BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kita sebagai manusia serupa dalam banyak hal, tetapi tidak disetiap hal. Bahkan diantara para anggota keluarga yang sama sekalipun ada kontras-kontras yang nyata dalam penampakan, minat, kemampuan, dan tempramen. Perubahan-perubahan mutakhir dalam undang-undang federal berarti bahwa Anda paling tidak akan memeiliki seorang siswa dengan kebutuhan khusus di kelas Anda, kelas berapa pun yang Anda ajar. Kita mengeksplorasi masalah-masalah belajar yang lazim dan yang lebih jarang terjadi yang mungkin dialami siswa.
B. Batasan Masalah
Pembahasan makalah ini dibatasi pada memahami perbedaan peserta didik dan keanekaragaman budaya terhadap hakekat perbedaan individu, Integrasi. Perbedaan kemampuan dan pembelajaran.
C. Tujuan Penulisan
1. Mempelajari lebih terinci mengenai perbedaan peserta didik dan keanekaragaman budaya
2. Sebagai syarat dalam memenuhi tugas makalah dan diskusi pada mata kuliyah Psikologi Pendidikn.
D. Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
MEMAHAMI PERBEDAAN PESERTA DIDIK DAN KEANEKARAGAMAN BUDAYA
I. Hakekat Perbedaam Individu, Integrasi dan Inklusi. Perbedaan Kemampuan dan Pembelajaran
A. Inteligensi, Pemrosesan Kognitif, dan Gaya Pembelajaran
1. Inteligensi
a. Labeling
b. Person-First Language
Perhatian tentang labeling juga berlaku untuk banyak deskripsi yang lazim terdengar di sekolah setiap hari. Dewasa ini, banyak orang menolak label-label seperti “mentally retaded students” (siswa yang mentalnya terbelakang) atau “at-risk student” (siswa berisisko) karena mendiskripsiskan seorang yang begitu kompleks hanya dengan satu atau dua patah kata menyitratkan bahwa kondisi yang diberi lebel adalah aspek terpenting orang itu. Sebenarnya individu memiliki banyak kemampuan, dan memfokuskan pada disabilitasnya berarti mempereentasikan individu itu secara tidak semestinya. Salah satu alternatifnya adalah “person-first” language atau mengatakan “student with intelectual disabilities” (siswa dengan disabilitas intelektual) atau “student placed at risk” (siswa yang ditempatkan pada posisi berisiko). Disini, penekanan pertamanya adalah siswa, bukan tantangan khusus yang mereka hadapi.
c. Gangguan, Disabiitas dan Cacat
Disorder (gangguan) adalah istilah yang luas, gangguang secara umum dalam fungsi fisik atau mental, misalnya gangguan komunikasi. Disability (disabilities) yaitu ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu yang spesifik seperti melafalkan kata-kata atau melihat atau brjalan. Handicap (rintanagn) adalah keadaan yang merugikan dalam situasi tertentu, kadang-kadang disebabkan oleh suatu disabilitas.
d. Pengertian Inteligensi
Plato mendiskusikan variasi serupa lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Kenyakan teori awal tentang sifat inteligensi melibatkan satu di antara tiga berikut atau lebih:
1) Kapasitas untuk belajar
3) Kemampuan untuk beradaptasi dengan sukses dalam situasi-situasi baru dan dalam lingkunagn secara umum.
Sebagian teoritisi percaya bahwa inteligensi adalah sebuah kemampuan dasar yang mempengaruhi kinerja disemua tugas yang berorientasi kognitif, mulai dari soal-soal matematika sampai menulis puisi atau menyelesaikan teka-teki. Dan berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia.
Carles Spearman (1927) mengatakan bahwa ada sebuah atribut mental, yang disebutnya g atau general intelligence (inteligensi umum), yang digunakan untuk mengerjakan semua tes mental, tetapi setiap tes juga membutuhkan kemampuan-kemampuan spesifik selain g.
Pandangan lainnya yang telah teruji oleh waktu adalah teori Raymond Cattell dan John horn tentang fluid intelligece (inteligensi cair) dan crystallized inteligence (inteligensi terkristalisasi). fluid intelligece adalah efisiensi mental yang pada dasarnya bebas budaya dan nonverbal. Aspek inteligensi ini meningkat sampai pada masa remaja karena berpijak pada perkembangan otak, lalu menurun secara gradual seiring bertambahnya umur. Sebaliknya, crystallized inteligence adalah kempuan untuk menerapkan metode-metode pengatasan masalah yang diterima secara kultural, dapat meningkat sepanjang hidup karena mencangkup teterampilan dan pengetahuan yang dipelajari. Dengan menginvestasikan inteligensi cair dalam mengatasi masalah, kita mengembangkan inteligensi terkristalisasi kita, tetapi ada banyak tugas dalam keidupan , seperti penalaran matematis, yang mendasarkan diri pada inteligensi cair dan inteligensi terkristalisasi sekaligus.
e. Multiple Intelligences
menyatakan ada delapan intelegansi yag terpisah diantaranya: linguistik (verbal), musikal, spasial, logis-matematis, jasmaniah-kinestetik (gerakan), interpersonal (mmahami orang lain), interpersonal (memahami diri sendiri) dan naturalis (mengamati dan memahami pola-pola dan sistem-sistem alamiah dan buatan manusia). Gardner menekankan bahwa mungkin ada lebih banyak lagi jenis inteligensi. Selain itu, individu-individu mungkin unggul di salah satu diantara kedelapan bidang tersebut, tetapi tidak memiliki kemampuan yang menonjol di ketujuh bidang lainnya
f. Emotional Intelligence
Terdapat empat kemampuan yang luas diantaranya, memersepsi, mengintegrasikan, memahami dan mengeliola informasi. Emotional Intelligence (kecerdasan emosional) adalah kemampuan untuk memproses dan menggunakan informasi emosional secara akurat dan efisien.
2. Pemrosesan Kognitif
a. Inteligensi Sebagai Sebuah Proses
b. Mengukur Inteligensi
IQ adalah nilai yang didasarkan pada perbandingan statistik performa seorang individu dengan performa rata-rata orang lain di kelompok umur tersebut. Inteligensi diukur melalui tes-tes individual dan tes kelompok. Dibanding tes individual, tes kelompok memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang kemampuan seseorang. Nilai rata-ratanya adalah 100. Sekitar 68% populasi secara umum akan mendapatkan nilai IQ antara 85 dan 115. Hanya sekitar 16% populasi yang akan menerima nilai masing-masing dibwah 85 dan 115. Inteligensi memprediksikan kesuksesan sekolah, tetapi kurang prediktif untuk kesuksesan dalam hidup bila tingkat pendidikan diperhatikan.
c. Inteligensi: Keturunan atau lingkungan.
3. Gaya Pembelajaran
Meskipun ada banyak macam gaya pembelajaran yang telah dideskripsikan, salah satu tema yang menyatukan sebagian besar gaya adalah perbedaan antara pendekatan mendalam dan permukaan untuk memproses informasi dalam situasi pembelajaran.
a. Hal-hal Yang Diperhatikan Tentang Prefernsi Pembelajaran
Preferensi pembelajaran sering disebut learning styles (gaya pembelajaran), preferensi adalah label yang lebih akurat karena “gaya” ditentukan oleh prefernsi anda untuk lingkungan belajar tertentu. Beberapa pendukung gaya pembelajaran percaya bahwa siswa belajar lebih banyak bila mereka belajar dalam setting dan cara yang lebih mereka sukai. Karena mereka tidak mempunyai alternatif lain, hal itu satu-satunya cara yang mereka ketahui untuk mendekati tugas. Siswa semacam ini bisa mendapatkan manfaat dari pengembangan cara-cara pemebelajaran baru yang mungkin lebih efektif.
b. Pentingnya Mempertimbangkan Gaya Pembelajaran
Pertama, dengan membantu siswa memikirkan tentang bagaimana mereka belajar, anda dapat mengembangkan self-monitoring (pemantauan diri) dan self-awareness (kesadaran diri). Kedua, melihat pendekatanbelajar individual siswa dapat membantu guru untuk mengapresiasi, menenerima, dan mengakomodasi perbedaan-perbedaan siswa.
B. Integrasi dan Inklusi: Mengajar Semua Anak di Kelas Masa Kini
1. Perbrdaan Individual dan Undang-undangnya
dengan kebutuhan khusus (zero reject) seharusnya dididik dilingkungan yang sedapat mungkin tidak restriktif sesuai individualized education program (IEP). Undang-undang juga melindungi hak siswa dengan kebutuhan khusus dan orangtuanya. Least Restrictive Environment (LRE) menjelaskan bahwa mendidik setiap anak bersama teman-teman sebayanya dikelas reguler sampai tingkat yang sejauh-jauhnya. Selain itu, section 504 dari Vocation Rehabilitation Act 1973 mencegah diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas disemua program yang menerima uang federal, misalnya sekolah-sekolah luar negeri. Melalui Selection 504, semua anak usia sekolah-sekolah dipastikan untuk mendapat kesempatan-kesempatan yang sama untuk berpartisispasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.
2. Tantangan-tantangan Yang Lazim Dihadapi
3. Siswa Dengan Gangguan Hiperaktivitas dan Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktivitas bukanlah sebuah kodisi tetentu, tetapi dua macam masalah yang dapat muncul bersama-sama atau sendiri-sendiri, yakni gangguan pemusatan dan masalah yang dapat muncul bersama-sama atau sendiri-sendiri, yakni gangguan pemusatan perhatian dan masalah hiperaktivitas-impulsif. Attention-deficit hyperctivity disorder (ADHD) (gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas) adalah istilah yang digunakan untuk mendiskripsikan individu-individu dengan umur berapapun yang hiperaktif dan mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian. Penggunaan obat untuk menangani ADHD kontraversial, tetapi saat ini cenderung meningkat. Untuk banyak siswa ada banyak efek samping negatifnya. Selain itu, hanya sedikit yang dikethui tentang efek jangka panjang dari terapi obat. Juga tidak ada bukti bahwa obat menghasilkan perbaikan kepada pembelajaran akademik atau hubungan sebaya. Dua pendekatan yang cukup menjanjikan adalah modifikasi perilaku dan tekhnik-tekhnik yang mengombinasikan latihan motivasi dengan pengajaran dalam strategi-strategi belajar dan ingatan. Pendekatan SMART yang difokuskan pada kemampuan-kemampuan anak adalah sebuah kemungkinan lain.
4. Siswa Dengan Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi yang lazim dijumpai termasuk hendaya bicara (gangguan artikulasi, gagap, dan masalah penyuaraan) dan gangguan bahasa oral. Bila masalah ini ditangani sejak dini, kemajuan besar mungkin dicapai.
a. Gangguan Bicara
Siswa yang tidak dapat menghasilkan bunyi secara efektif untuk bicara dianggap memiliki gangguan bicara.
Gangguan Artikulasi
Bila gagap berlangsung lebih dari satu tahun, anak seharusnya dirujuk ketarapis bicara.
Voicing problem
Masalah penyuaraan, masalah pich, kualitas, atau tingkat keras-lembut yang tidak tepat. Atau secara menoton.
b. Gangguan Bahasa
Perbrdaan bahasa belum tentu gangguan bahasa. Siswa dengan ganguan bahasa adalah mereka yang sangat kurang dalam kemampuannya memahami atau mengekspresikan bahasa, dibandingkan siswa-siswa lain seumurnya dan kelompok kulturalnya.
5. Siswa dengan Gangguan Emosional dan Gangguan Perilaku
Siswa dengan gangguan emosional dan gangguan perilaku dapat menjadi siswa yang paling sulit diajar dikelas reguler, dan menjadi sumber kekhawatiran banyak guru. Para profesional dibidang pendidikan mengatakan bahwa gangguan perilaku adalah gangguan yang sangat jauh menyimpang dari normanya sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak sendiri dan menyimpang dari normanya sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak sendiri dan/atau kehidupan orang lain. Oleh karena siswa-siswa dengan gangguan emosinal dan perilaku sering melanggar aturan dan berusaha memperlebar batas-batas, guru seringkali harus mendisiplinkan mereka. Ketahulah bahwa sudah ada guru-guru yang harus menghadapi pengadilan karena mendisiplikan siswa dengan masalah emosional serius.
a. Bunuh Diri
bersangkutan. Tanyakan tentang hal-hal yang spesifik, dan anggap serius pikiran siswa.
b. Penyalahgunaan Obat
Untuk banyak alasan, dan bukan karena pesan-pesan kontradiktif ini, penggunaan obat menjadi masalah bagi siswa. Cara terbaik untuk mendorong siswa mengalami kesulitan untuk mengataka “tidak” tanpaknya adalah melalui program-program sebaya yang mengajari mereka untuk berkata “tidak” secara asertif.
6. Masalah-Masalah Yang Kurang Begitu Meninjol/ Disabilitas-Disabilitas Yang Lebih Berat
a. Siswa Dengan Hendaya Kesehatan
1). Cerebral palsy adalah kondisi yang melibatkan beragam kesulitan motorik atau koordinasi akibat kerusakan otak. Sedangkan, Spasticity adalah otot-otot yang terlalu kencang atau tegang. Banyak anak-anak mengalami hambatan-hambatan sekunder dan menjadi masalah terbesar dan pada umumnya inilah yang dapat dibantu dengan sebaik-baiknya oleh guru-guru reguler.
2). Gangguan Seizures (Epilepsi). Seizure adalah satu klaster perilaku yang terjadi sebagai respons tehadap aktivitas neurokimiawi yang abnormal di otak. Penderita epilepsi berulangkali mengalami Seizures (kejang-kejang), tetapi tidak semua seizure merupakan akibat epilepsi. Kondisi-kondisi temporer seperti demam tinggi atau infeksi juga dapat memicu seizures.
b. Siswa Tunarungu
instruksi, kadang-kadang tampak terdistraksi atau bingung, sering meminta orang untuk mengulangi perkataannya, salah melafalkan kata-kata atau nama-nama baru, dan tidak mau berpartisipasi dalam diskusi kelas.
c. Siswa Dengan Handaya Penglihatan
Siswa yang mengalami kesulitan melihat sering memegang buku dengan jarak yang amat dekat atau sangat jauh dari matanya. Mereka mungkin sering mengedipkan atau mengosok-gosok matanya, keliru membaca apa yang tertulis dipapan tulis, dan menelengkan kepala dengan kemiringan yang aneh.
d. Autisme dan sindroma Asperger
Sindroma Asperger adalah salah satu gangguan spektum autisme. Banyak siswa dengan autisme yang juga memiliki diabilitas intelektual sedang sampai berat, tetapi siswa dengan sindroma Asperger biasanya memiliki inteligensi rata-rata atau diatas rata-rata dan memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik dibanding anak-anak dengan autisme lainnya.
C. Perbedaan Kemampuan Dan Pengajaran
1. Pengelompokan Antarkelas
Pengelompokan berdasarkan kemampuan dapat menimbulkan segregasi di sekolah. Baru-baru ini terjadi gerakan untuk untracking, atau mengajar semua siswa di kelompok-kelompok kemampuan-campuaran, tetapi memberikan bantuan ekstra bagi mereka yang mengalami kesulitan dan pengayaan bagi mereka yang belajar lebih cepat.
2. Pengelompokan Dalam Kelas Dan Fleksibel
Pengelompokan lintas umur berbedasarkan subjek dapat merupakan cara yang efektif untuk mengatasi perbedaan kemampuan di sekolah. Pengelompkan kemampuan dalam kelas, bila ditangani secara sensitif dan fleksibel, dapat memiliki efek positif, tetapi alternatif-alternatif, seperti cooperative learningi (belajar kooperatif) mungkin lebih baik.
3. Siswa-Siswa Gifted dan Talented
Siswa-siswa gifted belajar dengan mudah dan cepat dan menyimpan apa yang telah mereka pelajari, menggunakan common sense dan pengetahuan praktis tahu banyak hal yang tidak diketahui anak-anak lain. Menggunakan kata-kata dalam jumlah besar dengan mudah dan akurat. Mengenali berbagai hubungan dan memahami maknanya, waspada dan pengamat yang tajam serta merespons dengan cepat, persisten dan sangat termotivasi di beberapa tugas, dan kreatif atau membuat koneksi-koneksiyang menarik. Guru seharusnya berusaha secara khusus untuk mendukung siswa-siswa gifted dan underrepresented. Siswa perempuan, siswa dengan disabilitas belajar, dan anak-anak yang hidip dalam kemiskinan.
4. Mengidentifikasi dan Mengajar Siswa-siswa Gifted
kelas awal tidak menjamin bahwa siswa itu akan tetap menjadi pembaca yang menonjol bertahun-tahun kemudian. Di SMP dan SMA, sebagian siswa yang sebenarnya sangat mampu sengaja meraih nilai-nilai yang lebih rendah, yang membuat kemampuan mereka semakin sulit ditengarai. Anak-anak perempuan sanagat mungkin menyembunyikan kemampuan mereka.
a. Mengenarai Gift dan Talent.
Guru hanya berhasil menengarai anak-anak gifted dikelasnya sebanyak 10% sampai 50% saja. Siswa-siswa ini mungkin lebih suka bekerja sendiri, memiliki rasa keadilan dan kejujuran yang tajam, energetik dan intens, memiliki komitmen yang kuat terhadap teman. Seringkali siswa yang lebih tua darinya, dan selalu ingin mencapai kesempurnaan.
b. Mengajar Siswa-siswa Gifted
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Setiap anak memiliki sekumpilan talenta, kemampuan, dan keterbatasan yang khas
Perhatian tentang labeling juga berlaku untuk banyak deskripsi yang lazim terdengar di sekolah setiap hari. Dewasa ini, banyak orang menolak label-label seperti “mentally retaded students” (siswa yang mentalnya
terbelakang) atau “at-risk student” (siswa berisisko) karena
mendiskripsiskan seorang yang begitu kompleks hanya dengan satu atau dua patah kata menyitratkan bahwa kondisi yang diberi lebel adalah aspek terpenting orang itu
Disorder (gangguan) adalah istilah yang luas, gangguang secara umum dalam fungsi fisik atau mental
Inteligensi adalah sebuah kemampuan dasar yang mempengaruhi kinerja disemua tugas yang berorientasi kognitif, mulai dari soal-soal matematika sampai menulis puisi atau menyelesaikan teka-teki
Menurut theory of multiple intelligences dari gardner menyatakan ada delapan intelegansi yag terpisah diantaranya: linguistik (verbal), musikal, spasial, logis-matematis, jasmaniah-kinestetik (gerakan), interpersonal (mmahami orang lain), interpersonal (memahami diri sendiri) dan naturalis (mengamati dan memahami pola-pola dan sistem-sistem alamiah dan buatan manusia)
Terdapat empat kemampuan yang luas diantaranya, memersepsi, mengintegrasikan, memahami dan mengeliola informasi
IQ adalah nilai yang didasarkan pada perbandingan statistik performa seorang individu dengan performa rata-rata orang lain di kelompok umur tersebut
Melalui Selection 504, semua anak usia sekolah dipastikan untuk mendapat kesempatan-kesempatan yang sama untuk berpartisispasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
Siswa Dengan Gangguan Komunikasi Gangguan Bicara
Gangguan Artikulasi Voicing problem Gangguan Bahasa
Masalah-Masalah Yang Kurang Begitu Meninjol/ Disabilitas-Disabilitas Yang Lebih Berat
a. Siswa Dengan Hendaya Kesehatan b. Siswa Tunarungu