• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PERKARA PERDATA ITA PURNAMASARI MUH. DJAFAR ABD. RAHMAN HAFID Abstrak - KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PERKARA PERDATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PERKARA PERDATA ITA PURNAMASARI MUH. DJAFAR ABD. RAHMAN HAFID Abstrak - KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH DALAM PERKARA PERDATA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

179 KEKUATAN PEMBUKTIAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH

DALAM PERKARA PERDATA

ITA PURNAMASARI MUH. DJAFAR ABD. RAHMAN HAFID

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan dapat mengemukakan tentang penjabaran fungsi suatu sebagai alat bukti hak atas tanah bagi pemegangnya dan sejauhmana arti pembuktian dalam pengadaan sertifikat sebagai alat bukti hak atas tanah bagi pemegangnya.

Kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah merupakan jaminan kepastian hukum dari sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan yang bersifat kuat artinya sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain yang merasa berhak dan mempunyai alat bukti untuk membuktikannya maka dalam hal ini sertifikat tersebut mempunyai kepastian hukum yang kuat

Untuk itu, dalam menghindari persoalan-persoalan yang muncul dalam penerbitan sertifikat pemerintah dan masyarakat harus bersinergi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Negara Agraria dan Tata Ruang maupun Badan Pertanahan Nasional wajib menerbitkan sertifikat hak atas tanah berdasarkan asas kepastian hukum, asas kecermatan dan asas aman dengan jujur dan profesional, sedangkan masyarakat berdasarkan asas keterbukaan wajib mengetahui tanah yang termuat dalam sertifikat yang diterbitkan baik lokasi tanah itu berada, luas tanah, dan batas-batas tanah. Maka dengan cara itulah kepastian dan kekuatan hukum dari sertifikat tanah akan terjamin.

Kata kunci : Sertifikat, Alat Bukti, Jaminan Kepastian Dan Perlindungan Hukum.

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dikarunia oleh Tuhan Yang Maha Esa tanah air yang kaya raya dengan sumber kekayaan alam, antara lain dengan permukaan tanah yang luas yang dimanfaatkan dalam rangka pembangunan nasional untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini telah ditegaskan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan :

(2)

180 Tanah merupakan kebutuhan

hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktifitas diatas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Dapat dikatakan bahwa manusia memerlukan tanah sejak ia dilahirkan ke alam fana ( dunia) ini. Hingga pada saat manusia pun meninggal dunia masih memerlukan tanah. Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang selalu

berusaha memiliki dan

menguasainya. Oleh karena itu,

pemerintah memberikan

sosialisasinnya terhadap masyarakat atas pentingnya kepemilikan tanah yng dimilikinya, yaitu setiap tanah yang dimiliki oleh masyarakat yang mempuyai hak atas suatu tanah tersebut, agar didaftarkan dan untuk selanjutnya disertifikatkan di Kantor Badan Pertanahan.

Hal perlindungan tentang hukum yang dijabarkan di dalam pemberian

kepastiannya yang tidak terlepas dari penjaminan lewat pendaftaran tanah, ditindak lanjuti ketentuan pasal 4 Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, sebagaimana pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah”.

Dilihat dari kepentingan perlunya diadakan pendaftaran tanah baru.

“Dalam pembangunan jangka panjang kedua peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha dan sehubungan dengan ini akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan pertama-tama memerlukan tersediannya perangkat hukum yang tertulis dan jelas, yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya”1 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kekuatan pembuktian sertifikat hak milik atas tanah dalam perkara perdata?

1

(3)

181 2. Seperti apa kendala dalam

pembuktian sertifikat hak milik atas tanah?

II.PEMBAHASAN

A. Kekuatan Pembuktian Sertifikat Hak Milik Atas Tanah

Sertifikat merupakan alat bukti yang kuat dan autentik. Kekuatan sertifikat merupakan jaminan kepastian hukum bagi pemegang sertifikat sebagai yang kuat sebagaimana telah ditegaskan dalam Pasal 32 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Kekuatan berlakunya sertifikat hak memberikan kepastian hukum pemilikan tanah bagi orang yang namanya tercantum dalam sertifikat sehingga penerbitan sertifikat dapat mencegah sengketa tanah. Pemilikan sertifikat melindungi dari tindakan sewenang-wenang oleh siapapun, mencegah dari sengketa, dan mempunyai nilai ekonomi dimana tanah yang bersertifikat mempunyai nilai yang tinggi apabila dijadikan utang dengan hak tanggungan ( HT ).

Bahwa sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Dalam hal ini, berarti bahwa selamanya tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum didalamnya harus diterima sebagai data yang benar,baik dalam melakukan perbuatan hukum sehari-hari maupun berperkara dipengadilan. Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertifikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam surat dan buku tanah yang bersangkutan, karena data itu di ambil dari surat dan buku tanah.

(4)

182 didaftar, pemegang hak atas tanah

dan hak-hak pihak lain serta beban-beban lain yang berada di atasnya) merupakan tanda bukti yang kuat.

Dengan memiliki sertifikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subjek hak dan objek haknya menjadi nyata selain hal tersebut sertifikat memberikan berbagai manfaat, misalnya mengurangi kemungkinan sengketa dengan pihak lain, serta memperkuat posisi tawar menawar apabila hak atas tanah yang telah bersertifikat diperlukan pihak lain untuk kepentingan pembangunan apabila dibandingkan dengan tanah yang belum bersertifikat serta mempersingkat proses peralihan serta pembebanan hak atas tanah.

Bagi pemegang hak atas tanah, memiliki sertifikat mempunyai nilai lebih yaitu akan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum sebab dibandingkan dengan alat bukti tertulis lainnya, sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, artinya pemegang hak atas

tanah yang namanya tercantum dalam sertifikat harus dianggap sebagai benar sampai dibuktikan sebaliknya di Pengadilan dengan alat bukti lain.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997. Sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang berlaku sebagai alat bukti sesuai yang termuat didalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.2

Berdasarkan ketentuan tersebut Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 Pasal 32 ayat (2) yang berbunyi:

“Bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dapat menjadi bukti di pengadilan apabila terjadi sengketa pertanahan. Sengketa pertanahan dapat terjadi apabila dalam penyajian data yuridis dan data fisik tidak dilakukan dengan benar.”

2

(5)

183 Dalam hal ini Pembuktian,

menurut Prof. R. subekti, memberikan arti membuktikan dengan mengikat hakim untuk

membenarkan kebenaran

peristiwa/hak yang dipersengketakan oleh para pihak dalam suatu perkara.3

Secara umum kekuatan pembuktian alat bukti tertulis, terutama akta otentik mempunyai tiga macam kekuatan pembuktian, yaitu:

a. Kekuatan pembuktian formil: Membuktikan antara para pihak bahwa mereka sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut.

b. Kekuatan pembuktian materiil: Membuktikan antara para pihak, bahwa benar-benar peristiwa yang tersebut dalam akta itu telah terjadi.

c. Kekuatan mengikat: Membuktikan antara para pihak dan pihak ketiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan telah menghadap kepada pegawai umum tadi dan

3

R. Subekti,. “Hukum Pembuktian”. Penerbit

Pradny „Paramita, Jakarta, hlm 5-6

menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut.

Untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah, maka dapat dilihat dari sifat pendaftaran tanah yang diselenggarakan di Indonesia yaitu bertujuan untuk menjamin kepastian hukum. Jaminan kepastian hukum adalah untuk menghindari terjadinya penerbitan sertifikat tanah bukan kepada orang yang berhak. Sehubungan dengan sifat pendaftaran tanah tersebut, maka UUPA dalam pelaksanaan pendaftaran tanah menganut system negatif, yaitu segala apa yang tercantum dalam sertifikat tanah adalah benar sampai dapat dibuktikan keadaan sebaliknya di muka pengadilan.

(6)

184 sebaliknya yang menyatakan

ketidaksahan sertifikat tanah tersebut. Dengan demikian sertifikat tanah bukanlah satu-satunya surat bukti pemegang hak atas tanah, oleh karena masih dimungkinkan ada lagi bukti- bukti lain tentang pemegang hak atas tanah tersebut.

Sifat pembuktian sertifikat sebagai tanda bukti hak dimuat dalam pasal 32 Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 1997,yaitu :

1. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya,sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.

2. Dalam atas hal suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut

apabila dalam waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan kepengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat.

Selain itu Pembuktian juga diatur dalam pasal 163 HIR/283 RBg dan 1865 KUHperdata Pasal 163 HIR/283 RBg berbunyi :

“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak, atau mengatakan haknya sendiri maupun membantah sesuatu hak orang lain, harus membuktikan hak itu atau adanya perbuatan itu”.

Pasal 1865 KUHperdata berbunyi : “Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah sesuatu hak orang lain, menunjukan pada suatu peristiwa tersebut”.

(7)

185 dirugikan atas diterbitkannya

sertifikat. Untuk menutupi kelemahan dalam ketentuan pasal 32 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 dan untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemilik sertifikat dari gugatan dari pihak lain dan menjadikannya sertifikat sebagai tanda bukti yang bersifat mutlak, maka dibuatlah ketentuan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang bersifat mutlak apabila memenuhi unsur-unsur secara kumulatif,yaitu :

a. Sertifikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum

b. Tanah diperoleh dengan itikad baik

c. Tanah dikuasai secara nyata. d. Dalam waktu 5 tahun sejak

diterbitkannya sertifikat itu tidak ada yang mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan kepala kantor pertanahan kabupaten/kota setempat ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat4.

Dengan demikian menurut penulis atas dasar syarat tersebut di atas

4

Sahnan, . Hukum Agraria Indonesia, Setara Press: Malang ,hlm 122.

menandakan bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dalam rangka memberikan jaminan hukum di bidang pertanahan bagi pemegang hak atas tanah, jika bidang tanah milik seseorang telah disertifikatkan, tidak mudah bagi orang lain atau pihak mana pun untuk merebutnya dari tangan si pemegang sertifikat, apalagi bila usia sertifikat telah melampaui waktu lima tahun.

(8)

186 B. Kendala-kendala Dalam

Pembuktian Sertifikat Hak Milik Atas Tanah.

Untuk memberikan kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam Peraturan Pemerintah ini diberikan penegasaan mengenai sejauh mana pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendafratan Tanah. Hal ini tercantum dalam di pasal 32 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 yang berbunyi:

1. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

2. Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima)tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang

bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut.

Dikatakan demikian, karena selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidakbenarannya, maka keterangan yang ada dalam sertifikat harus dianggap benar dengan tidak perlu bukti tambahan, sedangkan alat bukti lain tersebut hanya dianggap sebagai alat bukti permulaan dan harus dikuatkan oleh alat bukti yang lainnya. Jadi, sertifikat tanah membuktikan bahwa pemegang hak mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu. Dimana data fisik mencakup keterangan mengenai letak, batas, dan luas tanah. Data yuridis mencakup keterangan mengenai status hukum bidang tanah, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.

(9)

187 bersangkutan maupun pihak-pihak

yang merasa kepentingannya dirugikan. Sering kita dapatkan kendala-kendala seperti adanya sertifikat palsu (ganda), sertifikat tumpang tindih (Overlapping) yang mengakibatkan cacat hukum dan administrasi sehingga tidak jarang kendala-kendala dalam pembuktian sertifikat terjadi perselisihan yang akhirnya diselesaikan di pengadilan. Persoalan lain yang juga sering muncul adalah terjadinya berbagai pungutan atau korupsi sertifikat tanah. Persetifikatan tanah bisa berjalan cepat, tergantung pada siapa yang menginginkan “berapa” uang yang di sediakan. Dalam praktik, sertifikat tanah dapat dengan cepat keluar jika yang berkepentingan menyediakan biaya yang jumlahnya lebih besar dari biaya resmi yang tertulis didalam kwitansi, atau jika pengurusanya menggunakan memo dari orang kuat. Fenomena pensertifikatan tanah yang berbau KKN seperti ini bukan hanya terjadi di kantor BPN, tetapi di sinyalir sejak mulai dari padukuhan dan desa/kelurahan. Masalah ini tidak

menyakut materi hukum, tetapi menyakut soal clean government. Yang menjadi korban pada umumnya yang kecil yang secara mental yang masih menganggap aparat pemerintah bukan pelayan masyarakat melaikan tuan yang harus di jamu dan di layani.5

Dengan demikian, kebijakan maupun aturan yang ada harus diterapkan dengan baik dan profesional, dalam menerbitkan sertifikat hak atas tanah harus berdasarkan asas kepastian hukum, asas kecermatan, dan asas aman untuk terjaminnya kekuatan hukum dan kepastian hukum dari sertifikat yang diterbitkan, akan menghasilkan upaya percepatan pensertifikasian tanah dan tertib penggunaan tanah, tertib administrasi tanah, menciptakan rasa aman dalam pemilikan dan penguasaan tanah, memberikan jaminan kepastian hak atas tanah.

5

(10)

188 Dan juga melalui masyarakat

berdasarkan asas keterbukaan diharuskan kepada masyarakat pun yang mempunyai tanah harus memelihara baik data yuridis berupa jika ada peralihan hak, pembebanan hak ataupun yang lainnya harus segera di daftarkan ke Pemerintah (kementerian negara agraria dan tata ruang) dan jika menyangkut data fisiknya maka diharuskan mengetahui dimana lokasi tanah yang dipunyai, mengetahui batas-batas tanah tersebut. Artinya diharuskan adanya sinergi yang dilakukan antara pemerintah dan masyarakat untuk menjamin dan menjaga kepastian dan kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah

Selain itu, kebijakan tersebut akan memberikan pengakuan dan perlindungan semua hak milik atas tanah yang dimilikinya, baik yang sudah maupun belum terdaftar. Dengan adanya perlindungan tersebut pastinya akan dapat meminimalisir persoalan-persoalan yang ada dan diharapkan setiap pemilik hak atas tanah dapat

memanfaatkan sumber daya tanah dengan baik.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

1) Kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah merupakan jaminan kepastian hukum dari sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan yang bersifat kuat artinya sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya oleh pihak lain yang merasa berhak dan mempunyai

alat bukti untuk

membuktikannya maka dalam hal ini sertifikat tersebut mempunyai kepastian hukum yang kuat .

(11)

189 tanah. Sehingga tidak sedikit

kendala-kendala yang di dapatkan pada masyarakat dalam pembuktian sertifikat tanah terjadi perselisihan, seperti adanya sertifikat palsu (ganda), sertifikat tumpang tindih (Overlapping) yang mengakibatkan cacat hukum dan administrasi yang akhirnya diselesaikan di pengadilan.

B. Saran

Sebagai akhir dari pembahasan ini maka penulis mencoba memberikan saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait:

1. untuk pihak BPN/Kantor Pertanahan, kiranya melakukan sosialisasi mengenai berbagai peraturan yang berkaitan dengan bidang pertanahan khususnya mengenai jangka waktu lima tahun dalam pasal 32 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997,

dan diharapkan untuk selalu mengedepankan loyalitas dan kejujuran pada pelayanan. Jangan mendahulukan pihak-pihak tertentu, sehingga pihak lain merasa dirugikan dan terabaikan. Pihak BPN diharapkan juga selalu dapat menjadi pihak yang senantiasa menolong masyarakat yang membutuhkan bantuan dalam menerima pelayanan. Tidak semua masyarakat mengerti alur dari pelayanan tersebut, sehingga pihak BPN dapat menjadi pihak

yang mengayomi dan

mengajarkan alur tersebut.

(12)

190 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Andi Braman dan Hasan Basri Nata Manggala (Penyunting), Reformasi Pertahan, Pemberdayaan Hak-Hak Atas Tanah Ditinjau dari Aspek Hukum, Sosial, Politik, Ekonomi, Hankam, Teknis, Agama, dan Budaya, Cetakan I, Bandung: Mandar Maju,

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaanya. Djambatan, Jakarta. Sahnan, Dr. Hukum Agraria Indonesia,Setara Press: Malang.

Subekti, R. . “Hukum Pembuktian”. Penerbit Pradny „Paramita, Jakarta,

Sutedi, Adrian. Kekuatan Hukum Berlakunya Sertipikat Sebagai Tanda Bukti

Hak Atas Tanah : Dalam analisa pembatalan pendaftaran hak atas tanah.

Jakarta : Cipta Jaya.

B. Peraturan Perundang-undangan

Referensi

Dokumen terkait

Sustainability Menegement sebagai Solusi keberlanjutan program PUAP di Gapoktan Sigampa Desa Kaleke Kecamatan Dolo Barat terkait dengan pengelolaan program PUAP

Upaya mengembangkan kemampuan sosial emosional dalam berbagi pada anak kelompok A TK Al Madinah Sukoanyar Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri adalah melalui kegiatan

Dilihat dari jumlah hasil tangkapan selama penelitian pada Tabel 1, men- jelaskan hasil tangkapan terbesar diperoleh pada alat tangkap pancing ulur yang menggunakan umpan

Disamping nyeri muskuloskletal sering juga ditemukan gangguan saraf otonom, gangguan sistem neuroendokrin dan neuropsikiatrik seperti stres dan depresi yang

Leher Burung: didominasi oleh struktur berarah Utara- Barat Laut (Jalur Perlipatan Lengguru, LFB), yang berhenti pada tinggian Kemum pada daerah Kepala Burung.. Tubuh

Pada item pernyataan (Masyarakat yang senantiasa membantu orang lain (misalnya dalam hal berbagi kesempatan kepada pembeli lain untuk membeli beras),

Apakah Ibu bisa menonton tayangan yang tersedia di internet, atau media sosial yang menunjang Ibu untuk menambah wawasan terkait materi pembelajaran Fiqih..

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah modal mata pencaharian yang dimiliki rumah tangga petani agroforestri berupa modal alam, modal manusia, modal sosial,