol

(36)

 Bahan kontras:

- Kontras media(+): steripaque 150ml - Kontras media(-) : CO2 60-80ml Pemeriksaan dengan kontras positif

- Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh buang air kecil.

- Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.

- Masukkan media kontras yang telah diencerkan dengan cairan infus sebanyak 150-500 cc melalui kateter, secara perlahan sampai ke vesica urinaria sehingga residu urine keluar melalui kateter.

- Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lakukan pemotretan dengan beberapa proyeksi.

3. Kardiologi (Pencitraan Pembuluh Darah) a. Arteriografi Femoralis

 Definisi

Arteriografi Femoralis adalah pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah dengan memasukkan media kontras positif (+).

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk memperlihatkan anatomi dan patologi dari hip joint sampai dengan kaki.

 Indikasi Pemeriksaan

1) Arterosklerosis Obliterans 2) Aneurysm

3) Trauma arteri

4) Arteriovenosus Malformasi 5) Artritis

6) Neoplasma

 Kontra Indikasi

1) Alergi terhadap media kontras. 2) Kelainan jantung.

 Media Kontras yang Digunakan

Conray 280 dengan volume 20-30 mL dengan kecepatan penyuntikan sekitar 8 mL/detik untuk satu proyeksi.

(37)

1) Steril

a. Jarum arteriogram b. Adaptor

i. Mangkuk pelembab 2 buah j. Gallipot

k. Kasa l. Handuk m. Baju pasien 2) Unsteril

a. Pembersih kulit b. Ampuls media kontras c. Saline

d. Jarum disposable e. Pembuka ampuls

f. Lokal anastesi (Omnopone atau Scopolamine)

 Metode Pemasukan Media Kontras a. Peyuntikan secara langsung. b. Kateterisasi teknik seldinger.

 Teknik Pengambilan Gambar 1) Single Technique

a. Menggunakan film ukuran besar yaitu ukuran 35 cm x 43 cm.

b. Membutuhkan dua kali penyuntikan kontras yang masing-masing digunakan untuk menggambarkan arteri femoralis dan arteri tibia sampai dorsalia.

2) Serial Technique

a. Menggunakan film ukuran 35 cm x 35 cm.

(38)

c. Hanya memerlukan satu kali penyuntikan bahan kontras. b. Angiografi

Dengan menggunakan kontras media berbahan dasar iodine organic antera lain: conray, angiografin,urografin,hypaque

c. Ct-scan kardiak

Kontras media yang digunakan dalam pemeriksaan ct-scan yang membutuhkan kontras media adalah kontras media yang berbahan senyawa

iodium(contoh:omnipaque) d. MRI jantung

Terdiri dari:

- Jenis Pemeriksaan MRI Jantung - MRA coronary

- Perfusion study - Viability study

- Dobutamine stres MRI - ARVD study

- MRA

- Function study

- Congenital Heart study Kontras media yang digunakan: - Paramagnetic > Gadolinium (Gd)

- Superparamagnetic> Besi oksida (Fe3O4) 4. CT-Scan

a. Head Polos b. Head Kontras

c. Abdomen / Thorax Polos d. Abdomen / Thorax Kontras e. Sinus Paranasal

(39)

j. Pelvis

฀ Kontras media yang digunakan dalam pemeriksaan ct-scan yang

membutuhkan kontras media adalah kontras media yang berbahan senyawa iodium(contoh:omnipaque)

฀ Media kontras Iodium yang larut dalam air dibedakan menjadi 4 yaitu 1. Monomer ionic

Biasa digunakan dalam oral cholegrafi (Iopodote, Iocetamic acid, dll), dan Uro/angiografi (Iothalamate, diatrizoat, Ioxithalamat, ioglicic Acid, Iodamic acid).

2. Monomer nonionic

Biasa digunakan dalam uro/angiografi (seperti iopamidol, Iohexol, Iopramide, Ioversol, Iopentol).

3. Dimer ionic

Biasa digunakan dalam i.v cholegrafi (Iodipamic Acid, iodoxamid acid, Iotroxic acid) dan Angiografi ( Ioglaxic Acid)

4. Dimer nonionic

Biasa digunakan untuk pemeriksaan myelografi (seperti Iotrolan). Contoh :

Pemeriksaan CT-Scan Kepala

 Indikasi Pemeriksaan 1) Tumor, massa, lesi 2) Metastase otak

3) Perdarahan intra cranial 4) Anuerisma

5) Abses 6) Atrophy otak

7) Kelainan post trauma 8) Kelainan congenital

 Persiapan Alat dan Bahan 1) Steril

Alat-alat suntik,Spuit, Kassa dan kapas alkohol\ 2) Unsteril

a) Pesawat CT-Scan

(40)

c) Tabung oksigen

C. Penggunaan Media Kontras Pada Radiologi Anak 1. Pemeriksaan Lopografi Pediatrik

 Definisi

Pemeriksaan Loopografi Pediatrik adalah pemeriksaan radiografi pada colon yang dilakukan Post Colostomy pada anak-anak.Sedangkan Colostomy adalah tindakan bedah pembuatan saluran dari colon ke dinding abdomen sebagai pengganti fungsi anus.

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk mengevaluasi saluran buatan antara colon dengan dinding abdomen tersebut.

 Kelainan pada Colon sehingga Dilakukannya Tindakan Colostomy - Ulseratif Colitis

- Diverticulitis - Polip

- Intraluminal Lesion - Tumor Colon - Hirschsprung - Carsinoma Colon - Malformasi Anorectal - Enterocolitis Necrosis - Atresia Ani

 Persiapan Alat

1) Alat yang digunakan sama dengan alat-alat untuk Colon In Loop. 2) Media kontras:

a) Media kontras positif (+) BaSO₄: 1000 mL untuk kontras tunggal, 400 mL untuk kontras ganda.

b) Media kontras negatif (-).

 Teknik Pemasukan Media Kontras

1) Pemasukan media kontras dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui anus buatan.

2) Dengan dikontrol fluoroscopy suntikkan media kontras positif (+) secara cepat, kemudian dimasukkan media kontras negatif (-).

(41)

2. Appendicografi

Dengan menggunakan kontras media + dengan viskositas 1:2. 3. BNO-IVP

Dengan kontras media + yaitu, 2ml per kg berat badan anak <8kg dan 20ml pada berat anak antara 8-30kg (contoh : iopamiro, ultravist,omnipaque)

4. Colon In Loop (Barium Enema) Pediatrik

 Pengertian

Pemeriksaan Colon In Loop Pediatrik adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari Colon dengan menggunakan media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak).

 Tujuan Pemeriksaan

Untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan pada colon.

 Indikasi Pemeriksaan

1) Colitis: penyakit-penyakit inflamasi (pembengkakan) pada colon. 2) Carsinoma: tumor

3) Diverticulum: kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri daro lapisan mukosa dan muskularis mukosa.

4) Polyps: penonjolan pada selaput lendir.

5) Volvulus: penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang lain. 6) Invagination: melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri 7) Intussusception

8) Atresia ani: Tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada. 9) Stenosis: Penyempitan saluran usus besar.

10) Mega colon: suatu kelainan konginetal yang terjdi karena tidak adanya sel ganglion di flexus mientrik dan submukosa pada segmen colon distal menyebabkan feses siulit melewati segmen gangloinik.

 Kontraindikasi 1) Perforasi 2) Obstruksi 3) Diare berat

 Persiapan Alat dan Bahan 1) Untuk Anak-Anak >1 Tahun

(42)

c) Penjepit

d) Air hangat digunakan untuk melarutakan BaSO₄

e) Beberapa di antaranya, kateter didesign agar tidak dapat keluar rectum setelah disisipkan, sehingga tidak bocor.

2) Untuk Bayi dan Anak-Anak

Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit 60 ml, barium diinjeksi secara manual dan perlahan.

 Teknik Pemasukan Media Kontras

(43)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radiografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa.

2. Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam radiografi dan memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.

Media kontras dibedakan menjadi media kontras positif dan media kontras negatif. Media kontras positif dibagi lagi menjadi media kontras non iodinated (barium sulfat) dan media kontras iodinated (mengandung yodium). Media kontras iodinated juga dibagi lagi menjadi golongan larut dengan air (water soluble) dan golongan tidak larut dengan air ( oil soluble).

Dalam penggunaan media kontras tersebut perlu memperhatikan osmolalitas, protein binding, lipophylisity, viscosity (kekentalan).

Prosedur memasukkan media kontras tergantung dari pemeriksaan yang dilakukan. Beberapa cara pemberian media kontras yaitu pemberian media kontras per oral (barium meal), pemberian media kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus), pemberian media kontras intravascular (umumnya media kontras iodium), pemberian media kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial).

Dalam penggunaan media kontras terdapat beberapa jenis reaksi diantaranyaNeutrotoksisitas, Nyeri dan Rasa Sakit, Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect), Reaksi Pseudoalergik. Untuk menangani reaksi tersebut dilakukan terapi jika reaksi sedang, tidak perlu diilakukan terapi jika reaksi ringan, jika terjadi reaksi berat dilakukan rawat intensif. Sedangkan untuk membuat media kontras tetap baik jika digunakan maka perlu dilakukan penyimpanan pada media kontras.

(44)

in loop, appendicografi, lopografi, sialografi, saluran perkencingan meliputi BNO-IVP, hydronefrosis, nephrotomografi, Retrograde pyelo-uretrografi, antegrade pyelografi, retrograde pyelografi, retrograde cystografi, urethra cystografi, cysto uretrografi, cystografi, pencitraan pembuluh darah arteriografi femoralis, angiografi, ct scan cardiac, MRI jantung, pemeriksaan ct scan, pemeriksaan pada pediatrik meliputi lopografi pediatrik, appendicografi pediatrik, BNO-IVP pediatrik, colon in loop pediatrik.

B. Saran

(45)

Daftar Pustaka

Bontrager, Keneth L, dan Lampignano, John P. 2010. Textbook of Radiographic Positioning

and Related Anatomy. Seventh edition. St. Louis : Mosby Elsevier.

Glenda J. Bryan. 1979. Diagnostic RadiographyA concise Practical Manual. Longman Group Limited:Livingstone

Noreen & Muriel Chesney. 1988. Care of ThePatient in Diagnostic Radiography. Blackwell Scientific Publication: London

Snpoek, Albert M. 2006. Fundamentals of Radiographic Procedures 5th edition. St. Louis : Sauders

Elsevier

http://radiologyedu.blogspot.com/2014/01/kontras-media.html

http://serba-serbiradiologi.blogspot.com/2014/02/kontras-media.html

http://setanmantul.blogspot.com/2014/01/bahan-kontras-a.html

http://lisdanurindra.blogspot.com/2013/10/kontras-media_9702.html

http://erlhank.blogspot.com/2013/02/makalah-sederhana-pemeriksaan-myelografi.html

http://titikfulcrum.blogspot.com/2014/01/pemeriksaan-oesofagografi.html

http://rudyday.blogspot.com/2013/10/pemeriksaan-radiologi-dengan-media.html

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KUALITAS CITRA BRAIN VARIASI FLIP ANGLE (FA) DENGAN MENGGUNAKAN SQUENS SPIN ECHO PADA MAGNETIC.. RESONANCE

Menurut pendapat peneliti dari hasil deskriptik menunjukkan bahwa informasi anatomi kepala pada pemeriksaan MRI kepala post media kontras dengan fat saturasi

didiagnosis, terutama pada uterus yang distorsi oleh karena leiomioma, tetapi. magnetic resonance imaging (MRI) terbukti membantu dalam

memiliki insiden yang lebih tinggi kontras nefropathi dibandingkan dengan pasien non diabetes.. Demikian pula dalam analisa data uji coba acak yang mencakup 250 pasien

Protokol sekuen rutin yang digunakan pada pemeriksaan MRI cervical dengan kontras di Instalasi Radiologi RSUD Banyumas terdiri dari potongan sagittal T1WI SE,

terdapat pengaruh dari penggunaan parameter Number Scan Average terhadap Signal to Noise Ratio dan Scan Time pada Pemeriksaan Dengan Modalitas Magnetic Resonance Imaging,

Abbreviations The following abbreviations are used in this manuscript: DTI Diffusion tensor imaging MRI Magnetic resonance imaging ASD Autism spectrum disorder ADOS Autism Diagnostic

Subsequent magnetic resonance imaging/ magnetic cholangiopancreatography MRI/ MRCP revealed intrahepatic bile duct dilatation, multiple CBD stone and benign stricture at common