• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Administrasi Negara Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Administrasi Negara Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Medan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

(selanjutnya disebut UUD 1945) tanggungjawab pendidikan bangsa, terutama

pendidikan dasar adalah menjadi tanggungjawab pemerintah. Hal ini terutama

dijelaskan pemerintah dalam Pasal ’31 ayat (2) bahwa “setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.1

Pemikiran tentang reformasi pendidikan didasarkan pada penilaian atas

kegagalan pendidikan nasional pada masa Orde Baru. Upaya Orde Baru

meningkatkan kualitas dan efektivitas pendidikan tentu dilandasi niat baik dan

membawa hasil yang spektakuler jika dibanding dengan orde sebelumnya, tetapi

kita tidak bisa mendasarkan pada maksud baik semata. Catatan tentang kegagalan

yang mengecewakanpun perlu diungkap secara adil yang meliputi: 1) Kegagalan

memberikan pendidikan secara merata kepada anak usia sekolah, yang dikenal

dengan wajib belajar (wajar 9 tahun); 2) Kegagalan hasil pendidikan membangun Isu kritis

muncul dalam pembahasan ini adalah bagaimana komitmen pemerintah

menyikapi amanat konstitusi ini, padahal kita tahu bahwa pendidikan dasar belum

dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, dan biaya pendidikannya sampai saat

ini sebagian masih ditanggung masyarakat sendiri. Artinya, pendidikan dasar 9

(Sembilan) tahun masih belum benar-benar gratis, bahkan masih terkesan tetap

mahal bagi kalangan orang miskin.

1

(2)

kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab pada masyarakat dan bangsa,

karena tidak mampu memcahkan masalah, lemah berkomunikasi dan dalam

bekerja sama; 3) Konflik yang tak terselesaikan tentang kurikulum sebagai alat

perubahan; 4) keterbatasan jumlah anggaran pendidikan dalam Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (selanjutnya disebut APBN); 5) Politisasi lembaga

pendidikan dikaitkan dengan pemeliharaan dukungan terhadap rezim Orde Baru

oleh birokrasi pendidikan, dan sebagainya.2

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Tingkat capaian pembangunan sumber daya manusia yang merupakan

salah satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi

dengan kondisi pendidikan, bahkan pendidikan menjadi domain utama bagi setiap

negara yang ingin maju dan ingin menguasai teknologi karena setiap negara

mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsanya tanpa terkecuali.

Selain itu, peran pendidikan menjadi sangat penting sebab pendidikan merupakan

kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Hubungan antar pendidikan yang berkuakitas dengan terciptanya sumber daya

manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan karena

2

(3)

Suatu proses pendidikan yang berkualitas akan terbentuk sosok–sosok individu

sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses

pembangunan bangsa dan negara.

Pasal 34 ayat (2) dalam UU Sisdiknas tahun 2003 menyebutkan bahwa

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib

belajar minimal pada pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan ayat (3)

menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

dan masyarakat.

Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi

nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan

operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana

pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara

teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

Pelaksanaan program dana rintisan Bantuan Operasional Sekolah

(selanjutnya disebut BOS) diatur dengan 3 Peraturan Menteri :4

1. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mekanisme penyaluran dana

BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah serta pelaporannya.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mekanisme pengelolaan dana

BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur mekanisme

pengalokasian dana BOS dan penggunaan dana BOS di sekolah.

4

(4)

Meningkatnya kebutuhan dalam bidang pendidikan telah mendorong

pemerintah Indonesia untuk menyalurkan berbagai bantuan demi keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dana rintisan

BOS.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta

relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal,

nasional, dan global.5

Konsekuensi dari keberhasilan program Wajib Belajar 9 (Sembilan) Tahun

tersebut adalah meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP yang harus ditampung

oleh pendidikan menengah. Pusat Data dan Statistik Pendidikan atau PDSP,

Kemdikbud (2011) menyatakan bahwa dari 4,2 juta lulusan SMP, hanya sekitar 3

Pada tahun 2012 dana rintisan BOS mengalami perubahan mekanisme

penyaluran dan. Pada tahun anggaran 2011 penyaluran dana BOS dilakukan

melalui mekanisme transfer ke daerah kabupaten/kota dalam bentuk Dana

Penyesuaian untuk dana rintisan BOS, mulai tahun anggaran 2012 dana BOS

disalurkan dengan mekanisme yang sama tetapi melalui pemerintah provinsi.

Usaha untuk memenuhi amanat undang-undang tersebut dilakukan melalui

program Wajib Belajar 9 (Sembilan) Tahun. Program yang telah dimulai dari

tahun 1994 tersebut berhasil dituntaskan dengan indikator Angka Partisipasi

(5)

juta yang melanjutkan ke Sekolah Menengah (SM) dan sisanya sebesar 1,2 juta

siswa tidak melanjutkan. Sementara pada waktu yang bersamaan sekitar 159.805

siswa (SM) mengalami putus sekolah, yang sebagian besar disebabkan karena

alasan ketidakmampuan membayar biaya pendidikan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Pemerintah mencanangkan

program Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang dimulai pada tahun 2013.

Salah satu tujuan PMU adalah memberikan kesempatan kepada seluruh

masyarakat terutama yang tidak mampu secara ekonomi untuk mendapatkan

layanan pendidikan menengah. Untuk mencapai tujuan PMU tersebut, pemerintah

telah menyusun program dana rintisan BOS. Pada tahun 2013, telah disiapkan

anggaran sebesar 4,68 triliun rupiah yang akan disalurkan kepada SMA & SMK

Negeri dan Swasta diseluruh Indonesia. Tujuan digulirkannya program dan

rintisan BOS ini adalah membantu sekolah memenuhi biaya operasional non

personalia dan membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan biaya pendidikan

dalam kerangka program PMU.6

Pendanaan pendidikan merupakan ketersediaan dana dari pemerintah

untuk pendidikan. Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang

disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Pendanaan

pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk

penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Di mana dalam Peraturan

Pemerintah (PP) No 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan telah disetujui dan

ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 Juli 2008, namun PP

(6)

itu tidak secara jelas mengatur larangan pungutan di sekolah. PP tersebut, bahkan

seakan melegalkan terjadinya pungutan untuk pembiayaan pendidikan di satuan

pendidikan sekolah negeri maupun swasta.

Terkadang sistem yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia terkait dana

rintisan BOS ini pun turut menjadi bumerang dan sering mnghadirkan berbagai

masalah baru. Pada tahun 2012 Dana rintisan BOS mengalami perubahan

mekanisme penyaluran dan. Pada tahun anggaran 2011 penyaluran dana BOS

dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah kabupaten/kota dalam bentuk

Dana Penyesuaian untuk dana rintisan BOS, mulai tahun anggaran 2012 dana

BOS disalurkan dengan mekanisme yang sama tetapi melalui pemerintah provinsi.

Selain itu pun pribadi dan budaya manusia Indonesia juga ikut member

pengaruh terhadap penyelewengan dan ketidakefektifan pengelolaan dana rintisan

BOS di Indonesia. Untuk itu kami berusaha mempelajari tentang dana rintisan

BOS ini serta mencari setiap kendala dan kasus yang terkait untuk berusaha

mencari solusi dari setiap kendala-kendala tersebut.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik memilih judul : Aspek Hukum

Administrasi Negara Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan Bantuan

Operasional Sekolah di Kota Medan.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme penyaluran dana rintisan Bantuan Operasional

Sekolah Di Kota Medan ?

(7)

3. Bagaimana mekanisme pemberian dana rintisan Bantuan Operasional

Sekolah di kota Medan di tinjau dari aspek Hukum Administrasi Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui mekanisme penyaluran dana rintisan Bantuan

Operasional Sekolah Di Kota Medan.

b. Untuk mengetahui Pengendalian Dana Rintisan Bantuan Operasional

Sekolah

c. Untuk mengetahui mekanisme pemberian dana rintisan Bantuan

Operasional Sekolah di kota Medan di tinjau dari aspek Hukum

Administrasi Negara.

2. Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian diatas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat untuk :

a. Manfaat Teoritis

Untuk mendalami teori-teori dan menemukan hal-hal baru mengenai

mekanisme, Pemberian Dana Rintisan BOS di Kota Medan yang dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya maupun pihak-pihak yang

berkepentingan.

b. Manfaat Praktis

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak Pemerintah Daerah Kota Medan

maupun yang berkepentingan dengan masalah ini dalam upaya melakukan

(8)

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul Aspek Hukum Administrasi Negara

Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah di

Kota Medan yang diajukan ini adalah dalam rangka memenuhi tugas dan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Penulisan skripsi mengenai Aspek

Hukum Administrasi Negara Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan

Bantuan Operasional Sekolah di Kota Medan, menurut sumber dari perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara belum ada yang mengangkat dan

membahasnya, namun penulisan skripsi mengenai Aspek Hukum Administrasi

Negara Tentang Mekanisme Pemberian Dana Rintisan Bantuan Operasional

Sekolah di Kota Medan belum pernah diangkat dan dibahas dalam skripsi.

Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama dengan penulisan

skripsi yang pernah ada, karena skripsi ini dibuat sendiri dengan menggunakan

berbagai litelatur, sehingga penulisan skripsi ini masih asli dan dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara

R.J.H.M Huisman bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan bagian

dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan pemerintah dan

mengatur hubungan pemerintah dengan warga negara atau hubungan antar organ

pemerintah. Hukum Administrasi Negara memuat keseluruhan peraturan yang

(9)

Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang berkenaan dengan

fungsi organ-organ pemerintahan.7

Hukum Administrasi Negara diartikan juga seperangkat peraturan yang

memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, yang sekaligus juga

melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi

administrasi negara itu sendiri.8

a. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat

perlengkapan negara itu melakukan tugasnya;

Berdasarkan beberapa definisi di atas, tampak bahwa dalam Hukum

Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu :

b. Aturan-aturan yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara alat perlengkapan administrasi negara atau pemerintah dengan warga

negaranya.9

J.M Baron de Gerando bahwa obyek hukum administrasi adalah

peraturan-peraturan yang melihat hubungan timbal balik antara Pemerintah dan rakyat.

Deskripsi tentang obyek Hukum Administrasi dari De Gerando seperti tersebut di

atas kiranya mewarnai Hukum Administrasi dalam perkembangan selanjutnya.

10

J. Oppenheim membedakan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum

Administrasi berdasarkan tinjauan negara menurut keduanya. Hukum Tata Negara

menyoroti negara dalam keadaan diam, sedangkan Hukum Administrasi

7R.J.H.M Huisman, Inleiding Algemeen Bestuurscrecht, Samson H.D Tjeenk Willink, Alphen aan den Rijn, 1984, hal 4.

(10)

menyoroti negara dalam keadaan bergerak. Pendapat tersebut selanjutnya

dijabarkan oleh C. Van vollenhoven dalam definisi Hukum Tata Negara dan

definisi Hukum Administrasi. Hukum Tata Negara adalah keseluruhan peraturan

hukum yang membentuk alat-alat perlengkapan negara dan menentukan

kewenangan alat-alat perlengkapan negara tersebut, sedangkan Hukum

Administrasi adalah keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan

negara, baik tinggi maupun rendah, setelah alat-alat perlengkapan negara itu akan

menggunakan kewenangan-kewenangan ketatanegaraan. 11

Definisi-definisi tersebut kemudian mendapat kritikan dari J.H.A

Logemann, karena tidak cukup memisahkan Hukum Administrasi dari Hukum

Tata Negara. Tidak cukup pembeda tersebut karena dari definisi tersebut, masalah

penetapan wewenang masuk bidang Hukum Tata Negara sedangkan penggunaan

wewenang adalah bidang Hukum Administrasi.12

R. Kranenburg dan juga J.H.A Logemann tidak memisahkan Hukum

Administrasi dari Hukum Tata Negara secara tegas. Keduanya memandang

Hukum Administrasi sebagai segi khusus dari Hukum Tata Negara.

13

11 Ibid,, hal 22.

Terhadap

penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintahan dan kenegaraan dalam suatu negara

hukum terdapat aturan-aturan hukum yang tertulis dalam konstitusi atau

peraturan- peraturan yang terhimpun dalam Hukum Tata Negara. Untuk

menyelenggarakan persoalan-persoalan yang bersifat teknis, Hukum Tata Negara

(11)

Tata Negara membutuhkan hukum lain yang lebih bersifat teknis. Hukum tersebut

adalah Hukum Administrasi Negara.

Utrecht Hukum Administrasi Negara menguji hubungan hukum istimewa

yang diadakan akan memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan

tugas mereka yang khusus. Selanjutnya E. Utrecht menjelaskan bahwa Hukum

Administrasi Negara adalah hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan

administrasi negara. Bagian lain lapangan administrasi negara diatur oleh Hukum

Tata Negara, Hukum Privat dan sebagainya.14

Prajudi Atmosudirdjo dalam bukunya Hukum Administrasi Negara

merumuskan definisi Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang secara

khas mengenai seluk-beluk daripada administrasi Negara dan terdiri atas dua

tingkatan, yaitu:

15

Hukum Administrasi Heteronom, yang bersumber pada

Undang-Undang Dasar, TAP MPR, dan undang-undang, adalah hukum yang

mengatur seluk-beluk organisasi dan fungsi administrasi negara. Hukum

Administrasi Negara otonom adalah hukum operasional yang dicipta oleh

pemerintah dan administrasi negara sendiri.16

Hartono Hadisoeprapto dalam bukunya Pengantar Tata Hukum Indonesia,

Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai rangkaian-rangkaian aturan-aturan

hukum yang mengatur cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara menjalankan

tugasnya.

(12)

Alat-alat administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan

sendirinya menimbulkan hubungan-hubungan yang disebut hubungan hukum.

Hubungan-hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni :

a) Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan alat

administrasi negara yang lain;

b) Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan perseorangan

(individual), yakni para warga negara, atau dengan badan-badan hukum

swasta.18

Dalam suatu negara hukum, hubungan-hubungan hukum tersebut

disalurkan dalam kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang

merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara. Kaidah-kaidah hukum

tersebut terdiri dari:

a) Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat

administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.

b) Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat administrasi

negara (Pemerintah) dengan para warga negaranya.

Dalam ilmu Hukum Administrasi Negara yang penting adalah perbuatan

hukum alat administrasi negara dalam hubungannya dengan warga negara, dimana

hubungan ini akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara.19

2. Pengertian Pendanaan Pendidikan

Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk

(13)

pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan

untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. pendanaan pendidikan

menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah meliputi penyelenggara atau

satuan pendidikan yang didirikan masyarakat, peserta didik, orang tua atau wakil

peserta didik dan pihak lain selain yang dimaksud sebelumnya yang mempunyai

perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

3. Jenis Pembiayaan Pendidikan

Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang

Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama

antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam bagian ini akan

diuraikan jenis-jenis biaya pendidikan sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 2008

tersebut. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu Biaya Satuan

Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya

Pribadi Peserta Didik.20

1) Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan yang meliputi:

a) Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

b) Biaya operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia.

Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta

tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah

20

(14)

biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak

langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi.

c) Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada

peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai

pendidikannya.

d) Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta

didik yang berprestasi.

2) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah biaya

penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah,

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara /

satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

3) Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa

mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Selain itu pada Pasal 6 biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 yang merupakan tanggung jawab Pemerintah

dialokasikan dalam anggaran pemerintah, dan yang merupakan tanggung jawab

pemerintah daerah dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah sesuai dengan

sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan. Tanggung jawab

pendanaa pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam bantuan biaya

pendidikan dan beasiswa, dijelaskan pada Pasal 27 bab II yaitu tanggung jawab

(15)

1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya memberi

bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang

tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya dapat memberi

beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

Pada Pasal 28, bantuan biaya pendidikan mencakup sebagian atau seluruh

biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi

peserta didik dan diatur dengan peraturan Menteri atau peraturan menteri sesuai

kewenangan masing-masing serta diatur dengan peraturan kepala daerah.

Beasiswa harus mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang

harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik. Pemberian

beasiswa oleh pemerintah diatur dengan peraturan menteri atau peratutan menteri

agama sesuai dengan wewenang masing-masing. Pemberian yang diberikan oleh

pemerintah daerah harus sesuai dengan pertauran kepala daerah ini semua pada

Pasal 29.

Satuan pendidikan yang diselanggarakan oleh pemerintah atau Pemda

wajib menerima biaya nonpersonalia dari pemerintah atau pemerintah daerah bila

terjadi penolakan terhadap bantuan biaya nonpersonalia maka satuan pendidikan

harus sesuai dengan yang telah diselenggarakan pemerintah atau pemerintah

daerah dan satuan pendidikan dilarang memungut biaya tersebut dari peserta

didik, orang tua atau wakil peserta didik. Dan jika terjadi pemungutan maka

satuan pendidikan tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan

(16)

Tanggung jawab pendanaan pendidikan oleh penyelenggara atau satuan

pendidikan yang didirikan masyarakat pada bantuan biaya pendidikan dan

beasiswa Pasal 44 yaitu Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan

masyarakat memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta

didik atau orang tua atau walinya yang tidak mampu membiayai pendidikannya

dan memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi. Sumbernya bisa

dari:

1. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat;

2. Pemerintah;

3. Pemerintah daerah;

4. Orang tua/wali peserta didik;

5. Pemangku kepentingan di luar peserta didik dan orang tua/walinya;

6. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau

7. Sumber lainnya yang sah.

Pasal 45 bantuan biaya pendidikan dan beasiswa sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 44 mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus

ditanggung peserta didik, termasuk biaya personal. Ketentuan lebih lanjut

mengenai pemberian bantuan biaya pendidikan dan beasiswa oleh penyelenggara

atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 44 diatur dengan peraturan penyelenggara atau satuan pendidikan yang

bersangkutan.

Pasal 46 satuan pendidikan pelaksana program wajib belajar yang

(17)

internasional atau berbasis keunggulan lokal, wajib menerima bantuan biaya

nonpersonalia dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008

Berdasarkan pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, bahwa yang dimaksud dengan

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD

NRI 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia,

dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Adapun rumusan pengertian tentang Pendidikan Nasional dapat penulis

kemukakan pendapat Ki. Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Nasional di

Indonesia serta yang diangkat oleh Pemerintah sebagai Bapak Pendidikan,

menyatakan sebagai berikut:21

21

“Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya dan ditujukan untuk keperluan peri-kehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemulian segenap manusia di seluruh dunia”.

Dengan demikian nampak erat sekali hubungan antara seorang

nasionalisme dengan keyakinan hidup kebangsaan. Hal ini akan dihayati bagi

orang yang menyatakan diri dengan hidup bangsanya dan merasa terikat dengan

benang sutera kecintaan yang halus dan suci dengan bangsanya.

(18)

Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 (Sembilan) tahun gratis

memang menjadi impian setiap warga. Namun, pendidikan gratis itu sering

disalahartikan. Ada yang mengartikan pendidikan gratis adalah tidak membayar

uang sekolah berikut segala keperluannya seperti buku, seragam, dan transportasi.

Ada pula yang mengartikan pendidikan gratis hanya meliputi biaya operasional

sekolah.

Pengertian Wajar Dikdas gratis versi pemerintah, dalam hal ini

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), hanya mencakup biaya

operasional sekolah seperti uang sekolah dan gaji guru, serta biaya investasi yang

meliputi penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia,

dan modal kerja tetap yang penggunaannya lebih dari satu tahun.

Sedangkan biaya transportasi siswa dari rumah ke sekolah masih

dibebankan pada orangtua murid. Dalam PP No 48 Tahun 2008 tentang

Pembiayaan Pendidikan, disebutkan bahwa pemerintah hanya menanggung biaya

operasional sekolah seperti gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan,

tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan, tunjangan

struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan.

Pengertian biaya dalam ekonomi adalah pengorbanan-pengorbanan yang

dinyatakan dalam bentuk uang, diberikan secara rasional, melekat pada proses

produksi, dan tidak dapat dihindarkan. Bila tidak demikian, maka pengeluaran

tersebut dikategorikan sebagai pemborosan.

Lembaga pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan, seperti halnya

(19)

tetapi ada beberapa kesulitan khusus mengenai penerapan perhitungan biaya ini. J.

Hallack mengemukakan tiga macam kesulitan, yaitu berkenaan dengan (1)

definisi produksi pendidikan, (2) identifikasi transaksi ekonomi yang

berhubungan dengan pendidikan, dan (3) suatu kenyataan bahwa pendidikan

mempunyai sifat sebagai pelayanan umum.22

Biaya pendidikan dapat dikategorikan dalam beberapa cara, antara lain

biaya ini dikategorikan atas (1) biaya langsung dan biaya tidak langsung, (2) biaya

sosial dan biaya privat, dan (3) biaya moneter dan biaya non-moneter.23

‘The primaryobjectie at business firm is economic service”. Tidak ada organisasi yang dapat hidup jika tidak memberikan nilai ekonomis

Di lihat dari luasnya, analisis pengeluaran pendidikan dapat dilakukan

secara keseluruhan dan secara mikro. Studi biaya pendidikan secara keseluruhan

atau nasional menyangkut (1) biaya pendidikan dan produk domestik bruto, dan

(2) unsur-unsur biaya pendidikan. Analisis biaya secara mikro, adalah analisis

biaya pada tingkat lembaga, yaitu pada tingkat distrik/yayasan dan pada tingkat

satuan pendidikan.

24

. Nilai

ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas yang dilakukan oleh para

anggotanya untuk menciptakan produk atau jasa organisasi.25

22

Aktivitas-aktivitas

tersebut kemudian menghubungkan tujuan organisasi dengan hasilnya. Adalah

tanggal 29 Desember 2013

23 Ibid.

24Bag. Perencanaan. 2010. Biaya Operasional sekolah.

[Online]. Tersedia:

(20)

pekerjaan manajemen untuk mengelompokan aktivitas-aktivitas tersebut

sedemikian rupa sehingga membentuk sturuktur organisasi.

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara

langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut

lebih tersa lagi dlam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, yang menuntut

kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta

mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparansi kepada

masyarakat dan pemerintah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan

merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak

trpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen-komponen keuangan

dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang

menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar di sekolah bersama dengan

komponen-komponen yang lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan

sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun yang tidak disadari.

Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar

dana-dana yangada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang

tercapainnya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBS,

yang memberikan kewewenangan kepada sekolah untuk mencari dan

memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan kebutuhan masing-masing

sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada

(21)

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar

dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:

1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya,

yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan

pendidikan.

2. Orang tua atau peserta didik

3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. Berkaitan

dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat

ditegaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 1989

bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam

pemenuhan kebutuhan dana pendidikan, tanggungjawab atas

pemenuhan dana pendidikan merupaka tanggungjawab bersama

antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. Adapun dimensi

pengeluaran meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan.26

Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun

seperti gaji pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya

pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis

pakai). Sementara biaya pembangunan, misalnya biaya pembelian atau

pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung. Dalam

implementasi MBS, manajemen komponen keuangan harus dilaksanakan dengan

baik dan teliti mulai dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan sampai

pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar

26

(22)

semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien, tidak ada

kebocoran-kebocorann serta bebas dari korupsi. Kepala sekolah dalam hal ini,

sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator dan dilimpahi fungsi ordonator untuk

memerintahkan pembayaran. Namun tidak dibenarkan melaksanakan fungsi

bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan kedalam.

Bendaharawan, disamping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan juga

dilimpahi fungsi ordinator untuk menguji atas pembayaran.

Tiap unit kerja selalu berhubungan masalah keuangan, demikian pula

sekolah. Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya

berkisar pada uang sumbangan pendidikan, uang kesejahteraan personal dan gaji

serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah.

F. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu

masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan

tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode

penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.27

Menurut Sutrisno Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana

(23)

Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan tidak lain untuk

memperoleh data yang telah diuji kebenaran ilmiahnya, Namun untuk mencapai

kebenaran ilmiah tersebut, ada dua pola pikir menurut sejarahnya, yaitu berfikir

secara rasional dan berfikir secara empiris, oleh karena itu untuk menemukan

metode ilmiah, maka digabungkanlah metode pendekatan rasional dan metode

pendekatan empiris, di sini rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang

logis, sedangkan empirisme merupakan kerangka pembuktian atau pengujian

untuk memastikan suatu kebenaran.

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan yuridis empiris, yang dimaksud dengan pendekatan yuridis, adalah

suatu cara yang digunakan dalam suatu penelitian yang mempergunakan asas-asas

serta peraturan perundang-undangan guna meninjau, melihat serta menganalisis

permasalahan, sedangkan metode pendekatan empiris merupakan kerangka

pembuktian atau pengujian untuk memastikan suatu kebenaran.29

Sehingga yang dimaksud dengan yuridis empiris, adalah suatu penelitian

yang tidak hanya menekankan pada kenyataan pelaksanaan hukum saja, tetapi

juga menekankan pada kenyataan hukum dalam praktek yang dijalankan oleh

anggota masyarakat.30

Pendekatan yuridis, digunakan antara lain untuk menganalisis berbagai

teori-teori hukum dan peraturan perundang-undangan, terkait dengan Aspek

Hukum Administrasi Negara tentang Mekanisme Pemberian dana rintisan BOS.

29

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,1990, hal.36.

30

(24)

Sedangkan pendekatan empiris, digunakan untuk menganalisis hukum yang

dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat

yang selalu berinteraksi. Pendekatan penelitian yuridis empiris ini disebut oleh

Soejono dan H. Abdulrahman sebagai Socio- legal Research, yakni memandang

hukum sebagai Law in Action yang menyangkut pertautan antara hukum dengan pranata-pranata sosial.31

2. Sumber Data

Berkaitan dengan data sekunder, maka dalam penelitian ini digunakan

sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder. Sumber hukum primer antara

lain berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang mekanisme

pemberian dana rintisan BOS. Sedangkan sumber hukum sekunder meliputi

bahan-bahan rujukan seperti dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah

atau risalah perundang-undangan, pendapat para pakar, hasil penelitian dan

kegiatan ilmiah lainnya.32

3. Teknik Pengumpulan Data

Dan yang berkaitan dengan data primer dalam

penelitian ini yang menjadi sumber adalah para informan yaitu pejabat-pejabat

yang berkompeten memberikan informasi masalah pemberian dana rintisan BOS

di Medan dengan melakukan wawancara dengan para pejabat dimaksud.

Mengingat penelitian ini bertitik tolak pada data sekunder, maka langkah

pertama dalam pengumpulan data yaitu dilakukan dengan cara mengadakan telah

bahan pustaka dan studi dokumen. Bahan pustaka dan dokumen yang diteliti

31

(25)

berkaitan dengan permasalahan, baik yang diberikan dengan mekanisme

pemberian dana rintisan BOS. Dan disamping itu, juga dilakukan studi lapangan

melalui serangkaian wawancara dengan para pejabat di lingkungan Dinas

Pendidikan Kota Medan. Wawancara akan dilaksanakan setelah melakukan

inventarisasi permasalahan secara lebih konkrit guna mendapatkan data yang

akurat mengenai mekanisme, sistem, dan kebijakan-kebijakan yang diambil serta

kendala-kendala yang dihadapi dan upaya-upaya untuk mengatasinya.

4. Analisis data

Data yang didapatkan sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara

kualitatif dengan penguraian secara deskriptif dan preskriptif, dengan maksud

agar penelitian ini tidak hanya menggambarkan data-data semata, tetapi juga

mengungkapkan realitas mengenai bagaimana yang seharusnya dan bagaimana

pula kondisi riil di lapangan. Sebagai suatu analisis, maka ada 3 (tiga) alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Agar data yang diperoleh di lapangan dapat dibaca dengan baik, maka hasil

reduksi data tersebut disajikan dalam berbagai bentuk, seperti : bagan maupun

dalam bentuk teks naratif. Dari rangkaian kegiatan tersebut. Kemudian ditarik

kesimpulan-kesimpulan yang juga sekaligus diverifikasi, baik selama penelitian

(26)

Analisa kualitatif yang bersifat deskriptif dan perskriptif ini, merupakan

suatu kegiatan analisis yang bertumpu pada analisis yuridis normatif, yang

ditujukan untuk mengkaji dan mengungkap bagaimana yang seharusnya dan

bagaimana pula kenyataannya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk menyusun skripsi ini peneliti membahas menguraikan masalah yang

dibagi dalam lima bab. Adapun maksud dari pembagian skripsi ini ke dalam

bab-bab dan sub bab-bab-bab-bab adalah agar untuk menjelaskan dan menguraikan setiap

masalah dengan baik, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas mengenai Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan,

Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan

BAB II MEKANISME PENYALURAN DANA RINTISAN BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA MEDAN

(27)

BAB III PENGENDALIAN DANA RINTISAN BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH

Pada bagian ini akan membahas tentang Pengawasan Program

Dana Rintisan Operasional Sekolah, Pemantauan Pelaksanaan

Program Dana Rintisan Operasional Sekolah dan Realisasi dana

Rintisan Bantuan Operasional Sekolah.

BAB IV MEKANISME PEMBERIAN DANA RINTISAN BANTUAN

OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA MEDAN DI TINJAU

DARI ASPEK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bab ini akan membahas tentang Efektivitas diselenggarakannya

penyaluran Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah terhadap

siswa sekolah dan masyarakat, Beberapa Masalah yang muncul

dalam Pelaksanaan Program Dana Rintisan Bantuan Operasional

Sekolah dan Sanksi Terhadap penyalahgunaan Program Dana

Rintisan Bantuan Operasional Sekolah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran dari seluruh

rangkaian bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan

kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian penelitian, kemudian

dilengkapi dengan saran yang mungkin bermanfaat di masa yang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah dilakukan evaluasi oleh Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dibentuk berdasarkan surat keputusan Bupati

Berdasarkan inti pemikiran Mulyadhi Kartanegara tentang islamisasi ilmu tersebut, penulis melihat tiga relevansi islamisasi ilmu dengan pengembangan ilmu pengetahuan

Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori tersebut; dapat juga dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain, yaitu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada objek wisata Pulau Tangkil memperoleh data biaya perjalanan total yang dikeluarkan pengunjung adalah sebesar

The findings revealed that although the language policy in Indonesia has put English language teaching and learning within the framework of communicative

Peserta didik bergaya kognitif field-independent memperoleh hasil belajar lebih tinggi pada tes dengan jumlah butir soal banyak, sedang peserta didik bergaya kognitif

Based on the analysis using Response Surface Method Box Behnken Design for rotary tool turning process of magnesium AZ31, that the prediction of the optimum condition of