• Tidak ada hasil yang ditemukan

36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

36

Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SD Negeri

01 Mangunsari Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung dengan jumlah

siswa 25 pada mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan

menggunakan metode eksperimen berbantuan media benda konkret.

4.2 Kondisi Awal

Berdasarkan hasil pengamatan dan data dokumentasi hasil nilai UAS

semsester gasal siswa kelas 5 SD Negeri 01 Mangunsari Kecamatan Ngadirejo,

Kabupaten Temanggung memperoleh hasil belajar yang masih kurang untuk

mencapai KKM IPA. Batas nilai KKM IPA yang telah ditentukan adalah 70. Hal

ini dapat ditunjukan pada nilai UAS semester gasal, yang 56% siswanya masih

belum mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Jadi siswa yang

belum tuntas hasil belajarnya adalah sebanyak 14 siswa dari 25 siswa.

Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa rendahnya hasil belajar IPA

disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi selama proses

pembelajaran berlangsung. Diantaranya adalah kegiatan pembelajaran masih

didominasi oleh guru (teacher centered), penyampaian materi masih

menggunakan metode konvensional (ceramah), pemanfaatan media belum

dilakukan secara maksimal, dan banyak siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan guru melainkan bersendau gurau dengan temannya, karena kurangnya

antusias siswa dalam mengikuti pelajaran. Permasalahan tersebut membuat siswa

tidak dapat mengerjakan soal-soal tes yang diberikan guru sehingga hasil belajar

yang didapat rendah.

Hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat dilihat

(2)

Tabel 4.1

Distribusi Hasil Belajar Kondisi Awal

No. Distribusi Nilai Kondisi Awal Keterangan Jumlah Siswa Presentase

1 < 50 2 8 % Belum tuntas

2 50-59 6 24 % Belum tuntas

3 60-69 6 24 % Belum tuntas

4 70-79 4 16 % Tuntas

5 80-89 6 24 % Tuntas

6 90-100 1 4 % Tuntas

Jumlah 25 100 %

Berdasarkan tabel hasil belajar kondisi awal, dapat diketahui bahwa

perbandingan antara siswa yang belum tuntas adalah sebesar 56% atau 14 siswa

dari 25 siswa; sedangkan siswa yang tuntas adalah sebesar 44% atau 11 siswa dari

25 siswa. Berikut dipaparkan siswa yang masuk pada kriteria belum tuntas dan

tuntas berdasarkan perolehan interval nilai berikut; 2 siswa pada interval <50

dengan persentase 8%, 6 siswa pada interval 50-59 dengan persentase 24%, 6

siswa pada interval 60-69 dengan persentase 24%, 4 siswa pada interval 70-79

dengan persentase 16%, 6 siswa pada interval 80-89 dengan persentase 24%; 1

siswa pada interval 90-100 dengan presentase 4%. Rekapitulasi perolehan nilai

berdasarkan interval, disajikan dengan diagram batang berikut ini:

Gambar 4.1

(3)

Sedangkan ketuntasan belajar siswa kondisi awal dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah siswa Persentase

1 < 70 14 56 % Belum tuntas

2 > 70 11 44 % Tuntas

Jumlah 25 100 %

Rata-rata 65,8

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 40

Berdasarkan pada tabel presentase ketuntasan belajar siswa kondisi awal

dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar sebelum tindakan adalah 11

siswa dengan persentase 44% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa

dengan persentase 56%. Nilai tertinggi 90, nilai terendah 40, serta nilai

rata-ratanya yaitu 65,8. Pada kondisi awal ini, proses belajar mengajar di dalam kelas

guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah).

Sehingga dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, masih

terlihat siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa cenderung

bercanda dengan teman-temannya. Mengacu pada hasil belajar dan ketuntasan

siswa belajar IPA pada kondisi awal inilah, direncanakan tindakan untuk

memperbaiki kondisi tersebut.

4.3 Siklus I

Pada siklus I pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan sifat-sifat

cahaya yang meliputi cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus

benda bening, cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat

diuraikan menjadi berbagai warna (pelangi). Pelaksanaan pembelajaran pada

(4)

4.3.1 Rencana Tindakan

a. Menyusun Rencana Pembelajaran.

Pada siklus I ini disampaikan materi tentang sifat-sifat cahaya, dengan

menggunakan metode eksperimen berbantuan media benda konkret. Indikator

yang akan dicapai adalah menyebutkan sifat-sifat cahaya, membuktikan bahwa

cahaya dapat merambat lurus, dapat menembus benda bening, dapat dipantulkan,

dapat dibiaskan, dan dapat diuraikan menjadi berbagai warna (pelangi).

Sedangkan tujuan pembelajarannya adalah siswa dapat menyebutkan

sifat-sifat cahaya, melalui pengamatan dan percobaan siswa dapat membuktikan bahwa

cahaya merambat lurus, melalui pengamatan dan percobaan siswa dapat

membuktikan bahwa cahaya dapat menembus benda bening, melalui pengamatan

dan percobaan siswa dapat membuktikan bahwa cahaya dapat dipantulkan,

melalui pengamatan dan percobaan siswa dapat membuktikkan bahwa cahaya

dapat dibiaskan, melalui pengamatan dan percobaan siswa dapat membuktikan

bahwa cahaya dapat diuraikan menjadi berbagai warna (pelangi).

b. Menyusun Alokasi Waktu

Alokasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada siklus I adalah 4 x 35 menit (2 pertemuan).

c. Menyusun Lembar Kerja Siswa

Membuat lembar kerja untuk siswa dengan materi sifat-sifat cahaya yang

meliputi cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening,

cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat diuraikan

menjadi berbagai warna (pelangi). Kegiatan lembar kerja siswa dikerjakan secara

berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

d. Menyiapkan Alat Peraga

Alat peraga yang diperlukan dalam kegiatan eksperimen siswa antara lain:

lilin 1 buah, karton tebal ukuran 15 cm x 15 cm (3 buah), 3 penjepit kayu untuk

(5)

kardus, karton hitam, kaca bening, batu, buku, dan meja, gelas bening 2 buah

(gelas A dan gelas B), air putih, pulpen 2 buah, dan uang logam 2 buah, cermin

datar ukuran 20 x 30 cm, sendok sayur besar yang mengkilap (sebagai cermin

cekung), kaca spion motor (cermin cembung), dan pensil, kertas karton, spidol

warna, dan pensil.

e. Menyusun Lembar Evaluasi

Membuat soal evaluasi materi sifat-sifat cahaya sebanyak 20 soal. Soal

berupa pilihan ganda untuk diselesaikan sesuai dengan waktu 15 menit. Soal

dikerjakan secara individu. Soal evaluasi dikerjakan pada akhir siklus yaitu

pertemuan kedua.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal adalah

guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa, dilanjutkan dengan apersepsi.

Dalam apersepsi guru bertanya pada siswa: Guru bertanya kepada siswa, “Apakah yang dimaksud cahaya? Mengapa cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan kita? Kalau keadaan sekeliling kita gelap apakah kita dapat melihat benda di sekitar kita?”

Kemudian guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu tentang

cahaya dan sifat-sifatnya (cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat

menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan).

b.Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui pemahaman siswa tentang sifat-sifat cahaya sebagai berikut:

Lihatlah kaca jendela kelas ini, apakah cahaya dapat masuk sampai ke dalam

(6)

sampai ke ruang kelas ini? Sekarang tahukah kalian benda yang tembus cahaya

dan benda yang tidak tembus cahaya? Apakah kalian percaya bahwa cahaya

dapat dibelokkan? Apakah kita dapat menemukan contohnya dalam kehidupan

sehari-hari?

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa melakukan tahap metode pembelajaran

eksperimen menurut Palendeng:

1. Percobaan awal

Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan

guru di depan kelas. Lalu guru membagi siswa menjadi tiga kelompok

(masing-masing kelompok mendapatkan bagian eksperimen I, II, dan III). Eksperimen I

yaitu cahaya dapat merambat lurus, eksperimen II yaitu cahaya dapat

menembus benda bening, dan eksperimen III yaitu cahaya dapat dibiaskan

2. Pengamatan

Pada tahap ini, siswa menyimak demonstrasi guru tentang sifat-sifat cahaya.

Siswa juga menyimak tujuan eksperimen yaitu menunjukkan bagaimana

cahaya dapat merambat lurus, membuktikan cahaya dapat menembus benda

bening, dan cahaya dapat dibiaskan.

3. Hipotesis awal

Siswa merumuskan hipotesis awal atau dugaan sementara berdasarkan hasil

pengamatannya. Setelah siswa menarik hipotesis dari rumusan masalah, guru

menulis hipotesis siswa dipapan tulis.

4. Verifikasi

Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen berbantuan media benda konkret

melalui kerja kelompok untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis atau

dugaan awal yang telah dirumuskan. Setelah melakukan eksperimen I, II, dan

III, setiap kelompok mencatat hasil pengamatan dan membuat kesimpulan

tentang eksperimen yang sudah dilakukan.

(7)

Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep melalui eksperimen,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6. Evaluasi

Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan kesimpulan tentang

eksperimen yang sudah dilakukan. Kelompok yang lain menanggapi kelompok

yang sedang mempresentasikan hasil ekperimen kelompoknya.

Konfirmasi

Selanjutnya guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa tentang

pemahaman eksperimen/ penelitian yang telah dilakukan oleh siswa serta

meluruskan kekeliruan siswa dalam melakukan eksperimen dan memberikan

penilaian terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa berupa

pujian.

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada siswa yang kurang jelas pada materi pelajaran hari ini.

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yaitu berkas

cahaya merambat lurus, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat menembus

benda-benda bening.

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih belajar dengan rajin dan

giat sehingga pada saat kegiatan pembelajaran selanjutnya lebih memahami

materi yang akan dipelajari, guru melakukan refleksi untuk menyempurnakan

kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.

Pertemuan Kedua

(8)

a. Kegiatan Awal

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal adalah

guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa, dilanjutkan dengan apersepsi.

Dalam apersepsi guru mengulas materi yang telah dibahas pada pertemuan

sebelumnya.

Kemudian guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu tentang

sifat-sifat cahaya (cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat diuraikan).

b.Kegiatan Inti Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk

mengetahui pemahaman siswa tentang sifat-sifat cahaya (cahaya dapat

dipantulkan dan cahaya dapat diuraikan) sebagai berikut:

Pada waktu kalian bercermin bagaimanakah bayangan kalian di dalam cermin?

Sama ataukah berbeda? Lalu guru menunjukkan sebuah cermin lalu bertanya

kepada siswa, jika tangan kanan kita terangkat pada waktu bercermin,

bayangan tangan kita di dalam cermin apakah juga berada di sebelah kanan?

Lalu bagaimana jika kita melihat bayangan mobil lewat kaca spion? Bagaimana

bentuk bayangan yang dihasilkan? Atau jika kita melihat bayangan wajah kita

pada sendok makan alumunium? Bayangan seperti apakah yang akan tampak?

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa melakukan tahap metode pembelajaran

eksperimen menurut Palendeng:

1. Percobaan awal

Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan

guru di depan kelas. Lalu guru membagi siswa menjadi empat kelompok (dua

kelompok mendapat eksperimen IV dan dua kelompok lainnya mendapat

eksperimen V). Eksperimen IV yaitu membahas cahaya dapat dipantulkan

sedangkan eksperimen V membahas cahaya dapat diuraikan. Setiap kelompok

terdiri dari 4 orang.

(9)

Pada tahap ini, siswa menyimak demonstrasi guru tentang sifat-sifat cahaya

(cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat diuraikan). Siswa juga menyimak

tujuan eksperimen yaitu siswa dapat membuktikan bahwa cahaya dapat

dibiaskan dan siswa dapat membuktikan bahwa cahaya dapat diuraikan

menjadi berbagai warna (pelangi).

3. Hipotesis awal

Siswa merumuskan hipotesis awal atau dugaan sementara berdasarkan hasil

pengamatannya. Setelah siswa menarik hipotesis dari rumusan masalah, guru

menulis hipotesis siswa dipapan tulis.

4. Verifikasi

Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen berbantuan media benda konkret

melalui kerja kelompok untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis atau

dugaan awal yang telah dirumuskan. Setelah melakukan eksperimen IV dan V,

setiap kelompok mencatat hasil pengamatan dan membuat kesimpulan tentang

eksperimen yang sudah dilakukan.

5. Aplikasi Konsep

Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep melalui eksperimen,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6. Evaluasi

Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan kesimpulan tentang

eksperimen yang sudah dilakukan. Kelompok yang lain menanggapi kelompok

yang sedang mempresentasikan hasil ekperimen kelompoknya. Kemudian

siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru.

Konfirmasi

Selanjutnya guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa tentang

pemahaman eksperimen/ penelitian yang telah dilakukan oleh siswa serta

meluruskan kekeliruan siswa dalam melakukan eksperimen dan memberikan

penilaian terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa berupa

(10)

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya apabila ada siswa yang kurang jelas pada materi pelajaran hari

ini. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yaitu

cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat diuraikan menjadi berbagai warna

(pelangi). Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih rajin

dan giat sehingga pada saat kegiatan pembelajaran selanjutnya lebih

memahami materi, lalu guru melakukan refleksi untuk menyempurnakan

kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.

4.3.3 Observasi

Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah

keseluruhan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus

pengamatannya adalah penerapan metode eksperimen berbantuan benda konkret

dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD.

Berikut ini aspek yang menjadi pengamatan selama proses pembelajaran yaitu:

a. Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan metode

eksperimen berbantuan benda konkret dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru

pada siklus I terdiri dari 16 aspek pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1

No Aspek Indikator Skor Rata-rata

Skor 1. Melakukan

kegiatan awal 1.

esesuaian aktivitas guru dalam

apersepsi dengan materi ajar.

3

2,67

2. Menyampaika

(11)

dicapai.

3. Menyampaikan tema. 3

2. Melakukan

4. Mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata/ benda nyata.

2

2,67 5. Menumbuhkan partisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran.

3

6. Menumbuhkan rasa ingin tahu

siswa.

2

7. Memberikan pengalaman

langsung kepada siswa.

4

8. Membimbing siswa dalam

pembagian kelompok.

3

9. Memberikan petunjuk kerja

kepada siswa.

3

10.Membimbing siswa dalam kerja

kelompok.

2

11.Membimbing siswa dalam

penyampaian hasil diskusi.

3

12.Memfasilitasi terjadinya interaksi

antara guru dan siswa.

2

3. Melakukan

kegiatan

penutup

13. Menyampaikan pembelajaran

dengan gaya yang sesuai.

4

3,5

14. Melakukan refleksi

pembelajaran.

3

15.Menyusun rangkuman dengan

melibatkan siswa.

4

16.Melakukan tindak lanjut. 3

Jumlah 46 8,84

(12)

Dari hasil penilaian lembar observasi dapat dilihat pada aspek melakukan

kegiatan awal memperoleh rata-rata skor 2,67 dengan kategori cukup baik.

Adapun aspek melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret memperoleh rata-rata skor 2,67 dengan kategori

cukup baik. Sedangkan pada aspek kegiatan penutup memperoleh rata-rata skor

3,5 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil skor rata-rata observasi pada siklus I

pertemuan 1 penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret

belum mencapai indikator yang ditentukan penulis dengan kategori baik yaitu 3.

Dalam pertemuan 2 ini aktivitas guru sudah mulai mengalami peningkatan

dengan menerapkan metode eksperimen berbantuan media benda konkret. Berikut

ini hasil observasi siklus I pertemuan 2:

Tabel 4.4

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2

No Aspek Indikator Skor Rata-rata

Skor 1. Melakukan

kegiatan awal 1.

esesuaian aktivitas guru dalam

apersepsi dengan materi ajar.

4

3. Menyampaikan tema. 4

2. Melakukan

4. Mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata/ benda nyata.

2

3,2 5. Menumbuhkan partisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran.

3

6. Menumbuhkan rasa ingin tahu

siswa.

(13)

media benda

konkret

7. Memberikan pengalaman

langsung kepada siswa.

4

8. Membimbing siswa dalam

pembagian kelompok.

4

9. Memberikan petunjuk kerja

kepada siswa.

3

10.Membimbing siswa dalam kerja

kelompok.

3

11.Membimbing siswa dalam

penyampaian hasil diskusi.

4

12.Memfasilitasi terjadinya

interaksi antara guru dan siswa. 3

3. Melakukan

kegiatan

penutup

13. Menyampaikan pembelajaran

dengan gaya yang sesuai.

4

4

14. Melakukan refleksi

pembelajaran.

4

15.Menyusun rangkuman dengan

melibatkan siswa.

4

16.Melakukan tindak lanjut. 4

Jumlah 56 10,87

Rata-rata hasil observasi 3,62

Pada tabel hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 2 dapat dilihat,

terdapat peningkatan pada aspek pertama dan kedua. Pada aspek melakukan

kegiatan awal memperoleh rata-rata skor 3,67 dengan kategori baik. Adapun pada

aspek melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen berbantuan

media benda konkret memperoleh rata-rata skor 3,2 dengan kategori baik.

Untuk rata-rata hasil observasi, sudah mengalami peningkatan dari

pertemuan 1 yaitu 2,95, pertemuan 2 meningkat menjadi 3,62, sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa pada pertemuan 2 dalam penerapan metode eksperimen

(14)

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang diamati adalah ketika siswa menerapkan metode

eksperimen berbantuan benda konkret dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD. Berdasarkan hasil observasi aktivitas

siswa pada siklus I terdiri dari 15 aspek pengamatan, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 N

rtarikan siswa terhadap pelajaran.

2

3. Keaktifan siswa dalam memulai pelajaran. 2 2. Melakukan

4. Perhatian siswa dalam pembelajaran. 2

3,1

5. Partisipasi siswa dalam

pembelajaran.

3

6. Rasa keingintahuan siswa. 2

7. Rasa ketertarikan siswa

pada kegiatan-kegiatan pembelajaran.

2

8. Antusias siswa pada

pembagian kelompok.

4

9. Partisipasi siswa dalam

kelompok.

4

10. Kerjasama siswa dalam

kelompok.

(15)

11. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok. (siswa bertanya)

3

12.Penyampaian hasil diskusi kelompok 4 3. Melakukan

kegiatan penutup

13. Ke

mampuan siswa mengambil kesimpulan dari apa yang dipelajari.

4

4

14. Menanggapi penjelasan

guru (siswa bertanya).

4

15. Mengerjakan evaluasi. 4

Jumlah 46 9,1

Rata-rata hasil observasi 3,03

Dari tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 dalam

mengikuti pembelajaran dengan metode yang guru terapkan yaitu metode

eksperimen berbantuan media benda konkret memperoleh jumlah skor 46 dengan

rata-rata 3,03.

Dilihat dari hasil observasi pada aspek melakukan kegiatan awal

memperoleh rata-rata skor 2 dengan kategori baik dan pada aspek melakukan

kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen berbantuan media benda

konkret memperoleh rata-rata skor 3,1 dengan kategori baik. Karena skor 3 masih

dalam kategori baik, sehingga hasil observasi aktivitas siswa ini dijadikan sebagai

motivasi untuk pertemuan selanjutnya. Sedangkan pada aspek kegiatan penutup

memperoleh rata-rata skor 4 dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil skor rata-rata observasi aktivitas siswa pada siklus I

pertemuan 1 sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dengan kategori

baik yaitu 3. Bukan berarti hasil tersebut sudah memuaskan, tetapi hasil observasi

aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ini dijadikan motivasi untuk memperbaiki

pembelajaran pada siklus I pertemuan 2.

Dalam pertemuan 2 ini aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret terdapat

(16)

Tabel 4.6

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

No Aspek Indikator Skor

Rata-siswa pada awal pelajaran.

3

3,3

2. Ketertarikan

siswa terhadap pelajaran.

4

3. Keaktifan siswa dalam memulai pelajaran. 3

2. Melakukan

4. Perhatian siswa dalam pembelajaran. 3

3,78

5. Partisipasi siswa dalam

pembelajaran.

4

6. Rasa keingintahuan siswa. 4

7. Rasa ketertarikan siswa pada

kegiatan-kegiatan pembelajaran.

4

8. Antusias siswa pada pembagian

kelompok.

4

9. Partisipasi siswa dalam kelompok. 4

10. Kerjasama siswa dalam kelompok. 4

11. Keaktifan siswa dalam kerja

kelompok. (siswa bertanya)

3

(17)

3. Melakukan

kegiatan

penutup

13. Kemampuan

siswa mengambil kesimpulan dari apa yang

dipelajari.

4

4

14. Menanggapi penjelasan guru

(siswa bertanya).

4

15. Mengerjakan evaluasi. 4

Jumlah 56 11,08

Rata-rata hasil observasi 3,69

Pada tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 2 terdapat

peningkatan pada semua aspek. Dari aspek melakukan kegiatan awal yang

memperoleh rata-rata skor 3,3 dengan kategori baik, pada aspek melakukan

kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen berbantuan media benda

konkret memperoleh rata-rata skor 3,78 dengan kategori baik, lalu melakukan

kegiatan penutup memperoleh skor 4 dengan kategori sangat baik.

Untuk rata-rata hasil observasi juga mengalami peningkatan dari

pertemuan 1 yaitu 3,03, pertemuan 2 meningkat menjadi 3,69. Jadi dapat ditarik

kesimpulan pada pertemuan 2 aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret sudah

termasuk dalam kategori baik.

c. Hasil Belajar Kognitif

Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar siswa aspek kognitif,

dilakukan tes pada pertemuan ke 3 siklus I. Adapun hasil belajar IPA pokok

bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD dengan metode eksperimen

berbantuan benda konkret:

Tabel 4.7

(18)

No Distribusi Nilai Siklus 1 Keterangan Jumlah Siswa Presentase (%)

1 < 50 0 0 Belum tuntas

2 50-59 4 16 Belum tuntas

3 60-69 3 12 Belum tuntas

4 70-79 11 44 Tuntas

5 80-89 6 24 Tuntas

6 90-100 1 4 Tuntas

Jumlah 25 100

Tabel hasil belajar IPA Siklus 1 dengan penerapan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret mendeskripsikan hasil belajar siswa pada siklus I

dari 25 siswa kelas 5 menunjukkan hasil pada interval nilai <50 tidak ada, lalu

pada interval 50-59 memperoleh presentase sebanyak 16% atau 4 siswa, kemudian

pada interval 60-69 memperoleh presentase sebanyak 12% atau 3 siswa, juga

terdapat 11 siswa pada interval 70-79 dengan persentase sebanyak 44%,

sedangkan 6 siswa pada interval 80-89 dengan persentase sebanyak 24%, dan 1

siswa pada interval 90-100 dengan persentase 4%. Jadi berdasarkan hasil belajar

siklus 1 terdapat 7 siswa yang belum tuntas atau 28% dan memperoleh ketuntasan

72% atau 18 siswa.

Tabel 4.8

Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I

No Nilai Siklus I keterangan

Jumlah siswa Presentase (%)

1 < 70 7 28% Belum tuntas

2 > 70 18 72% Tuntas

Jumlah 25 100

Berdasarkan pada tabel persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I

(19)

persentase 72% dan siswa yang belum tuntas adalah 7 siswa dengan persentase

28%. Perbandingan antara yang tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat pada

diagram lingkaran seperti gambar di bawah:

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Perbandingan Tuntas dan Tidak Tuntas pada Siklus I

d. Hasil Belajar Afektif

Selain peningkatan hasil belajar kognitif, penggunaan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret juga bertujuan untuk mengukur peningkatan

hasil belajar afektif melalui angket motivasi belajar pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam. Berikut ini adalah tabel hasil belajar afektif melalui angket

motivasi belajar pada siklus 1 yang disajikan rata-rata pada tiap aspek:

Tabel 4.9

(20)

No Aspek Indikator Rata-rata Skor 1. Perhatian saat

belajar

Siswa memperhatikan penjelasan guru 2,2

2. Tanggung

Jawab

Siswa bertanggung jawab pada setiap

tugas yang diberikan oleh guru.

2,38

3. Bertanya

kepada guru

Siswa aktif bertanya dalam proses

pembelajaran.

2,34

4. Pencapaian

belajar

Siswa mendapat hasil belajar diatas

KKM.

2,56

5. Kesiapan

belajar

Siswa konsentrasi dalam proses

pembelajaran berlangsung.

2,53

6. Motivasi Siswa memiliki semangat belajar. 2,43

Jumlah 14,44

Rata-rata 2,4

Dari tabel hasil belajar afektif, pada aspek perhatian saat belajar

memperoleh rata-rata 2,2, aspek tanggung jawab memperoleh rata-rata 2,38, aspek

bertanya kepada guru memperoleh rata-rata 2,34, aspek pencapaian belajar

memperoleh rata-rata 2,56, aspek kesiapan belajar memperoleh rata-rata 2,53, dan

aspek motivasi memperoleh rata-rata 2,43. Pada siklus I rata-rata perolehan skor

dari keseluruhan aspek mencapai nilai < 3 yaitu 2.4.

Berdasarkan hasil rata-rata keseluruhan hasil belajar afektif pada siklus I

termasuk dalam kategori cukup baik. Sehingga hasil belajar afektif ini dapat

dijadikan motivasi untuk pertemuan selanjutnya agar lebih baik.

(21)

Selain hasil belajar aspek kognitif dan afektif, terdapat juga hasil belajar

aspek psikomotor. Penilaian ini bertujuan untuk menilai keterampilan kompetensi

yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu. Siswa dituntut untuk lebih

terampil dalam mengerjakan tugas dari guru. Penilaian ini berlangsung ketika

siswa sedang melaksanakan tugas dari guru.

Berikut ini merupakan hasil belajar ranah psikomotor siswa yang

menerapkan metode ekperimen berbantuan media benda konkret:

Tabel 4.10

Hasil Belajar Psikomotor Siklus I Pertemuan 1

No Aspek Indikator Rata-rata

Skor

a. Kekompakan kelompok 2,6

b.Kesesuaian langkah kerja 2,68

3. Hasil kerja a. Kebenaran

keterampilan menggunakan alat dengan indikatornya masing-masing memperoleh

rata-rata skor 2,16 dan 2,12, sedangkan aspek pelaksanaan langkah kerja dengan

indikatornya masing-masing memperoleh rata-rata skor 2,6 dan 2,68, dan aspek

(22)

2,12. Pada siklus I pertemuan 1, hasil belajar psikomotor memperoleh rata-rata

skor dari keseluruhan aspek mencapai nilai < 3 yaitu 2,37 dengan kategori cukup

baik. Sehingga hasil belajar psikomotor Siklus I pertemuan 1 dengan penerapan

metode eksperimen berbantuan media benda konkret dapat dijadikan motivasi

lebih baik lagi pada pertemuan berikutnya. Berikut ini adalah hasil belajar

psikomotor siklus I pertemuan 2:

Tabel 4.11

Hasil Belajar Psikomotor Siklus I Pertemuan 2

No Aspek Indikator Rata-rata

Skor 1. Keterampilan

menggunakan

alat

a. Keterampilan

meletakkan posisi alat

2,28

b. Ketepatan penggunaan

alat

2,36

2. Pelaksanaan

langkah kerja

a. Kesesuaian langkah kerja 2,76

3. Hasil kerja a. Kebenaran

menyimpulkan

2,8

b. Keterampilan

menyampaikan kesimpulan

2,52

Jumlah 12,72

Rata-rata 2,54

Dari tabel hasil belajar psikomotor siklus I pertemuan 2, pada aspek

keterampilan menggunakan alat dengan indikatornya masing-masing memperoleh

rata-rata skor 2,28 dan 2,36, sedangkan aspek pelaksanaan langkah kerja

memperoleh rata-rata skor 2,76, dan aspek hasil kerja dengan indikatornya

masing-masing memperoleh rata-rata 2,8 dan 2,52. Pada siklus I pertemuan 2,

(23)

mencapai nilai < 3 yaitu 2,54 dengan kategori cukup baik. Sehingga hasil belajar

psikomotor Siklus I pertemuan 2 dengan penerapan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret dapat dijadikan motivasi lebih baik lagi pada

pertemuan berikutnya.

4.3.4 Refleksi

Berdasarkan analisis hasil belajar kognitif pada kondisi awal menunjukkan

siswa yang belum tuntas belajar dengan persentase 56% atau 14 dari 25 siswa.

Pada kondisi awal ini, proses belajar mengajar di dalam kelas guru masih

menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah). Dalam proses

pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif.

Mengacu pada hasil belajar kognitif kondisi awal inilah, maka direncanakan

tindakan untuk memperbaiki yaitu dengan pelaksanaan siklus I.

Pada siklus I terdapat 18 siswa yang tuntas belajar dengan persentase 72%

dan 7 siswa masih belum tuntas belajar dengan persentase 28%, sehingga perlu

diadakan perbaikan pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan

siswa belum optimal dalam proses pembelajaran di kelas, masih terdapat beberapa

siswa saat mengikuti pelajaran tidak mendengarkan penjelasan dan arahan dari

guru. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I yang belum

mencapai KKM IPA 70 maka akan dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan

pembelajaran siklus II agar hasil belajar siswa tercapai secara optimal.

Berdasarkan analisis hasil belajar afektif pada siklus I melalui angket

motivasi, memperoleh rata-rata skor 2,4 dari keseluruhan aspek. Karena rata-rata

skor 2 masih termasuk dalam kategori cukup baik, maka perlu diadakan perbaikan

pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa belum terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru sudah cukup baik

namun belum dapat membangkitkan motivasi siswa untuk aktif bertanya. Dari

permasalahan inilah, maka akan dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan

pembelajaran siklus II agar siswa dapat termotivasi untuk hasil belajar yang

(24)

Selain hasil belajar kognitif dan afektif, pada siklus I ini juga membahas

hasil belajar psikomotor. Hasil belajar psikomotor ini bertujuan untuk menilai

keterampilan kompetensi siswa ketika mengerjakan tugas dari guru. Berdasarkan

analisis hasil belajar psikomotor siklus I pertemuan 1 menunjukkan rata-rata skor

2,37 dari keseluruhan aspek dengan kategori cukup baik karena rata-rata skor < 3.

Sedangkan pada siklus 1 pertemuan 2 menunjukkan rata-rata skor 2,54 dari

keseluruhan aspek dengan kategori cukup baik karena rata-rata skor < 3. Hal

tersebut dikarenakan siswa kurang memperhatikan penjelasan guru ketika proses

pembelajaran berlangsung, sehingga siswa tidak dapat menguatkan pendapatnya

dengan teori yang tepat saat menyampaikan kesimpulan di depan kelas. Maka

perlu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II agar siswa

lebih terampil dalam mengerjakan tugas tertentu dari guru.

Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus I, terdapat kekurangan dalam

pelaksanaan pembelajaran, yaitu:

a. Siswa kurang aktif untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui oleh

siswa.

b. Siswa kurang aktif untuk menjawab pertanyaan dari guru, tetapi tidak

menjawab dengan sekedarnya.

c. Guru kurang memotivasi siswa dengan memberi pujian ketika siswa menjawab

pertanyaan dengan benar.

d. Guru kurang memotivasi siswa untuk tidak malu untuk menyampaikan hasil

percobaan ketika diminta untuk maju kedepan.

e. Guru kurang memotivasi siswa untuk menguasai materi terlebih dahulu

sebelum menyampaikan kesimpulan di depan kelas.

Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus I, terdapat kelebihan dalam

pelaksanaan pembelajaran, yaitu:

a. Guru telah melaksanakan kegiatan apersepsi dengan baik yaitu mengaitkan

materi pembelajaran dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari

siswa.

b. Siswa merespon dengan baik apersepsi yang guru sampaikan sesuai

(25)

c. Guru menyampaikan materi kepada siswa dengan baik dan jelas.

d. Guru dapat membimbing siswa dengan baik dalam proses observasi.

e. Siswa dapat mengerjakan soal evaluasi secara individual.

f. Guru bersama siswa dapat menyimpulkan pembelajaran dengan baik.

4.4 Siklus II

Pada siklus II pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan alat optik

dan membuat karya sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan dengan rincian

sebagai berikut:

4.4.1 Rencana Tindakan

a. Menyusun Rencana Pembelajaran.

Pada siklus II ini disampaikan materi tentang alat optik dan membuat

karya sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya, dengan menggunakan

metode eksperimen berbantuan media benda konkret. Indikator yang akan dicapai

adalah menyebutkan dan menjelaskan macam-macam alat optik, menyebutkan

beberapa macam cacat mata beserta penanggulangannya, membedakan beberapa

macam lensa, dan menentukan berbagai alat dan bahan yang sesuai dengan karya

model yang dirancang.

Sedangkan tujuan pembelajarannya adalah siswa dapat menyebutkan dan

menjelaskan macam-macam alat optik, siswa dapat menyebutkan beberapa

macam cacat mata beserta penanggulangannya, siswa dapat membedakan

beberapa macam lensa, siswa dapat menentukan berbagai alat dan bahan yang

sesuai dengan karya model yang dirancang.

b. Menyusun Alokasi Waktu

Alokasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada siklus I adalah 4 x 35 menit (2 pertemuan).

(26)

Membuat lembar kerja untuk siswa dengan materi tentang alat optik dan

membuat karya sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Kegiatan lembar

kerja siswa dikerjakan secara berkelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang

siswa.

d. Menyiapkan Alat Peraga

Alat peraga yang diperlukan dalam kegiatan eksperimen siswa antara lain:

kertas karton, lem, selotip, cutter, pensil, penggaris, 2 cermin datar ukuran 5 cm ×

5 cm, bola lampu yang tidak terpakai, air jernih, obeng, karet balon, tang, karet

gelang, karton berwarna putih, kertas warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru,

nila, dan ungu), jangka, pensil, lem kertas, gunting, benang, kasur, dan jarum.

e. Menyusun Lembar Evaluasi

Membuat soal evaluasi materi tentang alat optik dan membuat karya

sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya sebanyak 20 soal. Soal berupa

isian singkat untuk diselesaikan sesuai dengan waktu 15 menit. Soal dikerjakan

secara individu. Soal evaluasi dikerjakan pada akhir siklus yaitu pertemuan kedua.

4.4.2 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal adalah

guru mengucapkan salam dan mengabsen siswa, dilanjutkan dengan apersepsi.

Dalam apersepsi guru mengulang materi pertemuan sebelumnya yaitu tentang

sifat-sifat cahaya.

Kemudian guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu tentang

alat optik dan membuat karya sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

(27)

Eksplorasi

Sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa terlebih dahulu diberi

tugas mencari informasi tentang penggunaan alat-alat optik.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa melakukan tahap metode pembelajaran

eksperimen menurut Palendeng:

1. Percobaan awal

Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan

guru di depan kelas. Siswa dibagi dalam 6 kelompok. Tugas tiap kelompok

berbeda-beda, kelompok 1 dan 2 membuat kaca pembesar, kelompok 3 dan 4

membuat cakram warna.

2. Pengamatan

Pada tahap ini, siswa menyimak demonstrasi guru tentang cara membuat karya

sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Siswa juga menyimak tujuan

eksperimen yaitu menunjukkan bagaimana cara membuat karya sederhana yang

memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

3. Hipotesis awal

Siswa merumuskan hipotesis awal atau dugaan sementara berdasarkan hasil

pengamatannya. Setelah siswa menarik hipotesis dari rumusan masalah, guru

menulis hipotesis siswa dipapan tulis.

4. Verifikasi

Siswa melakukan eksperimen melalui kerja kelompok untuk membuktikan

kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan. Setelah melakukan

eksperimen, setiap kelompok mencatat hasil pengamatan dan membuat

kesimpulan tentang eksperimen yang sudah dilakukan.

5. Aplikasi Konsep

Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep melalui eksperimen,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

(28)

Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan kesimpulan tentang

eksperimen yang sudah dilakukan. Kelompok yang lain menanggapi kelompok

yang sedang mempresentasikan hasil ekperimen kelompoknya.

Konfirmasi

Selanjutnya guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa tentang

pemahaman eksperimen/ penelitian yang telah dilakukan oleh siswa serta

meluruskan kekeliruan siswa dalam melakukan eksperimen dan memberikan

penilaian terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa berupa

pujian.

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada siswa yang kurang jelas pada materi pelajaran hari ini.

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yaitu periskop,

kaca pembesar, dan cakram warna merupakan karya sederhana yang

memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih belajar dengan rajin

dan giat sehingga pada saat kegiatan pembelajaran selanjutnya lebih

memahami materi yang akan dipelajari, guru melakukan refleksi untuk

menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kegiatan

pembelajaran.

Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal adalah

(29)

Dalam apersepsi guru mengulas materi yang telah dibahas pada pertemuan

sebelumnya yaitu tentang alat optik dan membuat karya sederhana yang

memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Kemudian guru juga menyampaikan tujuan

pembelajaran, yaitu tentang pembuatan periskop yang merupakan karya

sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

b.Kegiatan Inti Eksplorasi

Sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa terlebih dahulu diberi tugas

mencari informasi tentang manfaat penggunaan periskop.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, siswa melakukan tahap metode pembelajaran

eksperimen menurut Palendeng:

1. Percobaan awal

Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan

guru di depan kelas. Lalu guru membagi siswa menjadi empat kelompok,

masing-masing kelompok melakukan ekperimen tentang pembuatan periskop.

2. Pengamatan

Guru menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan eksperimen, sedangkan

siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan eksperimen yaitu pembuatan

periskop yang merupakan karya sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat

cahaya.

3. Hipotesis awal

Siswa merumuskan hipotesis awal atau dugaan sementara berdasarkan hasil

pengamatannya. Setelah siswa menarik hipotesis dari rumusan masalah, guru

menulis hipotesis siswa di papan tulis.

4. Verifikasi

Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen berbantuan media benda konkret

(30)

dugaan awal yang telah dirumuskan. Setelah melakukan eksperimen, setiap

kelompok mencatat hasil pengamatan dan membuat kesimpulan tentang

eksperimen yang sudah dilakukan.

5. Aplikasi Konsep

Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep melalui eksperimen,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6. Evaluasi

Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan kesimpulan tentang

eksperimen yang sudah dilakukan. Kelompok yang lain menanggapi kelompok

yang sedang mempresentasikan hasil ekperimen kelompoknya. Kemudian

siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru.

Konfirmasi

Selanjutnya guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa tentang

pemahaman eksperimen/ penelitian yang telah dilakukan oleh siswa serta

meluruskan kekeliruan siswa dalam melakukan eksperimen dan memberikan

penilaian terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa berupa

pujian.

c. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya apabila ada siswa yang kurang jelas pada materi pelajaran hari ini.

Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini yaitu periskop

merupakan karya sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih rajin dan giat

sehingga pada saat kegiatan pembelajaran selanjutnya lebih memahami materi,

lalu guru melakukan refleksi untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan

yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.

(31)

Pada siklus II pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah

keseluruhan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus

pengamatannya adalah penerapan metode eksperimen berbantuan benda konkret

dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD.

Berikut ini aspek yang menjadi pengamatan selama proses pembelajaran yaitu:

a. Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati adalah ketika guru menerapkan metode

eksperimen berbantuan benda konkret dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru

pada siklus II terdiri dari 16 aspek pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.12

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1

No Aspek Indikator Skor Rata-rata

Skor 1. Melakukan

kegiatan awal 1.

esesuaian aktivitas guru dalam

apersepsi dengan materi ajar.

4

3,67 2.

enyampaikan kompetensi tujuan

yang akan dicapai.

3

3. Menyampaikan tema. 4

2. Melakukan

kegiatan

pembelajaran

dengan metode

Eksperimen

4. Mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata/ benda nyata.

3

3,67 5. Menumbuhkan partisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran.

3

(32)

berbantuan

media benda

konkret

siswa.

7. Memberikan pengalaman

langsung kepada siswa.

4

8. Membimbing siswa dalam

pembagian kelompok.

4

9. Memberikan petunjuk kerja

kepada siswa.

4

10.Membimbing siswa dalam kerja

kelompok.

4

11.Membimbing siswa dalam

penyampaian hasil diskusi.

4

12.Memfasilitasi terjadinya interaksi

antara guru dan siswa.

3

3. Melakukan

kegiatan

penutup

13. Menyampaikan pembelajaran

dengan gaya yang sesuai.

4

3,5

14. Melakukan refleksi

pembelajaran.

3

15.Menyusun rangkuman dengan

melibatkan siswa.

4

16.Melakukan tindak lanjut. 3

Jumlah 58 10,84

Rata-rata hasil observasi 3,6

Dari tabel hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 1, dapat dilihat

jumlah total perolehannya adalah 58 dengan rata-rata 3,6 dari keseluruhan

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen berbantuan

media benda konkret. Dari hasil penilaian lembar observasi dapat dilihat pada

aspek melakukan kegiatan awal memperoleh rata-rata skor 3,67 dengan kategori

baik. Adapun aspek melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen

(33)

baik. Pada aspek melakukan kegiatan penutup memperoleh rata-rata skor 3,5

dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil rata-rata observasi pada siklus II pertemuan 1 penerapan

metode eksperimen berbantuan media benda konkret sudah mencapai indikator

yang ditentukan penulis dengan baik yaitu 3. Dalam pertemuan 2 ini aktivitas

guru sudah mulai mengalami peningkatan dengan menerapkan metode

eksperimen berbantuan media benda konkret. Berikut ini hasil observasi siklus II

pertemuan 2:

Tabel 4.13

Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2

No Aspek Indikator Skor Rata-rata

Skor 1. Melakukan

kegiatan awal 1.

esesuaian aktivitas guru dalam

apersepsi dengan materi ajar.

4

4

2. Menyampaikan

kompetensi tujuan yang akan

dicapai.

4

3. Menyampaikan tema. 4

2. Melakukan

4. Mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata/ benda nyata.

4

3,78 5. Menumbuhkan partisipasi aktif

siswa dalam pembelajaran.

3

6. Menumbuhkan rasa ingin tahu

siswa.

3

7. Memberikan pengalaman langsung

kepada siswa.

(34)

8. Membimbing siswa dalam

pembagian kelompok.

4

9. Memberikan petunjuk kerja kepada

siswa.

4

10.Membimbing siswa dalam kerja

kelompok.

4

11.Membimbing siswa dalam

penyampaian hasil diskusi.

4

12.Memfasilitasi terjadinya interaksi

antara guru dan siswa.

4

3. Melakukan

kegiatan

penutup

13. Menyampaikan pembelajaran

dengan gaya yang sesuai.

4

3,5 14. Melakukan refleksi pembelajaran. 3

15.Menyusun rangkuman dengan

melibatkan siswa.

4

16.Melakukan tindak lanjut. 3

Jumlah 60 11,28

Rata-rata hasil observasi 3,76

Pada tabel hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan 2 dapat dilihat,

terdapat peningkatan pada aspek pertama dan kedua. Pada aspek melakukan

kegiatan awal, semua indikator sudah masuk dalam kategori sangat baik yaitu

dengan rata-rata skor 4. Sedangkan pada aspek melakukan kegiatan pembelajaran

dengan metode eksperimen berbantuan media benda konkret memperoleh

rata-rata skor 3,78 yang artinya masih dalam kategori baik. Dalam aspek melakukan

kegiatan penutup memperoleh rata-rata skor 3,5 dengan kategori baik.

Untuk rata-rata hasil observasi, sudah mengalami peningkatan dari

pertemuan 1 yaitu 3,6, pertemuan 2 meningkat menjadi 3,76, sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa pada pertemuan 2 dalam penerapan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret sudah dalam kategori baik.

(35)

Aktivitas siswa yang diamati adalah ketika siswa menerapkan metode

eksperimen berbantuan benda konkret dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD. Berdasarkan hasil observasi aktivitas

siswa pada siklus II terdiri dari 15 aspek pengamatan, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.14

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 N

erhatian siswa pada awal pelajaran.

3

3 2.

etertarikan siswa terhadap pelajaran.

3

3. Keaktifan siswa dalam memulai pelajaran. 3 2. Melakuk

4. Perhatian siswa dalam pembelajaran. 3

3,5 6

5. Partisipasi siswa dalam

pembelajaran.

4

6. Rasa keingintahuan siswa. 3

7. Rasa ketertarikan siswa pada

9. Partisipasi siswa dalam

kelompok.

4

10. Kerjasama siswa dalam

kelompok.

4

(36)

kelompok. (siswa bertanya)

12.Penyampaian hasil diskusi kelompok 4

3. Melakuk an kegiatan penutup

13. Kemam

puan siswa mengambil kesimpulan dari apa yang dipelajari.

4

4

14. Menanggapi penjelasan guru

(siswa bertanya).

4

15. Mengerjakan evaluasi. 4

Jumlah 53 10,

56

Rata-rata hasil observasi 3,5

2

Dari tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 dalam

mengikuti pembelajaran dengan metode yang guru terapkan yaitu metode

eksperimen berbantuan media benda konkret memperoleh jumlah skor 53 dengan

rata-rata 3,52.

Dilihat dari hasil observasi pada aspek melakukan kegiatan awal

memperoleh rata-rata skor 3 dan pada aspek melakukan kegiatan pembelajaran

dengan metode eksperimen berbantuan media benda konkret memperoleh

rata-rata skor 3,56 dengan kategori baik. Karena skor 3 dalam kategori baik, sehingga

hasil observasi aktivitas siswa ini dijadikan sebagai motivasi untuk pertemuan

selanjutnya. Sedangkan pada aspek yang ketiga memperoleh rata-rata skor 4

sudah termasuk dalam kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil skor rata-rata observasi aktivitas siswa pada siklus II

pertemuan 1 sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dengan kategori

baik yaitu 3. Bukan berarti hasil tersebut sudah memuaskan, tetapi hasil observasi

aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 ini dijadikan motivasi untuk memperbaiki

pembelajaran pada siklus II pertemuan 2.

Dalam pertemuan 2 ini aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret terdapat

(37)

Tabel 4.15

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 N

atian siswa pada awal pelajaran.

3

3,67

2. Kete

rtarikan siswa terhadap pelajaran.

4

3. Keaktifan siswa dalam memulai pelajaran. 4

2. Melakukan

4. Perhatian siswa dalam pembelajaran. 3

3,67

5. Partisipasi siswa dalam

pembelajaran.

4

6. Rasa keingintahuan siswa. 3

7. Rasa ketertarikan siswa

pada kegiatan-kegiatan pembelajaran.

4

8. Antusias siswa pada

pembagian kelompok.

4

9. Partisipasi siswa dalam

kelompok.

4

10. Kerjasama siswa dalam

kelompok.

4

(38)

kerja kelompok. (siswa bertanya)

12.Penyampaian hasil diskusi kelompok 4

3. Melakukan kegiatan penutup

13. Ke

mampuan siswa mengambil kesimpulan dari

apa yang dipelajari.

4

4

14. Menanggapi penjelasan

guru (siswa bertanya).

4

15. Mengerjakan evaluasi. 4

Jumlah 56 11,3

4

Rata-rata hasil observasi 3,78

Pada tabel hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan 2 terdapat

peningkatan pada semua aspek. Dari aspek melakukan kegiatan awal memperoleh

rata-rata skor 3,67, sedangkan pada aspek melakukan kegiatan pembelajaran

dengan metode eksperimen berbantuan media benda konkret memperoleh

rata-rata skor 3,67. Kedua aspek tersebut termasuk dalam kategori baik. Dan pada

aspek melakukan kegiatan penutup memperoleh rata-rata skor 4 yang artinya

sudah termasuk dalam kategori sangat baik.

Untuk rata-rata hasil observasi juga mengalami peningkatan dari

pertemuan 1 yaitu 3,52, pertemuan 2 meningkat menjadi 3,78. Jadi dapat ditarik

kesimpulan pada pertemuan 2 aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret sudah

termasuk dalam kategori baik.

c. Hasil Belajar Kognitif

Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar siswa aspek kognitif,

dilakukan tes pada pertemuan ke 2 siklus II. Adapun hasil belajar IPA pokok

bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD dengan metode eksperimen

(39)

Tabel 4.16

Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1I

No Distribusi Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Presentase (%)

1 < 50 0 0 Belum tuntas

2 50-59 1 4 Belum tuntas

3 60-69 3 12 Belum tuntas

4 70-79 13 52 Tuntas

5 80-89 4 16 Tuntas

6 90-100 4 16 Tuntas

Jumlah 25 100

Tabel hasil belajar IPA Siklus II dengan penerapan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret mendeskripsikan hasil belajar siswa pada siklus

II dari 25 siswa kelas 5 menunjukkan hasil pada interval nilai <50 tidak ada, lalu

pada interval 50-59 memperoleh presentase sebanyak 4% atau 1 siswa, kemudian

pada interval 60-69 memperoleh presentase sebanyak 12% atau 3 siswa, juga

terdapat 13 siswa pada interval 70-79 dengan persentase sebanyak 52%,

sedangkan 4 siswa pada interval 80-89 dengan persentase sebanyak 16%, dan 4

siswa pada interval 90-100 dengan persentase 16%. Jadi berdasarkan hasil belajar

kognitif siklus II terdapat 4 siswa yang belum tuntas atau 16% dan memperoleh

ketuntasan 84% atau 21 siswa.

Tabel 4.17

Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II

No Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah siswa Presentase (%)

1 < 70 4 16% Belum tuntas

2 > 70 21 84% Tuntas

Jumlah 25 100

Berdasarkan pada tabel persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II

(40)

persentase 84% dan siswa yang belum tuntas adalah 4 siswa dengan persentase

16%. Perbandingan antara yang tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat pada

diagram lingkaran seperti gambar di bawah:

Gambar 4.3

Diagram Lingkaran Perbandingan Tuntas dan Tidak Tuntas pada Siklus II d. Hasil Belajar Afektif

Selain peningkatan hasil belajar kognitif, penggunaan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret juga bertujuan untuk mengukur peningkatan

hasil belajar afektif melalui angket motivasi belajar pada mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam. Berikut ini adalah tabel hasil belajar afektif melalui angket

motivasi belajar pada siklus II yang disajikan rata-rata pada tiap aspek:

Tabel 4.18

Hasil Belajar Afektif Siklus II

No Aspek Indikator Rata-rata

Skor 1. Perhatian saat

belajar

Siswa memperhatikan penjelasan guru 3,04

2. Tanggung

Jawab

Siswa bertanggung jawab pada setiap

tugas yang diberikan oleh guru.

3,16

3. Bertanya

kepada guru

Siswa aktif bertanya dalam proses

pembelajaran.

(41)

1. Pencapaian

belajar

Siswa mendapat hasil belajar diatas

KKM.

2,76

2. Kesiapan

belajar

Siswa konsentrasi dalam proses

pembelajaran berlangsung.

3,4

3. Motivasi Siswa memiliki semangat belajar. 3,09

Jumlah 18,61

Rata-rata 3,10

Dari tabel hasil belajar afektif, pada aspek perhatian saat belajar

memperoleh rata-rata 3,04, aspek tanggung jawab memperoleh rata-rata 3,08,

aspek bertanya kepada guru memperoleh rata-rata 3,16, aspek pencapaian belajar

memperoleh rata-rata 2,76, aspek kesiapan belajar memperoleh rata-rata 3,4, dan

aspek motivasi memperoleh rata-rata 3,09. Pada siklus II rata-rata perolehan skor

dari keseluruhan aspek mencapai nilai > 3 yaitu 3,10. Berdasarkan hasil rata-rata

keseluruhan hasil belajar afektif pada siklus II termasuk dalam kategori baik.

Terdapat peningkatan pada hasil belajar siklus II ini dibandingkan dengan hasil

belajar afektif siklus I yang memperoleh rata-rata 2,4.

e. Hasil Belajar Psikomotor

Selain hasil belajar aspek kognitif dan afektif, terdapat juga hasil belajar

aspek psikomotor. Penilaian ini bertujuan untuk menilai keterampilan kompetensi

yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu. Berikut ini merupakan hasil

belajar psikomotor melalui unjuk kerja:

Tabel 4.19

Hasil Belajar Psikomotor Siklus II Pertemuan 1

No Aspek Indikator Rata-rata

Skor

(42)

menggunakan

alat

meletakkan posisi alat

b. Ketepatan penggunaan

alat

3,28

2. Pelaksanaan

langkah kerja

a. Kesesuaian langkah kerja 3,08

3. Hasil kerja a. Kebenaran

menyimpulkan

2,96

b. Keterampilan

menyampaikan kesimpulan

3

Jumlah 15,36

Rata-rata 3,07

Dari tabel hasil belajar psikomotor siklus II pertemuan 1, pada aspek

keterampilan menggunakan alat dengan indikatornya masing-masing memperoleh

rata-rata skor 3,04 dan 3,28, sedangkan aspek pelaksanaan langkah kerja

memperoleh rata-rata skor 3,08, dan aspek hasil kerja dengan indikatornya

masing-masing memperoleh rata-rata 2,96 dan 3. Pada siklus II pertemuan 1, hasil

belajar psikomotor memperoleh rata-rata skor dari keseluruhan aspek mencapai

nilai >3 yaitu 3,07 dengan kategori baik. Jadi, berdasarkan hasil belajar

psikomotor Siklus II pertemuan 1 dengan penerapan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret terdapat peningkatan dibandingkan dengan hasil

belajar psikomotor siklus I pertemuan 2 yaitu 2,54. Berikut ini adalah hasil belajar

psikomotor siklus II pertemuan 2:

Tabel 4.20

Hasil Belajar Psikomotor Siklus II Pertemuan 2

No Aspek Indikator Rata-rata

(43)

1. Keterampilan

menggunakan

alat

a. Keterampilan

meletakkan posisi alat

3,44

b. Ketepatan penggunaan

alat

3,32

2. Pelaksanaan

langkah kerja

a. Kesesuaian langkah kerja 3,36

3. Hasil kerja a. Kebenaran

menyimpulkan

3,2

b. Keterampilan

menyampaikan kesimpulan

3,08

Jumlah 16,4

Rata-rata 3,28

Dari tabel hasil belajar psikomotor siklus II pertemuan 2, pada aspek

keterampilan menggunakan alat dengan indikatornya masing-masing memperoleh

rata-rata skor 3,44 dan 3,32, sedangkan aspek pelaksanaan langkah kerja

memperoleh rata-rata skor 3,36, dan aspek hasil kerja dengan indikatornya

masing-masing memperoleh rata-rata 3,2 dan 3,08. Pada siklus II pertemuan 2,

hasil belajar psikomotor memperoleh rata-rata skor dari keseluruhan aspek

mencapai nilai > 3 yaitu 3,28 dengan kategori baik. Jadi, berdasarkan hasil belajar

psikomotor Siklus II pertemuan 2 dengan penerapan metode eksperimen

berbantuan media benda konkret terdapat peningkatan dibandingkan dengan hasil

belajar psikomotor siklus II pertemuan 2 yaitu 3,07.

4.4.4 Refleksi

Pada siklus II terdapat 21 siswa yang tuntas belajar dengan persentase 84%

dan 4 siswa masih belum tuntas belajar dengan persentase 16%. Hasil belajar

kognitif ini telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar

(44)

terdapat siswa yang belum tuntas dikarenakan beberapa siswa tidak

memperhatikan penjelasan dan arahan dari guru, siswa lebih fokus pada

pembicaraan di luar materi pembelajaran. Guru yang mengajarpun kurang tegas

dalam memberikan teguran kepada siswa. Meskipun demikian, pembelajaran yang

berlangsung di dalam kelas tetap kondusif.

Berdasarkan analisis hasil belajar afektif pada siklus II yang dilaksanakan

dengan bantuan angket motivasi, memperoleh rata-rata skor 3,04 dari keseluruhan

aspek. Rata-rata skor 3,04 sudah temasuk dalam kategori baik. Hal tersebut

dikarenakan siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan

pada siklus I. Dalam penyampaian materi pembelajaran, guru sudah baik namun

guru belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik. Kondisi di dalam kelas

yang baik akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar yang baik pula. Dari

permasalahan inilah, didapatkan motivasi untuk hasil belajar yang optimal.

Selain hasil belajar kognitif dan afektif, pada siklus II ini juga membahas

hasil belajar psikomotor. Hasil belajar psikomotor ini bertujuan untuk menilai

keterampilan kompetensi siswa ketika mengerjakan tugas dari guru. Berdasarkan

analisis hasil belajar psikomotor siklus II pertemuan 1 menunjukkan rata-rata skor

3,12 dari keseluruhan aspek dengan kategori baik karena rata-rata skor >3.

Sedangkan pada hasil belajar psikomotor siklus II pertemuan 2 menunjukkan

rata-rata skor 3,28 dari keseluruhan aspek dengan kategori baik karena rata-rata-rata-rata skor

>3. Dalam hal ini keterampilan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru sudah

jauh lebih baik dibandingkan siklus I. Hanya dalam membuat kesimpulan dari

suatu kebenaran yang masih kurang. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata

skor 2,96 pada indikator yang berkaitan.

Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus II, masih terdapat beberapa

kekurangan dalam pelaksanaan pembelajarannya, yaitu:

a. Guru kurang tegas dalam memberi teguran kepada siswanya.

b. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

c. Siswa masih kurang terampil dalam membuat kesimpulan dari suatu kebenaran.

d. Siswa belum terampil dalam meletakkan posisi alat yang digunakan untuk

(45)

Selain kekurangan juga terdapat beberapa kelebihan pada proses

pembelajaran siklus II ini, yaitu:

a. Guru telah melaksanakan kegiatan apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan

penutup dengan baik.

b. Guru menyampaikan materi kepada siswa dengan baik dan jelas.

c. Guru dapat membimbing siswa dengan baik dalam proses eksperimen.

d. Siswa dapat mengerjakan soal evaluasi secara individual atau tidak bekerja

sama dengan teman lain.

e. Siswa telah terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran

tidak berpusat pada guru.

4.5 Pembahasan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 4.5.1 Pembahasan Hasil Belajar Kognitif Antar Siklus

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas maka dapat di ketahui

peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan

menerapkan metode eksperimen berbantuan media benda konkret. Setelah peneliti

melaksanakan tindakan siklus I dan siklus II, hasil yang diperoleh sangat

memuaskan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.21

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Hasil Belajar Kondisi Awal
Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manakala huraian stail pakaian pula menjelaskan dengan teliti tentang setiap ciri yang terdapat pada pakaian tersebut, sebagai contoh, lisu, belah, bahu mendatang ( yoke ) ,

Menurut Todar (dalam Fajriah 2010), bahwa bakteri asam laktat pada pertumbuhan awal akan menggunakan gula sederhana (monosakarida) sebagai sumber energi sampai semua

Teknik pemampatan data seperti di atas disebut dengan transform-coding, walaupun memberikan pemampatan data yang baik dan digunakan pada banyak standar pemampatan saat ini,

Ketika sebuah pemanas air tenaga surya dan air panas sistem pemanas sentral yang digunakan bersama, baik panas matahari akan terkonsentrasi dalam tangki pemanasan awal

Kode yang kedua dari level realitas adalah kode Appearance (Penampilan), bisa dilihat dalam penampilan dalam film ini terjadi perbedaan antara bangsa manusia dengan

Dari aspek rehabilitasi medik, penyakit sendi degeneratif, dapat menimbulkan kecacatan fisik dalam beberapa tingkat, yaitu, tingkat impairmen (kerusakan sendi,

Penelitian ini bertujuan untuk melihat upaya pemberdayaan masyarakat melalui forum kesehatan desa dalam pencapaian cakupan jamban di Desa Jatipurus Kecamatan Poncowarno

Non Aplicable PT Sateri Viscose International belum melakukan kegiatan penerimaan bahan baku, kegiatan produksi termasuk penjualan (lokal maupun ekspor)1. Bill of