• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS SOSIOLOGI umum kelembagaan sosia (15)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS SOSIOLOGI umum kelembagaan sosia (15)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS SOSIOLOGI

SUKU ADAT JAWA TENGAH

DI

S

U

S

U

N

OLEH :

NAMA : NADYA NOVITASARI

(2)

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 34.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.

Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.

Sejak tahun 2008, provinsi Jawa Tengah memiliki hubungan kembar dengan provinsi Fujian di China

Sejarah

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, Pati, Kedu, Banyumas, dan

Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Pati Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro.

Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang.

Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Pati, Semarang, Banyumas, dan Kedu.

(3)

Pemerintahan

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 3 kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.

Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen)

KARAKTER KHAS SUKU JAWA DENGAN TRADISI TRADISINYA

Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negara Indonesia. Sebagai buktinya, kemana pun Anda melangkah kan kaki ke bagian pelosok penjuru negeri ini, Anda pasti akan menemukan suku-suku Jawa yang mendiami kawasan tersebut meskipun terkadang jumlahnya minorotas,dengan kata lain di mana ada kehidupan di seluruh Indonesia Orang Jawa selalu ada.

Suku Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental. Adat istiadat Suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatan

masyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Di dalam hal ini di manapun Suku Jawa berada akan selalu dilaksanakan dan di jadkan

Ugeman atau Pathokan dalam kehidupannya.

Banyak yang bisa di gali dari literatur literatur yang sdh ada bahwa suku jawa punya banyak keaneka ragaman ciri khas dan budaya beserta tradisi

(4)

Dan bila kita seumpama sebagai suku lain yang ada di Indonesia akan sangat dengan mudahnya berinteraksi dengan suku jawa di karenakan suku ini mempunyai sifat dan

karakter yang sangat santun dalam bermasyarakat dengan di terimanya suku Jawa sebagai bagian dari anggota masyarakat oleh suku lain di seluruh Indonesia.

Sifat dan Karakter Orang Jawa

Suku jawa diidentikkan dengan berbagai sikap sopan, segan,

menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-langsung, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun objek yang diajak berbicara. Dalam keseharian sifat Andap Asor terhadap yang lebih tua akan lebih di utamakan, Bahasa Jawa adalah bahasa berstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objek yang diajak bicara.

Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan.

Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santun sikap yang dijaga. Misalnya saat bertamu dan disuguhi hidangan. Karakter khas seorang yang bersuku Jawa adalah menunggu dipersilahkan untuk mencicipi, bahkan terkadang sikap sungkan mampu melawan kehendak atau keinginan hati.

(5)

menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan.

Berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupun yang usianya di bawah. Demikian juga dengan sikap, orang yang lebih muda hendaknya betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baik terhadap orang yang usianya lebih tua dari dirinya, dalam bahasa jawa Ngajeni

Ciri khas Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yang dianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dan tidak dapat

ditentang begitu saja.

Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengan kehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagi melawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan, nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidak dapat mengelak. Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya.

Pola kehidupan orang jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk

menelusuri pola hidup orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan. Bagi orang jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhluk hidupnya, termasuk manusia. Setiap hari kita melihat banyak orang yang keluar rumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk mencari penghidupan. Pagi mereka keluar rumah dan sore pulang dengan kondisi yang lebih baik

Urip Ora Ngoyo

Konsep hidup nerimo ing pandum ( ora ngoyo ) selanjutnya mengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalani saja segala yang harus di jalani. Tidak perlu terlalu ambisi untuk melakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan. Orang Jawa tidak menyarankan hal tersebut.

Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridornya. Kita boleh saja

mempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju tersebut jangan terlalu drastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah jangan ngoyo. Biarkan hidup membawamu sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenagamu!

Bagi orang jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Dia akan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang jawa memposisikan diri

(6)

Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, maka kondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untuk besar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup jangan ngoyo. Ngoyoartinya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu.

Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinan besar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akan sakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan terhadap kemampuan sesungguhnya yang kita miliki.

Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royong atau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebih

kentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawa di mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi

kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka.

Pola kehidupan orang jawa memang telah tertata sejak nenek moyang. Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adi luhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Bagaimana eksistensi orang jawa terjaga begitu kuat sehingga sampai detik ini pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan.

Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotongroyong yang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangat memegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuh kesadaran dan tanggungjawab.

Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang jawa memang begitu spesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada di dunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidup secara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekat satu dengan lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuah kebutuhan.

Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikut

membantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudara atau sudah menjadi teman.

Ngajeni Pada Orang Yang Lebih Tua

Dan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yang menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksi antar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain.

Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangat dijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lain atau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh

(7)

soko lathi, ajining rogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), harga badan dari pakaia

SUKU JAWA

Suku Jawa (Bahasa Jawa Ngoko: ꦮꦮꦮꦮꦮꦮ Wong Jawa, Krama: ꦮꦮꦮꦮꦮꦮꦮꦮ Tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. [3] Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang Samin, Suku Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.

Bahasa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahasa Jawa

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.

Budaya Jawa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Budaya Jawa

(8)

Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[4] LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di Amerika Serikat, Singapura dan Selandia Baru.[5] Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. [6] Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.

Kepercayaan

Orang Jawa sebagian besar menganut agama Islam. Selain itu ada juga yang menganut agama Kristen (Protestan dan Katolik), Buddha dan Hindu. Ada pula filsafat suku Jawa yang disebut sebagai filsafat Kejawen.[7] Filsafat ini berbeda dengan Taoisme dan Konfusianisme yang tidak memeluk agama tertentu, kejawen merupakan filsafat yang memperbolehkan bahkan

menganjurkan untuk memeluk agama. Ada pula kaum Abangan yang nominal menganut islam namun dalam praktiknya masih banyak terpengaruh animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa dikarenakan memiliki filsafat kejawen yang dianggap sebagai pengontrol dan melindungi jatidirinya sebagai Orang Jawa.

Profesi

(9)

berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta.[9]

Stratifikasi sosial

Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan.

Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

Seni

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar

berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.

Tokoh-tokoh Jawa

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar tokoh Jawa

 Abdurrahman Wahid, Mantan Presiden Republik Indonesia.

 Ahmad Dahlan, Ulama (Kyai) dan pendiri organisasi Muhammadiyah.

 Boediono, Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia (2009-2014).

 Hasyim Asyari, Pendiri Nahdatul Ulama.

 H.M. Soeharto, Mantan Presiden Republik Indonesia.

 Joko Widodo, Mantan Walikota Solo, Mantan Gubernur DKI, Presiden Republik Indonesia.

(10)

 Khofifah Indar Parawansa, Politikus dan Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Sosial Kabinet Kerja.

 Megawati Soekarno Poetri, Mantan presiden republik indonesia dan sekaligus presiden wanita pertama di Indonesia

 Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan budayawan.

 Paul Salam Soemohardjo, Ketua Parlemen Suriname dan Ketua Partai Pertjaja Luhur di Suriname.

 Purnomo Yusgiantoro, Mantan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.

 R.A. Kartini, Pahlawan Nasional.

 Saifullah Yusuf, Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Sekarang menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur.

 Soekarno, Proklamator dan mantan Presiden Republik Indonesia.

 Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Presiden Republik Indonesia.

 Wage Rudolf Supratman, Pencipta lagu "Indonesia Raya".

 Wahid Hasjim, Pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia.

(11)

JOGLO RUMAH TRADISIONAL SUKU JAWA

Joglo merupakan rumah adat tradisional suku jawa. Ada bermacam-macam jenis rumah jonglo diantaranya joglo limas, joglo sinom, joglo pangrawit dan sebagainya. Rumah jenis joglo

memiliki struktur bangunan yang unik dimana biasanya rumah tersebut memiliki dua bagian utama yaitu bagian pendapa yang biasanya ukuranya sangat luas, ruangan ini biasanya

dipergunakan sebagai tempat meneriam tamu maupun tempat untuk musyawarah. Sedangkan bagian kedua adalah bagian dalam dari rumah joglo yang biasanya bersifat tertutup untuk orang luar karena merupakan ruang privasi yang berupa kamar dapur dan sebagainya. Rumah joglo pada masa lampau biasanya hanya dimiliki oleh para pembesar atau orang-orang kaya saja.

Susunan Bangunan dan Ruangan dari Rumah Joglo

Pada dasarnya rumah jenis ini memiiki bentuk dasar berupa persegi panjang atau bujur sangkar. Pembangunan rumah joglo ini sama sekali tidak menggunakan paku, hal ini berbeda dengan pembangunan joglo yang kita jumpai pada jaman modern sekarang ini. Pembangunan rumah ini dulunya hanya menggunakan system knock down, sehingga setiap bagian bisa saling berkait dan menguatkan. Kita dapat menjumpai system ini pada rumah-rumah yang memiliki struktur bangunan lama.

Pada setiap rumah joglo selalu memiliki empat pilar pada ruangan utama atau pendoponya yang biasanya disebut dengan nama soko guru, inilah yang merupakan sebuah ciri unik dari pembangunan rumah tersebut yang tidak dimiliki oleh rumah jenis yang lain.

(12)

rasa sebuah keindahan, bahkan sikap religiusitasnya ikut terefleksikan dalam seni arsitektur rumah dengan gaya seperti ini.

Pada bagian pintu masuk rumah joglo memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di bagian tengah dan pintu kedua yang berada di samping kiri dan disamping kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu tersebut memiliki makna atau arti simbolis bahwa kupu tarung yang berada di bagian tengah untuk keluarga besar, sementara dua pintu di bagian samping kanan dan samping kiri untuk besan.

Pada ruang bagian dalam dari rumah joglo yang disebut gedongan pada umumnya dijadikan sebagai mihrab, tempat Imam untuk memimpin salat yang umumnya dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan oleh pemilik rumah joglo tersebut. Selain itu gedongan biasanya juga merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati dan pada waktu-waktu tertentu dan dijadikan sebagai ruang tidur pengantin serta bagi anak-anaknya.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Perawatan kaki pasien diabetes mellitus terdiri dari deteksi kelainan kaki, latihan kaki dan praktik perawatan kaki.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Kegiatan yang dilakukan pada kedua kelompok tani ternak ini terdiri dari penyuluhan penyusunan formulasi ransum pakan ternak babi dan kandang yang sesuai dengan

dan pokok pikiran  pokok pikiran yang terkandung yang terkandung dalam Pembukaan dalam Pembukaan Undang-Undang Undang-Undang Dasar Negara Dasar Negara Republik Indonesia

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis

Melihat dari beberapa aspek yang dilakukan di rumah (Frekuensi membaca buku orangtua, strategi membaca ibu, kesenangan atau antusisas anak belajar membaca,

Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) kabupaten kota di provinsi Jawa Barat tersebut dapat dikatakan bahwa

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif (mixed methode) dengan metode survei. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang

Saya melakukan pembelian di Restoran Solaria karena ertarik dengan desain interior dan eksterior Solaria yang sesuai. dengan