DAMPAK PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP SOSIAL
EKONOMI MITRA BINAAN PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA SUB AREA MEDAN
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh:
MAYA JELITA100902008
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAJULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Maya Jelita
Nim : 100902008
Judul : Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan
Medan, Juli 2014 PEMBIMBING
(Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D) NIP. 19630319 199303 1 001
KETUA DAPARTEMEN
(Hairani Siregar, S.Sos, M.SP) NIP. 19710927 199801 2 001
DEKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Maya Jelita NIM : 100902008
ABSTRAK
Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan
Skripsi ini berjudul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 160 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 501 mitra binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.
Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (���) = 0,30 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,279, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,30>0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganhipotesa (Ha) yang mengatakan “ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat diterima (ditolak). Sedangkan kontribusi program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan adalah sebesar 9%.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE
Name: Maya Jelita NIM: 100902008
ABSTRACT
Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area
this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. this consists of 6 chapter and 160 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area.
this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 501 prisoners. The number of samples in this study were 50 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.
From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (���) = 0.30 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.279, was greater than the price of that table t (0.30> 0.279), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Terrain" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Sub Area Medan Indonesia amounted to 9%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memercikkan setetes dari luasnya lautan ilmu-Nya sehingga skripsi ini dapat di
sesesaikan oleh penulis hingga akhir. Sholawat beriring salam juga saya hanturkan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan perkembangan ilmu pengetahuan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Sangat di harapkan kritik dan saran untuk membangun kesempurnaan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa banyak sekali doa dan bantuan yang
mengiringi penulis di dalam pengerjaan skripsi ini. Dan dalam kesempatan ini
penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyelesaian penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Prof. Badaruddin Rangkuti, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Bapak Drs. Matias Siagian M.SP, selaku dosen pembimbing penulis.
Terima kasih penulis sampaikan karena telah membimbing,
memberikan semangat, dan masukan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ben Sugito, selaku koord. CDSA Medan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT.
Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.
5. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta, terima kasih untuk
Farida Hanum terima kasih ya bun buat semua pengertian, semangat
dan dukungannya. Terima kasih karena tak pernah bosan untuk selalu
mengingatkan Maya ketika Maya melakukan kesalahan maupun
kekhilafan. Terima kasih juga kerena sudah terus menyayangi Maya
dan memberikan perhatian yang sangat besar. Buat bapak ku, Bapak
H. Zainal Abidin terima kasih untuk semua semangat, dan
dukungannya yang diberikan kepada Maya dalam penyelesaian skripsi
ini.
6. Buat My sisterKhairani Nizar. Terima kasih banyak ya dek buat
dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada uni, dan juga
selalu menghibur uni di saat-saat bosan menyerang, selalu saja bisa
memancing tawa hingga hilang semua penat uni.
7. Buat teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan, Wenny
Marlinda, Rizky Yulizar, Ayu Lestari S.Sos terima kasih untuk semua
dukungan dan semangat yang telah kalian berikan untukku. Mulai dari
awal jadi mahasiswa walaupun silih berganti bertukar personil sampai
akhirnya tinggal kita yang bertahan. Kenangan kita ini tak akan
pernah aku lupakan sampai kapanpun.
8. Buat anak-anak mantan Marching Band Bahana Mitra Inalum yang
tak disangka tak diduga jadi sohib sampai sekarang, dukungan kalian
luar bisa wee, walaupun semuanya sedang sibuk dengan urusan
masing-masing tapi saat ada waktu kosong jangan lupa ngumpul di
rumah ya cuy.
9. Terima kasih juga untuk anak-anak kost Sofian 58 yang telah
milva, dahlia, cici, tria, dini, ayu, nadia, nabila, kak tika, kak nini yang
telah bersedia menjadi teman curhat penulis.
10.Karyawan dan Staf Kantor Telkom Sub Area Medan yang selama ini
sangat banyak membantu, kepada Bapak Safingi yang bersedia
memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan selama
menjalankan PKL dan penelitian di Tekom, Pak Agus, Ibu Isnaini, Ibu
Evi dan Kak Uchi terima kasih banyak atas kerja sama dan
bimbingannya selama ini dan semua staf lainnya yang mungkin
terlupakan untuk disebutkan terima kasih banyak atas kesempatan
yang diberikan kepada saya untuk belajar lebih di Telkom.
11.Untuk mitra binaan yang telah membantu peneliti dalam penelitian
ini, semoga usaha dan pekerjaannya semangkin maju, berkembang
dan sukses.
12.Terimakasih saya ucapkan kepada staff pengajar dan staff
kepegawaian di kampus FISIP USU. Yang telah memberikan banyak
kesempatan untuk saya menimba ilmu dan meminta
pertolongan-pertolongan sehingga menghantarkan saya pada akhir masa studi saya
ini.
13.Untuk semua temen-temen stambuk 2010 jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial, terutama sesama mahasiswi bimbingan, wenny, intan, riada,
mey-mey, titin, juita, septi, elva, jiah, eni makasi ya udah saling
menyemangatin.
14.Untuk semua pihak yang telah bersentuhan pikiran dengan penulis.
Sedikit banyaknya skripsi ini adalah kristalisasi pemikiran yang
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Namun demikian, skripsi ini tentunya jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakng Masalah ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 12
1.3.Tujuan Penelitian ... 12
1.4.Menfaat Penelitian ... 13
1.5.Sistematikan Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pemberdayaan ... 15
2.2. Konsep Tentang Kemiskinan ... 16
2.3. Konsep tentang Program Kemitraan ... 24
2.3.1. Pengertian Program ... 24
2.3.2. Pengetian Kemitraan ... 25
2.3.3. Pengertian Program Kemitraan ... 25
2.3.4. Program Kemitraan PT.Telkom ... 26
2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL ... 28
2.4.1. Penyaluran Pinjaman ... 31
2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 41
2.5.Uraian Pengertian Tentang BUMN ... 43
2.6.Pengertian Perseroan Terbatas ... 46
2.7.Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 48
2.8.Pengeritan Sosial Ekonomi ... 50
2.9.Kesejahteraan Sosial ... 60
2.10. . Kerangka Pemikiran 61 2.11. . Hipotesis ... 64
2.12. . Definisi Konsep dan Oprasional ... 65
2.12.1.Definisi Konsep ... 65
2.12.2.Definisi Oprasional ... 65
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Peneilitian ... 70
3.2.Lokasi Penelitian ... 70
3.3.Populasi dan Sampel ... 71
3.3.1. Populasi ... 71
3.3.2. Sampel ... 71
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 72
3.5.Teknik Analisis Data ... 72
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 74
4.1.1. Sejarah Berdirinyaa PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk... 74
4.1.2. Logo dan Makna PT. Telkom Indonesia, Tbk ... 76
4.1.4. Visi, Misi dan Tujuan PT.Telekom Indonesia, Tbk ... 78
4.1.4.1.Visi ... 78
4.1.4.2.Misi ... 78
4.1.4.3.Tujuan Serta Inisiatif Strategis ... 79
4.1.5. Stuktur Organisasi ... 79
4.2. Gambaran Umum Tentang Unit Telkom Community Development Center ... 81
4.2.1. Direksi Perusahaan Perseroan (persero) PT. Telekomunikasi Indonesia ... 81
4.2.2. Visi ... 83
4.2.3. Misi ... 83
4.2.4. Maksud ... 83
4.2.5. Tujuan ... 83
4.2.6. Pola Pengorganisasian ... 85
4.2.6.1. Organisasi CDC ... 86
4.2.6.2. Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Community Development Center (CDC) ... 86
4.2.6.3. Lingkup Peran CDC ... 89
4.2.6.4. Tugas Tanggung Jawab dan Wewenang SGM CDC ... 90
4.3. Bidang Program Kemitraan ... 92
4.4. Community Development Area ... 93
4.5. Tempat Kedudukan ... 94
4.6. Aset Dan Pelaporan Keuangan... 95
5.2. Karakteristik Responden ... 97
5.3. Program Kemitraan ... 102
5.4. Kondisi Mitra Binaan ... 114
5.5. Sosial Ekonomi MitraBinaan ... 123
5.6. Uji Hipotesa ... 154
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 161
6.2. Saran ... 163
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Maya Jelita NIM : 100902008
ABSTRAK
Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan
Skripsi ini berjudul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 160 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 501 mitra binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.
Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (���) = 0,30 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,279, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,30>0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganhipotesa (Ha) yang mengatakan “ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat diterima (ditolak). Sedangkan kontribusi program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan adalah sebesar 9%.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE
Name: Maya Jelita NIM: 100902008
ABSTRACT
Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area
this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. this consists of 6 chapter and 160 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area.
this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 501 prisoners. The number of samples in this study were 50 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.
From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (���) = 0.30 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.279, was greater than the price of that table t (0.30> 0.279), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Terrain" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Sub Area Medan Indonesia amounted to 9%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang
mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat
cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring
dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk
bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi
antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan oprasional perusahaan
umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan
rusaknya lingkungan disekitar oprasi perusahaan (Wibisono, 2007: 3).
Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama
setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan
manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih
baik kepada masyarakat, khususnya disekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan
kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi
juga tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Peristiwa ini dapat kita
lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat bahkan dirusak oleh
masyarakat sekitar lokasi pabrik.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar loksai perusahaan.
tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, hampir sedikit atau
bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat,
justru yang banyak terjadi masyarakat malah termaginalkan, didaerah
sendiri(http:
14.15).
Sebagai contoh, kasus pencemaran limbah industri di Rancaekek Kabupaten
Bandung 400 hektare tidak bisa ditanami. Kesepakatan antara perwakilan warga
dengan pihak pengusaha hanya tertuju pada proses ganti rugi, bukan mencari solusi
bagaimana caranya agar pencemaran tidak terjadi lagi. Menurut anggota Komisi C
DPRD Kabupaten Bandung, H. Daud Burhanudin di Soreang, Senin (7/7), masalah
pencemaran limbah di Rancaekek yang berasal dari industri-industri di Kabupaten
Sumedang sudah berlangsung belasan tahun, namun tidak pernah ditemukan
solusinya.
Hampir sekitar 1.000 hektare tanah milik petani tercemar dan 400 hektare di
antaranya sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Warga sudah
mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, perwakilan warga empat desa di
Kecamatan Rancaekek telah melakukan kesepakatan dengan dua perusahaan besar,
yaitu PT Kahatex dan PT Insan Sandang Internusa. Menanggapi masalah ini, kedua
perusahaan besar tersebut hanya memberikan bantuan sebagai community
development/corporate social responsibility (CD/ CSR).
Hasil kesepakatan yang ditandatangani pada 11 Juni 2013 lalu oleh empat
kepala desa serta direktur dua perusahaan tersebut hanya tentang bantuan berupa
uang kompensasi per bulan, bantuan pinjaman modal serta bantuan mesin jahit.
Sedangkan masalah penyelamatan lingkungan tidak dibahas dan dijelaskan secara
CD sudah jelas diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT), jadi ada tidaknya pencemaran sebuah perusahaan harus
menjalankan fungsi CD sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada
lingkungan sekitar. Ia menambahkan, yang terpenting adalah menuntaskan masalah
pencemaran di kawasan tersebut. Setelah kesepakatan itu dibuat, perusahaan masih
membuang limbahnya ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Itu hasil
pengamatan ke lapangan.
Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung dari Partai Bulan Bintang, Ir.
Abdurrachim Santosa menegaskan, usulan Komisi C agar Sungai Cikijing dibendung
adalah untuk memisahkan masalah pencemaran dan mencari siapa yang bertanggung
jawab.Karena, pencemaran terjadi antara perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang
dan Kabupaten Bandun, kadang terjadi saling menyalahkan. Agar tidak terjadi
seperti itu, masing-masing daerah melihat dimana sumber pencemaran itu jadi kita
ibaratkan bendung saja dulu.
Akibat pencemaran yang sudah berlangsung lama, lanjut Abdurrachim, warga
Kabupaten Bandung terkena imbasnya untuk itu, masing-masing daerah harus tegas.
Pemprov Jabar diharapkan memfasilitasinya sehingga diharapkan mampu
menuntaskan masalah tersebut
pada tanggal 15 maret 2014 pukul 15.27).
Beberapa contoh kasus lainnya yang terkait mengenai permasalahan yang
muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang
memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya, hususnya perusahaan
yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif).
Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969,
sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat
lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial
dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu
pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut
sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan
masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak
hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional. Begitupula konflik hingga
tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait
operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana
masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif
operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan
lingkungan yang semakin memburuk
16.29).
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, CSR sangat penting untuk
menjebatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin
diberbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang
dapat maju apabila berada ditengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak
menunjang ekstistensinya. Karena CSR bukan sekedar urusan kepedulian sosial,
melainkan upaya perusahaan secara sadar meningkatkan potensi masyarakat serta
lingkungan tempat ia beroperasi demi menunjangeksistensinya.Perencanaan CSR
yang strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk
sosial, ekonomi secara mandiri secara bertahap dan berkelanjutan(Untung, 2009:
35-40).
Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan
teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam
kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk
melakukan upaya penentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai (BLT),
program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per
September 2013 di Indonesia mencapai 28,55 juta orang, bertambah 480 ribu orang
dibandingkan angka yang tercatat pada Maret 2013.Pada Maret 2013 tercatat jumlah
penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen, jadi ada kenaikan
sebanyak 480 ribu orang miskin," dari peningkatan jumlah penduduk miskin 480 ribu
orang tersebut selama periode Maret-September 2013, sebanyak 300 ribu terjadi di
daerah perkotaan dan sebanyak 180 ribu terjadi didaerah pedesaan.
Faktor yang menjadi penyebab kenaikan penduduk miskin adalah terjadinya
inflasi tinggi hingga 5,02 persen karena kenaikan harga BBM pada Juni 2013 dan
harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.Badan Pusat Statistik juga
mencatat selama periode Maret-September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar
7,85 persen, yaitu dari Rp. 271.626 per kapita per bulan pada Maret menjadi
Rp.292.951 per kapita per bulan pada September
Maret 2014 pukul 16.45).
Melalui kegiatan dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya pemerataan
pembangunan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui
pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan
terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri.Berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN diharapkan dapat
memberikan efek berupa menigkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong
tumbuhnya kemitraan antara BUMN denga usaha kecil. Adapun dana pembinaan
dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan
pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan
masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).
Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi yang
khusus mengelola Program Kemitaan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi
ini disebut unit PBKL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN
Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.
Selain unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan
program tersebut. Selama ini, pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit
PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry).
Adapun BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntasi atau pedoman
akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntasnsi antara satu unit PKBL dengan
unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing
BUMN Pembina (Telkom Indonesia PKBL, 2008: 1).
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha
Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan
Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta
kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan
mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan.
Performa Program Kemitraan Telkom selama tiga tahun terakhir terus
mengalami peningkatan dari segi besaran nominal bantuan, pemberian pinjaman dan
penerimaan angsuran, dan pada tahun 2012 ini, Telkom telah menyalurkan dana
melalui Program Kemitraan sebesar Rp. 343,8 miliar untuk 9.346 Mitra Binaan,
Program Pembinaan sebesar Rp. 9,9 miliar dengan tingkat kolektabilitas
pengembalian pinjaman Mitra Binaan sebesar Rp. 308,2 miliar. Sejak Tahun 2001
sampai dengan 31 Desember 2012 Program Kemitraan Telkom telah menyalurkan
bantuan pinjaman kepada 89.773 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total
penyaluran sebesarRp. 1,88 triliun. Realisasi tersebut didistribusikan untuk sektor
Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa
lainnya. Selain memberikan bantuan pinjaman, Telkom juga memberikan pembinaan
kepada Mitra Binaan kami melalui program pelatihan, pemagangan, pendampingan
dan promosi, pameran. Pada tahun buku 2012 Telkom telah menyalurkan dana
Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 43,5 miliar dalam bentuk bantuan terhadap:
korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan
masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum, peningkatan sarana ibadah,
dan pelestarian alam (belum termasuk bantuan BUMN Peduli sebesar Rp. 48,6
miliar). Telkom Tahun 2003 sampai dengan 2012 telah menyalurkan dana bantuan
Pelaksanaan Program Kemitraan, Community Development Center
berpedoman kepada:
1. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.
2. Keputusan Direksi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor
KD.12/PS150/COP-B0030000/2006 tanggal 13 September 2006, tentang
Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (Community Development Center).
Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan
sebagaimana diatur dalam keputusan ini. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang
mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.
Strategi dan kebijakan Telkom CSR terintegrasi dalam satu Keputusan
Direksi Nomor. 41/PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi
pengelolaan CSR di Telkom, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan
dengan visi dan misi perusahaan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku khususnya Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pasal 74 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kebijakan strategi jangka panjang dan pengelolaan untuk Telkom CSR telah
ditetapkan dalam Skenario Strategi Korporasi dan juga telah dijelaskan dalam bentuk
dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan,
unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id
diakses pada tanggal 25 februari 2014 pukul 10.30).
Berbagai kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk
memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Adapun
sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat
baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis utama Telkom.
Telkom berharap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dapat semakin
memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri
dan pada akhirnya akan membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi
tingkat kemiskinan di seluruh Indonesia.
Telkom memiliki dua bentuk kegiatan utama yang diselenggarakan selama
tahun 2011, yang pertama Pelatihan kewirausahaan dan pemberian dana pinjaman
bergulir kepada wirausahaan binaan dalam skema program kemitraan, dan yang
kedua adalah Program kreatifitas dalam skema pengembangan masyarakat. Selain
berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN yang mengatur mengenai PKBL,
pelaksanaan program ini juga mempertimbangkan keselarasan dengan potensi
lingkungan masyarakat penerima program. Sasaran dari pelaksanaan program ini
adalah para pelaku usaha kecil dan menengah.
Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri, perdagangan,
pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program
pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir diberikan berdasarkan spesifikasi yang
dibutuhkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan potensi setempat pada
Telkom telah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung
di seluruh Indonesia pada tahun 2011. Pelatihan kewirausahaan diikuti calon mitra
binaan maupun mitra binaan peserta dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.
17,7 miliar. Pada periode yang sama, Telkom juga menyalurkan pinjaman bergulir
untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Total dana yang disalurkan
mencapai Rp. 302,7 miliar dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.189 unit usaha.
Telkom menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan
pemantauan atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya. Dalam
upaya memotivasi seluruh mitra binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan
mengembalikan dana pinjaman tepat waktu, secara periodik dilakukan penilaian
disertai pemberian penghargaan kepada mereka yang berprestasi
26 Februari 2014, pukul 10.15).
Khusus untuk wilayah kerja Telkom Sub Area Medan yang wilayah kerjanya
meliputi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten
Serdang Bedagai, telah menjalankan Program Kemitraan dengan total 1.212 Mitra
Binaan terhitung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penyaluran dana
pinjaman bergulir yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan bertujuan untuk
memberikan bantuan pencarian modal bagi para pelaku usaha kecil yang kesulitan
dalam hal finansial.
Dana program kemitraan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan
usaha kecil sehingga para pelaku usaha kecil mempunyai fondasi yang kuat dan
mandiri dalam menjalankan usahanya. Ketangguhan dan kemandirian yang ada dari
para pelaku usaha kecil ini, maka diharapkan timbulnya daya saing dengan usaha
dapat meningkatkan pendapatan usahanya dan meningkatkan peran usaha kecil
dalam pembentukan produk nasional, dengan terpenuhinya modal yang dimiliki, para
pelaku usaha kecil akan dapat mengembangkan usahanyadan berkembangnya usaha
tersebut secara otomatis akan menyerap tenaga kerja baru sehingga tercipta perluasan
lapangan pekerjaan.
Pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan pada program
kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada
pelaku usaha kecil bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pengusaha kecil
dalam meningkatkan peroduktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun
pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga
mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap
berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh
struktur perekonomian nasional.
Pelatihan dan promosi yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan
terhadap usaha kecil sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 18
Undang-Undang UMKM yang menyebutkan bahwa pengembangan dalam bidang pemasaran
dilakukan dengan cara menyediakan sarana pemasaran yang meliputi
penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan
promosi Usaha Mikro dan Kecil. Pada Pasal 19 yang menyatakan bahwa
pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan
mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan,
pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha
baru. Sebagai BUMN Pembina, Telkom Sub Area Medan juga memberikan
penghargaan kepada mitra binaannya. Penghargaan yang diberikan berdasarkan atas
Penghargaan ini diberikan untuk merangsang mitra binaan agar lebih gigih dan
disiplin dalam menjalankan usahanya.
Melihat besarnya peranan kemitraan terutama Telkom Sub Area Medan
dalam membangun perekonomian nasional khususnya di wilayah Deli Serdang,
Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, dalam penyaluran
pinjaman lunak melalui program kemitraan dan BUMN kepada masyarakat
khususnya kalangan pengusaha kecil, dengan dasar ini lah penulis tertarik untuk
meneliti dampak program kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung
jawab sosial perusahaan Telkom sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan di
tuangkan ke dalam skripsi dengan judul “Dampak Program Kemitraan Terhadap
Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT.Telekominukasi Indonesia, Tbk Sub Area Medan”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:“apakah ada dampak program kemitraaan terhadap sosial
ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan
tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan
mengenai apa dampak dari program kemitraan melalui pemberian penyaluran
pinjaman dan penyaluran dana pembinaan kemitraan yang diterapkan oleh Telkom
dibidang sosial ekonomi mitra binaan perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab,
dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah,tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam
penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi
oprasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, Sub Area Medan. Juga gambaran umum lokasi
penelitian dan data–data lain yang turut memperkaya karya ilmiah
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil
penelitian serta analisis pembahasannya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997:266),
suatu pemberdayaan pada intinya, ditujukan guna membantu klien untuk
memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antra lain
melalui transfer daya dari lingkungannya.
Shardlow (dalam Adi, 2008:78) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada
mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan meraka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka.
Dalam kesimpulannya, Shardlow menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu
gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang
pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama “self–determination”. Prinsip ini pada
intinya mendorong klien untuk menetukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam
kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien
mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu imterpretasi,
tapi bisa lebih dari satu interprestasi (multiple interpretation), dimana interprestasi
Horgan (dalam Adi, 2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:
Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan
(recall depowering/ empowerment),
1. Mendiskusikan alasan mengapa tejadi pemberdayaan dan penindakbedayaan
(descuss reasons for depowerment/ empowerment).
2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or
project),
3. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan
(identify usuful power bases),
4. Mengembangkan rencana rencana aksi dan mengimplementasikannya
(develop and implement action plans).
2.2. Konsep Tentang Kemiskinan
Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya bagi meraka yang tergolong
miskin, kereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan
tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah
membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat
kehidupannya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan
sebagai tempat berteduh(Hartomo, 2008:314).
Parsudi Suparlan (dalam Hartomo, 2008: 313) menyatakan kemiskinan adalah
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat
kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap
tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang
tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Hartomo,
1982:314) Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan,
pakaian tempat berteduh dan lain-lain.
Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek
lainnya, tetapi kemiskinan itu terjuwud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek
yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut terutama adalah aspek
sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama
warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin,
usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan aspek ekonomi ialah adanya ketidak saamaan
diantara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan
pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi(Hartomo, 2008:315)
Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia.
Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja
dapat kita lihat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata,
dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah dipahami secara holistik. Maka
dari itu langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya dalam hal
memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang
aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu:
1. Kemiskinan itu multi dimensi.
Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi
2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu
aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya.
Justru aspek seperti ini lah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis
kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif.
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.
Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh
sekelompok yang bermukim ditempat yang sama boleh sama, namun kualitas
individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang
demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan
sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.
Kemiskinan dapat diukur dalam klasifikasi tingkatan, yaitu:
a. Miskin
b. Sangat miskin
c. Sangat miskin sekali
BKKBN mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat kedalam berbagai
tingkat, yaitui:
a. Prasejahtera
b. Sejahtera 1
c. Sejahtera 2
Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu
merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara
Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty),
kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut
bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara
an sich.Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia.
Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara
individi maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-15).
Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri–ciri kemiskinan, yakni:
1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor
produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, meodal yang memadai atau pun
keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktifitas ekonomi sesuai
dengan mata pencahaariannya.
2. Mereka yang pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatasn sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, kondisi ini akan berpengaruh terhadap
wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu
mereka pada umumnya habis tersita semata mata hanya untuk mencari nafkah
sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar atau meningkatkan keterampilan.
4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan ketegori
setengah menganggur.
5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak
Indikator kemiskinan yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan,
yaitu:
1. Pendekatan Pendapatan.
Sekilas pendekatan pendapatan diyakini dapat menghasilkan rumusan indikator
kemiskinan yang repsentatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan
merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau
sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat.
2. Pendekatan Konsumsi.
Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat menggambarkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada penetapan
pendapatan sebagai indikator kemiskinan menjadi banyak ahli mencari indikator
lain. Salah satu indikator alternatif yang di anggap cukup representatif adalah
konsumsi.
3. Pendekatan Multi Aspek.
Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator
kemiskinan yang di tetapkan melalui pendekatan konsumsi.Namun setelah
dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah
satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat.
Salah satu pihak yang berupayan menelaah dan menetapkan indikator
kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam laporan PBB I
berjudul Report On International Definition And Measurement Of Standard And
Level Of Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus
1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi.
2. Makanan dan gizi
3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill
4. Kondisi pekerjaan
5. Situasi kesempatan kerja
6. Konsumsi dan tata hubungan aggregatif
7. Pengangkutan
8. Perumahan, termasuk fasilitas – fasilitas perumahan
9. Sandang
10. Rekseasi dan hiburan
11. Jaminan sosial
12. Kebebasan manusia (United Nation, 1965).
Upaya merumuskan indikator kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 1996 adalah menyusun komposisi kebutuhan dasar, yang
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pangan dan non pangan. Upaya tersebut
dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Hal utama yang
ingin diketahui adalah data tentang pengeluaran perkapita didaerah kota dan desa.
Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan terdiri:
1. Padi padian dan hasil hasilnya
2. Ubi–ubian dan hasil hasilnya
3. Ikan dan hasil–hasilnya
4. Daging
5. Telur
6. Susu dan hasil hasil dari susu
8. Kacang-kacangan
9. Buah-buahan
10. Makanan yang sudah jadi
11. Minuman yang mengandung alcohol
12. Tembakau
13. Sirih
Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas non pengan adalah:
1. Perumahan
2. Bahan bakar
3. Penerangan
4. Air
5. Jasa-jasa
6. Pekaian
7. Alas kaki
8. Tutup kepala
9. Barang barang yang tahan lama
10. Keperluan pesta dan upacara (BPS, 1996)
Informasi yang cukup menarik adalah terjadinya perbedaan jenis komoditas
yang termasuk kebutuhan dasar diberbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu
diera otonomi daerah saat ini adalah lebih tepat masing masing daerah merumuskan
sendiri indikator kemiskinan yang wajar diberlakukan didaerah masing–masing
sehingga lebih obyektif.
Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang
dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan
dirumuskannya indikator untuk menetukan masyarakat yang tergolong fakir miskin,
meliputi:
1. Penghasilan rendah atau berada bibawah garis sangat miskin yang diukur dari
tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS perwilayah
provinsi dan kabupaten/kota.
2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras
untuk miskin/santunan sosial.
3. Keterbatasan kepemilikan pekaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya
mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorangan pertahun).
4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang
sakit.
5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak anaknya.
6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk
membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat
miskin.
7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun
akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.
8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.
9. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.
10.Kesulitan air bersih.
11.Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.
12.Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006).
Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator
repsesentatif. Keadaan seperti ini disebabkan masing-masing pendekatan memiliki
kelemahan disamping keunggulan (Siagian, 2012:67-83).
2.3. Konsep Tentang Program Kemitraan
2.3.1. Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.
Program tersebut dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam setiap program
dijelaskan mengenai:
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
5. Strategi pelaksanaan.
Program merupakan segala bentuk rencana yang akan lebih terorganisir dan
lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang
diuraikan.“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize
and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives”
(suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara terintegrasi untuk
mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.
Charles O. Jones menyebutkan bahwa pengertian program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau
1. Program cederung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau
sebagai peleku program.
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga
diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif
dapat diakui oleh publik.
Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis
yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan
memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius
terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi
terbaik (Jones, 1996:295).
2.3.2. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah kerjasama usaha/kongsi/joint venture baik dengan pelaku
usaha secara pribadi maupun dengan perusahaan dalam maupun luar negeri.
Kepentingan kemitraan tersebut adalah untuk saling mengisi dan memberi peluang
baik untuk kepentingan masyarakat kurang mampu maupun mitra kerjasama. Sebab
itu dalam kemitraan tersebut yang diwujudkannya adalah bagaimana menempatkan
peluang pembukaan unit-unit usaha baru untuk membangun masyarakat kurang
mampu
tanggal 05 maret 2013, pukul 10.31.WIB).
2.3.3 Pengertian Program Kemitraan
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha
penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tanggung dan mendiri. Program
kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja,
pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai
pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:
04).
2.3.4. Program Kemitraan PT. Telkom Tbk
Penyelenggaraan program kemitraan untuk membantu pengusaha kecil atau
mikro dikasanakan oleh Condev Divre I secara berkelanjutan (kontinu) sejak tahun
2002 hingga saat ini. Program kemitraan terdiri dari Program Penyaluran Dana
Pinjaman, Pengumpulan Angsuran Pinjaman dan Program Pembinaan Kepada Mitra
Binaan Telkom Divre I Sumatera.
Proses penyaluran dana dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode
triwulan, yang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan
Desember. Penentuan Mitra Binaan (pengusaha mikro/kecil) yang akan dibantu
melalui proses seleksi terhadap calon mitra binaan. Proses seleksi tersebut dimulai
dari tahap penelitian administrasi hingga tahap survey kelayakan dilapangan, dan
dilakukan sejak awal triwulan. Pelaksanaan proses ini dilakukan oleh condev datel
atau comdev area pelayanan (provinsi) dimasing-masing area datel atau
pelayanannya.
PT.Telkom dalam Menjalankan Program Kemitraan ini, terdapat beberapa hal
1. Perjanjian Kerjasama (PKS)
Perjanjian keraja sama yang merupakan perikatan perjanjian antara Telkom
dengan mitra binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak.
2. Mitra Binaan
Mitra binaan adalah badan hukum atau perorangan yang telah diberikan
dana pinjaman dari Unit CD Telkom untuk mengembangkan usaha sesuai
dengan PKS.
3. Laporan
Laporan adalah informasi tentang status progres, dan potensi kegiatan
program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dipertanggung jawabkan
kepada pihak yang berkepentingan.
4. Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman adalah interes atau nilai dalam prosentase sesuai tabel dana
pinjaman yang telah disalurkan oleh Unit CD kepada mitra binaan, yang
dikenakan kepada mitra binaan. Bunga diangsur bersama-sama dengan
angsuran pokok pinjaman oleh mitra binaan setiap bulan melalui transfer
rekening bank.
5. Masa Pinjaman
Masa pinjaman adalah masa perjanjian dana pinjaman 24 bulan terhitung
sejak 1 (Satu) bulan tenggang waktu setelah PKS ditanda tangani oleh kedua
belah pihak.
6. Rekening Koran
Rekening koran adalah identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang
telah disyahkan oleh prebankan tertentu, sebagai alamat transaksi
7. Pembayaran Angsuran
Pembayaran angsuran adalah kewajiban mitra binaan menyetorkan sejumlah
angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Unit CD/Telkom
selama masa PKS.
8. Anggunan
Angsuran adalah satu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Unit
CD, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus
dikembalikan oleh mitra binaan. Sebelum memberikan pinjaman Telkom Sub
Area Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra
Binaan. Bila terdapat unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas
kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan dapat
berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).
Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban untuk mengangsur selama 3
bulan berturut-turut, maka mitra binaan memberikan kasa untuk melelang
agunan yang diserahkan pada waktu PKS ditandatangani untuk dilelang. Uang
hasil lelang tersebut digunakan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang.
Apabila terdapat kelebihan dari hasil lelang, maka akan diserahkan kepada
mitra binaan terkait, namun apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka
kekurangan pelunasannya tetap menjadi hutang mitra binaan untuk dibayar
2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL
1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. KEP-236/MBU/2003,
Tanggal 17 JUNI 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
2) Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. SE 433/MBU/2003
Tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan
Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
3) Keputusan DireksiNomor. KD 51/PS150/COP-B0030000/2006 13 September
2006 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan (Community Development Center).
4) Keputusan Direksi PT Telkom Nomor. KD 51/KU-200/ PLK00/ 2003
TANGGAL 28 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan.
5) PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
6) Keputusan Direksi Nomor. KD 12/PS150/COP-B0030000/2008 Tanggal 5
Februari 2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan (Community Development Center) (PT.
Telekomunikasi Indonesia CDA I, 2008:02).
Beberapa prinsip dasar program kemitraan usaha kecil yang menjadi pijakan
dalam penyusunan pedoman akuntasnsi program kemitraan adalah sebagai berikut:
1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola program
kemitraandan program bina lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi
2. Pembukuan dana program kemitraan dan program bina lingkungan
dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.
1. Sumber dana program kemitraan berasal dari:
a) Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina.
b) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan atau
jasa giro dari dana program kemitraan.
c) Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
d) Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.
3. Apabila diperlukan, dana program kemitraan pada unit PKBL dari suatu
BUMNdapat dialih kelolakan kepada BUMN lain.
4. Bentuk program kemitraan:
a) Dana program kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman maupun
dalam bentuk dana pembinaan kemitraan.
b) Besarnya dana program kemitraan yang digunakan untuk dana pembinaan
kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c) Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan
pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jaul beli,
perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
e) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio
bagi hasilnya sesuai denganperaturan yang berlaku.
f) BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning atas
g) Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapus bukukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
5. Penyaluran dana oleh unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui
serangkaianproses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan
pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:
a) Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan material yang
digunakan dalam pengambilan keputusan.
b) Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.
c) Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.
d) Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.
7. Dari pembatasan-pembatasan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang digunakan
adalah:
a) Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan
pendapatan jasa administrasi pinjaman dan pendapatan sewa beli syariah
menggunakan basis kas.
b) Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
c) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika
dicarikannya pinjaman.
d) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran dana pembinaan kemitraan adalah
ketika dikeluarkannya pembiayaan (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:
2.4. Bentuk Program Kemitraan
2.4.1.Penyaluran Pinjaman
Pinjaman yang disalurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada
usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk
memperoleh pinjaman sebelum bankable atau prasyarat yang dapat diterima oleh
pemberi pinjaman bila ingin berbisnis dengan pemberi pinjaman. Program Kemitraan
penyaluran dana ini dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulanyang
biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Dana
Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :
1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam
rangka meningkatkan produksi dan penjualan.
2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha
Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangkapendek dalam
rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan.
3) Beban pembinaan:
a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi,
dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan
serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.
b. Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh
persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.
c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan
Mitra Binaan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman
A. Pinjaman Dan Evaluasi Proposal
Calon mitra binaan yang ingin mendapat pinjaman program kemitraan untuk
pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina
atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang kurangnya
data sebagai berikut:
1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat:
a) Data pribadi sesuai KTP.
b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,
Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah
Tenaga Kerja).
c) Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/Catatan Keuangan 3 bulan
terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman.
2. Melampirkan:
a) FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.
b) FC Kartu Keluarga.
c) Pas Photo ukuran 3 X 4 - Keterangan Serba Guna dari kelurahan.
d) Gambar/Denah Lokasi Usaha.
e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.
f) Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).
g) Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan
lain.
3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban danneraca
4. Rencana usaha dan kebutuhan data.
Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada
Telkom Sub Area MedanSebelum waktu penyaluran dana berlangsung. Kemudian
oleh Telkom Sub Area Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan
dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan
oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan
diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing
Calon Mitra Binaan. Surve dilakukan oleh staf Telkom Sub Area Medan, namun
tidak semua Calon Mitra Binaan disurve secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini
dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom Sub AreaMedan.
Telkom Sub Area Medan selain surve, juga melakukan koordinasi
Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang
ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina didalam suatu
provinsi tertentu. Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra
binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi
yang dilakukan antara Telkom Sub Area Medan dengan Koordinator BUMN
Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian
pinjaman dana Program Kemitraan. Seandainya diketahui Calon Mitra Binaan adalah
mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan
permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.
Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi
ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah
diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan
menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai
hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak dimana pihak
pertama adalah Telkom Sub Area Medan dan pihak kedua adalah Mitra Binaan.
Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut dan sebelum
penandatangan, Telkom Sub Area Medan juga telah melakukan sosialisasi PKS
tersebut kepada seluruh Mitra Binaan.
Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun, artinya setiap Mitra
Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman
kepada Telkom Sub Area Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin
meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom Sub Area
Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan
pinjaman kepada Telkom Sub AreaMedan. Program Kemitraan, Telkom Sub Area
Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya
saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra
Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan berupa pelatihan
dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.
Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area
Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan
debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan
dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang
ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan
Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang
menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan
untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya.
dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil
sehingga menjadi tangguh dan mandiri.
Sesuai dengan yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun
2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri
adalah sebagai berikut :
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lma puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 5