BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997:266),
suatu pemberdayaan pada intinya, ditujukan guna membantu klien untuk
memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antra lain
melalui transfer daya dari lingkungannya.
Shardlow (dalam Adi, 2008:78) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada
mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan meraka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka.
Dalam kesimpulannya, Shardlow menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu
gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang
pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama “self–determination”. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menetukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam
kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien
mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu imterpretasi,
Horgan (dalam Adi, 2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:
Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan
(recall depowering/ empowerment),
1. Mendiskusikan alasan mengapa tejadi pemberdayaan dan penindakbedayaan
(descuss reasons for depowerment/ empowerment).
2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project),
3. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan
(identify usuful power bases),
4. Mengembangkan rencana rencana aksi dan mengimplementasikannya
(develop and implement action plans).
2.2. Konsep Tentang Kemiskinan
Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya bagi meraka yang tergolong
miskin, kereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan
tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah
membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat
kehidupannya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan
sebagai tempat berteduh(Hartomo, 2008:314).
Parsudi Suparlan (dalam Hartomo, 2008: 313) menyatakan kemiskinan adalah
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap
tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang
tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Hartomo,
1982:314) Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan,
pakaian tempat berteduh dan lain-lain.
Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek
lainnya, tetapi kemiskinan itu terjuwud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek
yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut terutama adalah aspek
sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama
warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin,
usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan aspek ekonomi ialah adanya ketidak saamaan
diantara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan
pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi(Hartomo, 2008:315)
Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia.
Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja
dapat kita lihat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata,
dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah dipahami secara holistik. Maka
dari itu langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya dalam hal
memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang
aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu:
1. Kemiskinan itu multi dimensi.
Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi
2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu
aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya.
Justru aspek seperti ini lah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis
kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif.
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.
Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh
sekelompok yang bermukim ditempat yang sama boleh sama, namun kualitas
individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang
demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan
sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.
Kemiskinan dapat diukur dalam klasifikasi tingkatan, yaitu:
a. Miskin
b. Sangat miskin
c. Sangat miskin sekali
BKKBN mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat kedalam berbagai
tingkat, yaitui:
a. Prasejahtera
b. Sejahtera 1
c. Sejahtera 2
Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu
merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara
Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara
an sich.Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara
individi maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-15).
Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri–ciri kemiskinan, yakni:
1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor
produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, meodal yang memadai atau pun
keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktifitas ekonomi sesuai
dengan mata pencahaariannya.
2. Mereka yang pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatasn sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, kondisi ini akan berpengaruh terhadap
wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu
mereka pada umumnya habis tersita semata mata hanya untuk mencari nafkah
sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar atau meningkatkan keterampilan.
4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan ketegori
setengah menganggur.
5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak
Indikator kemiskinan yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan,
yaitu:
1. Pendekatan Pendapatan.
Sekilas pendekatan pendapatan diyakini dapat menghasilkan rumusan indikator
kemiskinan yang repsentatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan
merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau
sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat.
2. Pendekatan Konsumsi.
Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat menggambarkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada penetapan
pendapatan sebagai indikator kemiskinan menjadi banyak ahli mencari indikator
lain. Salah satu indikator alternatif yang di anggap cukup representatif adalah
konsumsi.
3. Pendekatan Multi Aspek.
Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator
kemiskinan yang di tetapkan melalui pendekatan konsumsi.Namun setelah
dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah
satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat.
Salah satu pihak yang berupayan menelaah dan menetapkan indikator
kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam laporan PBB I
1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi.
2. Makanan dan gizi
3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill
4. Kondisi pekerjaan
5. Situasi kesempatan kerja
6. Konsumsi dan tata hubungan aggregatif
7. Pengangkutan
8. Perumahan, termasuk fasilitas – fasilitas perumahan
9. Sandang
10. Rekseasi dan hiburan
11. Jaminan sosial
12. Kebebasan manusia (United Nation, 1965).
Upaya merumuskan indikator kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 1996 adalah menyusun komposisi kebutuhan dasar, yang
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pangan dan non pangan. Upaya tersebut
dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Hal utama yang
ingin diketahui adalah data tentang pengeluaran perkapita didaerah kota dan desa.
Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan terdiri:
1. Padi padian dan hasil hasilnya
2. Ubi–ubian dan hasil hasilnya
3. Ikan dan hasil–hasilnya
4. Daging
5. Telur
6. Susu dan hasil hasil dari susu
8. Kacang-kacangan
9. Buah-buahan
10. Makanan yang sudah jadi
11. Minuman yang mengandung alcohol
12. Tembakau
13. Sirih
Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas non pengan adalah:
1. Perumahan
2. Bahan bakar
3. Penerangan
4. Air
5. Jasa-jasa
6. Pekaian
7. Alas kaki
8. Tutup kepala
9. Barang barang yang tahan lama
10. Keperluan pesta dan upacara (BPS, 1996)
Informasi yang cukup menarik adalah terjadinya perbedaan jenis komoditas
yang termasuk kebutuhan dasar diberbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu
diera otonomi daerah saat ini adalah lebih tepat masing masing daerah merumuskan
sendiri indikator kemiskinan yang wajar diberlakukan didaerah masing–masing
sehingga lebih obyektif.
Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang
dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan
dirumuskannya indikator untuk menetukan masyarakat yang tergolong fakir miskin,
meliputi:
1. Penghasilan rendah atau berada bibawah garis sangat miskin yang diukur dari
tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS perwilayah
provinsi dan kabupaten/kota.
2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras
untuk miskin/santunan sosial.
3. Keterbatasan kepemilikan pekaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya
mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorangan pertahun).
4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang
sakit.
5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak anaknya.
6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk
membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat
miskin.
7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun
akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.
8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.
9. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.
10.Kesulitan air bersih.
11.Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.
12.Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006).
Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator
repsesentatif. Keadaan seperti ini disebabkan masing-masing pendekatan memiliki
kelemahan disamping keunggulan (Siagian, 2012:67-83).
2.3. Konsep Tentang Program Kemitraan 2.3.1. Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.
Program tersebut dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam setiap program
dijelaskan mengenai:
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
Program merupakan segala bentuk rencana yang akan lebih terorganisir dan
lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang
diuraikan.“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives”
(suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara terintegrasi untuk
mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.
Charles O. Jones menyebutkan bahwa pengertian program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau
1. Program cederung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau
sebagai peleku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga
diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif
dapat diakui oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis
yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan
memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius
terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi
terbaik (Jones, 1996:295).
2.3.2. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama usaha/kongsi/joint venture baik dengan pelaku
usaha secara pribadi maupun dengan perusahaan dalam maupun luar negeri.
Kepentingan kemitraan tersebut adalah untuk saling mengisi dan memberi peluang
baik untuk kepentingan masyarakat kurang mampu maupun mitra kerjasama. Sebab
itu dalam kemitraan tersebut yang diwujudkannya adalah bagaimana menempatkan
peluang pembukaan unit-unit usaha baru untuk membangun masyarakat kurang
mampu
tanggal 05 maret 2013, pukul 10.31.WIB).
2.3.3 Pengertian Program Kemitraan
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tanggung dan mendiri. Program
kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja,
pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai
pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:
04).
2.3.4. Program Kemitraan PT. Telkom Tbk
Penyelenggaraan program kemitraan untuk membantu pengusaha kecil atau
mikro dikasanakan oleh Condev Divre I secara berkelanjutan (kontinu) sejak tahun 2002 hingga saat ini. Program kemitraan terdiri dari Program Penyaluran Dana
Pinjaman, Pengumpulan Angsuran Pinjaman dan Program Pembinaan Kepada Mitra
Binaan Telkom Divre I Sumatera.
Proses penyaluran dana dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode
triwulan, yang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan
Desember. Penentuan Mitra Binaan (pengusaha mikro/kecil) yang akan dibantu
melalui proses seleksi terhadap calon mitra binaan. Proses seleksi tersebut dimulai
dari tahap penelitian administrasi hingga tahap survey kelayakan dilapangan, dan
dilakukan sejak awal triwulan. Pelaksanaan proses ini dilakukan oleh condev datel
atau comdev area pelayanan (provinsi) dimasing-masing area datel atau
pelayanannya.
PT.Telkom dalam Menjalankan Program Kemitraan ini, terdapat beberapa hal
1. Perjanjian Kerjasama (PKS)
Perjanjian keraja sama yang merupakan perikatan perjanjian antara Telkom
dengan mitra binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak.
2. Mitra Binaan
Mitra binaan adalah badan hukum atau perorangan yang telah diberikan
dana pinjaman dari Unit CD Telkom untuk mengembangkan usaha sesuai
dengan PKS.
3. Laporan
Laporan adalah informasi tentang status progres, dan potensi kegiatan
program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dipertanggung jawabkan
kepada pihak yang berkepentingan.
4. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah interes atau nilai dalam prosentase sesuai tabel dana
pinjaman yang telah disalurkan oleh Unit CD kepada mitra binaan, yang
dikenakan kepada mitra binaan. Bunga diangsur bersama-sama dengan
angsuran pokok pinjaman oleh mitra binaan setiap bulan melalui transfer
rekening bank.
5. Masa Pinjaman
Masa pinjaman adalah masa perjanjian dana pinjaman 24 bulan terhitung
sejak 1 (Satu) bulan tenggang waktu setelah PKS ditanda tangani oleh kedua
belah pihak.
6. Rekening Koran
Rekening koran adalah identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang
telah disyahkan oleh prebankan tertentu, sebagai alamat transaksi
7. Pembayaran Angsuran
Pembayaran angsuran adalah kewajiban mitra binaan menyetorkan sejumlah
angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Unit CD/Telkom
selama masa PKS.
8. Anggunan
Angsuran adalah satu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Unit
CD, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus
dikembalikan oleh mitra binaan. Sebelum memberikan pinjaman Telkom Sub
Area Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra
Binaan. Bila terdapat unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas
kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan dapat
berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).
Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban untuk mengangsur selama 3
bulan berturut-turut, maka mitra binaan memberikan kasa untuk melelang
agunan yang diserahkan pada waktu PKS ditandatangani untuk dilelang. Uang
hasil lelang tersebut digunakan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang.
Apabila terdapat kelebihan dari hasil lelang, maka akan diserahkan kepada
mitra binaan terkait, namun apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka
kekurangan pelunasannya tetap menjadi hutang mitra binaan untuk dibayar
2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL
1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. KEP-236/MBU/2003,
Tanggal 17 JUNI 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
2) Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. SE 433/MBU/2003
Tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
3) Keputusan DireksiNomor. KD 51/PS150/COP-B0030000/2006 13 September
2006 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan (Community Development Center).
4) Keputusan Direksi PT Telkom Nomor. KD 51/KU-200/ PLK00/ 2003
TANGGAL 28 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan.
5) PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
6) Keputusan Direksi Nomor. KD 12/PS150/COP-B0030000/2008 Tanggal 5
Februari 2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan (Community Development Center) (PT. Telekomunikasi Indonesia CDA I, 2008:02).
Beberapa prinsip dasar program kemitraan usaha kecil yang menjadi pijakan
dalam penyusunan pedoman akuntasnsi program kemitraan adalah sebagai berikut:
1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola program
kemitraandan program bina lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi
2. Pembukuan dana program kemitraan dan program bina lingkungan
dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.
1. Sumber dana program kemitraan berasal dari:
a) Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina.
b) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan atau
jasa giro dari dana program kemitraan.
c) Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
d) Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.
3. Apabila diperlukan, dana program kemitraan pada unit PKBL dari suatu
BUMNdapat dialih kelolakan kepada BUMN lain.
4. Bentuk program kemitraan:
a) Dana program kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman maupun
dalam bentuk dana pembinaan kemitraan.
b) Besarnya dana program kemitraan yang digunakan untuk dana pembinaan
kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c) Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan
pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jaul beli,
perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
e) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio
bagi hasilnya sesuai denganperaturan yang berlaku.
g) Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapus bukukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
5. Penyaluran dana oleh unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui
serangkaianproses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan
pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:
a) Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan material yang
digunakan dalam pengambilan keputusan.
b) Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.
c) Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.
d) Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.
7. Dari pembatasan-pembatasan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang digunakan
adalah:
a) Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan
pendapatan jasa administrasi pinjaman dan pendapatan sewa beli syariah
menggunakan basis kas.
b) Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
c) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika
dicarikannya pinjaman.
d) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran dana pembinaan kemitraan adalah
ketika dikeluarkannya pembiayaan (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:
2.4. Bentuk Program Kemitraan 2.4.1.Penyaluran Pinjaman
Pinjaman yang disalurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada
usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk
memperoleh pinjaman sebelum bankable atau prasyarat yang dapat diterima oleh
pemberi pinjaman bila ingin berbisnis dengan pemberi pinjaman. Program Kemitraan
penyaluran dana ini dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulanyang
biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Dana
Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :
1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam
rangka meningkatkan produksi dan penjualan.
2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha
Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangkapendek dalam
rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan.
3) Beban pembinaan:
a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi,
dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan
serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.
b. Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh
persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.
c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan
Mitra Binaan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman
A. Pinjaman Dan Evaluasi Proposal
Calon mitra binaan yang ingin mendapat pinjaman program kemitraan untuk
pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina
atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang kurangnya
data sebagai berikut:
1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat:
a) Data pribadi sesuai KTP.
b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,
Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah
Tenaga Kerja).
c) Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/Catatan Keuangan 3 bulan
terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman.
2. Melampirkan:
a) FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.
b) FC Kartu Keluarga.
c) Pas Photo ukuran 3 X 4 - Keterangan Serba Guna dari kelurahan.
d) Gambar/Denah Lokasi Usaha.
e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.
f) Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).
g) Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan
lain.
3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban danneraca
4. Rencana usaha dan kebutuhan data.
Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada
Telkom Sub Area MedanSebelum waktu penyaluran dana berlangsung. Kemudian
oleh Telkom Sub Area Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan
dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan
oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan
diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing
Calon Mitra Binaan. Surve dilakukan oleh staf Telkom Sub Area Medan, namun
tidak semua Calon Mitra Binaan disurve secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini
dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom Sub AreaMedan.
Telkom Sub Area Medan selain surve, juga melakukan koordinasi
Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang
ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina didalam suatu
provinsi tertentu. Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra
binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi
yang dilakukan antara Telkom Sub Area Medan dengan Koordinator BUMN
Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian
pinjaman dana Program Kemitraan. Seandainya diketahui Calon Mitra Binaan adalah
mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan
permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.
Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi
ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah
diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan
menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai
hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak dimana pihak
pertama adalah Telkom Sub Area Medan dan pihak kedua adalah Mitra Binaan.
Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut dan sebelum
penandatangan, Telkom Sub Area Medan juga telah melakukan sosialisasi PKS
tersebut kepada seluruh Mitra Binaan.
Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun, artinya setiap Mitra
Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman
kepada Telkom Sub Area Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin
meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom Sub Area
Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan
pinjaman kepada Telkom Sub AreaMedan. Program Kemitraan, Telkom Sub Area
Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya
saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra
Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan berupa pelatihan
dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.
Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area
Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan
debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan
dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang
ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan
Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang
menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan
untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya.
dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil
sehingga menjadi tangguh dan mandiri.
Sesuai dengan yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun
2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri
adalah sebagai berikut :
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lma puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
Bagi Calon mitra binaan yang sudah memberikan proposal kepada BUMN
Pembina atau BUMN Penyalur harus mengetahui jangka waktu pinjaman, jadwal
angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dan syarat-syarat penerima pinjaman
yaitu:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah &
bangunan tempat usaha).
c) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau besar.
d) Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
e) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi &
prospek usaha untuk dikembangkan.
f) Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan pembinaan dari BUMN dan
institusi sejenis yang lain.
Syarat usaha kecil yang pertama dan kedua yang ditetapkan Telkom melalui
Keputusan Direksi PT. Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berbeda dengan kriteria usaha
kecil yang ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM. Pada ketentuan di Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM, kekayaan bersih pada usaha kecil paling banyak adalah Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak adalah Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan pada Keputusan
Direksi PT.Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kekayan bersih yang dimiliki usaha kecil
paling banyak adalah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Kesimpulan yang
didapat adalah syarat kriteria usaha kecil yang diterapkan Telkom dalam program
kemitraannya lebih kecil dari pada yang ditentukan dalam Undang-Undang
Syarat ketiga adalah milik warga Negara Indonesia, jadi usaha kecil yang
dimiliki atau bekerjasama dengan warga Negara asing tidak dapat mengajukan
permohonan pinjaman dalam Program Kemitraan ini. Syarat keempat adalah bahwa
usaha kecil yang bersangkutan tidak dibenarkan memiliki kerjasama aau berafiliasi
dengan usaha menengah atau usaha besar, jadi usaha kecil tersebut murni berdiri
sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, ataupun berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar.
Syarat kelima adalah usaha kecil yang bersangkutan merupakan badan usaha
perorangan baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
termasuk juga koperasi, jadi Koperasi dapat mengajukan pinjaman pada Program
Kemitraan ini. Syarat usaha kecil yang terakhir yaitu usaha kecil yang akan
mengajukam permohonan pinjaman, harus telah melakukan usaha minimal 1 (satu)
tahun serta mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan.
Telkom Sub Area Medan selaku unit PKBL Telkom diwajibkan melakukan
koordinasi dengan koordinator BUMN Pembina. Jika diketahui calon Mitra Binaan
telah ikut dalam Program Kemitraan BUMN lainnya, maka ia tidak dapat
mengajukan permohonan untuk menjadi mitra binaan Telkom. Melalui data-data
yang diberikan itulah pihak Telkom Sub Area Medan akan mengadakan
penyeleksiaan kepada masing-masing calon Mitra Binaan yang telah mengajukan
permohonan. Calon Mitra Binaan yang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Telkom dan layak bina akan menyelesaikan proses
administrasi selanjutnya.
Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan,
proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit Sub Area Medan. Tahap seleksi ini
Mitra Binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi syarat maka unit
Sub AreaMedan akan melakukan survei kepada calon Mitra Binaan. Survei yang
dilakukan oleh unit Sub Area Medan kepada calon Mitra Binaan aktif maupun pasif
dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan.
Selain itu survei yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan juga dilakukan
tanpa sepengetahuan calon Mitra Binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi
kepada tetangga atau Kepala Lingkungan maupun kepada instansi terkait lainnya
mengenai Calon Mitra binaan. Apabila calon Mitra Binaan ini memenuhi syarat
setelah dilakukannya survei oleh unit Sub Area Medan, maka langkah yang
dilakukan oleh unit Sub Area Medan adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini
dilakukan oleh unit Sub Area Medan dengan melihat kebenaran identitas dan status
usaha, menilai kelayakan usaha, melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih
lanjut mengenai 5 C yaitu,Character, Capability, Capacity, Condition of economy,
dan Collateral.
B. Penyaluran Pinjaman
Proposal dari calon mitra binaan telah disetujui maka unit PKBLmenyalurkan
pinjaman kepada mitra binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam satu
surat perjanjian/kontrak yang sekurang kurangnya memuat:
1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur
dan mitra binaan.
2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur
dan Mitra Binaan:
a) Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui
2) Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.
3) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati.
4) Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN
Pembina.
a. Sektor Usaha yang dapat diberikan bantuan pinjaman adalah Industri,
Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan
Jasa lainnya.
b. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.
c. Bunga pinjaman:
Tabel 2.1 Bunga Pinjaman
No Jumlah Pinjaman Yang Di Berikan Jasa Administrasi /Tahun
1 s/d Rp. 10.000.000 6%
2 > Rp. 10.000.000 s/d Rp. 30.000.000 6%
3 > Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 6%
4 > Rp. 50.000.000 6%
Sumber (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008: 08).
Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar
6% dari limit pinjaman atau administrasi lain oleh Menteri (PER MEN – 05 BAB IV
C. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang BermasalahMitra Binaan
Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN penyalur atau
lembaga penyalur monitor pemenuhan kewajiban mitra binaan. Apabila terdapat
pembayaran yang belum diketahui, maka pembayaran tersebut diakui sebagai hutang
sampai dengan diketahuinya mitra binaan yang melakukan pembayaran.Pinjaman
dana program kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan pada ketetapan waktu
pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasinya pinjaman dari Mitra
binaan.
Penggolongan kualitas pinjamansesuai ketentuan yang berlaku adalah:
1. Lancar
Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dilakukan
tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau
jasa administrasi pinjaman selambat lambatnya 30 hari (tiga puluh) hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
2. Kurang Lancar
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 hari dan belum melampaui 180
(seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran,
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
3. Diragukan
Apabil terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh hari)
tempo pembayaran angsuran. Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama.
4. Macet
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang
telah disetujui bersama (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008:5-6).
2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan
Dana pembinaan kemitraan yang disalurkan melaui program kemitraan
ditujukan kepada mitra binaan yang telah dan masih terdaftar dalam program
kemitraan. Artinya dana ini hanya dapat diberikan kepada dan untuk kepentingan
mitra binaan.Dana pembinaan kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang
disusun untuk membantu mitra binaan dalam rangka mengembangkan usahanya
dengan hibah.
A. Pendidikan dan Pelatihan Serta Pemagangan.
1. Mengingkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau
pengelolaan.
Dilakukan melalui pelatihan contohnya dalam mendatangkan
instuktur yang ekspert di bidangnya, mitra yang bergerak di
bidang olahan pangan maka untuk meningkatkan ketrampilannya
dilakukan dengan memberikan pelatihan pengolahan pangan yang
2. Mengingkatkan pengendalian mutu produksi.
Mutu produksi dilakukan dengan mengadakan pelatihan bagi
mitra binaan yang terkait dengan produksi barang.
3. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.
Standarisasi teknologi yang diberikan telkom adalah
pemberikan pelatihan mengenai internet, agar mitra binaan bisa
mengembangkan produksinya di media jejaring sosial, dan juga
pemasaran produksi melalui blog dan lain-lain.
4. Meningkatkan rancang bangun dan perekaysaan.
B. Pemasaran Produk Mitra Binaan.
1. Membantu penjualan produk MB.
2. Membantu mempromosikan produk MB melalui kegiatan
pameran maupun penyediaan ruang pameran.
Atas dana pembinaan kemitraan tersebut mitra binaan tidak menerima dalam
bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk progam-program yang telah
disusun.Kegiatan yang dibiayai melalui dana pembinaan kemitraan tersebut ditangani
oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar
sebagai pekasana kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan pemateri pelatihan,
penyelenggara kegiatan pameran, dan sebagainya (PT.Telekomunikasi Indonesia,
2008:7-8).
2.5. Uraian Pengertian Tentang BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi
dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi. Melalui sistem
perekonomian nasional, BUMN ikut berperan mengahsilkan barang/jasa yang
Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sector
sektor usaha yang belum diminati oleh swarta. Selain itu, BUMN juga mempunyai
peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan kekuatan
swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN
juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk
berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kagiatan usaha pada
hampir seluruh sektor perekonomian seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, mannufaktur, pertambangan keuangan, pos dan telekominukasi,
transportasi, listrik, industri dan perdagangan serta kontruksi.
Sebagai institusi bisnis BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba
sebagaimana layaknya perusahaan–perusahaan bisnis lainnya. Namun disisi lain,
pada saat yang bersamaan BUMN ditutntut untuk berfungsi sebagai alat
pembangunan nasional dan berperan sebagai instiut sosial (public). Peran sosial ini mengisyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik tetapi juga
menggambarkan konsep mengenai public purpose (sasarannya adalah masyarakat) dan public interest (orientasinya pada kepentingan masyarakat). Demikian disadari bahwa posisi perusahaan perusahaan BUMN iniibarat memiliki dua sisi mata uang.
Disatu sisi berperan sebagai institute bisnis dan sisi lainnya berperan sebagai institute
sosial kerana merupakan alat Negara.
Undang-Undang Nomor. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan
perundangan terbaru mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik Negara
yaitu Usaha Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
mencari keuntungan. Sedangkan perum adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan atau jasa sekaligus mengejar keuntungan.
Praktek tanggung jawab sosial oleh BUMN sungguh menarik untuk dikaji.
Salah satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan dengan perusahaan
non-BUMN yang secara normative mendukung kegiatan kedermawanan sosial.
Faktor pembeda itu adalah terdapatnya instrument pemaksa berupa kebijakan
pemerintah. Melalui instrument yang bersifat inperatif(memerintah atau memberi komando, bersifat mengharuskan) ini suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau,
implementasi CSR merupakan hal yang mendatory bagi BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial perusahaan perusahaan
BUMN lebih besar dibadingkan perusahaan-perusahaan swasta.
Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan menteri BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh menteri Negara
BUMN pada 17 Juni2003 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk
menyelenggarakan program kemitraan dan program bina lingkungan atau bisa
disingkat dengan istilah PKBL.
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat
penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program
kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja,
pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai
pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian. Sudah jelas
masyarakat. Sebab melalui skema program ini perusahaan BUMN membangun
hubungan yang saling menguntungkan dengan masyarakat yang ada disekitarnya.
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor. SE-433/MBU/2003 yang merupakan
petunjuk pelaksanaann dari keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2011
tersendiri yang bertugas secara khusuus menangani PKBL disyaratkan membentuk
unit tersendiri yang bertugas secara khusus yang menangani PKBL ini, untuk itu ini
menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi perusahaan dan bertanggung jawab
langsung kepada salah satu anggota direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi.
Selain mengalokasikan dana tersendiri dan memberntuk unit tersendiri untuk
melaksanakan program kemitraan dan bina lingkungan ini, hampir semua BUMN
juga masih mengalokasikan kontribusinya kepada masyarakat melalui departemen
atau unit-unit lain, baik unit stuktural maupun unit non stuktural. Tentu, dengan
tambahan budgetnya masing-masing. Semisal yang terjadi di PT Petrokimia Gersik,
selain yang digelar oleh Biro KBL aktifitas tersebut juga dilakukan oleh Biro Humas,
Biro Umum dan Sekretariat, Biro Personalia, Biro Diklat, Biro Pemasaran, Biro
Keamanan, Serikat Karyawan Petro Kimia Gersik, Masjid Nurul Jannah Petro Kimia
Gersik, BTM Nurul Jannah Petrokimia Gersik dan unit-unit lainnya.
2.6. Pengertian Perseroan Terbatas
Pengertian perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan
hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang
hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan
perusahaan yang sahamnya secara luas dipegang dan dapat dijual kepada masyarakat
umum.
Pemegang Saham Merupakan pemilik dari PT yang mempunyai hak-hak
tertentu seperti:
1. Memiliki direksi
2. Meneliti jalannya perusahaan
3. Menyetujui tambahan saham, sebelum saham dijual/dikeuarkan
4. Menetukan manajemen
Saham Terbagi Menjadi 3
1. Saham biasa
2. Saham prefere
Kelebihan Perseroan Terbatas:
1. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemengang saham terhadap
hutang-hutang perusahaan. Maksudnya adalah jika anda termasuk pemegang saham
dan kebetulan perusahaan mempunyai hutang, anda hanya bertanggung jawab
sebesar modal yang anda setorkan dan tidak lebih.
2. Kelangsungan perusahaan sebagai badan hukum lebih terjamin, sebab tidak
tergantung pada beberapa pemilik, pemilik dapat berganti ganti.
3. Mudah untuk memindahkan hak milik dengan menjual sahamkepada orang
lain.
4. Mudah memperoleh tambahan modal untuk memperluas volume usahanya,
misalnya dengan mengelurkan saham baru.
5. Manajemen dan spesialisasinya memungkinkan pengelolaan sumber-sumber
modal untuk itu secara efisien. Jadi jika anda mempunyai manajer tidak
Kelemahan PT Perseroan Terbatas:
1. PT merupakan subyek pajak tersendiri. Jadi tidak hanya perusahaan yang
terkena pajak. Dividen atau laba bersih yang dibagikan kepada para
pemegang saham dikenakan pajak lagi sebagai pajak pendapatan. Tentunya
dari pemegang saham yang bersangkutan.
2. Jika anda akan mendirikan perseroan terbatas, pendiriannya jauh lebih sulit
dari bentuk kepemilikan usaha lainnya. Dalam pendiriannya untuk usaha
tertentu.
3. Biaya pembentukannya relatif tinggi.
4. Bagi sebagian besar orang, PT dianggap kurang “secret” dalam hal dapur perusahaan. Hal ini disebabkan karena segala aktifitas perusahaan harus
dilaporkan kerena segala aktifitas perusahaan harus dilaporkan kepada
pemegang saham. Apalagi yang menyangkut laba perusahaan
tanggal 28 Maret 2014).
2.7. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Definisi CSR menurut The Word Business Council For Sustainable Development (WBCSD) adalah komitment dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan
ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat
secara lebih luas. Menurut Widjaja (dalam Siagian, 2008:13) merumuskan definisi
merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Corporate social responsibility adalah komitment perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan
lingkungan(Untung, 2009:1).
Memang tidak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa tanggung jawab sosial
bukanlah aktifitas utama bagi pelaku bisnis. Fokus utama bisnis adalah mendongkrak
laba,tetapi tidak sedikit kemudian yang mengakui perlunya tanggung jawab sosial
itu. Namun, sifatnya hanya instrumental. Artinya, tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa perusahaan hanya sekedar sarana
untuk menggapai maksimalisasi profit sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa perusahaan melihat tanggung jawab sosial sebagai aktifitas yang termasuk
pada ”Jantung Hati” kegiatan bisnis, ironisnya dengan berbagai alasan, barang kali
penganut aliran inilah yang dominan saat ini(Wibisono, 2007:34).
Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar, prinsip
dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang notabene miskin agar
terbebas dari kemiskinan, maka dari itu selain memberdayakan masyarakat, dari sisi
perusahaan, jelas agar oprasional berjalan lancar tanpa gangguan, jika hubungan
antar perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa dipastikan ada masalah.
Pelaksanaan program CSR belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Hal tersbut
disebabkan oleh minimnya perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR.
Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa manfaat CSR bagi perusahaan antara
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
b. Mendapatkan lisensi untuk beroprasi sacara sosial
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumberdaya bagi oprasional usaha.
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya tekait dampak pembuangan limbah.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.
j. Peluang mendapatkan penghargaan(Untung, 2009:6).
Kesukarelaan dalam konsep CSR bukan dipahami sebagai bisa memilih untuk
menjalankan atau tidak menjalankan, melainkan justru bagaimana menjalankan
tanggung jawab sosial itu di luar yang diatur dalam segulasi. Perencanaan CSR yang
strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk
memperdayakan masyarakat, agar mereka mampu seutuhnya menopang kehidupan
ekonomi dan sosial secara mandiri, bertahap dan berkelanjutan. Kontribusi CSR
adalah kontribusi berkesinambungan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan,
yaitu bekerja sama dengan karyawan, keluarga mereka, kontribusi lokal, dan
masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara cara yang dapat
diterima oleh bisnis dan juga pembangunan itu sendiri adalah nilai dasar CSR.
Tiga pilar penting untuk merangsang pertumbuhan CSR yang mampu
mendorong Pembangunan ekonomi berkelanjutan, pertama, mencari bentuk CSR
yang refektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan unsur
lokalitas. Kedua, mengkalkulasi kapasitas sumberdaya manusia dan institusi untuk
Pada akhirnya tiga pilar ini tidak mampu bekerja dengan baik tanpa dukungan sektor
publik untuk menjamin pelaksanaan CSR oleh perusahaan sejalan dan seiring dengan
strategi pengembangan dan pembangunan sektor publik (Untung, 2009:34-36).
2.8. Pengertian Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi tidak dapat dibahas secara bersamaan, kedua kata
ini, dalam pengertiannya selalu dibahas secara tersendiri. Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda, misalnya istilah
sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekantoapabila istilah
sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat alat produksi dan jasa
jasa dalam bidang ekonomi (Fairchild dalam Supardan, 2009: 296).
Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan
dilapangan sosial. Artinya kegiatan kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi
persoalan persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti
tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain.
Selain itu Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan
pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial(Soekanto dalam Supardan, 2009:27).
Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu “Oikos” atau “Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Pengertian ekonomi dengan kata lain adalah semua yang menyangkut
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang
merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya,
melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara,
dan dunia.
Definisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan, dapat
juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan
manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata. Kehadiran
manusia secara nyata bisa dirasakan baik melalui audio dan visual. Sedangkan untuk
kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajinasi, kenangan, khayalan, dan lain
sebagainya. Defenisi sosial ini terkait pada hubungan-hubungan manusia dengan
lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang diikutinya. Hal ini juga berkaitan
langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka bumi.
Karena manusia tidak bisa hidup sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya sehari-hari
Diakses pada tanggal 28 februari 2014 pukul 09.15).
Pengertian sosial ekonomi dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan,
perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain lain. Kehidupan sosial ekonomi harus
dipandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian bagian atau
unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.
Kedudukan sosial ekonomi seseorang dilihat dari pendapatan, pendidikan,
dan pekerjaan. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan
"Pendapatan" dapat didefinisikan sebagai upah, gaji, keuntungan, sewa, dan
sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi pekerja,
jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau dividen, royalti, piutang,
tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat, atau bantuan
keuangan keluarga.
Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan
mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonom John Maynard Keynes, adalah
hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan konsumsi,
tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seorang atau
tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam
kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya
digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk
mengetahui seorang individu.
Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan
kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (tersier) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang rendah
hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (tersier), bahkan mereka terkandang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
2. Pendidikan
"Tingkat pendidikan" sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan
fenomena “cross cutting” untuk semua individu. Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk semua prestasi dalam hidup, yang tercermin
melalui nilai-nilai atau derajatnya. Akibatnya, pendidikan memainkan sebuah
Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan
penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar
profesional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara
mereka tanpa ijazah sekolah tinggi terhukum secara finansial. Tingkat pendidikan
yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih
baik yaitu pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan dukungan sosial dan jaringan
yang lebih besar.
Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan
seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan
memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang
dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah.
Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, dimana orang tua kelas
menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan
anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan
mendorong rasa hak melalui diskusi.
Laureau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak
berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki rasa
kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan demikian lahir dari
dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori, keluarga berpenghasilan
rendah memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak berpenghasilan
menengah, yang merasa berhak, argumentatif, dan lebih siap untuk kehidupan
dewasa.
3. Pekerjaan
"Pekerjaan yang bergengsi" sebagai salah satu komponen status sosial
sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik, mengeskplorasi dan mempertahankan posisi yang lebih
baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial kita
atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan karakteristik pekerjaan,
pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi, dan psikologis
tuntutan pada pekerjaan.
Pekerjaan dirangking oleh jajak pendapat (antara organisasi lainnya) dan
pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan yang paling
bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan biomedis,
spesialis komputer, dan komunikasi analis. Pekerjaan ini, dianggap
dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan lebih
banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih besar
terhadap kondisi kerja. Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah
pekerja pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci
piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan,
dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan
kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan memberikan otonomi
yang kurang.
Masyarakat dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah,
sedang dan tinggi berdasarkan pendapatan, pendidikan, pekerjaan yaitu sebagai
berikut:
1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima
pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang
minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu
2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan yang hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi
kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan
digunakan untuk kebutuhan yang lain (http://tenagasosial.blogspot.com
/2013/08/faktor-yang-mempengaruhi-status-sosial.html.Diakses pada tanggal 28
februari 2014 pukul 10.00).
Melihat kedudukan seseorang di tengah-tengah masyarakat, banyak faktor
yang harus diperhatikan, baik dari sudut pandang sosial maupun ekonomi. Sebab dari
dalam suatu masyarakat pasti terdapat sesuatu yang dihargai dan dipandang
masyarakat mungkin berupa, perumahan, makanan, rekreasi, kesehatan maupun
lingkungan.
a. Kesehatan
Istilah kesehatan itu sendiri didalam Undang-Undang Nomor.9 tahun 1960,
tentang pokok-pokok, bab I pasal 2 didefinisikan sebagai berikut: “yang di maksud
dengan kesehatan dalam undang-undang ini adalah keadaan yang meliputi kesehatan
badan, rohaani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan. Difinisi mental tersebut sangat mirip dengan definisi
yang dianut oleh organisasi kesehatan sedunia sebagai berikut: “health is defined as a state of complete physical, mental, and social wellbeing and not merely the absence of disease of infirmity”.
Istilah ini telah sedikit berubah didalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1 pasal 1 sebagai berikut: “kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
yang luas pada kata kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut, seseorang belum
dianggap sehat sekalipun ia tidak berpenyakit jiwa dan ataupun raga. Orang tersebut
masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini dianggap perlu karena penyalit
yang diderita seseorang atau sekelompok masyarakat umumnya ditentukan sekali
oleh perilakunya tau keadaan sosial budayanya yang tidak sehat (Selamet: 2009,
4-5).
b. Lingkungan
Bagi manusia lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik
berupa benda hidup maupun benda mati, banda nyata maupun abstrak, termasuk
manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara
elemen-elemen di alam tersebut. Lingkungan itu sangat luas, oleh karenanya
saringkali dikelompokkan untuk mempermudah pemahamannya. Tergantung
kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkunan tidak hidup (abiotis). 2. Lingkungan alamiah, dan lingkungan bantuan (manusia).
3. Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal
4. Lingkungan biofisis dan lingkungan pisikososial.
5. Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologis (biosfir). Dan lingkungan sosial (sosiosfir). 6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut.
Bagaimanapun lingkungan itu dikelompokkan, pada prinsipnya, lingkungan (air,
udara, tanah, sosial dan lain-lain.) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak
mempunyai batas yang nyata dan merupkan suatu kesatuan ekosistem (Slamet: 2009,
c. Makanan
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah
penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus
bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai.
Seperti telah dikemukakan terdahulu, permasalahan yang timbul dapat diakibatkan
kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak
dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud menjadi sakit karena itu
dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.
Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk
pertumbuhan mikroba yang patogen. Oleh karena itu, untuk mendapat keuntungan
yang maksimum dari makanan, perlu dijaga sanitasi makanan. Gangguan kesehatan
yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi, keracunan
makanan, dan penyakit bawaan makanan (Slamet: 170-171).
d. Perumahan
Undang-Undang Nomor.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,
perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.Bagi sebuah lingkungan perkotaan, kehadiran lingkungan perumahan
sangatlah penting dan berarti karena bagian terbesar pembentuk stuktur munculnya
permasalahan pada suatu permukiman akan menimbulkan dampak langsung terhadap
permasalahan perkotaan secara menyeluruh. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa baik atau buruknya sistem perkotaan dipengaruhi oleh baik-buruknya
lingkungan permukiman.
Secara makro dalam melakukan pembangunan, khususnya pembangunan
yaitu perkotaan dan pedesaan. Hal ini harusnya diupayakan guna menghindari
terjadinya over load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah
perkotaan maupun wilayah dibelakangnya (hinterland), yang biasanya adalah suatu wilayah pedesaan.Oleh karena itu perencanaan sebuah perumahan memegang
peranan yang sangat penting dalam pengendalian laju pembangunan. Perencanaan itu
harus dilakukan, dimulai dari perencanaan rumah-rumah hingga perencanaan
lingkungan permukiman dan ruang perkotaan, bahkan hingga skenario wilayahnya
(Sastra, 2006: 29).
Delapan aspek utama yang terkait dalam perumahan dan permukiman.
Kedelapan aspek ini dilihat dalam perbedaan skala (makro-mikro) dan perbedaan
subjek permasalahan (supply-demand) sebagaimana filosofi dan metodologinya. Pada subjek permasalahan kebutuhan perumahan aspek utama yang terkait mulai dari
model lokasi perumahan dan pengambilan keputusan pada tingkat daerah (Pemda).
Subjek permasalahan supply perumahan, aspek utama yang terkait mulai dari studi tentang perumahan nasional, pemerintah, institusi pendidikan sampai kepada
peraturan properti yang membentuk pola pengembangan lahan supply perumahan pada tingkat daerah, untuk mempelajari perumahan dan permukiman secara efektif,
termasuklah mempelajari analisis mayor sektor dari perekonomian naional,
perubahan demografi, migrasi dan kebebasan sosial, dengan kata lain menyentuh
semua aspek dalam lingkungan hidup dan lingkungan pekerjaan (Dwira, 2008: 1)
e. Rekreasi
Kata rekreasi berasal dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti "membuat ulang". Secara umum,
kegiatan yang dilakukan seseorang selain pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan
untuk melakukan rekreasi adalah
rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Banyak ahli memberikan pandangan
bahwa aktvitas rekreasi adalah kegiatan untuk mengisi waktu senggang. Kegiatan
rekreasi dapat pula memenuhi salah satu pengertian “penggunaan berharga dari
waktu luang”. Artinya kegiatan yang dipilih oleh seseorang sebagai fungsi
memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga rekreasi tidak berarti hanya
membuang-buang waktu atau membunuh waktu.
Jay B. Nash memberikan gambaran bahwa aktivitas rekreasi adalah pelengkap
dari kerja, oleh karena itu rekreasi adalah kebutuhan semua orang. Demikian,
penekanan dari aktivitas rekreasi adalah dalam nuansa “menciptakan
kembali” (recreation) orang tersebut, ada upaya revitalisasi jiwa dan tubuh yang terwujud karena ‘menjauh’ dari kegiatan rutin dan kondisi yang menekan dalam
kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat
kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan rekreasi, tujuan utamanya
adalah mendidik orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka
di akses pada tanggal 25 maret 2014 pukul 13.03).
2.9. Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan
yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih
baik.Sebagaimana batasan PBB, kesejahteraan sosial adalah kegiatan-kegiatan yang