TINJAUAN PUSTAKA
1. Botani tanaman
Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium ascalonicum L.
Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang tegak
dengan tinggi dapat mencapai 15-50 cm dan membentuk rumpun. Akar berbentuk
serabut yang tidak panjang (Rahayu dan Berlian, 1999).
Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang pencar pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran
tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 2-5
mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (Rukmana, 1994).
Tanaman bawang memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang
mata tunas (titik tumbuh). Di atas discus terbentuk batang semu tersusun dari
pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk
dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus) (Rukmana, 1994).
Daun bawang merah berbentuk bulat kecil dan memanjang seperti pipa, tetapi
ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun.
Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian bawahnya melebar membengkak
(Rahayu dan Berlian, 1999). Ukurannya antara 50-70 cm, berlubang dan bagian
ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua dan letak daun melekat pada
tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana, 1994).
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar
(bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6 helai daun bunga
yang berwarna putih. Sebagai bunga sempurna (hemaprodit). Bawang merah dapat
menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga dan tangan manusia
(Rukmana, 1994).
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya timbul membungkus biji berjumlah
2-3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih,
tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai
bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 1994).
Syarat tumbuh
yang lebih dari 12 jam. Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah
sampai dataran tinggi (0-1000) m di atas permukaan laut dengan curah hujan
300-2500 mm/tahun. Tanaman bawang merah menghendaki temperature udara antara
250C-320C. Suhu rata-rata pertahun yang dikehendaki oleh tanaman bawang merah
adalah sekitar 300C (BP4K, 2011).
Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik dengan jenis tanah lempung berpasir atau lempung
berdebu. Derajat kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5.
Draenasi dan aerasi dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan
(Rukmana, 1994).
2. Klasifikasi penyakit layu fusarium (F. oxysporum)
Menurut Pelczar et al., (1983) dan Volk & Wheeler (1984) penyakit layu fusarium (F. oxysporum) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Mycota
Divisio : Eumycota
Subdivisio : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Dematiaceae
Genus : Fusarium
Ciri-ciri dari cendawan ini adalah konidia hialin terdiri dari dua jenis yaitu
makrokonidia dan mikrokonidia. Makrokonidia berbentuk sabit, umumnya bersekat
tiga, berukuran 30 – 40 x 4,5 – 5,5 µm (Gambar 1), mikrokonidia bersel-1, berbentuk
bulat telur atau lonjong, terbentuk secara tunggal atau berangkai-rangkai, membentuk
massa yang berwarna putih atau merah jambu. Koloni tumbuh cepat dalam waktu 4
hari setelah mencapai diameter 7,5-9 cm. Miselia seperti kapas, dan semula berwarna
agak putih (Indrawati, 1999).
Sporangia berwarna jingga hingga coklat kemerahan dan dibentuk di bagian
tengah dari koloni yang sudah tua. Konidiofor dapat bercabang dan tidak akan
membentuk monofialid. Mikrokonidia dan makrokonidia membengkok di bagian
dorsal sehingga tampak seperti sekat. Memiliki sel halus dan sel apical yang
membengkok jelas (Indrawati, 1999).
Gambar 1: Makrokonidia F. oxysporum (a. Sekat, b. Konidiofor) Sumber : foto langsung
a
Gejala serangan
Bagian tanaman yang diserang adalah bagian dasar umbi lapis, sehingga
pertumbuhan akar dan umbi terganggu. Daun bawang menguning dan terpelintir layu,
tanaman mudah tercabut bahkan membusuk akibat serangan Fusarium pada dasar
umbi sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Umbi yang terserang akan
menampakkan dasar umbi yang putih karena massa cendawan dan umbi membusuk
dimulai dari dasar umbi. Pada dasar umbi terlihat cendawan berwarna
keputih-putihan, serangan lanjut tanaman akan mati yang dimulai dari ujung daun kemudian
menjalar ke bagian bawah (BP4K, 2011) (Gambar 2).
Gambar 2: Gejala serangan layu fusarium Sumber : foto langsung
Siklus hidup
Jamur mampu bertahan hidup lama di dalam tanah dan bersifat tular tanah.
Selain itu jamur juga ditularkan oleh pengairan dan tanah terkontaminasi. Infeksi
pada umbi dapat juga disebabkan patogen yang terbawa bibit dan tersebar di lapangan
Fusarium oxysporum dapat bertahan hidup dengan membentuk spora jamur. Klamidospora membentuk masa dormansi pada tanaman inang. Tallus dapat
menghasilkan konidia dalam 6-8 jam, dan klamidospora dalam 2-3 hari jika kondisi
memungkinkan (Groenewald, 2006).
Pengendalian :
- Penanaman sebaiknya dilakukan bukan pada bekas lahan yang terserang layu
fusarium. Apabila pertanaman dilakukan pada lahan yang pernah terserang
sebaiknya dilakukan rotasi dengan tanaman lain yang bukan tanaman
inangnya.
- Tanaman yang terserang layu fusarium dicabut lalu dimusnahkan.
- Menggunakan bibit yang bebas penyakit.
- Drainase sebaik mungkin.
- Memberi perlakuan bibit sebelum ditanam dengan 100 gr fungisida per 100
kg umbi bibit.
- Menjaga tanaman / umbi jangan sampai terluka akibat perlakuan sewaktu
pemeliharaan maupun panen (BP4K, 2011).
3. Biologi Jamur Antagonis
a. Klasifikasi Jamur Trichoderma sp.
Menurut Pelczar et al., (1983) klasifikasikan Trichoderma sp adalah sebagai berikut ;
Kelas : Hyphomycetes
Ordo : Hyphomycetales
Famili : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.
Cendawan ini berwarna hijau seperti lumut tetapi lebih cerah. Penampilan
warna ini disebabkan oleh pewarnaan fialospora, jumlah spora dan adanya
perpanjangan hifa steril. Menghasilkan sejumlah besar enzim ekstaraseluler β
(1,3)-glukanase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel patogen
(Howell, 2003).
Trichoderma sp. memproduksi konidia aseksual berbentuk globus dengan konidia tersusun seperti buah anggur. Konidium berbentuk jorong, bersel 1, dalam
kelompok-kelompok kecil yang terminal dan berwarna hijau kebiruan
(Harman, 2006) (Gambar 3).
Gambar 3: Konidia Trichoderma sp. (a. konidiofor, b. konidia) Sumber : Foto langsung
Beberapa anggota dari genus Trichoderma menghasilkan toksin trichodermin. Toksin ini dihasilkan oleh cendawan bila hidup pada tanaman hidup Adanya aktifitas
a
metabolik hifa yang tinggi pada bahan organik dapat pula menyerang dan
menghancurkan propagul patogen yang ada disekitarnya (Harman, 2006).
b. Klasifikasi jamur Gliocladium sp.
Menurut Alexopaulus (1982) klasifikasi Gliocladium sp. adalah sebagai berikut :
Divisio : Eumycota
Sub Divisio :Deuteromycota
Kelas : Hyphomycetes
Ordo : Hyphomycetales
Famili : Moniliaceae
Genus : Gliocladium
Spesies : Gliocladium sp.
Gliocladium sp. mempunyai konidiofor tegak, bersepta bening dan tidak berwarna, pada cabang terakhir menghasilkan fialid dan kadang-kadang berbentuk
botol. Fitur yang paling karakteristik dari genus ini adalah konidiofor tegak, hialin
bersel satu dan konidia berdinding halus di kepala (Schlegel, 1994) (Gambar 4).
a
Sumber : Foto Langsung
Gliocladium sp. digambarkan sebagai tiruan Penicellium dengan konidia berlendir. Koloni yang cepat tumbuh, memiliki tekstur berwarna putih pada awalnya,
kadang-kadang merah muda seperti salmon, kemudian menjadi pucat sampai hijau
tua dengan sporulasi. Spesies Gliocladium sp. juga dapat menghasilkan konidiofor percabangan verticillate dan penicillate sehingga sulit dibedakan dengan Verticillium
atau Trichoderma (Howell, 2003).
Cendawan mengeluarkan gliovirin dan viridian yang merupakan antibiotic
yang bersifat fungistatik. Senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan
cendawan lain. Patogen/penyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu tanaman
(Fusarium spp), Rhizoctiona solani, Phytium spp dan Sclerotina sclerotiorum.
Gliocladium sp. memarasit inangnya dengan cara menutupi atau membungkus patogen, memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel patogen hingga
patogen mati. Gliocladium sp. dapat hidup sebagai saprofit maupun parasit pada cendawan lain, dapat berkompetisi dengan makanan, dapat menghasilkan zat