• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Indonesia Sub Area Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Indonesia Sub Area Medan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997:266),

suatu pemberdayaan pada intinya, ditujukan guna membantu klien untuk

memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan

ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan

pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antra lain

melalui transfer daya dari lingkungannya.

Shardlow (dalam Adi, 2008:78) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada

mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,

ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan meraka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka.

Dalam kesimpulannya, Shardlow menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu

gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang

pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama “self–determination”. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menetukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam

kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien

mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Maka

dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu imterpretasi,

(2)

Horgan (dalam Adi, 2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang

berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:

Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan

(recall depowering/ empowerment),

1. Mendiskusikan alasan mengapa tejadi pemberdayaan dan penindakbedayaan

(descuss reasons for depowerment/ empowerment).

2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project),

3. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan

(identify usuful power bases),

4. Mengembangkan rencana rencana aksi dan mengimplementasikannya

(develop and implement action plans).

2.2. Konsep Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya bagi meraka yang tergolong

miskin, kereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan

tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah

membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat

kehidupannya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan

sebagai tempat berteduh(Hartomo, 2008:314).

Parsudi Suparlan (dalam Hartomo, 2008: 313) menyatakan kemiskinan adalah

sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat

kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan

(3)

Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap

tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang

tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Hartomo,

1982:314) Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan,

pakaian tempat berteduh dan lain-lain.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek

lainnya, tetapi kemiskinan itu terjuwud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek

yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut terutama adalah aspek

sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama

warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin,

usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan aspek ekonomi ialah adanya ketidak saamaan

diantara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan

pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi(Hartomo, 2008:315)

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia.

Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja

dapat kita lihat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata,

dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah dipahami secara holistik. Maka

dari itu langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya dalam hal

memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang

aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu:

1. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi

(4)

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu

aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya.

Justru aspek seperti ini lah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis

kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh

sekelompok yang bermukim ditempat yang sama boleh sama, namun kualitas

individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang

demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan

sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.

Kemiskinan dapat diukur dalam klasifikasi tingkatan, yaitu:

a. Miskin

b. Sangat miskin

c. Sangat miskin sekali

BKKBN mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat kedalam berbagai

tingkat, yaitui:

a. Prasejahtera

b. Sejahtera 1

c. Sejahtera 2

Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu

merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara

(5)

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara

an sich.Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara

individi maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-15).

Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri–ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor

produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, meodal yang memadai atau pun

keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktifitas ekonomi sesuai

dengan mata pencahaariannya.

2. Mereka yang pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk

memperoleh asset produksi dengan kekuatasn sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, kondisi ini akan berpengaruh terhadap

wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu

mereka pada umumnya habis tersita semata mata hanya untuk mencari nafkah

sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar atau meningkatkan keterampilan.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan ketegori

setengah menganggur.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak

(6)

Indikator kemiskinan yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan,

yaitu:

1. Pendekatan Pendapatan.

Sekilas pendekatan pendapatan diyakini dapat menghasilkan rumusan indikator

kemiskinan yang repsentatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan

merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau

sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan

martabat.

2. Pendekatan Konsumsi.

Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat menggambarkan

kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada penetapan

pendapatan sebagai indikator kemiskinan menjadi banyak ahli mencari indikator

lain. Salah satu indikator alternatif yang di anggap cukup representatif adalah

konsumsi.

3. Pendekatan Multi Aspek.

Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator

kemiskinan yang di tetapkan melalui pendekatan konsumsi.Namun setelah

dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah

satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat.

Salah satu pihak yang berupayan menelaah dan menetapkan indikator

kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam laporan PBB I

(7)

1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi.

2. Makanan dan gizi

3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill

4. Kondisi pekerjaan

5. Situasi kesempatan kerja

6. Konsumsi dan tata hubungan aggregatif

7. Pengangkutan

8. Perumahan, termasuk fasilitas – fasilitas perumahan

9. Sandang

10. Rekseasi dan hiburan

11. Jaminan sosial

12. Kebebasan manusia (United Nation, 1965).

Upaya merumuskan indikator kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) pada tahun 1996 adalah menyusun komposisi kebutuhan dasar, yang

dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pangan dan non pangan. Upaya tersebut

dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Hal utama yang

ingin diketahui adalah data tentang pengeluaran perkapita didaerah kota dan desa.

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan terdiri:

1. Padi padian dan hasil hasilnya

2. Ubi–ubian dan hasil hasilnya

3. Ikan dan hasil–hasilnya

4. Daging

5. Telur

6. Susu dan hasil hasil dari susu

(8)

8. Kacang-kacangan

9. Buah-buahan

10. Makanan yang sudah jadi

11. Minuman yang mengandung alcohol

12. Tembakau

13. Sirih

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas non pengan adalah:

1. Perumahan

2. Bahan bakar

3. Penerangan

4. Air

5. Jasa-jasa

6. Pekaian

7. Alas kaki

8. Tutup kepala

9. Barang barang yang tahan lama

10. Keperluan pesta dan upacara (BPS, 1996)

Informasi yang cukup menarik adalah terjadinya perbedaan jenis komoditas

yang termasuk kebutuhan dasar diberbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu

diera otonomi daerah saat ini adalah lebih tepat masing masing daerah merumuskan

sendiri indikator kemiskinan yang wajar diberlakukan didaerah masing–masing

sehingga lebih obyektif.

Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang

dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan

(9)

dirumuskannya indikator untuk menetukan masyarakat yang tergolong fakir miskin,

meliputi:

1. Penghasilan rendah atau berada bibawah garis sangat miskin yang diukur dari

tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS perwilayah

provinsi dan kabupaten/kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras

untuk miskin/santunan sosial.

3. Keterbatasan kepemilikan pekaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya

mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorangan pertahun).

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang

sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak anaknya.

6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk

membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat

miskin.

7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun

akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.

8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.

9. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

10.Kesulitan air bersih.

11.Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.

12.Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006).

Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator

(10)

repsesentatif. Keadaan seperti ini disebabkan masing-masing pendekatan memiliki

kelemahan disamping keunggulan (Siagian, 2012:67-83).

2.3. Konsep Tentang Program Kemitraan 2.3.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.

Program tersebut dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam setiap program

dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Program merupakan segala bentuk rencana yang akan lebih terorganisir dan

lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang

diuraikan.“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives”

(suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara terintegrasi untuk

mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Charles O. Jones menyebutkan bahwa pengertian program adalah cara yang

disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat

membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau

(11)

1. Program cederung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau

sebagai peleku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga

diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif

dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis

yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan

memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius

terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi

terbaik (Jones, 1996:295).

2.3.2. Pengertian Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama usaha/kongsi/joint venture baik dengan pelaku

usaha secara pribadi maupun dengan perusahaan dalam maupun luar negeri.

Kepentingan kemitraan tersebut adalah untuk saling mengisi dan memberi peluang

baik untuk kepentingan masyarakat kurang mampu maupun mitra kerjasama. Sebab

itu dalam kemitraan tersebut yang diwujudkannya adalah bagaimana menempatkan

peluang pembukaan unit-unit usaha baru untuk membangun masyarakat kurang

mampu

tanggal 05 maret 2013, pukul 10.31.WIB).

2.3.3 Pengertian Program Kemitraan

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha

(12)

penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tanggung dan mendiri. Program

kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja,

pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai

pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:

04).

2.3.4. Program Kemitraan PT. Telkom Tbk

Penyelenggaraan program kemitraan untuk membantu pengusaha kecil atau

mikro dikasanakan oleh Condev Divre I secara berkelanjutan (kontinu) sejak tahun 2002 hingga saat ini. Program kemitraan terdiri dari Program Penyaluran Dana

Pinjaman, Pengumpulan Angsuran Pinjaman dan Program Pembinaan Kepada Mitra

Binaan Telkom Divre I Sumatera.

Proses penyaluran dana dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode

triwulan, yang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan

Desember. Penentuan Mitra Binaan (pengusaha mikro/kecil) yang akan dibantu

melalui proses seleksi terhadap calon mitra binaan. Proses seleksi tersebut dimulai

dari tahap penelitian administrasi hingga tahap survey kelayakan dilapangan, dan

dilakukan sejak awal triwulan. Pelaksanaan proses ini dilakukan oleh condev datel

atau comdev area pelayanan (provinsi) dimasing-masing area datel atau

pelayanannya.

PT.Telkom dalam Menjalankan Program Kemitraan ini, terdapat beberapa hal

(13)

1. Perjanjian Kerjasama (PKS)

Perjanjian keraja sama yang merupakan perikatan perjanjian antara Telkom

dengan mitra binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2. Mitra Binaan

Mitra binaan adalah badan hukum atau perorangan yang telah diberikan

dana pinjaman dari Unit CD Telkom untuk mengembangkan usaha sesuai

dengan PKS.

3. Laporan

Laporan adalah informasi tentang status progres, dan potensi kegiatan

program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dipertanggung jawabkan

kepada pihak yang berkepentingan.

4. Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman adalah interes atau nilai dalam prosentase sesuai tabel dana

pinjaman yang telah disalurkan oleh Unit CD kepada mitra binaan, yang

dikenakan kepada mitra binaan. Bunga diangsur bersama-sama dengan

angsuran pokok pinjaman oleh mitra binaan setiap bulan melalui transfer

rekening bank.

5. Masa Pinjaman

Masa pinjaman adalah masa perjanjian dana pinjaman 24 bulan terhitung

sejak 1 (Satu) bulan tenggang waktu setelah PKS ditanda tangani oleh kedua

belah pihak.

6. Rekening Koran

Rekening koran adalah identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang

telah disyahkan oleh prebankan tertentu, sebagai alamat transaksi

(14)

7. Pembayaran Angsuran

Pembayaran angsuran adalah kewajiban mitra binaan menyetorkan sejumlah

angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Unit CD/Telkom

selama masa PKS.

8. Anggunan

Angsuran adalah satu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Unit

CD, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus

dikembalikan oleh mitra binaan. Sebelum memberikan pinjaman Telkom Sub

Area Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,

kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra

Binaan. Bila terdapat unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas

kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan dapat

berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban untuk mengangsur selama 3

bulan berturut-turut, maka mitra binaan memberikan kasa untuk melelang

agunan yang diserahkan pada waktu PKS ditandatangani untuk dilelang. Uang

hasil lelang tersebut digunakan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang.

Apabila terdapat kelebihan dari hasil lelang, maka akan diserahkan kepada

mitra binaan terkait, namun apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka

kekurangan pelunasannya tetap menjadi hutang mitra binaan untuk dibayar

(15)

2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL

1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. KEP-236/MBU/2003,

Tanggal 17 JUNI 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2) Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. SE 433/MBU/2003

Tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan

Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan.

3) Keputusan DireksiNomor. KD 51/PS150/COP-B0030000/2006 13 September

2006 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan (Community Development Center).

4) Keputusan Direksi PT Telkom Nomor. KD 51/KU-200/ PLK00/ 2003

TANGGAL 28 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan.

5) PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

6) Keputusan Direksi Nomor. KD 12/PS150/COP-B0030000/2008 Tanggal 5

Februari 2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan

Program Bina Lingkungan (Community Development Center) (PT. Telekomunikasi Indonesia CDA I, 2008:02).

Beberapa prinsip dasar program kemitraan usaha kecil yang menjadi pijakan

dalam penyusunan pedoman akuntasnsi program kemitraan adalah sebagai berikut:

1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola program

kemitraandan program bina lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi

(16)

2. Pembukuan dana program kemitraan dan program bina lingkungan

dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

1. Sumber dana program kemitraan berasal dari:

a) Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina.

b) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan atau

jasa giro dari dana program kemitraan.

c) Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

d) Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

3. Apabila diperlukan, dana program kemitraan pada unit PKBL dari suatu

BUMNdapat dialih kelolakan kepada BUMN lain.

4. Bentuk program kemitraan:

a) Dana program kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman maupun

dalam bentuk dana pembinaan kemitraan.

b) Besarnya dana program kemitraan yang digunakan untuk dana pembinaan

kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c) Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan

pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jaul beli,

perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

e) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio

bagi hasilnya sesuai denganperaturan yang berlaku.

(17)

g) Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapus bukukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

5. Penyaluran dana oleh unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui

serangkaianproses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan

pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:

a) Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan material yang

digunakan dalam pengambilan keputusan.

b) Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.

c) Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.

d) Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.

7. Dari pembatasan-pembatasan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang digunakan

adalah:

a) Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan

pendapatan jasa administrasi pinjaman dan pendapatan sewa beli syariah

menggunakan basis kas.

b) Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

c) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika

dicarikannya pinjaman.

d) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran dana pembinaan kemitraan adalah

ketika dikeluarkannya pembiayaan (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:

(18)

2.4. Bentuk Program Kemitraan 2.4.1.Penyaluran Pinjaman

Pinjaman yang disalurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada

usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk

memperoleh pinjaman sebelum bankable atau prasyarat yang dapat diterima oleh

pemberi pinjaman bila ingin berbisnis dengan pemberi pinjaman. Program Kemitraan

penyaluran dana ini dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulanyang

biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Dana

Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam

rangka meningkatkan produksi dan penjualan.

2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha

Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangkapendek dalam

rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

3) Beban pembinaan:

a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi,

dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan

serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.

b. Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh

persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan

Mitra Binaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman

(19)

A. Pinjaman Dan Evaluasi Proposal

Calon mitra binaan yang ingin mendapat pinjaman program kemitraan untuk

pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina

atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang kurangnya

data sebagai berikut:

1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat:

a) Data pribadi sesuai KTP.

b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah

Tenaga Kerja).

c) Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/Catatan Keuangan 3 bulan

terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman.

2. Melampirkan:

a) FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.

b) FC Kartu Keluarga.

c) Pas Photo ukuran 3 X 4 - Keterangan Serba Guna dari kelurahan.

d) Gambar/Denah Lokasi Usaha.

e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.

f) Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).

g) Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan

lain.

3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban danneraca

(20)

4. Rencana usaha dan kebutuhan data.

Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada

Telkom Sub Area MedanSebelum waktu penyaluran dana berlangsung. Kemudian

oleh Telkom Sub Area Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan

dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan

oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan

diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing

Calon Mitra Binaan. Surve dilakukan oleh staf Telkom Sub Area Medan, namun

tidak semua Calon Mitra Binaan disurve secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini

dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom Sub AreaMedan.

Telkom Sub Area Medan selain surve, juga melakukan koordinasi

Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang

ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina didalam suatu

provinsi tertentu. Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra

binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi

yang dilakukan antara Telkom Sub Area Medan dengan Koordinator BUMN

Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian

pinjaman dana Program Kemitraan. Seandainya diketahui Calon Mitra Binaan adalah

mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan

permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.

Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi

ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah

diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan

menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai

(21)

hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak dimana pihak

pertama adalah Telkom Sub Area Medan dan pihak kedua adalah Mitra Binaan.

Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut dan sebelum

penandatangan, Telkom Sub Area Medan juga telah melakukan sosialisasi PKS

tersebut kepada seluruh Mitra Binaan.

Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun, artinya setiap Mitra

Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman

kepada Telkom Sub Area Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin

meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom Sub Area

Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan

pinjaman kepada Telkom Sub AreaMedan. Program Kemitraan, Telkom Sub Area

Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya

saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra

Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan berupa pelatihan

dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.

Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area

Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan

debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan

dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang

ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan

Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang

menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan

untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya.

(22)

dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil

sehingga menjadi tangguh dan mandiri.

Sesuai dengan yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun

2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri

adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lma puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).

Bagi Calon mitra binaan yang sudah memberikan proposal kepada BUMN

Pembina atau BUMN Penyalur harus mengetahui jangka waktu pinjaman, jadwal

angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dan syarat-syarat penerima pinjaman

yaitu:

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah &

bangunan tempat usaha).

(23)

c) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung

dengan usaha menengah atau besar.

d) Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

e) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi &

prospek usaha untuk dikembangkan.

f) Belum pernah dan tidak sedang mendapat bantuan pembinaan dari BUMN dan

institusi sejenis yang lain.

Syarat usaha kecil yang pertama dan kedua yang ditetapkan Telkom melalui

Keputusan Direksi PT. Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang

Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berbeda dengan kriteria usaha

kecil yang ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM. Pada ketentuan di Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM, kekayaan bersih pada usaha kecil paling banyak adalah Rp. 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak adalah Rp.

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan pada Keputusan

Direksi PT.Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 tentang Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kekayan bersih yang dimiliki usaha kecil

paling banyak adalah Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Kesimpulan yang

didapat adalah syarat kriteria usaha kecil yang diterapkan Telkom dalam program

kemitraannya lebih kecil dari pada yang ditentukan dalam Undang-Undang

(24)

Syarat ketiga adalah milik warga Negara Indonesia, jadi usaha kecil yang

dimiliki atau bekerjasama dengan warga Negara asing tidak dapat mengajukan

permohonan pinjaman dalam Program Kemitraan ini. Syarat keempat adalah bahwa

usaha kecil yang bersangkutan tidak dibenarkan memiliki kerjasama aau berafiliasi

dengan usaha menengah atau usaha besar, jadi usaha kecil tersebut murni berdiri

sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, ataupun berafiliasi dengan usaha menengah atau usaha besar.

Syarat kelima adalah usaha kecil yang bersangkutan merupakan badan usaha

perorangan baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,

termasuk juga koperasi, jadi Koperasi dapat mengajukan pinjaman pada Program

Kemitraan ini. Syarat usaha kecil yang terakhir yaitu usaha kecil yang akan

mengajukam permohonan pinjaman, harus telah melakukan usaha minimal 1 (satu)

tahun serta mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan.

Telkom Sub Area Medan selaku unit PKBL Telkom diwajibkan melakukan

koordinasi dengan koordinator BUMN Pembina. Jika diketahui calon Mitra Binaan

telah ikut dalam Program Kemitraan BUMN lainnya, maka ia tidak dapat

mengajukan permohonan untuk menjadi mitra binaan Telkom. Melalui data-data

yang diberikan itulah pihak Telkom Sub Area Medan akan mengadakan

penyeleksiaan kepada masing-masing calon Mitra Binaan yang telah mengajukan

permohonan. Calon Mitra Binaan yang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan

yang telah ditetapkan oleh Telkom dan layak bina akan menyelesaikan proses

administrasi selanjutnya.

Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan,

proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit Sub Area Medan. Tahap seleksi ini

(25)

Mitra Binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi syarat maka unit

Sub AreaMedan akan melakukan survei kepada calon Mitra Binaan. Survei yang

dilakukan oleh unit Sub Area Medan kepada calon Mitra Binaan aktif maupun pasif

dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan.

Selain itu survei yang dilakukan oleh unit Sub Area Medan juga dilakukan

tanpa sepengetahuan calon Mitra Binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi

kepada tetangga atau Kepala Lingkungan maupun kepada instansi terkait lainnya

mengenai Calon Mitra binaan. Apabila calon Mitra Binaan ini memenuhi syarat

setelah dilakukannya survei oleh unit Sub Area Medan, maka langkah yang

dilakukan oleh unit Sub Area Medan adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini

dilakukan oleh unit Sub Area Medan dengan melihat kebenaran identitas dan status

usaha, menilai kelayakan usaha, melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih

lanjut mengenai 5 C yaitu,Character, Capability, Capacity, Condition of economy,

dan Collateral.

B. Penyaluran Pinjaman

Proposal dari calon mitra binaan telah disetujui maka unit PKBLmenyalurkan

pinjaman kepada mitra binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam satu

surat perjanjian/kontrak yang sekurang kurangnya memuat:

1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur

dan mitra binaan.

2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur

dan Mitra Binaan:

a) Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui

(26)

2) Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.

3) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati.

4) Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN

Pembina.

a. Sektor Usaha yang dapat diberikan bantuan pinjaman adalah Industri,

Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan

Jasa lainnya.

b. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.

c. Bunga pinjaman:

Tabel 2.1 Bunga Pinjaman

No Jumlah Pinjaman Yang Di Berikan Jasa Administrasi /Tahun

1 s/d Rp. 10.000.000 6%

2 > Rp. 10.000.000 s/d Rp. 30.000.000 6%

3 > Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 6%

4 > Rp. 50.000.000 6%

Sumber (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008: 08).

Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar

6% dari limit pinjaman atau administrasi lain oleh Menteri (PER MEN – 05 BAB IV

(27)

C. Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang BermasalahMitra Binaan

Setelah pinjaman disalurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN penyalur atau

lembaga penyalur monitor pemenuhan kewajiban mitra binaan. Apabila terdapat

pembayaran yang belum diketahui, maka pembayaran tersebut diakui sebagai hutang

sampai dengan diketahuinya mitra binaan yang melakukan pembayaran.Pinjaman

dana program kemitraan dinilai kualitasnya berdasarkan pada ketetapan waktu

pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasinya pinjaman dari Mitra

binaan.

Penggolongan kualitas pinjamansesuai ketentuan yang berlaku adalah:

1. Lancar

Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman dilakukan

tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau

jasa administrasi pinjaman selambat lambatnya 30 hari (tiga puluh) hari dari

tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah

disetujui bersama.

2. Kurang Lancar

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa

administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 hari dan belum melampaui 180

(seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran,

sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

3. Diragukan

Apabil terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa

administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh hari)

(28)

tempo pembayaran angsuran. Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui

bersama.

4. Macet

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa

administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari

dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang

telah disetujui bersama (PT.Telekomunikasi Indonesia, 2008:5-6).

2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Dana pembinaan kemitraan yang disalurkan melaui program kemitraan

ditujukan kepada mitra binaan yang telah dan masih terdaftar dalam program

kemitraan. Artinya dana ini hanya dapat diberikan kepada dan untuk kepentingan

mitra binaan.Dana pembinaan kemitraan disalurkan melalui beberapa program yang

disusun untuk membantu mitra binaan dalam rangka mengembangkan usahanya

dengan hibah.

A. Pendidikan dan Pelatihan Serta Pemagangan.

1. Mengingkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau

pengelolaan.

Dilakukan melalui pelatihan contohnya dalam mendatangkan

instuktur yang ekspert di bidangnya, mitra yang bergerak di

bidang olahan pangan maka untuk meningkatkan ketrampilannya

dilakukan dengan memberikan pelatihan pengolahan pangan yang

(29)

2. Mengingkatkan pengendalian mutu produksi.

Mutu produksi dilakukan dengan mengadakan pelatihan bagi

mitra binaan yang terkait dengan produksi barang.

3. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.

Standarisasi teknologi yang diberikan telkom adalah

pemberikan pelatihan mengenai internet, agar mitra binaan bisa

mengembangkan produksinya di media jejaring sosial, dan juga

pemasaran produksi melalui blog dan lain-lain.

4. Meningkatkan rancang bangun dan perekaysaan.

B. Pemasaran Produk Mitra Binaan.

1. Membantu penjualan produk MB.

2. Membantu mempromosikan produk MB melalui kegiatan

pameran maupun penyediaan ruang pameran.

Atas dana pembinaan kemitraan tersebut mitra binaan tidak menerima dalam

bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk progam-program yang telah

disusun.Kegiatan yang dibiayai melalui dana pembinaan kemitraan tersebut ditangani

oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar

sebagai pekasana kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan pemateri pelatihan,

penyelenggara kegiatan pameran, dan sebagainya (PT.Telekomunikasi Indonesia,

2008:7-8).

2.5. Uraian Pengertian Tentang BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

dalam perekonomian nasional disamping usaha swasta dan koperasi. Melalui sistem

perekonomian nasional, BUMN ikut berperan mengahsilkan barang/jasa yang

(30)

Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sector

sektor usaha yang belum diminati oleh swarta. Selain itu, BUMN juga mempunyai

peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan kekuatan

swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil atau koperasi. BUMN

juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk

berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.

Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kagiatan usaha pada

hampir seluruh sektor perekonomian seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan,

kehutanan, mannufaktur, pertambangan keuangan, pos dan telekominukasi,

transportasi, listrik, industri dan perdagangan serta kontruksi.

Sebagai institusi bisnis BUMN dituntut untuk dapat menghasilkan laba

sebagaimana layaknya perusahaan–perusahaan bisnis lainnya. Namun disisi lain,

pada saat yang bersamaan BUMN ditutntut untuk berfungsi sebagai alat

pembangunan nasional dan berperan sebagai instiut sosial (public). Peran sosial ini mengisyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik tetapi juga

menggambarkan konsep mengenai public purpose (sasarannya adalah masyarakat) dan public interest (orientasinya pada kepentingan masyarakat). Demikian disadari bahwa posisi perusahaan perusahaan BUMN iniibarat memiliki dua sisi mata uang.

Disatu sisi berperan sebagai institute bisnis dan sisi lainnya berperan sebagai institute

sosial kerana merupakan alat Negara.

Undang-Undang Nomor. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan

perundangan terbaru mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik Negara

yaitu Usaha Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah

BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang

(31)

mencari keuntungan. Sedangkan perum adalah BUMN yang seluruh modalnya

dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan

umum berupa penyediaan barang dan atau jasa sekaligus mengejar keuntungan.

Praktek tanggung jawab sosial oleh BUMN sungguh menarik untuk dikaji.

Salah satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan dengan perusahaan

non-BUMN yang secara normative mendukung kegiatan kedermawanan sosial.

Faktor pembeda itu adalah terdapatnya instrument pemaksa berupa kebijakan

pemerintah. Melalui instrument yang bersifat inperatif(memerintah atau memberi komando, bersifat mengharuskan) ini suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau,

implementasi CSR merupakan hal yang mendatory bagi BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial perusahaan perusahaan

BUMN lebih besar dibadingkan perusahaan-perusahaan swasta.

Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan menteri BUMN

Nomor: Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh menteri Negara

BUMN pada 17 Juni2003 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk

menyelenggarakan program kemitraan dan program bina lingkungan atau bisa

disingkat dengan istilah PKBL.

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha

kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat

penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program

kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja,

pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai

pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian. Sudah jelas

(32)

masyarakat. Sebab melalui skema program ini perusahaan BUMN membangun

hubungan yang saling menguntungkan dengan masyarakat yang ada disekitarnya.

Surat Edaran Menteri BUMN Nomor. SE-433/MBU/2003 yang merupakan

petunjuk pelaksanaann dari keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2011

tersendiri yang bertugas secara khusuus menangani PKBL disyaratkan membentuk

unit tersendiri yang bertugas secara khusus yang menangani PKBL ini, untuk itu ini

menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi perusahaan dan bertanggung jawab

langsung kepada salah satu anggota direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi.

Selain mengalokasikan dana tersendiri dan memberntuk unit tersendiri untuk

melaksanakan program kemitraan dan bina lingkungan ini, hampir semua BUMN

juga masih mengalokasikan kontribusinya kepada masyarakat melalui departemen

atau unit-unit lain, baik unit stuktural maupun unit non stuktural. Tentu, dengan

tambahan budgetnya masing-masing. Semisal yang terjadi di PT Petrokimia Gersik,

selain yang digelar oleh Biro KBL aktifitas tersebut juga dilakukan oleh Biro Humas,

Biro Umum dan Sekretariat, Biro Personalia, Biro Diklat, Biro Pemasaran, Biro

Keamanan, Serikat Karyawan Petro Kimia Gersik, Masjid Nurul Jannah Petro Kimia

Gersik, BTM Nurul Jannah Petrokimia Gersik dan unit-unit lainnya.

2.6. Pengertian Perseroan Terbatas

Pengertian perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan

hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang

hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan

(33)

perusahaan yang sahamnya secara luas dipegang dan dapat dijual kepada masyarakat

umum.

Pemegang Saham Merupakan pemilik dari PT yang mempunyai hak-hak

tertentu seperti:

1. Memiliki direksi

2. Meneliti jalannya perusahaan

3. Menyetujui tambahan saham, sebelum saham dijual/dikeuarkan

4. Menetukan manajemen

Saham Terbagi Menjadi 3

1. Saham biasa

2. Saham prefere

Kelebihan Perseroan Terbatas:

1. Tanggung jawab yang terbatas dari para pemengang saham terhadap

hutang-hutang perusahaan. Maksudnya adalah jika anda termasuk pemegang saham

dan kebetulan perusahaan mempunyai hutang, anda hanya bertanggung jawab

sebesar modal yang anda setorkan dan tidak lebih.

2. Kelangsungan perusahaan sebagai badan hukum lebih terjamin, sebab tidak

tergantung pada beberapa pemilik, pemilik dapat berganti ganti.

3. Mudah untuk memindahkan hak milik dengan menjual sahamkepada orang

lain.

4. Mudah memperoleh tambahan modal untuk memperluas volume usahanya,

misalnya dengan mengelurkan saham baru.

5. Manajemen dan spesialisasinya memungkinkan pengelolaan sumber-sumber

modal untuk itu secara efisien. Jadi jika anda mempunyai manajer tidak

(34)

Kelemahan PT Perseroan Terbatas:

1. PT merupakan subyek pajak tersendiri. Jadi tidak hanya perusahaan yang

terkena pajak. Dividen atau laba bersih yang dibagikan kepada para

pemegang saham dikenakan pajak lagi sebagai pajak pendapatan. Tentunya

dari pemegang saham yang bersangkutan.

2. Jika anda akan mendirikan perseroan terbatas, pendiriannya jauh lebih sulit

dari bentuk kepemilikan usaha lainnya. Dalam pendiriannya untuk usaha

tertentu.

3. Biaya pembentukannya relatif tinggi.

4. Bagi sebagian besar orang, PT dianggap kurang “secret” dalam hal dapur perusahaan. Hal ini disebabkan karena segala aktifitas perusahaan harus

dilaporkan kerena segala aktifitas perusahaan harus dilaporkan kepada

pemegang saham. Apalagi yang menyangkut laba perusahaan

tanggal 28 Maret 2014).

2.7. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Definisi CSR menurut The Word Business Council For Sustainable Development (WBCSD) adalah komitment dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan

ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan

keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat

secara lebih luas. Menurut Widjaja (dalam Siagian, 2008:13) merumuskan definisi

(35)

merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang

memberikan manfaat bagi masyarakat.

Corporate social responsibility adalah komitment perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada

keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan

lingkungan(Untung, 2009:1).

Memang tidak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa tanggung jawab sosial

bukanlah aktifitas utama bagi pelaku bisnis. Fokus utama bisnis adalah mendongkrak

laba,tetapi tidak sedikit kemudian yang mengakui perlunya tanggung jawab sosial

itu. Namun, sifatnya hanya instrumental. Artinya, tanggung jawab sosial perusahaan

sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa perusahaan hanya sekedar sarana

untuk menggapai maksimalisasi profit sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa perusahaan melihat tanggung jawab sosial sebagai aktifitas yang termasuk

pada ”Jantung Hati” kegiatan bisnis, ironisnya dengan berbagai alasan, barang kali

penganut aliran inilah yang dominan saat ini(Wibisono, 2007:34).

Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar, prinsip

dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang notabene miskin agar

terbebas dari kemiskinan, maka dari itu selain memberdayakan masyarakat, dari sisi

perusahaan, jelas agar oprasional berjalan lancar tanpa gangguan, jika hubungan

antar perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa dipastikan ada masalah.

Pelaksanaan program CSR belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Hal tersbut

disebabkan oleh minimnya perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR.

Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa manfaat CSR bagi perusahaan antara

(36)

a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.

b. Mendapatkan lisensi untuk beroprasi sacara sosial

c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.

d. Melebarkan akses sumberdaya bagi oprasional usaha.

e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

f. Mereduksi biaya, misalnya tekait dampak pembuangan limbah.

g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

i. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.

j. Peluang mendapatkan penghargaan(Untung, 2009:6).

Kesukarelaan dalam konsep CSR bukan dipahami sebagai bisa memilih untuk

menjalankan atau tidak menjalankan, melainkan justru bagaimana menjalankan

tanggung jawab sosial itu di luar yang diatur dalam segulasi. Perencanaan CSR yang

strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk

memperdayakan masyarakat, agar mereka mampu seutuhnya menopang kehidupan

ekonomi dan sosial secara mandiri, bertahap dan berkelanjutan. Kontribusi CSR

adalah kontribusi berkesinambungan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan,

yaitu bekerja sama dengan karyawan, keluarga mereka, kontribusi lokal, dan

masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara cara yang dapat

diterima oleh bisnis dan juga pembangunan itu sendiri adalah nilai dasar CSR.

Tiga pilar penting untuk merangsang pertumbuhan CSR yang mampu

mendorong Pembangunan ekonomi berkelanjutan, pertama, mencari bentuk CSR

yang refektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memperhatikan unsur

lokalitas. Kedua, mengkalkulasi kapasitas sumberdaya manusia dan institusi untuk

(37)

Pada akhirnya tiga pilar ini tidak mampu bekerja dengan baik tanpa dukungan sektor

publik untuk menjamin pelaksanaan CSR oleh perusahaan sejalan dan seiring dengan

strategi pengembangan dan pembangunan sektor publik (Untung, 2009:34-36).

2.8. Pengertian Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi tidak dapat dibahas secara bersamaan, kedua kata

ini, dalam pengertiannya selalu dibahas secara tersendiri. Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda, misalnya istilah

sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekantoapabila istilah

sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat alat produksi dan jasa

jasa dalam bidang ekonomi (Fairchild dalam Supardan, 2009: 296).

Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan

dilapangan sosial. Artinya kegiatan kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi

persoalan persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti

tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain.

Selain itu Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan

pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial(Soekanto dalam Supardan, 2009:27).

Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu “Oikos” atau “Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Pengertian ekonomi dengan kata lain adalah semua yang menyangkut

hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang

(38)

merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya,

melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara,

dan dunia.

Definisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan, dapat

juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan

manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata. Kehadiran

manusia secara nyata bisa dirasakan baik melalui audio dan visual. Sedangkan untuk

kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajinasi, kenangan, khayalan, dan lain

sebagainya. Defenisi sosial ini terkait pada hubungan-hubungan manusia dengan

lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan

kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang diikutinya. Hal ini juga berkaitan

langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka bumi.

Karena manusia tidak bisa hidup sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang

lain dalam kehidupannya sehari-hari

Diakses pada tanggal 28 februari 2014 pukul 09.15).

Pengertian sosial ekonomi dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan,

perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain lain. Kehidupan sosial ekonomi harus

dipandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian bagian atau

unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.

Kedudukan sosial ekonomi seseorang dilihat dari pendapatan, pendidikan,

dan pekerjaan. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pendapatan

"Pendapatan" dapat didefinisikan sebagai upah, gaji, keuntungan, sewa, dan

(39)

sumber penghasilan (pendapatan) adalah dalam bentuk kompensasi pekerja,

jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau dividen, royalti, piutang,

tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat, atau bantuan

keuangan keluarga.

Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan

mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonom John Maynard Keynes, adalah

hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan konsumsi,

tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seorang atau

tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam

kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya

digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk

mengetahui seorang individu.

Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan

kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (tersier) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang rendah

hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (tersier), bahkan mereka terkandang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

2. Pendidikan

"Tingkat pendidikan" sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan

fenomena “cross cutting” untuk semua individu. Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk semua prestasi dalam hidup, yang tercermin

melalui nilai-nilai atau derajatnya. Akibatnya, pendidikan memainkan sebuah

(40)

Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan

penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar

profesional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara

mereka tanpa ijazah sekolah tinggi terhukum secara finansial. Tingkat pendidikan

yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih

baik yaitu pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan dukungan sosial dan jaringan

yang lebih besar.

Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan

seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan

memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang

dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah.

Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, dimana orang tua kelas

menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan

anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan

mendorong rasa hak melalui diskusi.

Laureau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak

berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki rasa

kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan demikian lahir dari

dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori, keluarga berpenghasilan

rendah memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak berpenghasilan

menengah, yang merasa berhak, argumentatif, dan lebih siap untuk kehidupan

dewasa.

3. Pekerjaan

"Pekerjaan yang bergengsi" sebagai salah satu komponen status sosial

(41)

sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik, mengeskplorasi dan mempertahankan posisi yang lebih

baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial kita

atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan karakteristik pekerjaan,

pengambilan membuat kemampuan dan pengendalian emosi, dan psikologis

tuntutan pada pekerjaan.

Pekerjaan dirangking oleh jajak pendapat (antara organisasi lainnya) dan

pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan yang paling

bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan biomedis,

spesialis komputer, dan komunikasi analis. Pekerjaan ini, dianggap

dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan lebih

banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih besar

terhadap kondisi kerja. Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah

pekerja pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci

piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan,

dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan

kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan memberikan otonomi

yang kurang.

Masyarakat dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah,

sedang dan tinggi berdasarkan pendapatan, pendidikan, pekerjaan yaitu sebagai

berikut:

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima

pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang

minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu

(42)

2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan yang hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi

kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan

digunakan untuk kebutuhan yang lain (http://tenagasosial.blogspot.com

/2013/08/faktor-yang-mempengaruhi-status-sosial.html.Diakses pada tanggal 28

februari 2014 pukul 10.00).

Melihat kedudukan seseorang di tengah-tengah masyarakat, banyak faktor

yang harus diperhatikan, baik dari sudut pandang sosial maupun ekonomi. Sebab dari

dalam suatu masyarakat pasti terdapat sesuatu yang dihargai dan dipandang

masyarakat mungkin berupa, perumahan, makanan, rekreasi, kesehatan maupun

lingkungan.

a. Kesehatan

Istilah kesehatan itu sendiri didalam Undang-Undang Nomor.9 tahun 1960,

tentang pokok-pokok, bab I pasal 2 didefinisikan sebagai berikut: “yang di maksud

dengan kesehatan dalam undang-undang ini adalah keadaan yang meliputi kesehatan

badan, rohaani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari

penyakit, cacat dan kelemahan. Difinisi mental tersebut sangat mirip dengan definisi

yang dianut oleh organisasi kesehatan sedunia sebagai berikut: “health is defined as a state of complete physical, mental, and social wellbeing and not merely the absence of disease of infirmity”.

Istilah ini telah sedikit berubah didalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1 pasal 1 sebagai berikut: “kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

(43)

yang luas pada kata kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut, seseorang belum

dianggap sehat sekalipun ia tidak berpenyakit jiwa dan ataupun raga. Orang tersebut

masih harus dinyatakan sehat secara sosial. Hal ini dianggap perlu karena penyalit

yang diderita seseorang atau sekelompok masyarakat umumnya ditentukan sekali

oleh perilakunya tau keadaan sosial budayanya yang tidak sehat (Selamet: 2009,

4-5).

b. Lingkungan

Bagi manusia lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik

berupa benda hidup maupun benda mati, banda nyata maupun abstrak, termasuk

manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara

elemen-elemen di alam tersebut. Lingkungan itu sangat luas, oleh karenanya

saringkali dikelompokkan untuk mempermudah pemahamannya. Tergantung

kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara sebagai berikut:

1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkunan tidak hidup (abiotis). 2. Lingkungan alamiah, dan lingkungan bantuan (manusia).

3. Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal

4. Lingkungan biofisis dan lingkungan pisikososial.

5. Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologis (biosfir). Dan lingkungan sosial (sosiosfir). 6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut.

Bagaimanapun lingkungan itu dikelompokkan, pada prinsipnya, lingkungan (air,

udara, tanah, sosial dan lain-lain.) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak

mempunyai batas yang nyata dan merupkan suatu kesatuan ekosistem (Slamet: 2009,

(44)

c. Makanan

Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah

penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus

bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai.

Seperti telah dikemukakan terdahulu, permasalahan yang timbul dapat diakibatkan

kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak

dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud menjadi sakit karena itu

dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.

Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk

pertumbuhan mikroba yang patogen. Oleh karena itu, untuk mendapat keuntungan

yang maksimum dari makanan, perlu dijaga sanitasi makanan. Gangguan kesehatan

yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi, keracunan

makanan, dan penyakit bawaan makanan (Slamet: 170-171).

d. Perumahan

Undang-Undang Nomor.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,

perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan.Bagi sebuah lingkungan perkotaan, kehadiran lingkungan perumahan

sangatlah penting dan berarti karena bagian terbesar pembentuk stuktur munculnya

permasalahan pada suatu permukiman akan menimbulkan dampak langsung terhadap

permasalahan perkotaan secara menyeluruh. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa baik atau buruknya sistem perkotaan dipengaruhi oleh baik-buruknya

lingkungan permukiman.

Secara makro dalam melakukan pembangunan, khususnya pembangunan

(45)

yaitu perkotaan dan pedesaan. Hal ini harusnya diupayakan guna menghindari

terjadinya over load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah

perkotaan maupun wilayah dibelakangnya (hinterland), yang biasanya adalah suatu wilayah pedesaan.Oleh karena itu perencanaan sebuah perumahan memegang

peranan yang sangat penting dalam pengendalian laju pembangunan. Perencanaan itu

harus dilakukan, dimulai dari perencanaan rumah-rumah hingga perencanaan

lingkungan permukiman dan ruang perkotaan, bahkan hingga skenario wilayahnya

(Sastra, 2006: 29).

Delapan aspek utama yang terkait dalam perumahan dan permukiman.

Kedelapan aspek ini dilihat dalam perbedaan skala (makro-mikro) dan perbedaan

subjek permasalahan (supply-demand) sebagaimana filosofi dan metodologinya. Pada subjek permasalahan kebutuhan perumahan aspek utama yang terkait mulai dari

model lokasi perumahan dan pengambilan keputusan pada tingkat daerah (Pemda).

Subjek permasalahan supply perumahan, aspek utama yang terkait mulai dari studi tentang perumahan nasional, pemerintah, institusi pendidikan sampai kepada

peraturan properti yang membentuk pola pengembangan lahan supply perumahan pada tingkat daerah, untuk mempelajari perumahan dan permukiman secara efektif,

termasuklah mempelajari analisis mayor sektor dari perekonomian naional,

perubahan demografi, migrasi dan kebebasan sosial, dengan kata lain menyentuh

semua aspek dalam lingkungan hidup dan lingkungan pekerjaan (Dwira, 2008: 1)

e. Rekreasi

Kata rekreasi berasal dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti "membuat ulang". Secara umum,

(46)

kegiatan yang dilakukan seseorang selain pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan

untuk melakukan rekreasi adalah

rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Banyak ahli memberikan pandangan

bahwa aktvitas rekreasi adalah kegiatan untuk mengisi waktu senggang. Kegiatan

rekreasi dapat pula memenuhi salah satu pengertian “penggunaan berharga dari

waktu luang”. Artinya kegiatan yang dipilih oleh seseorang sebagai fungsi

memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga rekreasi tidak berarti hanya

membuang-buang waktu atau membunuh waktu.

Jay B. Nash memberikan gambaran bahwa aktivitas rekreasi adalah pelengkap

dari kerja, oleh karena itu rekreasi adalah kebutuhan semua orang. Demikian,

penekanan dari aktivitas rekreasi adalah dalam nuansa “menciptakan

kembali” (recreation) orang tersebut, ada upaya revitalisasi jiwa dan tubuh yang terwujud karena ‘menjauh’ dari kegiatan rutin dan kondisi yang menekan dalam

kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat

kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan rekreasi, tujuan utamanya

adalah mendidik orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka

di akses pada tanggal 25 maret 2014 pukul 13.03).

2.9. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan

yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih

baik.Sebagaimana batasan PBB, kesejahteraan sosial adalah kegiatan-kegiatan yang

Gambar

Tabel 2.1 Bunga Pinjaman
Gambar 1.1 Bagan Alur Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Diena Fadhilah : Analisis Pengaruh Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Pekembangan..., 2005... Diena Fadhilah : Analisis Pengaruh Pelaksanaan Program Kemitraan

dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan, unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id diakses pada

efektivitas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam mengembangkan usaha

Asuransi jasa Indonesia (Persero). Selanjutnya penyaluran bantuan melalui yayasan dilakukan sebanyak 28 kegiatan, salah satunya adalah penyaluran pinjaman modal kepada

Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan PT SUCOFINDO maupun Perusahaan BUMN lainnya dalam melakukan evalusi terhadap kebijakan penyaluran pinjaman program

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom CDSA Medan pada program kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada

Telkom Pekanbaru dapat memberi bantuan kepada pengusaha kecil ikan patin yang terkendala dengan modal, dan dengan adanya kemitraan yang berupa pembiayaan pinjaman lunak

Telah diuji dan disetujui skripsinya melalui seminar hasil pada tanggal 1 Mei 2012.. Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul Dampak