MAKALAH
TINJAUAN MANFAAT DAN DAMPAK BIOTEKNOLOGI MODERN
TERHADAP KEANEKARAGAMAN DAN KESELAMATAN HAYATI
Oleh:
Wahyu Ristiani
1506769945
PROGRAM PASCASARJANA BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……….. i
DAFTAR TABEL……….. ii
DAFTAR GAMBAR………. iii
KATA PENNGANTAR……… iv
I. PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Bekalang……… 1
B. Tujuan………. 1
C. Pendekatan Masalah………... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA………. 3
A. Keanekaragam Hayati……… 3
B. Keselamatan Hayati……… 4
C. Hubungan antara Peningkatan Populasi Manusia dengan Sumber Daya Hayati……….. 5
D. Bioteknologi………... 5
E. Aplikasi Bioteknologi………. 8
F. Manfaat dan Dampak dari Aplikasi Bioteknologi ………. 9
III. DESKRIPSI LOKASI………. 10
IV. PEMBAHASAN………. 11
V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 14
A. Kesimpulan……… 14
B. Saran……….. 14
ii DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Produk-produk Bioteknologi Konvensional……… … 6
Tabel 2. Contoh Produk-produk Bioteknologi Modern………. 7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Singkong GM tahan terhadap penyakit beruntuk cokelat (CBSD)
dipanen dari percobaan di NaCRRI, Namulonge, Uganda………….. 11
Gambar 2. Pisang tahan bakteri di bawah penelitian NARL,
iv KATA PENGANTAR
Sumber daya hayati yang melimpah harus manfaatkan dengan bijaksana dan tetap
dilindungi agar tidak punah, serta untuk keberlanjutan di masa yang akan datang. Tingkat
pertumbuhan manusia dalam beberapa dekade ini tidak diimbangi oleh pertumbuhan
sumber daya hayati, melainkan tsemakin terkikisnya sumber daya tersebut.
Manusia berusaha memanfaatkan sumber-sumber hayati untuk kesejahteraan hidup
mereka. Sumber daya hayati yang paling banyak dimanfaatkan untuk mendukung
kehidupan manusia yaitu bahan pangan. Bioteknologi telah muncul sebagai teknologi
kunci untuk pembangunan ekonomi. Bioteknologi modern telah berkembang pesat dan
sudah diaplikasikan di hampir seluruh Negara di dunia, dan paling banyak di
Negara-negara berkembang. Hingga Bioteknologi dinilai memberikan banyak manfaat bagi
kehidupan. Namun demikian, beberapa ilmuwan percaya bahwa keanekaragaman hayati
terancam oleh pertanian secara keseluruhan, dan khususnya juga dengan metode pertanian
tradisional. Perlu adanya kewaspadaan akan dampak negatif bioteknologi terhadap
keanekaragaman spesies, kerusakan lingkungan, dan kemungkinan adanya spesies baru
yang berbahaya bagi keamanan hayati. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian menjadi hal
yang utama yang perlu diperhatikan dalam aplikasi bioteknologi modern.
Jakarta, 17 Oktober 2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beragam spesies tanaman dan hewan yang hidup di planet ini disebut sebagai keanekaragaman hayati, dan keberadaannya saat ini sedang terancam oleh tindakan manusia. Sebuah populasi manusia yang tumbuh, bagaimanapun juga memerlukan pertumbuhan kebutuhan, yang pada akhirnya memerlukan sebuah teknologi suntuk memaksimalkan penggunaan lahan yang tersedia dan meminimalkan kerusakan lingkungan dan keanekaragaman hayati.
Menyelamatkan keanekaragaman hayati berarti mengambil langkah untuk melindungi gen, species, habitat atau ekosistem. Oleh sebab itu menyelamatkan keanekaragaman hayati berarti pula mencegah merosotnya ekosistem alam yang utama dan mengelola serta melindunginya secara efektif. Disadari atau tidak bahwa keanekaragaman hayati (flora, fauna, jasad renik/mikroorganisme) adalah pusat dari semua sektor yang penting bagi kehidupan manusia (bioprospecting). (Walujo, 2011)
Disisi lain, meningkatnya populasi manusia tidak diimbangi dengan meningkatnya sumber daya hayati, sehingga manusia mulai mengembangkan berbagai cara agar tetap ada keberlanjutan bagi semua belah pihak. Bioteknologi menjadi pilihan untuk mengatasi masalah yang ada. Namun demikian, meskipun banyak manfaat dari aplikasi bioteknologi yang dapat dirasakan, tetap ada kekuatiran akan adanya dampak negatif yang timbul yang
dapat mengancam keanekaragaman genetik hayati dan keselamatan hayati.
B. Tujuan
2 C. Pendekatan Masalah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati diartikan sebagai keanekaragaman di antara mahluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman didalam spesies, antara spesies dan ekosistem. Sumber daya hayati mencakup sumber daya genetik, organisme atau bagiannya, populasi atau komponen biotik ekosistem-ekosistem lain dengan manfaat atau nilai yang nyata atau potensial untuk kemanusiaan (CBD, 1992).
Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund dalam Indrawan dkk. (2007) adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan hidup. Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkat, yaitu :
1. Keanekaragaman spesies. Hal ini mencakup semua spesies di bumi, termasuk
bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler)
2. Keanekaragaman genetik. Variasi genetik dalam satu spesies baik diantara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun diantara
individu-individu dalam satu populasi.
3. Keanekaragaman komunitas. Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing.
Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati tersebut diperlukan untuk kelanjutan kelangsungan hidup di bumi dan penting bagi manusia. Keanekaragaman spesies menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi, serta menggambarkan evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu.
4 • Urutan kedua setelah Brazil untuk keanekaragaman mamalia, dengan 515 jenis,
yang 39% diantaranya merupakan endemik;
• Urutan keempat untuk keanekaragaman reptil (511 jenis, 150 endemik);
• Urutan kelima untuk keanekaragaman burung (1531 jenis, 397 endemik) bahkan khusus untuk keanekaragaman burung paruh bengkok, Indonesia menempati urutan pertama (75 jenis, 38 endemik);
• Urutan keenam untuk keanekaragaman amfibi (270 jenis, 100 endemik); • Urutan keempat dunia untuk keanekaragaman dunia tumbuhan (38000 jenis); • Urutan pertama untuk tumbuhan palmae (477 jenis, 225 endemik);
• Urutan ketiga untuk keanekaragaman ikan tawar (1400 jenis) setelah Brazil dan Colombia.
B. Keselamatan Hayati
Ruang lingkup keselamatan hayati mencakup kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah ancaman terhadap status, eksistensi hayati dan kesehatan hayati,
mencakup pula perlindungan dan keamanan hayati baik yang berkaitan dengan organisme hasil modifikasi maupun organisme asli.
Keamanan hayati adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya resiko yang merugikan keanekaragaman hayati dan/atau
Hilangnya keanekaragaman hayati telah terjadi dengan pesat di banyak bagian dunia. Hal ini dapat diukur dengan hilangnya spesies individu, kelompok spesies atau penurunan jumlah organisme individual. Di lokasi tertentu, penurunan tersebut tercedrminkan dari degradasi atau kerusakan seluruh ekosistem. Tingkat ancaman keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut:
1. Hilangnya habitat: mungkin yang paling serius dari semua ancaman terhadap keanekaragaman hayati;
2. Pengenalan spesies eksotik;
3. Banjir, kekeringan, perubahan iklim, salinisasi dan sebagainya, yang semuanya dapat berupa alam atau buatan manusia (Ammann, 2005).
C. Hubungan antara Peningkatan Populasi Manusia dengan Sumber Daya Hayati
Spesies yang secara global tetap masih akan bertambah jumlahnya ialah manusia. Jumlah manusia di seluruh dunia mencapai 2,5 juta di tahun 1950 dan meningkat hingga mencapai 6 juta, angka ini merupakan perkiraan dari UN, pada 2015 akan mencapai 8 Juta
dan 9-10 juta pada 2050. FAO memperkirakan bahwa ada lebih dari 800 juta orang di dunia tidak memiliki cukup makanan. Di Negara-negara berkembang lebih banyak membutuhkan makanan (Braun dan Ammann, 2002).
Keanekaragaman hayati menjadi perhatian untuk pembangunan berkelanjutan yang menyediakan sumber ekonomi, estetika, kesehatan dan manfaat budaya yang signifikan.
Hal ini diasumsikan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran bumi, keseimbangan ekologis serta manusia secara langsung tergantung pada tingkat dan status keanekaragaman hayati. (Ammann, 2004)
D. Bioteknologi
6 pada tanaman, hewan, dan juga mikroba yang dilakukan oleh manusia. Dalam CBD tahun 1992, bioteknologi diartikan sebagai penerapan teknologi yang menggunakan sistem-sistem hayati, makhluk hidup atau derivatifnya, untuk membuat atau memodifikasi produk-produk atau proses-proses untuk penggunaan khusus.
Bioteknologi itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Bioteknologi Konvensional atau Tradisional yaitu masih memanfaatkan organisme utuh (belum pada level DNA/RNA = tidak memanfaatkan materi genetik sel). Penerapan bioteknologi konvensional ini misalnya dalam pengolahan produk makanan, seperti : yoghurt, keju, tempe, mentega, kecap, tape. Bioteknologi dalam bidang pertanian, seperti : penanaman secara hidroponik dan aeroponik.
Tabel 1. Contoh Produk-Produk Bioteknologi Konvensional
No. Mikroorganisme Enzim Bahan Produk
1. Rhizopus oligosporus Protease Kedelai Tempe
2. Aspergilus oryzae Protease Kedelai Tauco
3. Aspegilus soyae Protease Kedelai Kecap
4. Monillia sitophilia Protease Bungkil kacang Oncom
5. Streptococcus thermophilus Laktase Susu Yoghurt
6. Lactobacillus vulgaris Laktase Susu Yoghurt
7. Lactobacillus vulgaris Lipase Susu Keju
8. Lactobacillus lactis Lipase Susu Keju
9. Streptococcus lactis Lipase Susu Mentega
10. Lactobacillus plantarum Laktase Kubis Asinan
Tabel 2. Contoh Produk-Produk Bioteknologi Modern
No. Produk Kegunaan
1. Interferon Melawan infeksi, meningkatkan sistem kekebalan
2. Insulin Mengontrol kadar gula darah (diabetes mellitus)
3. Vaksin Meningkatkan kekebalan tubuh
4. Penicillin Antibiotika, melawan infeksi oleh bakteri atau jamur
5. Hormon pertumbuhan Melawan kekedilan, untuk penyembuhan
6. Beta endorfin Mengurangi rasa sakit
7. Activator plasminogen Melarutkan darah beku, mencegah stroke
8. Inferleukun 2 Mengaktifkan sistem kekebalan
9. Antibodi monoklonal Menyerang dan membunuh sel tumor atau kanker
10. Enzim Meningkatkan reaksi/biokatalisator baik untuk keperluan
manusia maupun industri
Bioteknologi mempunyai beberapa jenis. Berikut ini jenis-jenis bioteknologi :
1. Bioteknologi Merah
Bioteknologi merah merupakan cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari pemanfaatan bioteknologi dalam bidang medis. Ruang lingkupnya meliputi pengobatan, mulai dari tahap preventif, diagnosis, dan pengobatan. Misalnya, manfaat bioteknologi yang dihasilkan adalah obat dan vaksin, penggunaan sel induk untuk pengobatan regeneratif, serta terapi gen untuk mengobati penyakit genetik dengan cara mengganti gen yang tidak normal dengan gen yang normal.
2. Bioteknologi Putih
Bioteknologi putih merupakan pemanfaatan bioteknologi yang dilakukan dalam bidang industri. Manfaat bioteknologi dari bioteknologi putih antara lain pengembangan dan produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi yang terbarukan, dengan memanfaatkan mikroorganisme, seperti bakteri atau ragi akan memudahkan proses dan
pengolahan limbah industri.
8 Bioteknologi hijau biasa digunakan dalam bidang pertanian atau peternakan. Dalam bidang pertanian, manfaat bioteknologi antaralain menghasilkan tanaman yang tahan hama, bahan makanan yang mengandung gizi tinggi, dan menghasilkan tanaman yang bermanfaat. Sementara itu, dalam bidang peternakan, manfaat bioteknologi diaplikasikan pada hewan, seprti sapi, kambing, atau ayam yang difungsikan sebagai bioreaktor sebagai penghasil antibodi protein yang dapat membantu sel tubuh melawan senyawa asing.
4. Bioteknologi Biru
Bioteknologi biru biasa disebut bioteknologi perairan yang mengendalikan segala proses yang terjadi di lingkungan perairan. Bioteknologi ini dimanfaatkan untuk menumbuhkan ikan bersirip atau kerang-kerangan sebagai sumber makanan. Perkembangan bioteknologi biru ini memanfaatkan rekayasa genetika untuk menghasilkan tiram yang tahan penyakit. Selain itu, menhasilkan vaksin untuk melawan virus yang menyerang salmon dan ikan-ikan lainnya.
E. Aplikasi Bioteknologi
Metode bioteknologi dapat diterapkan untuk mempelajari hampir semua fenomena
biologis dan akan dalam beberapa kasus memiliki aplikasi praktis untuk menjaga keanekaragaman hayati. Sebaliknya, ancaman terhadap keanekaragaman hayati dengan bioteknologi juga perlu dipertimbangkan (Braun dan Ammann, 2002).
Biosafety menjadi hal yang paling kontroversial dari isu seputar bioteknologi.
Biosafety adalah istilah untuk sistem peraturan yang dirancang untuk memastikan bahwa
aplikasi bioteknologi yang aman untuk kesehatan manusia, pertanian dan lingkungan. Beberapa perjanjian internasional bersepakat dengan keamanan hayati, termasuk WTO Sanitary Phytosanitary dan (SPS) dan Technical Barriers to Trade (TBT) perjanjian dan
Protokol Keamanan Hayati yang dikenal sebagai Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati, dan Konvensi Keanekaragaman Hayati (Ives dkk, 2001).
yang semakin banyak, kebutuhan pangan makin meningkat, sementara lahan semakin sempit, perubahan iklim juga nyata di masa depan. Oleh karena itu, tentu saja biotek sesuatu yang harus kita lakukan, salah satu adalah dengan Genetic Modified Organism (GMO), dan sesuai dengan peraturan pemerintah dalam kaitan penerapannya yaitu aspek kehati-hatian menjadi utama, sehingga tidak menimbulkan ekses, baik dari sisi keamanan pangan, keamanan pakan maupun dari sisi lingkungan (http://indonesiabch.or.id/penerapan-bioteknologi-aspek-kehati-hatian-menjadi-utama/).
F. Manfaat dan Dampak dari Aplikasi Bioteknologi
Bioteknologi dapat menjadi alat yang berharga untuk memperkenalkan tanaman Genetic Modified (GM), yang menghasilkan hasil yang lebih tinggi, meningkatkan produktivitas lahan pertanian, dan mengurangi kebutuhan untuk herbisida dan pestisida, sehingga melestarikan keanekaragaman hayati. Pengenalan varietas tanaman GM tidak mewakili risiko yang lebih besar untuk memotong keragaman genetik dari program pemuliaan terkait dengan pertanian konvensional (Ammann, 2004).
Dalam Ives dkk (2001) dipaparkan beberapa manfaat dan dampak dari bioteknologi terhadap lingkungan hidup yaitu:
1. Manfaat dari bioteknologi terdiri dari:
• Peningkatan produktivitas tanaman tanpa memerlukan input tambahan; • Penurunan jumlah pestisida dan herbisida yang dilepaskan ke lingkungan; • Mengurangi tekanan untuk mengeksploitasi tambahan lahan yang digarap; • Erosi tanah berkurang;
• Penciptaan alternative sumber energi terbarukan (misalnya, biodiesel); • Penciptaan bahan baku yang lebih ramah lingkungan baru untuk industri; • Pengurangan penggunaan energi dalam pertanian.
2. Dampak dari bioteknologi terdiri dari:
• Polusi gen dan gulma;
• Efek pada spesies non-target; • Resistensi hama;
10 III. DESKRIPSI LOKASI
Area yang banyak memanfaatkan bioteknologi adalah pertanian dan perkebunan. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kesejahteraan manusia akan kebutuhan pangan yang meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di seluruh dunia. Status bioteknologi pertanian global menurut Internasional Pusat Penelitian Pertanian (IARCs) dalam Ives dkk. (2001), Amerika Serikat menjadi pemimpin dalam penelitian dan komersial aplikasi bioteknologi. Selanjutnya penelitian bioteknologi juga dilakukan oleh banyak lembaga dan industri Eropa dan Asia, serta di negara-negara berkembang.
Berikut ini data statistik mengenai produksi global tanaman rekayasa genetika yang menjadi perhatian:
• Tanaman transgenik di daerah global pada tahun 1998 diperkirakan mencapai 27.800.000 hektar, 2,5 kali lipat meningkat seiring 1997;
• Amerika Serikat merupakan pemimpin global, dengan 74% dari total areal global, diikuti oleh Argentina (15%), Kanada (10%), Australia (1%) dan akhirnya Meksiko, Spanyol, Perancis dan Afrika Selatan, masing-masing dengan kurang dari 1% dari total global;
• Tanaman yang mendominasi proyek rekayasa genetika yaitu, kedelai toleran herbisida, insectresistant jagung, kapas tahan serangga dan herbisida-toleran canola (rapeseed);
IV. PEMBAHASAN
Aplikasi Bioteknologi yang diterapkan di berbagai Negara pada dasarnya bertujuan untuk kesejahteraan dan keberlanjutan makhluk hidup. Sebagian besar bioteknologi dimanfaatkan untuk meningkatkan sektor pangan, dalam hal ini banyak diterapkan pada pertanian, perkebunan. Namun demikian, teknologi ciptaan manusia ini tidaklah sempurna, ada dampak positif dan negatif yang mungkin ditimbulkan.
Dalam Braun dan Ammann (2002), Zhu melaporkan manfaat dari aplikasi bioteknologi modern di Cina, bahwa terdapat banyak indikasi bahwa campuran varietas tanaman atau tanaman yang berbeda dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan monokultur.
Uganda Biotechnology and Biosafety Consortium mencatat bahwa tanaman GM dapat mengurangi kerepotan petani di penyiangan (toleran herbisida tanaman) dan dalam aplikasi pestisida (tanaman tahan hama). Tanaman yang toleran terhadap kemarau akan memberikan produktivitas yang stabil pada kondisi kemarau. Penggunaan varietas tahan hama dan penyakit akan mengurangi gagal panen.
Gambar 1: Singkong GM tahan terhadap penyakit beruntun cokelat (CBSD) dipanen dari percobaan di NaCRRI,
12 Gambar 2: Pisang tahan bakteri di bawah penelitian NARL, Kawanda, Uganda.
Tabel 3. Contoh Hasil Penelitian Tanaman Genetic Modified di Uganda (2007-2012)
The United Soybean Board (2009) telah melakukan asesmen ilmiah atas peran bioteknologi dalam pertanian kedelai di seluruh dunia, dan hasilnya menunjukkan bahwa bahwa bioteknologi pertanian membantu petani memberikan masa depan yang
berkelanjutan untuk di sistem pertanian dunia. Berikut ini adalah ringkasan keuntungan dari penerapan bioteknologi pada pertanian kedelai:
1. Pada tahun 2005, varietas biotek mampu mengurangi kebutuhan petani untuk menggunakan pestisida sebanyak 69,7 juta pon di Amerika Serikat.
2. Di seluruh dunia, 53% dari semua tanaman kedelai biotek toleran terhadap herbisida. Varietas biotek ini memungkinkan petani untuk hampir tidak perlu membajak, sehingga menghasilkan manfaat yang signifikan pada kesehatan tanah dan konservasi, retensi air meningkat, serta menurunkan erosi tanah dan herbisida limpasan.
• Pengurangan penggunaan bahan bakar diesel, dari penurunan penggunaan aplikasi pestisida dan pengurangan membajak;
• Peningkatan jumlah karbon dalam tanah disebabkan karena penurunan membajak.
Gabungan kedua faktor tersebut telah mereduksi 14,76 kg CO2 pada tahun 2006, atau setara dengan menghilangkan 6.560.000 mobil dari jalan selama satu tahun. 4. Kedelai tahan hama, dan telah diterbitkan persetujuan impor formal untuk kedelai
LIBERTY LINK ™ (kedelai yang tahan terhadap herbisida glufosinate-amonium) di semua pasar luar negeri yang berlaku mulai tahun 2009.
5. Pertanian kedelai biotek mampu mempertahankan kesehatan tanah, konservasi humus dan kadar air. Hal ini juga mendorong pertumbuhan habitat yang mendukung berbagai varietas satwa liar.
14 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berbagai macam produk biotek telah menunjukkan bahwa bioteknologi telah sangat menguntungkan bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Aplikasi bioteknologi menawarkan kesempatan untuk membuat kemajuan substansial dalam pengetahuan kita tentang keragaman beberapa tanaman yang paling penting (Taylor dan Francis, 1999). Bersama dengan teknik tradisional, aplikasi ini memberikan manfaat dalam sumber daya genetik tanaman dan keanekaragaman hayati secara umum dan sebagai imbalannya memenuhi kebutuhan penduduk dan keberlanjutan.
Kekhawatiran atas hilangnya keanekaragaman genetik dan spesies asli menjadi perhatian dari pengembangan bioteknologi di negara-negara berkembang. Hal ini menjadi sebuah strategi berkelanjutan untuk memberikan keamanan makanan untuk pertumbuhan populasi serta mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati, dan menghindari hilangnya habitat lanjut ekosistem alam (Amini dkk. 2014).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ammann, Klaus. 2004. Biodiversity and Agricultural Biotechnology: A Review of the Impact of Agricultural Biotechnology on Biodiversity. Botanischer Garten Bern (Maret 2014) http://www.botanischergarten.ch/EFB/Report-Biodiv-Biotech6.pdf Ammann Klaus. 2005. Effects of Biotechnology on Biodiversity: Herbicide-tolerant and
Insect-resistant GM Crops. TRENDS in Biotechnology Vol. 23 No. 8. Biotechnology and Biosafety Law Process in Uganda
http://cns.mak.ac.ug/sites/default/files/biotechnology%20bill.pdf
Braun, Richard dan Klaus, Ammann. (2002). Biodiversity: The Impact of Biotechnology.
Biotechnology Vol. X.
Indrawan, M., R. B. Primack dan J. Supriatna. 2007. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Ives, Catherine L., Andrea Johanson, dan Josette Lewis. 2001. Agricultural Biotechnology: A Review of Contemporary Issues. Agricultural, Natural Resources and Rural Enterprise Division Office of Sustainability Development.
U.S. Agency FOR International Development.
Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Taylor E and Francis NY. 1999. Plant Conservation Biotechnology. USA.
The Benefits of Biotechnology (2009), The United Soybean Board (USB) www.soyconnection.com
The Convention on Biological Diversity (CBD). 1992
Visser, B. 1998. Effect of Biotechnology on Agro-biodiversity. Biotechnology and Development Monitor No. 35, p 2-7.
Walujo, Eko B. 2011. Keanekaragaman Hayati untuk Pangan. Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional X. Jakarta
Wibowo, Antin Siswantinah. 2015. Bahan ajar keselamatan hayati semester ganjil 2015.
Sumber-sumber dari website: