• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter I Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Indonesia Sub Area Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter I Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Indonesia Sub Area Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang

mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat

cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan

masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring

dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk

menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk

bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi

antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan oprasional perusahaan

umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan

rusaknya lingkungan disekitar oprasi perusahaan (Wibisono, 2007: 3).

Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama

setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan

manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih

baik kepada masyarakat, khususnya disekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan

kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi

juga tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Peristiwa ini dapat kita

lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat bahkan dirusak oleh

masyarakat sekitar lokasi pabrik.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab

perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar loksai perusahaan.

(2)

tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, hampir sedikit atau

bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat,

justru yang banyak terjadi masyarakat malah termaginalkan, didaerah

sendiri(http:

14.15).

Sebagai contoh, kasus pencemaran limbah industri di Rancaekek Kabupaten

Bandung 400 hektare tidak bisa ditanami. Kesepakatan antara perwakilan warga

dengan pihak pengusaha hanya tertuju pada proses ganti rugi, bukan mencari solusi

bagaimana caranya agar pencemaran tidak terjadi lagi. Menurut anggota Komisi C

DPRD Kabupaten Bandung, H. Daud Burhanudin di Soreang, Senin (7/7), masalah

pencemaran limbah di Rancaekek yang berasal dari industri-industri di Kabupaten

Sumedang sudah berlangsung belasan tahun, namun tidak pernah ditemukan

solusinya.

Hampir sekitar 1.000 hektare tanah milik petani tercemar dan 400 hektare di

antaranya sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Warga sudah

mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, perwakilan warga empat desa di

Kecamatan Rancaekek telah melakukan kesepakatan dengan dua perusahaan besar,

yaitu PT Kahatex dan PT Insan Sandang Internusa. Menanggapi masalah ini, kedua

perusahaan besar tersebut hanya memberikan bantuan sebagai community

development/corporate social responsibility (CD/ CSR).

Hasil kesepakatan yang ditandatangani pada 11 Juni 2013 lalu oleh empat

kepala desa serta direktur dua perusahaan tersebut hanya tentang bantuan berupa

uang kompensasi per bulan, bantuan pinjaman modal serta bantuan mesin jahit.

Sedangkan masalah penyelamatan lingkungan tidak dibahas dan dijelaskan secara

(3)

CD sudah jelas diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (PT), jadi ada tidaknya pencemaran sebuah perusahaan harus

menjalankan fungsi CD sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada

lingkungan sekitar. Ia menambahkan, yang terpenting adalah menuntaskan masalah

pencemaran di kawasan tersebut. Setelah kesepakatan itu dibuat, perusahaan masih

membuang limbahnya ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Itu hasil

pengamatan ke lapangan.

Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung dari Partai Bulan Bintang, Ir.

Abdurrachim Santosa menegaskan, usulan Komisi C agar Sungai Cikijing dibendung

adalah untuk memisahkan masalah pencemaran dan mencari siapa yang bertanggung

jawab.Karena, pencemaran terjadi antara perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang

dan Kabupaten Bandun, kadang terjadi saling menyalahkan. Agar tidak terjadi

seperti itu, masing-masing daerah melihat dimana sumber pencemaran itu jadi kita

ibaratkan bendung saja dulu.

Akibat pencemaran yang sudah berlangsung lama, lanjut Abdurrachim, warga

Kabupaten Bandung terkena imbasnya untuk itu, masing-masing daerah harus tegas.

Pemprov Jabar diharapkan memfasilitasinya sehingga diharapkan mampu

menuntaskan masalah tersebut

pada tanggal 15 maret 2014 pukul 15.27).

Beberapa contoh kasus lainnya yang terkait mengenai permasalahan yang

muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang

memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya, hususnya perusahaan

yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif).

(4)

Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969,

sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat

lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial

dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu

pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut

sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan

masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak

hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional. Begitupula konflik hingga

tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait

operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana

masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif

operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan

lingkungan yang semakin memburuk

16.29).

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, CSR sangat penting untuk

menjebatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin

diberbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang

dapat maju apabila berada ditengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak

menunjang ekstistensinya. Karena CSR bukan sekedar urusan kepedulian sosial,

melainkan upaya perusahaan secara sadar meningkatkan potensi masyarakat serta

lingkungan tempat ia beroperasi demi menunjangeksistensinya.Perencanaan CSR

yang strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk

(5)

sosial, ekonomi secara mandiri secara bertahap dan berkelanjutan(Untung, 2009:

35-40).

Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan

teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam

kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk

melakukan upaya penentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai (BLT),

program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per

September 2013 di Indonesia mencapai 28,55 juta orang, bertambah 480 ribu orang

dibandingkan angka yang tercatat pada Maret 2013.Pada Maret 2013 tercatat jumlah

penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen, jadi ada kenaikan

sebanyak 480 ribu orang miskin," dari peningkatan jumlah penduduk miskin 480 ribu

orang tersebut selama periode Maret-September 2013, sebanyak 300 ribu terjadi di

daerah perkotaan dan sebanyak 180 ribu terjadi didaerah pedesaan.

Faktor yang menjadi penyebab kenaikan penduduk miskin adalah terjadinya

inflasi tinggi hingga 5,02 persen karena kenaikan harga BBM pada Juni 2013 dan

harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.Badan Pusat Statistik juga

mencatat selama periode Maret-September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar

7,85 persen, yaitu dari Rp. 271.626 per kapita per bulan pada Maret menjadi

Rp.292.951 per kapita per bulan pada September

Maret 2014 pukul 16.45).

Melalui kegiatan dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya pemerataan

pembangunan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui

(6)

pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan

terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan

mandiri.Berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN diharapkan dapat

memberikan efek berupa menigkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong

tumbuhnya kemitraan antara BUMN denga usaha kecil. Adapun dana pembinaan

dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan

pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan

masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi yang

khusus mengelola Program Kemitaan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi

ini disebut unit PBKL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN

Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.

Selain unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan

program tersebut. Selama ini, pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit

PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry).

Adapun BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntasi atau pedoman

akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntasnsi antara satu unit PKBL dengan

unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing

BUMN Pembina (Telkom Indonesia PKBL, 2008: 1).

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha

(7)

Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan

Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk

mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta

kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan

mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial

masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan.

Performa Program Kemitraan Telkom selama tiga tahun terakhir terus

mengalami peningkatan dari segi besaran nominal bantuan, pemberian pinjaman dan

penerimaan angsuran, dan pada tahun 2012 ini, Telkom telah menyalurkan dana

melalui Program Kemitraan sebesar Rp. 343,8 miliar untuk 9.346 Mitra Binaan,

Program Pembinaan sebesar Rp. 9,9 miliar dengan tingkat kolektabilitas

pengembalian pinjaman Mitra Binaan sebesar Rp. 308,2 miliar. Sejak Tahun 2001

sampai dengan 31 Desember 2012 Program Kemitraan Telkom telah menyalurkan

bantuan pinjaman kepada 89.773 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total

penyaluran sebesarRp. 1,88 triliun. Realisasi tersebut didistribusikan untuk sektor

Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa

lainnya. Selain memberikan bantuan pinjaman, Telkom juga memberikan pembinaan

kepada Mitra Binaan kami melalui program pelatihan, pemagangan, pendampingan

dan promosi, pameran. Pada tahun buku 2012 Telkom telah menyalurkan dana

Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 43,5 miliar dalam bentuk bantuan terhadap:

korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan

masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum, peningkatan sarana ibadah,

dan pelestarian alam (belum termasuk bantuan BUMN Peduli sebesar Rp. 48,6

miliar). Telkom Tahun 2003 sampai dengan 2012 telah menyalurkan dana bantuan

(8)

Pelaksanaan Program Kemitraan, Community Development Center

berpedoman kepada:

1. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

2. Keputusan Direksi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor

KD.12/PS150/COP-B0030000/2006 tanggal 13 September 2006, tentang

Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (Community Development Center).

Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut

Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil

agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba

BUMN. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan

sebagaimana diatur dalam keputusan ini. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang

mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.

Strategi dan kebijakan Telkom CSR terintegrasi dalam satu Keputusan

Direksi Nomor. 41/PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi

pengelolaan CSR di Telkom, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan

dengan visi dan misi perusahaan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku khususnya Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas pasal 74 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan

norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Kebijakan strategi jangka panjang dan pengelolaan untuk Telkom CSR telah

ditetapkan dalam Skenario Strategi Korporasi dan juga telah dijelaskan dalam bentuk

(9)

dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan,

unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id

diakses pada tanggal 25 februari 2014 pukul 10.30).

Berbagai kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk

memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Adapun

sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat

baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis utama Telkom.

Telkom berharap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dapat semakin

memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri

dan pada akhirnya akan membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi

tingkat kemiskinan di seluruh Indonesia.

Telkom memiliki dua bentuk kegiatan utama yang diselenggarakan selama

tahun 2011, yang pertama Pelatihan kewirausahaan dan pemberian dana pinjaman

bergulir kepada wirausahaan binaan dalam skema program kemitraan, dan yang

kedua adalah Program kreatifitas dalam skema pengembangan masyarakat. Selain

berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN yang mengatur mengenai PKBL,

pelaksanaan program ini juga mempertimbangkan keselarasan dengan potensi

lingkungan masyarakat penerima program. Sasaran dari pelaksanaan program ini

adalah para pelaku usaha kecil dan menengah.

Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri, perdagangan,

pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program

pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir diberikan berdasarkan spesifikasi yang

dibutuhkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan potensi setempat pada

(10)

Telkom telah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung

di seluruh Indonesia pada tahun 2011. Pelatihan kewirausahaan diikuti calon mitra

binaan maupun mitra binaan peserta dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.

17,7 miliar. Pada periode yang sama, Telkom juga menyalurkan pinjaman bergulir

untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Total dana yang disalurkan

mencapai Rp. 302,7 miliar dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.189 unit usaha.

Telkom menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan

pemantauan atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya. Dalam

upaya memotivasi seluruh mitra binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan

mengembalikan dana pinjaman tepat waktu, secara periodik dilakukan penilaian

disertai pemberian penghargaan kepada mereka yang berprestasi

26 Februari 2014, pukul 10.15).

Khusus untuk wilayah kerja Telkom Sub Area Medan yang wilayah kerjanya

meliputi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten

Serdang Bedagai, telah menjalankan Program Kemitraan dengan total 1.212 Mitra

Binaan terhitung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penyaluran dana

pinjaman bergulir yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan bertujuan untuk

memberikan bantuan pencarian modal bagi para pelaku usaha kecil yang kesulitan

dalam hal finansial.

Dana program kemitraan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan

usaha kecil sehingga para pelaku usaha kecil mempunyai fondasi yang kuat dan

mandiri dalam menjalankan usahanya. Ketangguhan dan kemandirian yang ada dari

para pelaku usaha kecil ini, maka diharapkan timbulnya daya saing dengan usaha

(11)

dapat meningkatkan pendapatan usahanya dan meningkatkan peran usaha kecil

dalam pembentukan produk nasional, dengan terpenuhinya modal yang dimiliki, para

pelaku usaha kecil akan dapat mengembangkan usahanyadan berkembangnya usaha

tersebut secara otomatis akan menyerap tenaga kerja baru sehingga tercipta perluasan

lapangan pekerjaan.

Pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan pada program

kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada

pelaku usaha kecil bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pengusaha kecil

dalam meningkatkan peroduktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun

pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga

mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap

berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh

struktur perekonomian nasional.

Pelatihan dan promosi yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan

terhadap usaha kecil sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 18

Undang-Undang UMKM yang menyebutkan bahwa pengembangan dalam bidang pemasaran

dilakukan dengan cara menyediakan sarana pemasaran yang meliputi

penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan

promosi Usaha Mikro dan Kecil. Pada Pasal 19 yang menyatakan bahwa

pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan

mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan,

pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha

baru. Sebagai BUMN Pembina, Telkom Sub Area Medan juga memberikan

penghargaan kepada mitra binaannya. Penghargaan yang diberikan berdasarkan atas

(12)

Penghargaan ini diberikan untuk merangsang mitra binaan agar lebih gigih dan

disiplin dalam menjalankan usahanya.

Melihat besarnya peranan kemitraan terutama Telkom Sub Area Medan

dalam membangun perekonomian nasional khususnya di wilayah Deli Serdang,

Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, dalam penyaluran

pinjaman lunak melalui program kemitraan dan BUMN kepada masyarakat

khususnya kalangan pengusaha kecil, dengan dasar ini lah penulis tertarik untuk

meneliti dampak program kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung

jawab sosial perusahaan Telkom sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan di

tuangkan ke dalam skripsi dengan judul “Dampak Program Kemitraan Terhadap

Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT.Telekominukasi Indonesia, Tbk Sub Area Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:“apakah ada dampak program kemitraaan terhadap sosial

ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan

tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi

(13)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan

mengenai apa dampak dari program kemitraan melalui pemberian penyaluran

pinjaman dan penyaluran dana pembinaan kemitraan yang diterapkan oleh Telkom

dibidang sosial ekonomi mitra binaan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab,

dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah,tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam

penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi

oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk, Sub Area Medan. Juga gambaran umum lokasi

penelitian dan data–data lain yang turut memperkaya karya ilmiah

(14)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil

penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom CDSA Medan pada program kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada

Dapat diketahui bahwa, dalam memperoleh bantuan pinjaman modal usaha tidak mengalami kesulitan, tetapi yang dirasakan begitu sulit adalah di dalam mempersiapkan

Program Kemitraan yang dilakukan oleh BUMN, sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Permen.BUMN tersebut, diberikan dalam bentuk: pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau

PKBL dari pihak Telkom dan juga pelaku usaha kecil yang menjadi mitra binaan dari

efektivitas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam mengembangkan usaha

pelaku usaha kecil ini /yaitu bantuan modal usaha dengan bunga yang ringan / serta bantuan dalam bentuk hibah. dan pelatihan // Keuntungan yang didapat jika menjadi mitra binaan

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom CDSA Medan pada program kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada

Telkom Pekanbaru dapat memberi bantuan kepada pengusaha kecil ikan patin yang terkendala dengan modal, dan dengan adanya kemitraan yang berupa pembiayaan pinjaman lunak