• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP SOSIAL

EKONOMI MITRA BINAAN PT. TELEKOMUNIKASI

INDONESIA SUB AREA MEDAN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

MAYA JELITA

100902008

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAJULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Maya Jelita

Nim : 100902008

Judul : Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

Medan, Juli 2014 PEMBIMBING

(Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D) NIP. 19630319 199303 1 001

KETUA DAPARTEMEN

(Hairani Siregar, S.Sos, M.SP) NIP. 19710927 199801 2 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Maya Jelita NIM : 100902008

ABSTRAK

Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

Skripsi ini berjudul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 160 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 501 mitra binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (���) = 0,30 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,279, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,30>0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganhipotesa (Ha) yang mengatakan “ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat diterima (ditolak). Sedangkan kontribusi program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan adalah sebesar 9%.

(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE

Name: Maya Jelita NIM: 100902008

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. this consists of 6 chapter and 160 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area.

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 501 prisoners. The number of samples in this study were 50 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (���) = 0.30 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.279, was greater than the price of that table t (0.30> 0.279), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Terrain" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Sub Area Medan Indonesia amounted to 9%.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memercikkan setetes dari luasnya lautan ilmu-Nya sehingga skripsi ini dapat di

sesesaikan oleh penulis hingga akhir. Sholawat beriring salam juga saya hanturkan

kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman

kebodohan menuju zaman yang penuh dengan perkembangan ilmu pengetahuan ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Sangat di harapkan kritik dan saran untuk membangun kesempurnaan dalam

penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa banyak sekali doa dan bantuan yang

mengiringi penulis di dalam pengerjaan skripsi ini. Dan dalam kesempatan ini

penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyelesaian penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Badaruddin Rangkuti, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Drs. Matias Siagian M.SP, selaku dosen pembimbing penulis.

Terima kasih penulis sampaikan karena telah membimbing,

memberikan semangat, dan masukan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ben Sugito, selaku koord. CDSA Medan yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT.

Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.

5. Terkhusus untuk kedua orang tuaku tercinta, terima kasih untuk

(6)

Farida Hanum terima kasih ya bun buat semua pengertian, semangat

dan dukungannya. Terima kasih karena tak pernah bosan untuk selalu

mengingatkan Maya ketika Maya melakukan kesalahan maupun

kekhilafan. Terima kasih juga kerena sudah terus menyayangi Maya

dan memberikan perhatian yang sangat besar. Buat bapak ku, Bapak

H. Zainal Abidin terima kasih untuk semua semangat, dan

dukungannya yang diberikan kepada Maya dalam penyelesaian skripsi

ini.

6. Buat My sisterKhairani Nizar. Terima kasih banyak ya dek buat

dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada uni, dan juga

selalu menghibur uni di saat-saat bosan menyerang, selalu saja bisa

memancing tawa hingga hilang semua penat uni.

7. Buat teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan, Wenny

Marlinda, Rizky Yulizar, Ayu Lestari S.Sos terima kasih untuk semua

dukungan dan semangat yang telah kalian berikan untukku. Mulai dari

awal jadi mahasiswa walaupun silih berganti bertukar personil sampai

akhirnya tinggal kita yang bertahan. Kenangan kita ini tak akan

pernah aku lupakan sampai kapanpun.

8. Buat anak-anak mantan Marching Band Bahana Mitra Inalum yang

tak disangka tak diduga jadi sohib sampai sekarang, dukungan kalian

luar bisa wee, walaupun semuanya sedang sibuk dengan urusan

masing-masing tapi saat ada waktu kosong jangan lupa ngumpul di

rumah ya cuy.

9. Terima kasih juga untuk anak-anak kost Sofian 58 yang telah

(7)

milva, dahlia, cici, tria, dini, ayu, nadia, nabila, kak tika, kak nini yang

telah bersedia menjadi teman curhat penulis.

10.Karyawan dan Staf Kantor Telkom Sub Area Medan yang selama ini

sangat banyak membantu, kepada Bapak Safingi yang bersedia

memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan selama

menjalankan PKL dan penelitian di Tekom, Pak Agus, Ibu Isnaini, Ibu

Evi dan Kak Uchi terima kasih banyak atas kerja sama dan

bimbingannya selama ini dan semua staf lainnya yang mungkin

terlupakan untuk disebutkan terima kasih banyak atas kesempatan

yang diberikan kepada saya untuk belajar lebih di Telkom.

11.Untuk mitra binaan yang telah membantu peneliti dalam penelitian

ini, semoga usaha dan pekerjaannya semangkin maju, berkembang

dan sukses.

12.Terimakasih saya ucapkan kepada staff pengajar dan staff

kepegawaian di kampus FISIP USU. Yang telah memberikan banyak

kesempatan untuk saya menimba ilmu dan meminta

pertolongan-pertolongan sehingga menghantarkan saya pada akhir masa studi saya

ini.

13.Untuk semua temen-temen stambuk 2010 jurusan Ilmu Kesejahteraan

Sosial, terutama sesama mahasiswi bimbingan, wenny, intan, riada,

mey-mey, titin, juita, septi, elva, jiah, eni makasi ya udah saling

menyemangatin.

14.Untuk semua pihak yang telah bersentuhan pikiran dengan penulis.

Sedikit banyaknya skripsi ini adalah kristalisasi pemikiran yang

(8)

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Namun demikian, skripsi ini tentunya jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan

segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakng Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 12

1.4.Menfaat Penelitian ... 13

1.5.Sistematikan Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pemberdayaan ... 15

2.2. Konsep Tentang Kemiskinan ... 16

2.3. Konsep tentang Program Kemitraan ... 24

2.3.1. Pengertian Program ... 24

2.3.2. Pengetian Kemitraan ... 25

2.3.3. Pengertian Program Kemitraan ... 25

2.3.4. Program Kemitraan PT.Telkom ... 26

2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL ... 28

(10)

2.4.1. Penyaluran Pinjaman ... 31

2.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ... 41

2.5.Uraian Pengertian Tentang BUMN ... 43

2.6.Pengertian Perseroan Terbatas ... 46

2.7.Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 48

2.8.Pengeritan Sosial Ekonomi ... 50

2.9.Kesejahteraan Sosial ... 60

2.10. . Kerangka Pemikiran 61 2.11. . Hipotesis ... 64

2.12. . Definisi Konsep dan Oprasional ... 65

2.12.1.Definisi Konsep ... 65

2.12.2.Definisi Oprasional ... 65

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Peneilitian ... 70

3.2.Lokasi Penelitian ... 70

3.3.Populasi dan Sampel ... 71

3.3.1. Populasi ... 71

3.3.2. Sampel ... 71

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 72

3.5.Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ... 74

4.1.1. Sejarah Berdirinyaa PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk... 74

4.1.2. Logo dan Makna PT. Telkom Indonesia, Tbk ... 76

(11)

4.1.4. Visi, Misi dan Tujuan PT.Telekom Indonesia, Tbk ... 78

4.1.4.1.Visi ... 78

4.1.4.2.Misi ... 78

4.1.4.3.Tujuan Serta Inisiatif Strategis ... 79

4.1.5. Stuktur Organisasi ... 79

4.2. Gambaran Umum Tentang Unit Telkom Community Development Center ... 81

4.2.1. Direksi Perusahaan Perseroan (persero) PT. Telekomunikasi Indonesia ... 81

4.2.2. Visi ... 83

4.2.3. Misi ... 83

4.2.4. Maksud ... 83

4.2.5. Tujuan ... 83

4.2.6. Pola Pengorganisasian ... 85

4.2.6.1. Organisasi CDC ... 86

4.2.6.2. Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Community Development Center (CDC) ... 86

4.2.6.3. Lingkup Peran CDC ... 89

4.2.6.4. Tugas Tanggung Jawab dan Wewenang SGM CDC ... 90

4.3. Bidang Program Kemitraan ... 92

4.4. Community Development Area ... 93

4.5. Tempat Kedudukan ... 94

4.6. Aset Dan Pelaporan Keuangan... 95

(12)

5.2. Karakteristik Responden ... 97

5.3. Program Kemitraan ... 102

5.4. Kondisi Mitra Binaan ... 114

5.5. Sosial Ekonomi MitraBinaan ... 123

5.6. Uji Hipotesa ... 154

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 161

6.2. Saran ... 163

DAFTAR PUSTAKA

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Maya Jelita NIM : 100902008

ABSTRAK

Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan

Skripsi ini berjudul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 160 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 501 mitra binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (���) = 0,30 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,279, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,30>0,279), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganhipotesa (Ha) yang mengatakan “ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat diterima (ditolak). Sedangkan kontribusi program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan adalah sebesar 9%.

(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE

Name: Maya Jelita NIM: 100902008

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. this consists of 6 chapter and 160 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area. the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Inmates PT. Indonesian Telecommunications Sub Field Area.

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 501 prisoners. The number of samples in this study were 50 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (���) = 0.30 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.279, was greater than the price of that table t (0.30> 0.279), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Terrain" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic partnership program established partners PT.Telekomunikasi Sub Area Medan Indonesia amounted to 9%.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang

mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat

cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan

masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring

dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk

menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk

bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi

antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan oprasional perusahaan

umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan

rusaknya lingkungan disekitar oprasi perusahaan (Wibisono, 2007: 3).

Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama

setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan

manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih

baik kepada masyarakat, khususnya disekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan

kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi

juga tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Peristiwa ini dapat kita

lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat bahkan dirusak oleh

masyarakat sekitar lokasi pabrik.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab

perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar loksai perusahaan.

(16)

tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, hampir sedikit atau

bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat,

justru yang banyak terjadi masyarakat malah termaginalkan, didaerah

sendiri(http:

14.15).

Sebagai contoh, kasus pencemaran limbah industri di Rancaekek Kabupaten

Bandung 400 hektare tidak bisa ditanami. Kesepakatan antara perwakilan warga

dengan pihak pengusaha hanya tertuju pada proses ganti rugi, bukan mencari solusi

bagaimana caranya agar pencemaran tidak terjadi lagi. Menurut anggota Komisi C

DPRD Kabupaten Bandung, H. Daud Burhanudin di Soreang, Senin (7/7), masalah

pencemaran limbah di Rancaekek yang berasal dari industri-industri di Kabupaten

Sumedang sudah berlangsung belasan tahun, namun tidak pernah ditemukan

solusinya.

Hampir sekitar 1.000 hektare tanah milik petani tercemar dan 400 hektare di

antaranya sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Warga sudah

mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, perwakilan warga empat desa di

Kecamatan Rancaekek telah melakukan kesepakatan dengan dua perusahaan besar,

yaitu PT Kahatex dan PT Insan Sandang Internusa. Menanggapi masalah ini, kedua

perusahaan besar tersebut hanya memberikan bantuan sebagai community

development/corporate social responsibility (CD/ CSR).

Hasil kesepakatan yang ditandatangani pada 11 Juni 2013 lalu oleh empat

kepala desa serta direktur dua perusahaan tersebut hanya tentang bantuan berupa

uang kompensasi per bulan, bantuan pinjaman modal serta bantuan mesin jahit.

Sedangkan masalah penyelamatan lingkungan tidak dibahas dan dijelaskan secara

(17)

CD sudah jelas diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (PT), jadi ada tidaknya pencemaran sebuah perusahaan harus

menjalankan fungsi CD sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada

lingkungan sekitar. Ia menambahkan, yang terpenting adalah menuntaskan masalah

pencemaran di kawasan tersebut. Setelah kesepakatan itu dibuat, perusahaan masih

membuang limbahnya ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Itu hasil

pengamatan ke lapangan.

Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung dari Partai Bulan Bintang, Ir.

Abdurrachim Santosa menegaskan, usulan Komisi C agar Sungai Cikijing dibendung

adalah untuk memisahkan masalah pencemaran dan mencari siapa yang bertanggung

jawab.Karena, pencemaran terjadi antara perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang

dan Kabupaten Bandun, kadang terjadi saling menyalahkan. Agar tidak terjadi

seperti itu, masing-masing daerah melihat dimana sumber pencemaran itu jadi kita

ibaratkan bendung saja dulu.

Akibat pencemaran yang sudah berlangsung lama, lanjut Abdurrachim, warga

Kabupaten Bandung terkena imbasnya untuk itu, masing-masing daerah harus tegas.

Pemprov Jabar diharapkan memfasilitasinya sehingga diharapkan mampu

menuntaskan masalah tersebut

pada tanggal 15 maret 2014 pukul 15.27).

Beberapa contoh kasus lainnya yang terkait mengenai permasalahan yang

muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang

memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya, hususnya perusahaan

yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif).

(18)

Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969,

sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat

lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial

dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu

pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut

sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan

masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak

hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional. Begitupula konflik hingga

tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait

operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana

masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif

operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan

lingkungan yang semakin memburuk

16.29).

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, CSR sangat penting untuk

menjebatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin

diberbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang

dapat maju apabila berada ditengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak

menunjang ekstistensinya. Karena CSR bukan sekedar urusan kepedulian sosial,

melainkan upaya perusahaan secara sadar meningkatkan potensi masyarakat serta

lingkungan tempat ia beroperasi demi menunjangeksistensinya.Perencanaan CSR

yang strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk

(19)

sosial, ekonomi secara mandiri secara bertahap dan berkelanjutan(Untung, 2009:

35-40).

Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan

teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam

kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk

melakukan upaya penentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai (BLT),

program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per

September 2013 di Indonesia mencapai 28,55 juta orang, bertambah 480 ribu orang

dibandingkan angka yang tercatat pada Maret 2013.Pada Maret 2013 tercatat jumlah

penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen, jadi ada kenaikan

sebanyak 480 ribu orang miskin," dari peningkatan jumlah penduduk miskin 480 ribu

orang tersebut selama periode Maret-September 2013, sebanyak 300 ribu terjadi di

daerah perkotaan dan sebanyak 180 ribu terjadi didaerah pedesaan.

Faktor yang menjadi penyebab kenaikan penduduk miskin adalah terjadinya

inflasi tinggi hingga 5,02 persen karena kenaikan harga BBM pada Juni 2013 dan

harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.Badan Pusat Statistik juga

mencatat selama periode Maret-September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar

7,85 persen, yaitu dari Rp. 271.626 per kapita per bulan pada Maret menjadi

Rp.292.951 per kapita per bulan pada September

Maret 2014 pukul 16.45).

Melalui kegiatan dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya pemerataan

pembangunan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui

(20)

pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan

terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan

mandiri.Berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN diharapkan dapat

memberikan efek berupa menigkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong

tumbuhnya kemitraan antara BUMN denga usaha kecil. Adapun dana pembinaan

dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan

pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan

masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi yang

khusus mengelola Program Kemitaan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi

ini disebut unit PBKL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN

Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.

Selain unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan

program tersebut. Selama ini, pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit

PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry).

Adapun BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntasi atau pedoman

akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntasnsi antara satu unit PKBL dengan

unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing

BUMN Pembina (Telkom Indonesia PKBL, 2008: 1).

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha

(21)

Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan

Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk

mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta

kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan

mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial

masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan.

Performa Program Kemitraan Telkom selama tiga tahun terakhir terus

mengalami peningkatan dari segi besaran nominal bantuan, pemberian pinjaman dan

penerimaan angsuran, dan pada tahun 2012 ini, Telkom telah menyalurkan dana

melalui Program Kemitraan sebesar Rp. 343,8 miliar untuk 9.346 Mitra Binaan,

Program Pembinaan sebesar Rp. 9,9 miliar dengan tingkat kolektabilitas

pengembalian pinjaman Mitra Binaan sebesar Rp. 308,2 miliar. Sejak Tahun 2001

sampai dengan 31 Desember 2012 Program Kemitraan Telkom telah menyalurkan

bantuan pinjaman kepada 89.773 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total

penyaluran sebesarRp. 1,88 triliun. Realisasi tersebut didistribusikan untuk sektor

Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa

lainnya. Selain memberikan bantuan pinjaman, Telkom juga memberikan pembinaan

kepada Mitra Binaan kami melalui program pelatihan, pemagangan, pendampingan

dan promosi, pameran. Pada tahun buku 2012 Telkom telah menyalurkan dana

Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 43,5 miliar dalam bentuk bantuan terhadap:

korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan

masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum, peningkatan sarana ibadah,

dan pelestarian alam (belum termasuk bantuan BUMN Peduli sebesar Rp. 48,6

miliar). Telkom Tahun 2003 sampai dengan 2012 telah menyalurkan dana bantuan

(22)

Pelaksanaan Program Kemitraan, Community Development Center

berpedoman kepada:

1. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

2. Keputusan Direksi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor

KD.12/PS150/COP-B0030000/2006 tanggal 13 September 2006, tentang

Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (Community Development Center).

Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut

Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil

agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba

BUMN. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan

sebagaimana diatur dalam keputusan ini. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang

mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.

Strategi dan kebijakan Telkom CSR terintegrasi dalam satu Keputusan

Direksi Nomor. 41/PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi

pengelolaan CSR di Telkom, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan

dengan visi dan misi perusahaan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku khususnya Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas pasal 74 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan

norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Kebijakan strategi jangka panjang dan pengelolaan untuk Telkom CSR telah

ditetapkan dalam Skenario Strategi Korporasi dan juga telah dijelaskan dalam bentuk

(23)

dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan,

unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id

diakses pada tanggal 25 februari 2014 pukul 10.30).

Berbagai kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk

memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Adapun

sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat

baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis utama Telkom.

Telkom berharap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dapat semakin

memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri

dan pada akhirnya akan membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi

tingkat kemiskinan di seluruh Indonesia.

Telkom memiliki dua bentuk kegiatan utama yang diselenggarakan selama

tahun 2011, yang pertama Pelatihan kewirausahaan dan pemberian dana pinjaman

bergulir kepada wirausahaan binaan dalam skema program kemitraan, dan yang

kedua adalah Program kreatifitas dalam skema pengembangan masyarakat. Selain

berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN yang mengatur mengenai PKBL,

pelaksanaan program ini juga mempertimbangkan keselarasan dengan potensi

lingkungan masyarakat penerima program. Sasaran dari pelaksanaan program ini

adalah para pelaku usaha kecil dan menengah.

Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri, perdagangan,

pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program

pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir diberikan berdasarkan spesifikasi yang

dibutuhkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan potensi setempat pada

(24)

Telkom telah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung

di seluruh Indonesia pada tahun 2011. Pelatihan kewirausahaan diikuti calon mitra

binaan maupun mitra binaan peserta dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.

17,7 miliar. Pada periode yang sama, Telkom juga menyalurkan pinjaman bergulir

untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Total dana yang disalurkan

mencapai Rp. 302,7 miliar dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.189 unit usaha.

Telkom menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan

pemantauan atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya. Dalam

upaya memotivasi seluruh mitra binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan

mengembalikan dana pinjaman tepat waktu, secara periodik dilakukan penilaian

disertai pemberian penghargaan kepada mereka yang berprestasi

26 Februari 2014, pukul 10.15).

Khusus untuk wilayah kerja Telkom Sub Area Medan yang wilayah kerjanya

meliputi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten

Serdang Bedagai, telah menjalankan Program Kemitraan dengan total 1.212 Mitra

Binaan terhitung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penyaluran dana

pinjaman bergulir yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan bertujuan untuk

memberikan bantuan pencarian modal bagi para pelaku usaha kecil yang kesulitan

dalam hal finansial.

Dana program kemitraan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan

usaha kecil sehingga para pelaku usaha kecil mempunyai fondasi yang kuat dan

mandiri dalam menjalankan usahanya. Ketangguhan dan kemandirian yang ada dari

para pelaku usaha kecil ini, maka diharapkan timbulnya daya saing dengan usaha

(25)

dapat meningkatkan pendapatan usahanya dan meningkatkan peran usaha kecil

dalam pembentukan produk nasional, dengan terpenuhinya modal yang dimiliki, para

pelaku usaha kecil akan dapat mengembangkan usahanyadan berkembangnya usaha

tersebut secara otomatis akan menyerap tenaga kerja baru sehingga tercipta perluasan

lapangan pekerjaan.

Pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan pada program

kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada

pelaku usaha kecil bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pengusaha kecil

dalam meningkatkan peroduktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun

pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga

mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap

berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh

struktur perekonomian nasional.

Pelatihan dan promosi yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan

terhadap usaha kecil sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 18

Undang-Undang UMKM yang menyebutkan bahwa pengembangan dalam bidang pemasaran

dilakukan dengan cara menyediakan sarana pemasaran yang meliputi

penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan

promosi Usaha Mikro dan Kecil. Pada Pasal 19 yang menyatakan bahwa

pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan

mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan,

pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha

baru. Sebagai BUMN Pembina, Telkom Sub Area Medan juga memberikan

penghargaan kepada mitra binaannya. Penghargaan yang diberikan berdasarkan atas

(26)

Penghargaan ini diberikan untuk merangsang mitra binaan agar lebih gigih dan

disiplin dalam menjalankan usahanya.

Melihat besarnya peranan kemitraan terutama Telkom Sub Area Medan

dalam membangun perekonomian nasional khususnya di wilayah Deli Serdang,

Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, dalam penyaluran

pinjaman lunak melalui program kemitraan dan BUMN kepada masyarakat

khususnya kalangan pengusaha kecil, dengan dasar ini lah penulis tertarik untuk

meneliti dampak program kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung

jawab sosial perusahaan Telkom sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan di

tuangkan ke dalam skripsi dengan judul “Dampak Program Kemitraan Terhadap

Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT.Telekominukasi Indonesia, Tbk Sub Area Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:“apakah ada dampak program kemitraaan terhadap sosial

ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan

tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan

mengenai apa dampak dari program kemitraan melalui pemberian penyaluran

pinjaman dan penyaluran dana pembinaan kemitraan yang diterapkan oleh Telkom

dibidang sosial ekonomi mitra binaan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab,

dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah,tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam

penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi

oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk, Sub Area Medan. Juga gambaran umum lokasi

penelitian dan data–data lain yang turut memperkaya karya ilmiah

(28)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil

penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997:266),

suatu pemberdayaan pada intinya, ditujukan guna membantu klien untuk

memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan

ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan

pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antra lain

melalui transfer daya dari lingkungannya.

Shardlow (dalam Adi, 2008:78) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada

mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,

ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan meraka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masadepan sesuai dengan keinginan mereka.

Dalam kesimpulannya, Shardlow menyimpulkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu

gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang

pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama “self–determination”. Prinsip ini pada

intinya mendorong klien untuk menetukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam

kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien

mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya. Maka

dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu imterpretasi,

tapi bisa lebih dari satu interprestasi (multiple interpretation), dimana interprestasi

(30)

Horgan (dalam Adi, 2000:20) menggambarkan proses pemberdayaan yang

berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu:

Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan

(recall depowering/ empowerment),

1. Mendiskusikan alasan mengapa tejadi pemberdayaan dan penindakbedayaan

(descuss reasons for depowerment/ empowerment).

2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or

project),

3. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan

(identify usuful power bases),

4. Mengembangkan rencana rencana aksi dan mengimplementasikannya

(develop and implement action plans).

2.2. Konsep Tentang Kemiskinan

Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya bagi meraka yang tergolong

miskin, kereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan

tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah

membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat

kehidupannya. Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan

sebagai tempat berteduh(Hartomo, 2008:314).

Parsudi Suparlan (dalam Hartomo, 2008: 313) menyatakan kemiskinan adalah

sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat

kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan

(31)

Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap

tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang

tergolong sebagai orang miskin. Sedangkan menurut Emil Salim (dalam Hartomo,

1982:314) Mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan,

pakaian tempat berteduh dan lain-lain.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dari aspek-aspek

lainnya, tetapi kemiskinan itu terjuwud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek

yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut terutama adalah aspek

sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidaksamaan sosial diantara sesama

warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin,

usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan aspek ekonomi ialah adanya ketidak saamaan

diantara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan

pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi(Hartomo, 2008:315)

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat manusia.

Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan dimana saja

dapat kita lihat. Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata,

dekat dan menyatu dengan kita, namun tidak mudah dipahami secara holistik. Maka

dari itu langkah yang pertama yang dapat dilakukan dalam upaya dalam hal

memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang

aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu:

1. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi

(32)

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu

aspek dapat mengakibatkan kemajuan dan kemunduran pada aspek lainnya.

Justru aspek seperti ini lah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis

kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang diperoleh

sekelompok yang bermukim ditempat yang sama boleh sama, namun kualitas

individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang

demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan

sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur.

Kemiskinan dapat diukur dalam klasifikasi tingkatan, yaitu:

a. Miskin

b. Sangat miskin

c. Sangat miskin sekali

BKKBN mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat kedalam berbagai

tingkat, yaitui:

a. Prasejahtera

b. Sejahtera 1

c. Sejahtera 2

Klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa kemiskinan itu

merupakan fakta yang terukur. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara

(33)

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty),

kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut

bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara

an sich.Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia.

Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara

individi maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian, 2012:12-15).

Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri–ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor

produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, meodal yang memadai atau pun

keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktifitas ekonomi sesuai

dengan mata pencahaariannya.

2. Mereka yang pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk

memperoleh asset produksi dengan kekuatasn sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, kondisi ini akan berpengaruh terhadap

wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa waktu

mereka pada umumnya habis tersita semata mata hanya untuk mencari nafkah

sehingga tidak ada waktu lagi untuk belajar atau meningkatkan keterampilan.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan ketegori

setengah menganggur.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak

(34)

Indikator kemiskinan yang beraneka ragam dihasilkan melalui tiga pendekatan,

yaitu:

1. Pendekatan Pendapatan.

Sekilas pendekatan pendapatan diyakini dapat menghasilkan rumusan indikator

kemiskinan yang repsentatif. Keyakinan tersebut muncul karena pendapatan

merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau

sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan

martabat.

2. Pendekatan Konsumsi.

Banyak pihak berpendapat bahwa pendapatan tidak selalu dapat menggambarkan

kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kelemahan yang terdapat pada penetapan

pendapatan sebagai indikator kemiskinan menjadi banyak ahli mencari indikator

lain. Salah satu indikator alternatif yang di anggap cukup representatif adalah

konsumsi.

3. Pendekatan Multi Aspek.

Pada awalnya banyak pihak meletakkan harapan pada penetapan indikator

kemiskinan yang di tetapkan melalui pendekatan konsumsi.Namun setelah

dilakukan, pendekatan tersebut dianggap masih sarat dengan kelemahan. Salah

satu kelemahannya adalah sulitnya dilakukan pengukuran yang akurat.

Salah satu pihak yang berupayan menelaah dan menetapkan indikator

kemiskinan melalui pendekatan multi aspek adalah PBB. Dalam laporan PBB I

berjudul Report On International Definition And Measurement Of Standard And

Level Of Living, badan dunia tersebut menetapkan 12 jenis komponen yang harus

(35)

1. Kesehatan, termasuk kondisi demografi.

2. Makanan dan gizi

3. Pendidikan, termasuk literacy dan skill

4. Kondisi pekerjaan

5. Situasi kesempatan kerja

6. Konsumsi dan tata hubungan aggregatif

7. Pengangkutan

8. Perumahan, termasuk fasilitas – fasilitas perumahan

9. Sandang

10. Rekseasi dan hiburan

11. Jaminan sosial

12. Kebebasan manusia (United Nation, 1965).

Upaya merumuskan indikator kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) pada tahun 1996 adalah menyusun komposisi kebutuhan dasar, yang

dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu pangan dan non pangan. Upaya tersebut

dilakukan melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Hal utama yang

ingin diketahui adalah data tentang pengeluaran perkapita didaerah kota dan desa.

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas pangan terdiri:

1. Padi padian dan hasil hasilnya

2. Ubi–ubian dan hasil hasilnya

3. Ikan dan hasil–hasilnya

4. Daging

5. Telur

6. Susu dan hasil hasil dari susu

(36)

8. Kacang-kacangan

9. Buah-buahan

10. Makanan yang sudah jadi

11. Minuman yang mengandung alcohol

12. Tembakau

13. Sirih

Kebutuhan dasar yang termasuk komoditas non pengan adalah:

1. Perumahan

2. Bahan bakar

3. Penerangan

4. Air

5. Jasa-jasa

6. Pekaian

7. Alas kaki

8. Tutup kepala

9. Barang barang yang tahan lama

10. Keperluan pesta dan upacara (BPS, 1996)

Informasi yang cukup menarik adalah terjadinya perbedaan jenis komoditas

yang termasuk kebutuhan dasar diberbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu

diera otonomi daerah saat ini adalah lebih tepat masing masing daerah merumuskan

sendiri indikator kemiskinan yang wajar diberlakukan didaerah masing–masing

sehingga lebih obyektif.

Penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin yang

dilakukan oleh departemen ilmu sosial merumuskan indikator yang merefleksikan

(37)

dirumuskannya indikator untuk menetukan masyarakat yang tergolong fakir miskin,

meliputi:

1. Penghasilan rendah atau berada bibawah garis sangat miskin yang diukur dari

tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS perwilayah

provinsi dan kabupaten/kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/beras

untuk miskin/santunan sosial.

3. Keterbatasan kepemilikan pekaian untuk setiap anggota keluarga pertahun (hanya

mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorangan pertahun).

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang

sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak anaknya.

6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk

membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat

miskin.

7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40 tahun

akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.

8. Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf.

9. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

10.Kesulitan air bersih.

11.Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.

12.Sanitasi lingkungan yang kumuh/tidak sehat (Departemen sosial 2006).

Tiga pendekatan tersebut disebabkan karena sulitnya menetapkan indikator

(38)

repsesentatif. Keadaan seperti ini disebabkan masing-masing pendekatan memiliki

kelemahan disamping keunggulan (Siagian, 2012:67-83).

2.3. Konsep Tentang Program Kemitraan

2.3.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.

Program tersebut dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa didalam setiap program

dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Program merupakan segala bentuk rencana yang akan lebih terorganisir dan

lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang

diuraikan.“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize

and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives”

(suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara terintegrasi untuk

mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Charles O. Jones menyebutkan bahwa pengertian program adalah cara yang

disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat

membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau

(39)

1. Program cederung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau

sebagai peleku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga

diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif

dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis

yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan

memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius

terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi

terbaik (Jones, 1996:295).

2.3.2. Pengertian Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama usaha/kongsi/joint venture baik dengan pelaku

usaha secara pribadi maupun dengan perusahaan dalam maupun luar negeri.

Kepentingan kemitraan tersebut adalah untuk saling mengisi dan memberi peluang

baik untuk kepentingan masyarakat kurang mampu maupun mitra kerjasama. Sebab

itu dalam kemitraan tersebut yang diwujudkannya adalah bagaimana menempatkan

peluang pembukaan unit-unit usaha baru untuk membangun masyarakat kurang

mampu

tanggal 05 maret 2013, pukul 10.31.WIB).

2.3.3 Pengertian Program Kemitraan

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha

(40)

penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tanggung dan mendiri. Program

kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja,

pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai

pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi sarta penelitian melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:

04).

2.3.4. Program Kemitraan PT. Telkom Tbk

Penyelenggaraan program kemitraan untuk membantu pengusaha kecil atau

mikro dikasanakan oleh Condev Divre I secara berkelanjutan (kontinu) sejak tahun

2002 hingga saat ini. Program kemitraan terdiri dari Program Penyaluran Dana

Pinjaman, Pengumpulan Angsuran Pinjaman dan Program Pembinaan Kepada Mitra

Binaan Telkom Divre I Sumatera.

Proses penyaluran dana dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode

triwulan, yang biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan

Desember. Penentuan Mitra Binaan (pengusaha mikro/kecil) yang akan dibantu

melalui proses seleksi terhadap calon mitra binaan. Proses seleksi tersebut dimulai

dari tahap penelitian administrasi hingga tahap survey kelayakan dilapangan, dan

dilakukan sejak awal triwulan. Pelaksanaan proses ini dilakukan oleh condev datel

atau comdev area pelayanan (provinsi) dimasing-masing area datel atau

pelayanannya.

PT.Telkom dalam Menjalankan Program Kemitraan ini, terdapat beberapa hal

(41)

1. Perjanjian Kerjasama (PKS)

Perjanjian keraja sama yang merupakan perikatan perjanjian antara Telkom

dengan mitra binaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2. Mitra Binaan

Mitra binaan adalah badan hukum atau perorangan yang telah diberikan

dana pinjaman dari Unit CD Telkom untuk mengembangkan usaha sesuai

dengan PKS.

3. Laporan

Laporan adalah informasi tentang status progres, dan potensi kegiatan

program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang dipertanggung jawabkan

kepada pihak yang berkepentingan.

4. Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman adalah interes atau nilai dalam prosentase sesuai tabel dana

pinjaman yang telah disalurkan oleh Unit CD kepada mitra binaan, yang

dikenakan kepada mitra binaan. Bunga diangsur bersama-sama dengan

angsuran pokok pinjaman oleh mitra binaan setiap bulan melalui transfer

rekening bank.

5. Masa Pinjaman

Masa pinjaman adalah masa perjanjian dana pinjaman 24 bulan terhitung

sejak 1 (Satu) bulan tenggang waktu setelah PKS ditanda tangani oleh kedua

belah pihak.

6. Rekening Koran

Rekening koran adalah identifikasi nasabah pada institusi perbankan, yang

telah disyahkan oleh prebankan tertentu, sebagai alamat transaksi

(42)

7. Pembayaran Angsuran

Pembayaran angsuran adalah kewajiban mitra binaan menyetorkan sejumlah

angsuran (pinjaman pokok + bunga) perbulan ke rekening Unit CD/Telkom

selama masa PKS.

8. Anggunan

Angsuran adalah satu jaminan mitra binaan yang diserahkan kepada Unit

CD, sebagai ikatan tanggung jawab terhadap dana pinjaman yang harus

dikembalikan oleh mitra binaan. Sebelum memberikan pinjaman Telkom Sub

Area Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak,

kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra

Binaan. Bila terdapat unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas

kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan dapat

berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

Apabila mitra binaan tidak memenuhi kewajiban untuk mengangsur selama 3

bulan berturut-turut, maka mitra binaan memberikan kasa untuk melelang

agunan yang diserahkan pada waktu PKS ditandatangani untuk dilelang. Uang

hasil lelang tersebut digunakan untuk melunasi sisa pinjaman terhutang.

Apabila terdapat kelebihan dari hasil lelang, maka akan diserahkan kepada

mitra binaan terkait, namun apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka

kekurangan pelunasannya tetap menjadi hutang mitra binaan untuk dibayar

(43)

2.3.5. Dasar Hukum Pengelolaan PKBL

1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. KEP-236/MBU/2003,

Tanggal 17 JUNI 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2) Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor. SE 433/MBU/2003

Tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kemitraan

Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina

Lingkungan.

3) Keputusan DireksiNomor. KD 51/PS150/COP-B0030000/2006 13 September

2006 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program

Bina Lingkungan (Community Development Center).

4) Keputusan Direksi PT Telkom Nomor. KD 51/KU-200/ PLK00/ 2003

TANGGAL 28 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan.

5) PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

6) Keputusan Direksi Nomor. KD 12/PS150/COP-B0030000/2008 Tanggal 5

Februari 2008 tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan

Program Bina Lingkungan (Community Development Center) (PT.

Telekomunikasi Indonesia CDA I, 2008:02).

Beberapa prinsip dasar program kemitraan usaha kecil yang menjadi pijakan

dalam penyusunan pedoman akuntasnsi program kemitraan adalah sebagai berikut:

1. Unit PKBL adalah unit organisasi yang khusus mengelola program

kemitraandan program bina lingkungan dan merupakan bagian dari organisasi

(44)

2. Pembukuan dana program kemitraan dan program bina lingkungan

dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

1. Sumber dana program kemitraan berasal dari:

a) Penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina.

b) Jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan atau

jasa giro dari dana program kemitraan.

c) Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada.

d) Penyaluran dana dari BUMN Pembina lain.

3. Apabila diperlukan, dana program kemitraan pada unit PKBL dari suatu

BUMNdapat dialih kelolakan kepada BUMN lain.

4. Bentuk program kemitraan:

a) Dana program kemitraan dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman maupun

dalam bentuk dana pembinaan kemitraan.

b) Besarnya dana program kemitraan yang digunakan untuk dana pembinaan

kemitraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c) Penyaluran dalam bentuk pinjaman dapat digunakan untuk modal kerja dan

pembelian aktiva produktif sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip jaul beli,

perhitungan proyeksi margin yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

e) Pinjaman atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio

bagi hasilnya sesuai denganperaturan yang berlaku.

f) BUMN Pembina dapat melakukan rescheduling atau reconditioning atas

(45)

g) Pinjaman dengan kategori bermasalah dihapus bukukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

5. Penyaluran dana oleh unit PKBL hanya dapat dilakukan setelah melalui

serangkaianproses evaluasi dan seleksi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Persyaratan-persyaratan akuntansi yang harus dipenuhi dalam penyusunan

pedoman akuntansi adalah sebagai berikut:

a) Laporan keuangan harus menyajikan informasi keuangan material yang

digunakan dalam pengambilan keputusan.

b) Laporan keuangan dihasilkan melalui suatu siklus akuntansi.

c) Laporan keuangan harus dapat ditelusuri kebenarannya.

d) Konsistensi antar laporan keuangan harus dijaga.

7. Dari pembatasan-pembatasan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang digunakan

adalah:

a) Basis yang digunakan adalah basis akrual, kecuali untuk pengakuan

pendapatan jasa administrasi pinjaman dan pendapatan sewa beli syariah

menggunakan basis kas.

b) Entitas diasumsikan didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

c) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran pinjaman adalah ketika

dicarikannya pinjaman.

d) Titik kritis dari pengakuan atas penyaluran dana pembinaan kemitraan adalah

ketika dikeluarkannya pembiayaan (PT. Telekomunikasi Indonesia, 2008:

(46)

2.4. Bentuk Program Kemitraan

2.4.1.Penyaluran Pinjaman

Pinjaman yang disalurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada

usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk

memperoleh pinjaman sebelum bankable atau prasyarat yang dapat diterima oleh

pemberi pinjaman bila ingin berbisnis dengan pemberi pinjaman. Program Kemitraan

penyaluran dana ini dalam satu tahun di bagi dalam 4 (empat) priode triwulanyang

biasanya dilakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Dana

Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

1) Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam

rangka meningkatkan produksi dan penjualan.

2) Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha

Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangkapendek dalam

rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

3) Beban pembinaan:

a. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi,

dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan

serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.

b. Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh

persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

c. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan

Mitra Binaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman

(47)

A. Pinjaman Dan Evaluasi Proposal

Calon mitra binaan yang ingin mendapat pinjaman program kemitraan untuk

pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN Pembina

atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang kurangnya

data sebagai berikut:

1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat:

a) Data pribadi sesuai KTP.

b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah

Tenaga Kerja).

c) Data Keuangan meliputi Laporan Keuangan/Catatan Keuangan 3 bulan

terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman.

2. Melampirkan:

a) FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.

b) FC Kartu Keluarga.

c) Pas Photo ukuran 3 X 4 - Keterangan Serba Guna dari kelurahan.

d) Gambar/Denah Lokasi Usaha.

e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.

f) Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).

g) Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan

lain.

3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban danneraca

(48)

4. Rencana usaha dan kebutuhan data.

Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada

Telkom Sub Area MedanSebelum waktu penyaluran dana berlangsung. Kemudian

oleh Telkom Sub Area Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan

dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan

oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan

diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing

Calon Mitra Binaan. Surve dilakukan oleh staf Telkom Sub Area Medan, namun

tidak semua Calon Mitra Binaan disurve secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini

dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom Sub AreaMedan.

Telkom Sub Area Medan selain surve, juga melakukan koordinasi

Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang

ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina didalam suatu

provinsi tertentu. Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra

binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi

yang dilakukan antara Telkom Sub Area Medan dengan Koordinator BUMN

Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian

pinjaman dana Program Kemitraan. Seandainya diketahui Calon Mitra Binaan adalah

mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan

permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.

Pelaksanaan survei, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi

ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah

diseleksi melalui survei dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan

menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom Sub Area Medan sebagai

(49)

hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak dimana pihak

pertama adalah Telkom Sub Area Medan dan pihak kedua adalah Mitra Binaan.

Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut dan sebelum

penandatangan, Telkom Sub Area Medan juga telah melakukan sosialisasi PKS

tersebut kepada seluruh Mitra Binaan.

Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun, artinya setiap Mitra

Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman

kepada Telkom Sub Area Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin

meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom Sub Area

Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan

pinjaman kepada Telkom Sub AreaMedan. Program Kemitraan, Telkom Sub Area

Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya

saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra

Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan berupa pelatihan

dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.

Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom Sub Area

Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan

debitur, tetapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan

dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang

ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf Sub AreaMedan dalam pelaksanaan

Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang

menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bagi Mitra Binaan

untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya.

(50)

dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil

sehingga menjadi tangguh dan mandiri.

Sesuai dengan yang dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor. 20 Tahun

2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini. Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri

adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lma puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 5

Gambar

Gambar 1.1 Bagan Alur Pikir
Tabel 5.1
Tabel 5.5
Tabel 5.14
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor : 602.1/80/PENKUA/POKJA/ULP/III/2014 Tanggal : 28 Maret 2014 sesuai dengan Berita Acara Evaluasi Kualifikasi Nomor

Pada hari ini, Jum’at tanggal Dua Puluh Empat bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Belas, bertempat di Website LPSE Kementerian Keuangan RI : www.lpse.depkeu.go.id telah

[r]

- Kehidupan fizikal (Seseorang guru harus tahu teknik yang berkesan untuk menangani stress terutamanya menjelang peperiksaan pelajar dan pertukaran pentadbiran di

Secara istilah pengertian esai menjadi sangat beragam, namun intinya esai merupakan usaha atau upaya yang dilakukan untuk dapat mengkomunikasikan

Masuk kan t elur dan aduk- aduk, t am bahkan nasi put ih, saus t om at , dan kecap asin, aduk rat a di at as api, angkat... .:: TABLOID NOVA - VARIASI RASA DAN GAYA

atas berkah, rahmat dan karunia-Nyalah, maka kita dapat menyusun makalah menggapai hidup sehat dengan penerapan prinsip DAGUSIBU obat, agar dapat mengetahui

ADCs for dry matter, energy and nitrogen were highest for fish meal, although several other ingredients, including some animal meals and gluten from wheat and corn, had similar ADCs