• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DAN PMT DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU SEKAR TANJUNG BANARAN KEL. SEKARAN KEC. GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DAN PMT DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU SEKAR TANJUNG BANARAN KEL. SEKARAN KEC. GUNUNGPATI KOTA SEMARANG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DAN PMT DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU SEKAR TANJUNG BANARAN KEL. SEKARAN KEC. GUNUNGPATI KOTA

SEMARANG

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat Dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak-anak, khususnya anak balita. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah masalah gizi. Dari hasil studi pendahuluan peneliti melakukan wawancara terhadap 10 ibu dengan balita BB kurang didapatkan bahwa 6 ibu kurang mengerti tentang Kadarzi dan PMT, sedangkan 4 ibu yang lain lebih mengerti tentang Kadarzi dan PMT. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun.

Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI. pemberian intervensi gizi berupa PMT ini bertujuan untuk menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada golongan atau kelompok rentan gizi seperti balita dan anak-anak usia prasekolah. Diharapkan dengan program ini dapat ikut serta mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) melalui sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang.

Penelitian ini termasuk penelitian kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan kaitannya pada balita dengan menggunakan jenis penelitian secara korelasi dan pendekatan cross sectional dengan variabel independent yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dan variabel dependent yaitu status gizi balita. Sampel pada penelitian ini sebanyak 37 ibu balita usia 1-3 tahun yang diambil secaratotal sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, dengan cara wawancara yaitu dengan kuesioner. Data diolah dengan langkah editing, scoring, coding, entry dan analisa data.

Pada analisis secara univariat variabel didistribusikan dengan masing – masing proporsi, sedangkan pada analisis bivariat dalam menganalisis hubungan antara digunakan ujichi square.Hasil dari penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus 2011 di Posyandu Sekar Tanjung Banaran Kel. Sekaran Kec. Gunungpati diantaranya pengetahuan tentang Kadarzi yang kurang sebanyak 40,5%, pengetahuan tentang PMT yang kurang sebanyak 35,1% dan status gizi balita yang kurang sebanyak 18,9%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dapat menyebabkan status gizi balita yang kurang pula. Dari hasil yang ada secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. Selanjutnya dapat disarankan memberikan dukungan dan penyuluhan kepada ibu balita masalah gizi serta pengadaan PMT secara terus-menerus, bagi tempat pelayanan dapat meningkatkan dan memaksimalkan pelayanan kepada balita, bagi masyarakat dapat turut serta memberikan dukungan pada ibu balita untuk memberikan gizi yang baik untuk balitanya, bagi peneliti dapat membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan terutama gizi agar bisa diinformasikan dan diterapkan oleh masyarakat.

(2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci pembangunan bangsa di negara berkembang, termasuk Indonesia adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas SDM yang baik. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang tidak terlepas dari pembangunan kesehatan dan bidang pendidikan melalui pemanfaatan sumber daya yang ada dan sarana prasarana yang tersedia. SDM yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Sejalan dengan paradigma pembangunan, telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang mengutamakan pada upaya preventif dan promotif serta pemberdayaan keluarga di masyarakat dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2005).

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dapat dilakukan dengan cara melibatkan masyarakat untuk berperan serta dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan maka telah dilakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

(3)

masalah gizi. Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak (Santoso, 2004).

Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 1998 telah dicanangkan gerakan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) yang dimotori oleh Departemen Kesehatan dengan tujuan agar pada tahun 2010 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah menjadi Keluarga Sadar Gizi. Kadarzi adalah cerminan keluarga yang berperilaku gizi seimbang yang ditandai dengan sikap dan perilaku gizi yang mendukung terciptanya keadaan gizi yang optimal bagi anggota keluarganya (Depkes RI, 2000).

Dalam rangka meningkatkan taraf gizi masyarakat seperti tertuang dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPEN) 2001-2005, undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propernas) dan Indonesia sehat 2010 ditetapkan bahwa 80% keluarga Indonesia dapat menjadi KADARZI (Depkes RI, 2000).

(4)

karakteristik khusus tiap-tiap keluarga. Oleh karena itu, penanggulangannya harus melibatkan beberapa sektor yang terkait (Supariasa, 2002).

Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan program dari Badan Pusat Statistik (BPS) Semarang, dapat dijelaskan bahwa keadaan gizi masyarakat Semarang seperti yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah sebagai berikut, data tahun 2010 menunjukkan jumlah balita yang ada 113.027 dan jumlah tersebut yang datang dan ditimbang di posyandu sebanyak 83.717 dengan rincian yang naik berat badannya 62.701 anak (74,90 %) dan balita yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 846 anak (1,01%). Data tersebut menunjukkan bahwa di Jawa Tengah masih banyak balita yang status gizinya berada di bawah standar. Sedangkan data lain yaitu cakupan Kadarzi di Semarang semakin meningkat. Pada tahun 2008 jumlah cakupan Kadarzi mencapai 65,77% dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 66,30% (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010).

(5)

penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran Kelurahan Sekaran Kec. Gunungpati.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan Status Gizi Balita Usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Pemberian Makanan Tambahan balita di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang.

c. Mengetahui status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang.

(6)

e. Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya Kadarzi dan PMT untuk peningkatan status gizi balita. 3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT serta status gizi balita usia 1-3 tahun di wilayahnya.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan sebagai sarana untuk melatih diri melakukan penelitian serta menerapkan ilmu–ilmu yang sudah diperoleh.

5. Bagi ilmu pengetahuan

(7)

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan kaitannya pada balita yaitu hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan status gizi balita di Posyandu Sekar Tanjung Banaran Kelurahan Sekaran Kota Semarang yang dilakukan pada bulan Agustus 2011.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran Kelurahan Sekaran Kota Semarang ini merupakan penelitian korelasi yaitu penelitian atau penelaah hubungan antara dua variabel pada situasi atau sekelompok subyek (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitiancross sectional yaitu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(8)

diteliti. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita usia 1-3 tahun dan mengikuti kegiatan Posyandu di Posyandu Sekar Tanjung yaitu sebanyak 37 ibu balita usia 1-3 tahun. 2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 ibu balita usia 1-3 tahun. 3. Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan total sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan menggunakan seluruh jumlah populasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun. Penelitian ini bertempat di Posyandu Sekar Tanjung Banaran kel. Sekaran kec. Gunungpati kota Semarang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan balita usia 1-3 tahun yang mengikuti kegiatan Posyandu Sekar Tanjung pada bulan Maret 2011 terdapat 37 ibu balita usia 1-3 tahun. Dengan menggunakan tehnik total sampling

(9)

dan pendidikan terendah responden paling banyak adalah SD (Sekolah Dasar) serta pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga.

2. Analisa Univariat

a. Pengetahuan Ibu tentang Kadarzi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengetahuan responden tentang Kadarzi seperti tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Pengetahuan Responden tentang Kadarzi

Pengetahuan Kadarzi

f %

baik 6 16.2

cukup 16 43.2

kurang 15 40.5

Total 37 100.0

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data responden berdasarkan pengetahuan tentang Kadarzi yang baik adalah sebanyak 6 orang (16,2%), pengetahuan tentang Kadarzi yang cukup adalah sebanyak 16 orang (43,2%) dan pengetahuan tentang Kadarzi yang kurang sebanyak 15 orang (40,5%).

b. Pengetahuan Ibu tentang PMT

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pengetahuan responden tentang PMT seperti tabel 4.2 berikut ini :

(10)

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh data responden berdasarkan pengetahuan tentang PMT yang baik adalah sebanyak 8 orang (21,6%), pengetahuan PMT yang cukup sebanyak 16 orang (43,2%) dan pengetahuan tentang PMT yang kurang sebanyak 13 orang (35,1%).

c. Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil penelitian status gizi balita diperoleh data seperti tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Status Gizi Balita

Status Gizi Balita f %

Baik 30 81,1

Kurang 7 18,9

Total 37 100

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh status gizi balita yang baik adalah sebanyak 30 balita (81,1%) dan status gizi balita kurang sebanyak 7 balita (18,9%).

Pengetahuan PMT

f %

Baik 8 21.6

Cukup 16 43.2

Kurang 13 35.1

(11)

3. Analisa Bivariat

Tabulasi silang antara pengetahuan ibu tentang Kadarzi dengan status gizi dan pengetahuan ibu tentang PMT dengan status gizi di Posyandu Sekar Tanjung Banaran diperoleh tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 tabulasi silang antara pengetahuan ibu tentang Kadarzi dengan status gizi balita usia 1-3 tahun

Status Gizi

Pengetahuan Kadarzi

Gizi baik Gizi kurang Total

n %

n % n %

Baik 6 100 0 0 6 100

Cukup 16 100 0 0 16 100

Kurang 8 53,3 7 46,7 15 100

Total 30 81,1 7 18,9 37 100

(12)

Tabel 4.5 tabulasi silang antara pengetahuan ibu tentang PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun

Status Gizi Pengetahuan

PMT

Gizi baik Gizi kurang Total

n % n % n % Baik 8 100 0 0 8 100 Cukup 16 100 0 0 16 100 Kurang 6 46,2 7 53,8 13 100 Total 30 81,1 7 18,9 37 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan tentang PMT kategori baik dengan status gizi balita juga baik yaitu sebanyak 8 orang (100%), responden yang mempunyai pengetahuan PMT cukup dan gizi balitanya baik sebanyak 16 orang (100%), dan responden yang mempunyai pengetahuan tentang PMT yang kurang dan gizi balitanya kurang sebanyak 7 orang (53,8%).

Berdasarkan tabel 3x2 diatas,didapatkan hasil chi square X2 = 12,662 dan p value = 0,002. Namun dari uji chi square tersebut terdapat 4 sel (66,7%) yang nilai harapannya (expected count) < 5 sehingga uji chi square dikatakan tidak memenuhi syarat dan harus dilakukan koreksi dengan uji fisher exact test. Dari hasil uji fisher exact test tersebut diketahui bahwa nilai signifikan untuk 2-sided (two tail) adalah 0,001 < α (0,05). Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah Ha diterima dan H0

(13)

pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran.

B. Pembahasan

Penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran tahun 2011 akan dibahas satu per satu untuk masing-masing faktor di bawah ini.

1. Pengetahuan tentang Kadarzi

Hasil penelitian tentang pengetahuan Kadarzi yang telah dilakukan terhadap 37 ibu balita menunjukkan bahwa ada 15 ibu (40,5%) yang mempunyai pengetahuan kurang. Hal ini sesuai teori (Notoatmodjo, 2003) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu pendidikan, paparan media massa (akses informasi), ekonomi (pendapatan), hubungan sosial dan akses layanan kesehatan.

Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa terdapat 6 ibu (16,2%) yang mempunyai pengetahuan baik tentang Kadarzi dan 16 ibu (43,2%) mempunyai pengetahuan cukup, yang dalam teori (Sandjaja, 2009) mengatakan bahwa Kadarzi adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya serta mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya. Untuk mencapai Kadarzi keluarga harus memenuhi lima indikator Kadarzi.

(14)

Hasil penelitian diperoleh data responden berdasarkan pengetahuan tentang PMT yang baik adalah sebanyak 8 orang (21,6%), pengetahuan PMT yang cukup sebanyak 16 orang (43,2%) dan pengetahuan tentang PMT yang kurang sebanyak 13 orang (35,1%). Hal ini sesuai teori (Notoatmodjo, 2003) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu pendidikan, paparan media massa (akses informasi), ekonomi (pendapatan), hubungan sosial dan akses layanan kesehatan. Dan teori (Sulistyorini, 2010) menunjukkan bahwa pemberian intervensi gizi berupa PMT bertujuan untuk menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada golongan atau kelompok rentan gizi seperti balita dan anak-anak usia prasekolah. Diharapkan dengan program ini dapat ikut serta mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) melalui sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang.

3. Status Gizi Balita

(15)

4. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dengan status gizi balita

Dari hasil penelitian responden yang mempunyai pengetahuan tentang kadarzi kategori baik dengan status gizi balita juga baik yaitu sebanyak 6 orang (100%), responden yang mempunyai pengetahuan Kadarzi cukup dan gizi balitanya baik sebanyak 16 orang (100%), dan responden yang mempunyai pengetahuan tentang Kadarzi yang kurang tetapi gizi balitanya baik sebanyak 8 orang (53,3%). Responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang Kadarzi menunjukkan bahwa status gizi balita masuk dalam kategori baik, sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang tentang Kadarzi menunjukkan bahwa status gizi balita juga kurang. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang Kadarzi dengan status gizi balita.

5. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang PMT dengan status gizi balita

(16)

balita juga kurang. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang PMT dengan status gizi balita.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dari tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dan PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Sekar Tanjung Banaran, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu dengan kategori cukup sebanyak 16 orang (59,5%), kurang sebanyak 15 orang (40,5%) dan baik sebanyak 6 orang (16,2%).

2. Tingkat pengetahuan ibu tentang PMT didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu dengan kategori cukup sebanyak 16 orang (43,2%), kurang sebanyak 13 orang (35,1%) dan baik sebanyak 8 orang (21,6%).

3. Status gizi balita usia 1-3 tahun sebagian besar termasuk kategori baik sebanyak 30 balita (81,1%) dan yang kurang sebanyak 7 balita (18,9%).

4. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang Kadarzi dengan status gizi balita usia 1-3 tahun dengan didapat hasil keputusan Ha diterima dan H0 ditolak karena probabilitas uji fisher exact

(17)

5. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang PMT dengan status gizi balita usia 1-3 tahun dengan didapat hasil keputusan Ha diterima dan H0 ditolak karena probabilitas uji fisher exact

(0,001) < α (0,05). B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, peneliti menyampaikan saran-saran pada pihak yang terkait. Saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk informasi dan simulasi melalui penyuluhan kepada ibu balita yang pengetahuannya tentang Kadarzi dan PMT kurang serta ibu yang balitanya mengalami gizi kurang yaitu dengan penyuluhan masalah gizi serta pengadaan PMT secara terus-menerus.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat meningkatkan dan memaksimalkan pelayanan serta memberikan penyuluhan tentang gizi balita yang sesuai dengan usia balita tersebut.

3. Bagi Masyarakat

(18)

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan wawasan yang luas mengenai gizi balita agar setelah mahasiswa selesai melakukan studi dapat membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat memberikan informasi yang jelas tentang gizi balita kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2007.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depkes RI. 2005.Manajemen Laktasi Pedoman bagi Bidan dan Petugas Kesehatan & Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2000.Makanan Pendamping ASI.Jakarta : Depkes RI.

DKK Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang 2010. Semarang: Dinas Kesehatan.

Hidayat, AA. 2007.Metode Penelitian Kesehatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan imunisasi Dasar pada Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.

Moehji, Sjahmien. 2009.Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara76.

NN. 160 Kriteria dan Panduan Keluarga Sadar Gizi. http//smallcrab.com/gizi.

Diunduh tgl 23 Desember 2010.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

(19)

Paath, EF, dkk. 2004.Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC.

Proverawati, A, Siti A. 2009.Gizi untuk Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika. Reality, Tim. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia.Surabaya : Reality Publisher. Rosidah, Didah. 2004. Pemberian Makanan Tambahan: Makanan untuk Anak

Menyusu.Jakarta: EGC.

Sandjaja, dkk. 2009.Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.Jakarta : Kompas. Santoso, S, Anne LR. 2004.Kesehatan Dan Gizi Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sulistyorini, Cahyo I, dkk. 2010. Posyandu & Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Supariasa, I.D.N. 2002.Penilaian Status Gizi.Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

pengujian normalitas data adalah sebagai berikut. a) Apabila nilai signifikansi (p) &gt; 0,05 data terdistribusi normal b) Apabila nilai signifikansi (p) &lt; 0,05 data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Citra Merek dengan Keputusan Pembeliandeterjen Daia pada Warga RW 004, Jakarta

Saya sangat menghargai segala perhatian dan partisipasi Anda dalam penelitian ini, saya yakin informasi yang telah Anda berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai

Pada penyusunan skripsi ini peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis - jenis Makna Istilah Bidang Ekonomi Makro-Mikro pada Rubik Ekonomi

Sehubungan dengan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah, ingin mengetengahkan motif hias pada pelipit bagian bawah dan atas,

masing-masing tanggung jawab, namun masih ada masalah umum terkait dengan kinerja kelembagaan ini seperti Kuantitas dan Kualitas Sumber daya manusia yang ada masih jauh

sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam

Dalam hal ini nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelompokan RVI bangunan berdasarkan bentuk atap tidak