• Tidak ada hasil yang ditemukan

RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA

SEBAGAI SUMBER IDE

DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

PENGANTAR TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh TANTI ANIFAH

C0608010

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA

SEBAGAI SUMBER IDE

DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

Disusun oleh

TANTI ANIFAH C0608010

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Drs. Edi Wahyono, M.Sn. NIP. 195107121982031001

Pembimbing II

Novita Wahyuningsih, S.Sn NIP. 197907122005012002

Mengetahui

Ketua Jurusan Seni Rupa Murni

(3)

commit to user

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Tanti Anifah NIM : C0608010

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul Rasi Bintang dan Pranata Mangsa sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Keramik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Tugas Akhir ini diberi tanda citasi

(kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Allah SWT., yang telah menciptakan alam semesta.

Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah memberi suri tauladan bagi umat

manusia.

(6)

commit to user

vi

MOTTO

“Segala keberhasilan, segala kekayaan berawal dari sebuah pemikiran”.

(Napoleon Hill)

“Semua usaha pasti ada hasilnya”.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan pada Program Strata-1

jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret.

Pengantar Karya yang telah disusun ini diharapkan dapat membuka

wawasan baru terutama bagi penulis dan semua pihak yang terkait. Penulisan

Pengantar Karya ini disusun atas masukan, saran, serta bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed. Ph. D., selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa.

2. Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn., selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Murni

Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Bapak Drs. Edi Wahyono, M.Sn., selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan pengetahuan, pengalaman dan pengarahan tentang seni keramik.

4. Ibu Novita Wahyuningsih, S.Sn, selaku pembimbing II yang selalu

memberikan masukan dan bimbingan dalam proses penyusunan Pengantar

Karya Tugas Akhir ini.

5. Bapak Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum., selaku Koordinator Tugas Akhir.

6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberikan ilmunya, sehingga dapat

(8)

commit to user

viii

7. Bapak, Ibu dan Adik-adikku tercinta, terimakasih atas semua yang diberikan.

8. Bapak Drs. Arfial Arsad Hakim M.Sn, selaku pembimbing akademik yang

selalu memberikan pengarahan dan bimbingannya.

9. Bapak Joko Lulut Amboro, S.Sn, M.Sn, dan Ibu Dona Prawita, S.Sn. M.Hum.

selaku dosen praktik studio keramik yang juga selalu mengarahkan dan

memberikan saran-sarannya.

10.Sdr. Yudhitira yang selalu sabar menemani dan ikut mengarahkan.

11.Rita dan MAMIWITA group yang setia berteman selama ini.

12.GAPURO dan Sahabat-sahabatku Seni Rupa Murni angkatan 2008, adik-adik

dan kakak tingkat tingkat (Dias Tanti, Anjas, Ervan, Kholid dan

kawan-kawan)

13.Tak lupa, semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah penulis buat ini masih ada

kekurangan. Tetapi niat baik menjadi dasar untuk selalu semangat dalam

menyelesaikan tugas akhir ini, Alhamdulillah. Semoga tugas akhir ini bermanfaat

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Oktober 2012

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN MOTTO... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK………... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penulisan ... 4

E. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengaruh Rasi Bintang dalam Pranata Mangsa ... 6

(10)

commit to user

x

2. Pranata Mangsa………... 7

a. Kosmografis Pranata Mangsa………...…… 8

b. Penanda Alam……….……..….... 9

c. Pranata Mangsa sebagai Pedoman Kaum Tani (Primbon)... 11

d. Kesimpulan ………... 15

B. Keramik ... 16

1. Pengertian Keramik dan Seni Keramik ... 16

2. Unsur Bahan dan Komposisi Bahan Keramik ... 18

(11)

commit to user

xi

4. Penyajian Karya ... 42

C. Diskripsi Karya ……… 43

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55

(12)

commit to user

xii DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Uji Glasir... 35

2. Gambar 2. Proses Penggilingan Tanah Liat... 36

3. Gambar 3. Tanah Liat Setelah Disaring dan Diendapkan... 36

4. Gambar 4. Pengulian Tanah Liat... 37

5. Gambar 5. Proses Pembakaran... 40

6. Gambar 6. Proses Penglasiran... 41

7. Gambar 7. Swan 1... 43

8. Gambar 8. Swan 2…… ... 44

9. Gambar 9. Swan 3…. ... 45

10.Gambar 10. Swan4…. ... 46

11.Gambar 11. Dewi Lanjar 1 ...47

12.Gambar 12. Dewi Lanjar 2 ...48

13.Gambar 13. Sapi Gumarang ... 49

14.Gambar 14. Musim Kupu-Kupu... 50

15.Gambar 15. Gugur ………. ... 51

(13)

commit to user

xiii

ABSTRAK

Tanti Anifah. C0608010. 2012. Rasi Bintang dan Pranata Mangsa sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Keramik. Tugas Akhir : Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu: (1) Bagaimana pengaruh rasi bintang terhadap pertanian di Jawa? (2) Bagaimana merumuskan gagasan atau konsep berkarya dengan peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim? (3) Bagaimana konsep perwujudan karya peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim dalam karya keramik?

Tujuan Tugas Akhir ini adalah: (1) Mendiskripsikan pranata mangsa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai pergantian musim. (2) Merumuskan gagasan berkarya sebagai pengantar dalam penciptaan karya tugas akhir. (3) Merumuskan konsep perwujudan karya.

Implementasi yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah Implementasi Teoritik dan Implementasi Visual. Implementasi Teoritik mencakup tinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi Visual mencakup bahan, konsep bentuk, proses, teknik dan penyajian karya.

Dasar pembuatan karya keramik ini adalah pengetahuan tentang rasi bintang dan

pranata mangsa untuk dapat dituangkan atau diekspresikan lewat karya dengan media keramik.

Karya yang dibuat merupakan perwujudan dari beberapa nama mangsa dan penanda-penanda alam yang mengikutinya. Teknik yang digunakan adalah teknik pijit (pinch) dan cetak tekan, dengan pertimbangan lebih mudah dlam membentuk karya.

Dalam pembuatan karya keramik ini, penulis memvisualkan dengan stilasi yaitu menggayakan dan distorsi pada bagian-bagian tertentu.

(14)

RASI BINTANG DAN PRANATA MANGSA SEBAGAI SUMBER IDE

DALAM PENCIPTAAN KARYA KERAMIK

Tanti Anifah1

Drs. Edi Wahyono, M.Sn.2 Novita Wahyuningsih, S.Sn.3

ABSTRAK

2012. Pengantar Karya Tugas Akhir Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu: (1) Bagaimana pengaruh rasi bintang terhadap pertanian di Jawa? (2) Bagaimana merumuskan gagasan atau konsep berkarya dengan peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim? (3) Bagaimana konsep perwujudan karya peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim dalam karya keramik? Tujuan Tugas Akhir ini adalah: (1) Mendiskripsikan pranata mangsa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai pergantian musim. (2) Merumuskan gagasan berkarya sebagai pengantar dalam penciptaan karya tugas akhir. (3) Merumuskan konsep perwujudan karya.

Implementasi yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah Implementasi Teoritik dan Implementasi Visual. Implementasi Teoritik mencakup tinjauan karya secara teoritik dan konseptual penulis. Implementasi Visual mencakup bahan, konsep bentuk, proses, teknik dan penyajian karya.

Dasar pembuatan karya keramik ini adalah pengetahuan tentang rasi bintang dan pranata mangsa untuk dapat

1

Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni dengan NIM C0608010 2

Dosen Pembimbing I 3

Dosen Pembimbing II

dituangkan atau diekspresikan lewat karya dengan media keramik.

Karya yang dibuat merupakan perwujudan dari beberapa nama mangsa dan penanda-penanda alam yang mengikutinya. Teknik yang digunakan adalah teknik pijit (pinch) dan cetak tekan, dengan pertimbangan lebih mudah dlam membentuk karya.

(15)

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia secara geografis merupakan Negara kepulauan yang sering disebut

archipelago. Negara yang terdiri darirangkaian kepulauan yang indah terbentang di sepanjang garis khatulistiwa. Wilayahnya beriklim tropis. Dalam satu tahun terjadi

pergantian dua musim, yaitu musim penghujan yang dimulai dari bulan Oktober

hingga april. Dan musim kemarau yang dimulai dari bulan November hingga Maret.

Indonesia memiliki tanah yang subur karena pergantian musim yang berulang secara

teratur. Kondisi inilah yang selanjutnya membuat sebagian besar penduduk di

Indonesia bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan. Kehidupan yang

berkelanjutan dari generasi kegenerasi muncul beragam tradisi dan budaya.Termasuk

di dalamnya adalah adat istiadat.

Petani dan nelayan bekerja sesuai dengan kondisi dan peristiwa alam yang

terjadi di dalamnya. Secara sederhana bisa dinyatakan, ketika musim penghujan

datang, dapat di anggap sebagai tanda musim tanam bagi para petani. Sedangkan bagi

para nelayan didalam kehidupan profesinya, selain menggunakan musim sebagai

tanda, mereka juga memanfaatkan fenomena alam yang disebut pasangsurut.

Selain tanda-tanda alam, para petani dan nelayan juga memanfaatkan gejala

alam yakni posisi matahari dan jajaran bintang yang juga digunakan sejak zaman

dahulu untuk menandai terjadinya pergantian musim. Kemunculnya rasi bintang

(16)

commit to user

2

Munculnya rasi bintang Waluku, merupakan pertanda saatnya memanen padi untuk para petani. Ketika rasi bintang Biduk Selatan yang muncul, saatnya menanam

umbi-umbnian bagi para petani. Sedangkan untuk para nelayan, ketika rasi bintang Waluku

muncul merupakan tanda bahwa nelayan akan memanen jenis ikan seperti Lemuru,

Bawal, Tongkol, Lobster, dan Ekor Merah. Ketika rasi bintang Biduk Selatan yang

muncul Nelayan memanen ikan Tenggiri, Tongkol, Tuna Madidihang, Lemuru, dan

Cucut.

Oleh masyarakat Jawa, setiap rasi bintang memiliki arti sendiri-sendiri.

Masyarakat Jawa tidak hanya menggunakan peristiwa rasi bintang saja dalam

menentukan musim. Ada beberapa peristiwa alam lain yang menyertai ketika rasi

bintang muncul. Misalnya ketika rasi bintang Waluku muncul, akan disertai dengan pohon Asam yang bersemi, Laron-laronmulai berterbangan, Lempuyang dan Kunyit,

mulai muncul Rebung. Ketika rasi bintang Lumbung atau Gubuk Penceng muncul, disertai dengan peristiwa angin berhembus dari utara ke selatan, tanaman Ketela

mulai menjalar, dan udaranya panas (http://archive69blog.blogspot.com/2011/12/

pranata-mangsa-petani-zaman-baheula.html

.

).

Masyarakat Jawa hidup dan bekerja selaras dengan alam. Manusia dan alam

memiliki hubungan yang erat yang menurut Anton Bakker bahwa manusia secara objektif tidak hanya merupakan bagian dunia saja, tetapi manusia menguasai dirinya

dan korelasinya dengan yang lain yang dihayati dalam dunia. Jadi dunia tidak dapat

dipakai tanpa manusia, demikian juga sebaliknya, manusia dan dunia saling

(17)

commit to user

Sehingga dalam sebuah masyarakat tanpa pendukung alam dan isinya tidak

akan terjadi sebuah kebudayaan didalamnya begitu pula sebaliknya, tanpa manusia

maka alam tidak akan menciptakan kebudayaan. Sehingga alam menjadi sarana

masyarakat menciptakan budaya, sebagai kumpulan gagasan, yang menunjukkan

proses penyelidikan terus-menerus bagi landasan tindakan pengetahuan. Alam ini

adalah hasil upaya manusia untuk menghubungkan berbagai makna dalam

pengalaman, dalam cara meneguhkan pengalaman-pengalaman yang bernilai, serta

dengan melakukan penyelidikan dan pengujian untuk menentukan apa yang terbukti

yang akan terus bernilai (Laksono, 1997:2).

Melihat keselarasan antara manusia dan alam dalam masyarakat Jawa, maka

penulis ingin mengabadikan peristiwa-peristiwa yang terjadi menyertai saat

kemunculan rasi bintang tertentu sebagai penanda sebuah musim. Peristiwa-peristiwa

alam tersebut, akan diabadikan kedalam karya seni keramik. Dengan media tanah liat

penulis dapat menciptakan karya seni keramik tiga dimensional.

B. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis akan membatasi pada kalender

musim menurut orang Jawa, atau yang sering disebut sebagai pranata mangsa.

Penulis hanya membahas tentang peristiwa-peristiwa alam, khususnya rasi bintang

posisi matahari yang dijadikan penanda oleh masyarakat Jawa dalam mengenali

(18)

commit to user

4

C. Rumusan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengambil rumusan permasalahan:

1. Bagaimana pengaruh rasi bintang terhadap pertanian di Jawa?

2. Bagaimana merumuskan gagasan atau konsep berkarya dengan

peristiwa alam sebagai penanda pergantian musim?

3. Bagaimana konsep perwujudan karya peristiwa alam sebagai penanda

pergantian musim dalam karya keramik?

D. Tujuan Penulisan

Penulis dalam menyusun tulisan ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya

yaitu:

1. Mendiskripsikan pranata mangsa yang digunakan masyarakat Jawa untuk menandai pergantian musim.

2. Merumuskan gagasan berkarya sebagai pengantar dalam penciptaan

karya Tugas Akhir.

3. Merumuskan konsep perwujudan karya.

E. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penciptaan karya seni keramik dengan mengambil tema rasi

bintang dan pranata mangsa bagi penulis diantaranya adalah:

1. Sebagai pegangan gagasan berkarya keramik dengan konsep “Rasi

(19)

commit to user

2. Memperkaya uraian tentang “Rasi Bintang dan Pranata Mangsa

sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Keramik”.

(20)

commit to user 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengaruh Rasi Bintang dalam Pranata Mangsa

1. Rasi Bintang

Pemandangan yang cerah pada malam hari, menampakkan cahaya yang

muncul dari berbagai macam bintangdi langit. Pemandangan itu tentunya juga dapat

diamati dari berbagai belahan bumi manapun secara langsung ketika cuaca langit

dalam keadaan cerah. Posisi bintang di langit, tampak ada yang bergerombol

membentuk satu kelompok yang relatif tetap, sehingga seolah-olah membentuk

“gambar” tertentu, jika pada bintang itu ditarik garis imajiner, misalnya ada yang

berbentuk perahu, layang-layang, bahkan gambar imajinasi tentang binatang dan

manusia. Selain bintang yang posisinya bergerombol, banyak juga bintang yang

dalam posisinya selalu tampak menyendiri dengan sinarnya yang sangat cerah, salah

satunya secara umum dikenal sebagai bintang Pagi atau sering juga disebut bintang

Timur. Kala malam hari bintang Timur sering disebut sebagai bintang Kejora.

Bintang yang bergerombol dilangit dan secara visual imaginer posisinya

membentuk beragam gambar itu dalam istilah astronomi disebut rasi bintang atau

konstelasi bintang. Orang-orang pada masa lalu telah menggolongkan

bintang-bintang yang bergerombol menjadi rasi bintang-bintang yang pada masing rasi juga telah

diberi nama. Melalui pengamatan, bangsa-bangsa mulai menemukan bahwa rasi

bintang dapat dijadikan sebagai penanda dalam perhitungan waktu (Danang Endarto,

(21)

commit to user 2. Pranata Mangsa

Sebagian besar Petani di Pulau Jawa juga menggunakan sistem penanggalan

pertanian yang disebut pranata mangsa, yang dasarnya adalah tahun surya. Tahun yang didasarkan pada gerak tahunan matahari.

Pranata mangsa merupakan pedoman kerja bertani yang bersifat musiman. Petani menggunakan pedoman pranata mangsa demi keselamatan usahanya dalam bertani. Mengamati dan memperhatikan alam sebagai penentu apa yang akan terjadi,

dan membuat petani mengerti apa yang seharusnya mereka tanam dan mereka

lakukan.

Pranata mangsa yang artinya “pengaturan musim”, banyak dipakai oleh masyarakat yang tinggal disekitar wilayah sekitaran Gunung Merapi dan Merbabu.

Kawasan ini memiliki tipe iklim tropika dengan perbandingan musim basah dan

musim kering yang cukup seimbang, sehingga menguntungkan pertanian padi basah.

Pranata mangsa memilikin pertalian yang mengagumkan antara aspek-aspeknya yang bersifat kosmografis, bioklimatologis yang mendasari kehidupan

sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat bertani di pedesaan. Sebagai keseluruhan

Pranata mangsa mencerminkan ontology menurut konsepsi Jawa serta archetype

alam pikiran petani Jawa yang dilukiskan dengan berbagai lambang yang berupa

watak-watak mangsa dalam peristilahan kosmologis yang mencerminkan harmoni antara manusia, kosmos dan realitas.

Menurut sejarahnya sistem penanggalan yang diwariskan turun-temurun ini

(22)

commit to user

8

bertujuan untuk menguatkan sistem penanggalan yang mengatur tata kerja kaum tani

dalam mengikuti peredaran musim dari tahun ke tahun (N. daldjoeni, 1983: 3).

a. Kosmografis Pranata Mangsa

Pranata mangsa memiliki latarbelakang kosmografi (pengukuran posisi benda langit), Bintang dan Matahari merupakan benda alam, Karena peredaran

Matahari dalam setahun menyebabkan perubahan musim, pranata mangsa juga

memiliki sejumlah penciri klimatologis.

Menurut Daldjoeni pranata mangsa yang dibakukan oleh Sri Susuhunan Paku Buwana VII dibagi kedalam 12 mangsa. Setiap mangsa

memiliki rasi bintangnya masing-masing yaitu:

1. Mangsake-satu (kasa) bintangnya Sapi Gumarang 41 hari, dimulai tanggal 22 Juni.

2. Mangsa kedua (karo) bintangnya Tagih 23 hari, dimulai tanggal 2 Agustus. 3. Mangsa ketiga (katelu) Lumbung 24 hari, dimulai tanggal 25 Agustus.

4. Mangsa keempat (kapat) Jaran Dawuk 25 hari, dimulai tanggal 19

7. Mangsa ketuju (kapitu) Bimasakti43 hari, dimulai tanggal 23 Desember. 8. Mangsa kedelapan (kawolu) Wulanjar Angirim 26 hari, dimulai tanggal 14

(23)

commit to user

9. Mangsa kesembilan (kasanga) Wuluh 25 hari, dimulai tanggal 1 Maret. 10. Mangsa kesepuluh (kasapuluh) Waluku 24 hari, dimulai tanggal 26 Maret. 11. Mangsa kesebelas (desta) Lumbung 23 hari, dimulai tanggal 19 April. 12. Mangsa keduabelas (saddha) Tagih 41 hari, dimulai tanggal 12 mei.

Jumlah mangsa dalam pranata mangsa pada awalnya hanya 10 mangsa saja dikarenakan pada mangsa desta dan sada tidak memiliki bintang yang khas. Bintang ke-dua mangsa tersebut sama dengan bintang pada mangsa karo dan katelu, yakni

Lumbung dan Tagih. Disamping itu, untuk menentukan saat mulai dan berakhirnya masing-masing musim yaitu dengan cara mengukur panjangnya bayangan manusia

pada tengah hari atau tanda-tanda rasi bintang dilangit pada malam hari. Dalam

setahun mangsa diklasifikasikan atas empat mangsa utama yaitu: terang (82 hari),

semlah (99 hari), udan (86 hari), pangarep-arep (98 hari) (N. daldjoeni,1983:4-9). b. Penanda Alam

Pranata mangsa merupakan sarana yang digunakan oleh para petani untuk meramalkan cuaca. Petani berusaha mengikuti irama musim yang berlangsung untuk

mensukseskan usaha pertaniannya. Seperti yang dikatakan oleh Daldejoeni dalam

bukunya bahwa berdasarkan gejala-gejala alami yang menyolok, (sebagai reaksi

makhluk terhadap pergantian mangsa menurut perubahan lintasan matahari) dapat dirumuskan berbagai watak mangsa. Sejajar dengan kondisi alam pada tiap

mangsanya, seperti:

1. Mangsa kesatu, sotya murca ing embanan (ratna jatuh dari tatahan) menggambarkan dedaunan mulai gugur. Gejala alam yang menyertai dedaunan

(24)

commit to user

10

2. Mangsa kedua, bantala rengka (tanah retak) Musim ini tanaman palawija mulai tumbuh, pohon randu dan daun mangga mulai bersemi, tanah banyak yang retak.

3. Mangsa ketiga, suta manut ing bapa artinya, karena pada musim ini tanaman

lung-lungan mulai menjalar, disini lung-lungan diumpamakan anak (suta)

lanjaran artinya bapa.

4. Mangsa keempat, wasspo kumembang jroning kalbu artinya, sumber-sumber mulai kering, air mata diibaratkan air, kalbu adalah hati yang diibaratkan sumber

mata air. Gejala alam yang menyertai hawa panas musim ini mulai panen

palawija, tanaman bambu, uwi, gadung, kunci dan lain-lainnya mulai tumbuh. 5. Mangsa kelima, pancuran emas sumawur ing jagadartinya,pancuran diibaratkan

hujan, sumawur tersebar di bumi. Hawa nya mulai dingin, pohon asam jawa mulai bersemi, ular, lalat bermunculan, panen mangga.

6. Mangsa keenam, rasa mulyo kasucen artinya, musim banyak buah-buahan. Keadaan alam rambutan, durian, dan manggis mulai masak. Saatnya mengolah

sawah, menyebar benih padi di Sawah.

7. Mangsa ketujuh, wisa kentar ing marutoartinya, bisa larut oleh angin, musim banyak penyakit. Musim banyak hujan, sungai-sungai mulai meluap, banjir, para

petani mulai menanam padi di Sawah.

8. Mangsa kedelapan, ajrah jroning kayun (tersiar dalam kehendak) artinya musim kucing kawin, sebab hatinya senang dan bergairah. Hawanya mulai panas,

(25)

commit to user

9. Mangsa ke-embilan, wedare wacana mulya (keluarnya sabda mulya) artinya saatnya jangkrik dan gangsir mulai berbunyi (ngentir) gareng mulai berbunyi

ngereng.

10.Mangsa kesepuluh, gedong minep jroning kalbu (gedong tertutup dalam kalbu) pada musim ini masanya binatang bunting. Padi mulai menguning, panen padi,

burung-burung kecil mulai membuat sarang, mengeram dan menetas.

11.Mangsa kesebelas sotya sinarawedi (intan diasah) artinya, sotya diumpamakan anak burung, sinar wedi artinya disuapi sebab dimasa ini burung-burung mulai menyuapi anak-anaknya. Para petani mulai panen raya, panen padi dan tanaman

pala pendhem ketala, umbi-umbian.

12.Mangsa keduabelas tirta sah saking sasana (air lenyap dari tempatnya) artinya air pergi atau pisah dari tempatnya. Disini air diibaratkan keringat, sasana

diumpamakan badan, maka dimusim ini orang jarang keringatan, sebab udaranya

dingin (Sindhunata, 2009: 59-70).

c. Pranata Mangsa Sebagai Pedoman Kaum Tani (Primbon)

Pranata mangsa sering dikaitkan dengan primbon. Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia primbon adalah kitab yang berisi ramalan dan pengetahuan tentang

perhitungan hari. Kebanyakan orang menganggap hal tersebut merupakan tahayul.

Padahal, hal tersebut merupakan pengaruh dari kondisi alam pada mangsa tersebut.

Misalkan, boyongan rumah pada mangsa katelu menjadi pantangan, karena akan berakibat cekcok dengan istri, gampang kemasukan pencuri, atau rumah akan

terbakar. Hal tersebut memang masuk akal. Dengan kondisi paceklik, alam serba

(26)

commit to user

12

pula takhayul yang mengatakan bahwa bayi yang lahir pada mangsa kesepuluh, maka

bayi tersebut akan memiliki sifat clemer atau suka mencuri. Penjelasannya mungkin karena pada masa yang mendekati panen padi, sang ibu suka mencuri padi di sawah

karena kondisi ekonomi rumah yang jelek. Hal tersebut mempengaruhi psikologis

anak dalam rahim sang ibu.

Kondisi psikologis seseorang memang banyak dipengaruhi dengan keadaan

alam di sekitarnya, kadang-kadang bertalian dengan kondisi unsur-unsur iklim pada

suatu mangsa.Misalnya menurut primbon, mangsa ke-sepuluh merangsang rasa lesu dan marah, tetapi anehnya akhir mangsa ke-tiga tidak demikian; padahal lintasan matahari untuk pulau Jawa sama-sama mendekati yang zenital.

Pada mangsa ke-sepuluh (april) presentase lengas udara relatif, ternyata paling

tinggi untuk jawa tengah (75% sampai 80%) sedang selama mangsa ke-tiga (kasa, karo, katelu) meskipun suhu-suhunya serba maksimal, lengas udara relatif hanya 60% sampai 75% saja. Sudah selayaknya bahwa dalam bulan-bulan kering tersebut

menurut primbon manusia dikatakan ladak ati (kasa), terang ati, latip (karo) dan

pating klesik amemikir wuwuhe (katelu). Jelaslah bahwa suhu-suhu yang tinggi (29ºC - 30ºC), kekurangan air dan paceklik, yang kesemuanya dinamakan mangsa semlah, manusia masih mengharapkan segala pemecahan segala masalahnya. Tidakkah pada

masa mengarungi masa-masa habis harapan, sebenarnya pertolongan telah dekat.

(27)

commit to user

Menurut Daldjoeni berikut merupakan pengaruh sifat-sifat psikologis manusia

dalam setiap musimnya:

1. Mangsa katiga yaitu mangsa kesatu, kedua dan ketiga. Sikap batin manusia prihatinyang dilambangkan dengan warna kuning, pada mangsa ini merupakan

musim kering tidak ada air, kurang pangan.

2. Mangsa labuh yaitu mangsa keempat, kelima, dan keenam. Sikap batin manusia penuh keinginan yang dilambangkan dengan warna merah. Pada masa labuh ini

merupakan musim yang banyak air, petani berlomba-lomba untuk menanam

tanaman pangan.

3. Mangsa rendheng yaitu mangsa ke-tujuh, kedelapan, dan kesembilan. Sikap batin manusia tenteram yang dilambangkan dengan warna putih. Musim-musim ini

merupakan musim-musim setelah menanam dan keadaan alamnya pun masih

dingin (anyep), sehingga petani merasa sedikit santai setelah berhasil menanam. 4. Mangsa mareng yaitu mangsa ke-sepuluh, kesebelas, dan keduabelas. Sikap batin

manusia waspada yang dilambangkan dengan warna hitam. Pada masa ini petani

mulai panen padi. Petani harus waspada dengan tanaman padinya akan bahaya

pencuri maupun hama sawah yang dapat merusak panenannya (N. Daljoeni,

1983:16 -23).

Tiap-tiap mangsa memiliki watak-wataknya yang khas yang perumusannya didasarkan atas gejala-gejala alam dan yang dicerminkan pula oleh perilaku tanaman,

hewan, pemikiran serta emosi manusia yang dominan menurut musimnya. Hilangnya

suatu indikasi musim yang khas, baik yang berupa gejala meteorologis tertentu

(28)

commit to user

14

dalam tata kosmos. Ini diduga akan mengakibatkan terganggunya keseimbngan irama

kerjasama antara unsur-unsur lainnya.

Dalam primbon dikenal juga Naga bulan yakni sebagai berikut:

No Mangsa Bulan Naga berada di

1 2, 3, 4 Puasa, Sawal, Dulkaidah Selatan

2 5, 6, 7 Besar, Sura, Sapar Barat

3 8, 9, 10 Robiulawal, Robiulakir, Jumadilawal Utara 4 11, 12, 1 Jumadilakir, Rejeb, Ruwah Timur

Dalam primbon, musim diasumsikan sebagai Naga, dimana musim memiliki

kepala, perut dan ekor. Kepala atau perut merupakan arah yang dihindari, karena

kepala merupakan bagian yang dianggap bahaya oleh masyarakat Jawa. Mereka akan

bergerak menuju ekor atau punggung naga untuk lebih selamat. Jika bepergian jauh,

pindah rumah, janganlah duduk diatas kepala dan perut naga, sebaiknya duduk diatas

ekor atau punggung naga. Adapun pergerakan naga adalah sebagai berikut:

(29)

commit to user

Sebab itu maka petani memperhatikan segala gejala yang dilihatnya sebagai

penyimpangan dari yang biasa. Misalnya naiknya semut secara demonstratif ke atap,

berbondong-bondong sepanjang hari sebelum mangsanya yang semestinya, ditangkap

oleh petani sebagai pertanda akan datangnya hujan lebat bahkan banjir bandang.

Sarang-sarang lebah yang dikonstruksikan horizontal memberikan pertanda bahwa

musim rendheng yang bersangkutan tak akan begitu basah. d. Kesimpulan

Sejak zaman dahulu rasi bintang telah dijadikan sebagai penanda dalam

perhitungan waktu. Di Indonesia khususnya di pulau Jawa, dikenal pula perhitungan

waktu yang digunakan oleh kaum tani yang berupa pranata mangsa. Petani menggunakan pedoman pranata mangsa demi keselamatan usahanya dalam bertani.

Pranata mangsa merupakan sarana yang digunakan oleh para petani untuk meramalkan cuaca. Petani berusaha mengikuti irama musim yang berlangsung untuk

mensukseskan usaha pertaniannya. Mereka berusaha mempelajari kejadian-kejadian

yang terjadi di alam yang berulang setiap tahunnya.

(30)

commit to user

16

hewan, pemikiran serta emosimanusia yang dominan menurut musimnya. Semua

musim berjalan sesuai dengan urutannya sehingga apabila terjadi sebuah

penyimpangan salahsatu musim maka akan mengganggu keseimbangan antara

semuanya.

Selain pranata mangsa dikenal pula naga bulan, dalam kalender Jawa musim diasumsikan sebagai Naga, dimana musim memiliki kepala, perut dan ekor. Kepala

atau perut merupakan arah yang dihindari, karena kepala merupakan bagian yang

dianggap bahaya oleh masyarakat Jawa. Mereka akan bergerak menuju ekor atau

punggung naga untuk lebih selamat. Jika bepergian jauh, pindah rumah, janganlah

duduk diatas kepala dan perut naga, sebaiknnya duduk diatas ekor atau punggung

naga. Masyarakat Jawa melakukan hal-hal tersebut demi kenyamanan dan keamanan

dalam menjalani hidup. Mereka memiliki pedoman-pedoman yang digunakan

berdasarkan penanda-penanda yang dikeluarkan oleh alam.

B. Keramik

1. Pengertian Keramik dan Seni Keramik

Keramik merupakan benda yang sering dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Keramik sebenarnya sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Hal tersebut

terbukti dengan banyak ditemukannya benda-benda keramik berupa mangkuk, periuk

dan sebagainnya.

Walaupun keramik sudah dikenal sejak lama, namun banyak yang tidak

mengerti apa itu keramik. Keramik berasal dari bahasa Yunani “keramos’ yang

berarti “tanah liat” atau dari kata “keramikos” yang berarti bahan yang telah dibakar.

(31)

commit to user

yang dibuat dari lempung melalui proses pembentukan, pengeringan serta

pembakaran yang bertujuan atau mempunyai kecenderungan sebagai wadah dan

benda-benda lainnya yang merupakan ungkapan bebas (Bambang Prasetyo, 1974: 1).

Selain itu dijelaskan pula dalam kamus lengkap bahasa Indonesia bahwa

keramik adalah tanah liat yang diaduk dan dicampur dengan bahan mineral lainnya

Pengalaman batin tersebut, disajikan secara ”indah” atau menarik

sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual” (Mikke Susanto, 2001: 101-102).

Sedangkan Suryo Suradjijo mengatakan bahwaseni merupakan suatu kegiatan

dimana seorang kreator atau seniman mencipta atau mengekspresikan yang ada dalam

pikirannya pada suatu bidang. Baik yang bersifat dua dimensi ataupun tiga dimensi,

secara sadar dengan perantara tanda-tanda lahiriah tertentu yang menyampaikan

perasaan, ide dan realitas yang mampu dicerna dan dinikmati oleh orang lain (Suryo

Suradjijo, 1987: 21).

Dharsono Sony Kartika juga menambahkan bahwa seni merupakan ungkapan

pengalaman emosional dan atau ungkapan pengalaman batin sang seniman yang

(32)

commit to user

18

simbolis yang dapat ditangkap oleh penghayatnya, dengan cara memahami setiap

lambang yang diinformasikan oleh seniman dalam wujud karyanya. Walaupun secara

ideal seni merupakan ekspresi pribadi setiap seniman, namun setelah karya itu lahir,

maka karya tersebut akan merupakan forma atau bentuk yang siap untuk dihayati atau

dinikmati sebagai konsumsi hayatan (Dharsono Sony Kartika, 2004: 7).

Jadi seni merupkan ungkapan atau curahan perasaan yang dirasakan oleh

seorang seniman, yang dibuat dalam sebuah bidang baik dua dimensi maupun tiga

dimensi, untuk disampaikan kepada orang lain agar orang lain dapat ikut merasakan

apa yang dirasakan oleh sang seniman. Seni juga merupakan ungkapan pengalaman

batin seorang seniman.

Dalam dunia seni, khususnya seni rupa ada berbagai macam jenis-jenis seni.

Salah satunya adalah seni keramik. Menurut Ensiklopedi Indonesia, pengertian seni

keramik adalah suatu hasil dari produk seorang seniman dalam proses penciptaan

karya dari bahan tanah liat, dapat juga dalam berbagai komposisi campuran material

alam, misal: pasir, kaolin, Feldspard. Campuran bahan-bahan tersebut setelah dibentuk dengan tangan atau disekat, lalu dikeringkan dan kemudian dibakar pada

suhu tertentu, dan suhu berkisar 700º C-1150ºC (Ensiklopedia Indonesia, 1990: 30).

2. Unsur Bahan dan Komposisi Bahan Keramik

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan keramik terdiri dari beberapa

unsur yang harus terpenuhi. Unsur-unsur dalam bahan keramik terdiri atas bahan

pengikat, bahan pengisi, bahan pelebur, dan bahan-bahan tambahan.

Bahan pengikat yang dimaksut adalah lempung, bahan pengikat atau lempung

(33)

commit to user

karakteristik yang menentukan kemudahan dan kualitas bahan keramik yaitu

menentukan keplastisan, walaupun plastis dapat dicapai dari beberapa unsur lain.

Tetapi unsur pengikat tersebut merupakan faktor utama yang harus terpenuhi.

Bahan pengisi terdiri dari silica dan grog. Bahan ini mempunyai suhu bakar tinggi dengan susut kering rendah, disamping itu juga sebagai kerangka, dan

mengurangi susut kering bakar.

Bahan pelebur biasanya berupa Feldspard, bahan ini mempunyai sifat titik lebur tinggi. Fungsi dari bahan ini hampir sama dengan bahan pengisi, tetapi pada

produk akhirnya berfungsi sebagai pembentuk massa gelas, mengurangi prousitas,

dan menambah susut bakar. Bahan-bahan tersebut kemudian diolah sehingga menjadi

satu-kesatuan bahan keramik yang berkualitas.

Bahan keramik pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu,

bahan-bahan yang masih berada di tempat aslinya yang berupa batuan. Bahan-bahan

seperti ini sering disebut dengan bahan keramik dari tambang bahan sedimen yaitu

bahan tambang bahan keramik yang masih berada di tempat asalnya. Biasanya masih

berupa bahan-bahan batuan yang berwarna putih, setelah diolah dengan campuran

ballclay, tujuannya agar bahan keramik tersebut memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk. Umumnya warna tanah liat ini putih, dan bila dibakar, maka suhu panas

bakarnya mencapai 1300°C sebab mengandung bahan kaolin. Sedangkan jenis bahan

yang kedua adalah jenis bahan dari tambang endapan yang merupakan erosi dari

tanah sedimen atau tambang sedimen, yang berupa tanah liat earthenware. Jenis bahan tambang ini merupakan erosi atau endapan yang sudah bercampur dengan

(34)

commit to user

20

basah berwarna hitam kecoklatan dan setelah dibakar menghasilkan warna keramik

krem kecoklatan, suhu bakarnya ± 900 C. sehingga produk keramik yang dihasilkan

sangat mudah pecah (Ponimin, 2010:15-13).

Dalam pembuatan produk keramik dibutuhkan beberapa unsur bahan keramik,

baik sebagai bahan utama maupun bahan pendukung. Bahan utama pembuatan

keramik meliputi, ball clay atau tanah liat plastis, dan zat pengisi seperti, pasir kuarsa, pasir sungai, samot atau grog, serta Kaolin. Sedangkan bahan pendukung meliputi,

talk, Feldspard, dan bahan-bahan finising. a. Unsur Bahan Keramik:

1. Kaolin

Kaolin atau disebut china clay merupakan bahan baku yang paling dominan digunakan untuk pembuatan bahan keramik halus, berwarna putih, abu-abu, krem

hingga kuniang.

2. Ball clay

Adalah suatu tanah liat sedimen yang mempunyai butir-butir sangat halus,

biasanya mengandung bahan organik, dan juga mempunyai keplastisan yang tinggi,

kekuatan kering yang tinggi berwarna krem kecoklatan.

3. Feldspard

Adalah bahan tambang dalam kelompok batuan beku yang terdiri dari

senyawa alumina silika, bahan ini berfungsi sebagai bahan pelebur.

(35)

commit to user

Kuarsa juga disebut flint adalah salah satu unsure bahan pokok membuat

gelas atau kaca. Dalam proses glasir keramik, kwarsa berfungsi sebagai unsur

penambah kekuatan struktur badan keramik dan menambah kekerasan badan keramik

serta berfungsi sebagai unsur penggelas setelah dibakar.

5. Pasir Samot

Adalah zat pengisi dalam bodi keramik yang berfungsi untuk mengurangi

susut kering dan susut bakar serta memberi kekokohan bodi keramik ketika dibentuk

dan dibakar.

b.Pengolahan Bahan

Pengolahan bahan dilakukan agar didapatkan clay keramik yang berkualitas baik. Proses pengolahan bahan juga bertujuan untuk mensterilkan tanah dari kotoran,

sampah, kerikil dan benda-benda yang nantinya dapat menyebabkan tanah tidak

menyatu, sampah atau kerikil tersebut memisahkan partikel yang ada pada tanah,

sehingga akan menyebabkan karya pecah atau retak baik sebelum karya keramik

dibakar atau sesudah dibakar.

Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu basah dan kering.

Penghalusan atau penyeragaman partikel dilakukan dengan pengolahan secara

manual ataupun masinal. Pengolahan manual dilakukan dengan cara menginjak-injak

tanah liat hingga menjadi plastis, ulet dan halus. Sedangkan secara masinal dengan

menggunakan mesin giling (ball mill).

Dalam pengolahan bahan ini proses yang harus dilakukan antara lain:

(36)

commit to user

22

pengurangan kadar air dan pengulian atau penguletan tanah hingga tercapai tingkat

kemantapan plastisitas bahan untuk dibentuk.

c. Teknik

Karya keramik dapat dibuat degan berbagai cara. Ada beberapa teknik dalam

pembuatan karya keramik diantaranya yaitu: pembentukan tangan langsung (hand building), teknik putar (throwing) dan teknik cetak (casting).

Teknik pembentukan secara langsung dengan tangan merupakan teknik

pembentukan keramik untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan, hanya

membutuhkan penggunaan jari-jari tangan, yang dapat menghasilkan tekstur bekas

jari-jari tangan pada badan keramik, dan bentuknya tidak selalu simetris.

Dalam teknik pembentukan tangan langsung, menurut Ambar Astuti dalam

buku “Pengetahuan Keramik” (1997), ada beberapa cara yang dikenal yaitu:

1) Teknik pijit (pinching): tanah liat ditekan-tekan atau dipijit-pijit di antara ibu jari dan jari-jari tangan sambil dibentuk menjadi benda yang diinginkan.

2) Teknik pilin (coiling): tanah liat dipilin-pilin dengan jari-jari dan telapak tangan, sehingga membentuk pipa atau tali-tali silindris dengan besar diameter dan panjang pilinan sesuai yang dikehendaki. Pilinan-pilinan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk benda yang direncanakan.

3) Teknik lempeng (slabbing): membuat lempengan (lembaran) tanah liat dengan cara mengerol tanah liat dengan ketebalan sama. Kemudian pada lempengan-lempengan tersebut digambarkan pola-pola tertentu dan dipotong, untuk membentuk benda yang dikehendaki (Ambar Astuti, 1997: 34).

Teknik putar (throwing) biasanya digunakan untuk membuat dengan bentunk yang simetris, bulat silindris. Teknik ini biasanya digunakan oleh para pengrajin di

(37)

commit to user

Sedangkan teknik cetak, merupakan teknik yang biasanya digunakan untuk

membuat produk dalam jumlah yang banyak (masal) dengan ukuran yang sama dan

bentuk yang sama. Cetakan keramik biasanya menggunakan bahan dari gibs yang

memiliki daya serap yang cukup tinggi terhadap air.

d.Pembuatan Karya

Proses pembuatan karya dimulai dengan persiapan bahan, kemudian

pembentukan karya, finishing karya, pengeringan karya. Kemudian diakhiri dengan dua tahap pembakaran. Pembakaran pertama merupakan pembakaran bisquit dengan

suhu 700ºC- 900°C dan pembakaran yang kedua merupakan pembakaran glasir, yaitu

pembakaran yang bertujuan untuk menggelaskan atau pemberian lapisaan kaca untuk

memberi warna.

e. Pembakaran

Pembakaran adalah suatu reaksi yang cepat antara oksigen dengan elemen

bahan bakar yang menghasilkan panas sebagai akibat reaksi kimia antara elemen

bahan bakar dan oksigen.Sedangkan bahan bakar mempunyai elemen-elemen yang

bisa terbakar menghasilkan panas yaitu karbon hidrogen dan belerang. Pembakaran

merupakan proses terakhir yang menentukan berhasil atau tidaknya pembuatan benda

keramik. Tujuan pembakaran adalah mengubah benda mentah (greenware) menjadi benda keramik bisquit, mematangkan glasir, maupun mematangkan dekorasi glasir,

selain itu mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras dan kuat.

(38)

commit to user

24

bakar (kayu, batu bara, minyak maupun gas) atau listrik, dan dipergunakan untuk

membakar benda-benda keramik (Wahyu Gatot Budiyanto, 2008: 485-499).

Proses pembakaran keramik terdiri dari dua tahap:

1) Pembakaran Bisquit

Barang keramik dibakar pertama kali dengan suhu bakar 800oC. Pembakaran

ini merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu

benda dapat disebut sebagai keramik bisquit. Pembakaran bisquit merupakan

tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup keras, kuat, tidak larut air.

2) Pembakaran Glasir

Barang keramik yang telah dibakar biskuit dan sudah dilapisi glasir kemudian

dibakar pada suhu yang dibutuhkan untuk mematangkan bahan glasirnya.

Suhu untuk pembakaran glasir bermacam-macam, tergantung dari jenis tanah

atau badan dan jenis glasir yang dipakai.

Sedangkan pembakaran bisquit sendiri menurut Wahyu Gatot Budiyanto

dalam buku “Kriya Keramik” (2008) dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu:

a) Tahap penguapan (water smoking) yaitu tahap pelepasan air mekanis. Untuk menetapkan suhu berapa berakhirnya tahap pengeringan sangatlah sulit, tetapi

150oC dianggap sebagai suhu akhir tahap pelepasan air mekanis.

b) Tahap dehidrasi (pelepasan uap air), pembakaran dilakukan secara perlahan-lahan karena apabila pada tahap ini tungku terlalu cepat dipanaskan bisa

(39)

commit to user

terkombinasi secara kimia (chemically combine water) dilepaskan dari badan keramik pada suhu antara 200oC- 460oC.

c) Tahap oksidasi (pembakaran), terjadi pada suhu berkisar antara 400oC- 1100oC, saat tanah liat dibakar, apabila oksidasi kandungan karbon tak sempurna maka

akan mengakibatkan adanya bintik-bintik hitam dan lubang-lubang kecil pada

permukaan badan keramik. Hal ini akan berdampak pula pada aplikasi glasir

menjadi tidak merata.

d) Tahap vitrifikasi (penggelasan), pada tahap pematangan bodi ini suhu sekitar 900oC. Pada tahap ini terjadi peleburan dan rekristalisasi. Bila suhunya

dinaikkan lagi, leburan akan menembus ke pori-pori yang lebih dalam dan

menghasilkan bahan padat. Dalam proses monitoring harus diperhatikan sampai

suhu 1000oC, karena jika suhunya diatas titik vitrifikasi yaitu melebihi 1000oC akan keluar gas sehingga muncul gelembung yang kemudian melepuh, hal ini

karena flux dalam badan keramik mendidih.

e) Tahap soaking, menahan suhu pembakaran agar berada pada suhu tetap selama beberapa waktu ketika suhu matang telah dicapai (soaking period), tujuannya untuk meratakan suhu dalam tungku. Apabila proses soaking period dianggap telah cukup, tungku dapat dimatikan dan didinginkan dalam waktu yang cukup,

atau minimal 18 jam. Setelah tungku dingin dan mencapai suhu di bawah 100oC,

tungku dapat dibuka sedikit, beberapa saat kemudian barang-barang keramik

dapat dibongkar atau di keluarkan (Wahyu Gatot Budiyanto, 2008: 501).

Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran ditentukan oleh tiga faktor,

(40)

commit to user

26

dan kapasitas tungku pembakaran. Semakin besar kapasitas tungku pembakaran maka

makin lama waktu yang diperlukan untuk pembakaran.

f. Pengglasiran

Pengglasiran merupakan salah satu proses terakhir dalam pembuatan

keramik.Penglasiran dilakukan untuk mendapatkan efek mengkilat atau penggelasan

pada permukaan keramik. Menurut Ponimin glasir adalah suatu bahan atau teknik

penggelasan pada permukaan bahan keramik dari bahan utama feldspad yang terkena panas tinggi dan mengkristal atau menggelas, yaitu membentuk lapisan yang

menggelas atau mengkaca.

Penerapan glasir pada badan keramik dapat dilakukan dengan berbagai teknik

pengglasiran yaitu: teknik tuang (pouring), celup (dipping), semprot (spraying) dan kuas (brushing), tergantung bentuk dan ukuran benda keramik. Untuk benda-benda besar atau lebar lebih baik menggunakan teknik semprot, sedangkan untuk

benda-benda kecil atau sedang berongga seperti cangkir mangkok lebih baik glasirnya

menggunakan teknik celup.

Sebelum melaksanakan pengglasiran benda keramik, yang perlu diperhatikan

adalah mengetahui jenis badan tanah liat yang digunakan untuk membuat benda

keramik serta temperatur bakar glasir yang digunakan, hal ini penting karena dalam

mengglasir benda keramik harus ada kesesuaian antara jenis badan keramik dengan

temperatur glasir yang digunakan, apabila terjadi ketidak sesuaian maka badan

(41)

commit to user

Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengglasir benda keramik bisquit

adalah:

1) Membersihkan benda keramik bisquit dengan sikat, disemprot dengan

udara, atau dicuci dengan air sehingga bersih dari minyak dan debu.

2) Mengeringkan benda keramik bisquit agar dalam proses penggelasiran

badan benda keramik tersebut dapat menyerap glasir dengan baik.

Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan kualitas produk

yang dihasilkan. Oleh karena itu kecermatan dalam melakukan tahap demi

tahapsangat diperlukan untuk menghasilkan produk dengan kualitas memuaskan.

3. Pengertian Bentuk

Bentuk dalam sebuah karya seni merupakan totalitas dalam berkarya, subject matter yang telah dipilih hendaknya direalisasikan dalam suatu bentuk karya seni. Seperti yang dikatakan oleh Ocvirk dalam Tugas Akhir Yudhitira, lewat bentuk kita dapat mengerti keseluruhan karya seni. Bentuk adalah rancangan dari kumpulan

semua unsur yang membentuk karya seni. Unsur-unsur yang di maksud diatas sering

disebut perangkat visual atau unsur bentuk. Unsur bentuk tersebut terdiri dari: garis,

bidang, nilai-nilai (variasi dari gelap dan terang), tekstur, dan warna (Ocvirk, 1962 : 11).

Di dalam bidang keramik terjadi perubahan bentuk, diantaranya yaitu:

a. Stilasi

Adalah cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara

menggayakan setiap kontur pada objek atau benda yang digambar, tanpa

(42)

commit to user

28

gaya,corak atau mode (Soeryo Suradjijo, 1999: 78). Dalam karya keramik yaitu

pengembangan ragam bentuk tetapi tetap mempertahankan karakter utama.

b. Distorsi

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, distorsi diartikan sebagai

penyimpangan, atau terjadinya bentuk yang tidak diinginkan. Jadi distorsi dalam

karya keramik merupakan penyimpangan yang melanggar dari bentuk semula atau

bentuk yang benar dan perubahan yang terjadi pada nilai susut dan nilai kepadatan

yang sangat ditentukan oleh karakter tanah liat, selain itu perubahan fisik terletak

pada kapasitas bentuk dalam proses pengolahan karakter tanah.

Untuk mencapai keindahan, maka dalam suatu karya juga harus

memperhatikan unsur yang ada di dalam karya seni, yaitu garis, shape (bidang), gelap terang, warna, dan tekstur.

1) Garis

Pengertian garis menurut Feldman ada dua yaitu: garis dan garis secara umum. Garis adalah jejak yang terbuat oleh alat tajam seperti pena, pensil, krayon,

tongkat. Garis menunjukkan tindakan karena tindakan diperlukan untuk

menciptakannya. Garis pada umumnya mengarah atau berorientasi sebuah efek

atau pergerakan dapat di capai dengan serangkaian bidang, dimana tidak ada yang

mengimplikasikan arah. Garis yang dimaksud di sini adalah garis yang terbentuk

(43)

commit to user

Bidang merupakan garis yang tertutup menjadi batas-batas bidang Tapi

bentuk dapat dibuat tanpa garis: seperti seorang pelukis menetapkan area

warna atau pematung tidak menciptakan garis yang ditarik kedua contoh

tersebut tidak perlu garis untuk membuat bidang. Bidang memiliki kualitas

linier, jika perhatian tertuju pada batas-batas dari bidang tetapi kontur

biasanya membuat kita menyadari bentuk dengan menunjuk ke siluet daerah

terluar dari bidang (Feldman, 1967: 226). 3) Cahaya atau Gelap Terang

Gelap terang adalah efek cahaya yang mengenai suatu benda. Mata sensitif

terhadap cahaya, berinteraksi terhadapcahaya yang diserap, atau dipantulkan dari

objek untuk membentuk data sensor gambar. Cahaya sangat penting, karena tanpa

cahaya semua benda tidak dapat dilihat (Feldman, 1967: 233). 4) Warna

Warna merupakan salah satu elemen dasar yang sangat sensitif karena

kualitasnya sangat peka sekali terhadap reaksi emosional. Seperti yang dikatakan oleh

Otto Ocvirk bahwa warna merupakan suatu elemen yang sangat ekspresif, karena

kualitasnya yang sangat mempengaruhi emosi atau pesona langsung dan segera ( Otto Ocvirk, 1962 : 77 ).

Teori warna sering dikaitkan ketika menganalisis karya seni. Beberapa

teori warna terkait dengan persepsi psikologi daripada estetika. Disamping itu

telah berkembang didalam kebutuhan industri untuk klasifikasi pewarna dan

pigmen. Bagaimanapun juga, seniman bekerja dengan warna yang lebih memakai

(44)

commit to user

30

5) Tekstur

Tekstur adalah sifat suatu permukaan dari suatu benda atau bidang, yang

memberi karakter atas suatu benda atau bidang permukaan tersebut, apakah halus,

(45)

commit to user 30

BAB. III

KONSEP PENCIPTAAN

A. Implementasi Teoritis 1. Pokok-pokok Temuan

Selama proses dalam penciptaan karya keramik, penulis mengalami berbagai

pengalaman yang tak terduga. Dimulai dengan proses uji tanah. Proses pengujian

tanah dilakukan dengan membuat 36 campuran. Yang masing memiliki kandungan

tanah Boyolali, Pacitan dan Kaolin dengan prosentase yang berbeda atau dengan

menggunakan metode triaxial blanding. Dari 36 campuran tersebut dipilihlah tanah dengan nomor campuran 13 dengan prosentase tanah Boyolali 40%, tanah Pacitan

30%, dan Kaolin 30%, tanah tersebut memiliki karakter yang cukup plastis, memiliki

warna krem, dan sangat keras ketika kering. Namun ternyata tanah tersebut tidak

mampu menahan beban akibat konstruksi yang terlalu besar, sehingga dalam

pengerjaan karya sering terjadi keretakan bahkan rubuh.

Dalam proses pembakaran, api sangat menentukan. Pembakaran yang terlalu

drastis akan merusak karya sehingga terjadi ledakan suara dari karya yang pecah.

Dalam pembakaran bisquit diusahakan kenaikan suhu antara 10ºC sampai dengan

20°C per 10 menit. Kemudian dalam proses pengglasiran digunakan glasir dengan

pewarna Cobalt yang diperkirakan matang dalam suhu 800 °C tapi ternyata glasir tersebut tidak menggelas biru tua seperti yang diinginkan, sehingga warnanya

(46)

commit to user

31

2. Konsep Penciptaan

Dengan mempelajari seluk beluk pranata mangsa dapat kita ketahui alam berfikir agraris yang dimiliki petani kita dari abad keabad. Pengaturan waktu dan

ruang untuk untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti teori dalam kerangka

Kluckhohn, yaitu tentang hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu. Dari teori ini dapat diketahui bahwa masyarakat jawa memanfaatkan pranata mangsa

untuk perencanaan hidup atau bertahan hidup, dengan memanfaatkan pranata mangsa (pergantian musim) yang berulang setiap tahunnya.

Dari uraian di atas, ternyata ada beberapa hal yang menurut penulis adalah hal

yang sangat menarik untuk diangakat sebagai sumber ide dalam pengerjaan karya

Tugas Akhir. Konsep yang diambil merupakan perwujudan rasi bintang Sapi Gumarang, Banyak Angkrem, dan Wulanjar Ngirim.

Sapi Gumarang merupakan sapi yang sangat gagah dan kuat, Banyak Angrem

merupakan banyak (angsa) yang sedang mengeram telur, dan Wulanjar Ngirim adalah perwujudan dari seorang janda yang sagat cantik. Ketiga rasi bintang ini akan

dijadikan pokok sumber ide dalam penciptaan karya.

Tanah liat sebagai media dalam penciptaan karya keramik memiliki karakter

yang plastis dalam pembentukan dan sangat keras keika menjadi sebuah karya dan

dibakar. Teknik pinching merupakan teknik yang paling tepat untuk pengerjaan karya yang memiliki bentuk tidak beraturan. Pinching dan sentuhan-sentuhan akan membebtuk tanah liat sesuai seperti yang diinginkan. Pengalaman dan kesabaran

(47)

commit to user

B. Implementasi Visual 1. Konsep Bentuk

Penggarapan karya ini akan tergantung pada perencanaan, proses dan teknik

pengerjaan yang diterapkan. Maka dalam perencanaan perlu dipertimbangkan

faktor-faktor dasar pemikiran desain, yang terdiri dari konsep bentuk, media keramik dan

teknik (proses). Dengan menggunakan teknik-teknik keramik, penulis ingin

memvisualkan pewujudan dari Sapi Gumarang, Banyak Angrem,Wulanjar Ngirim,

dan beberapa penanda alam yang mengiringi rasi bintang tersebut seperti ulat,

kupu-kupu, lalat dan daun-daun yang berguguran.

Visualisasi karya ini merupakan proses penciptaan bentuk karya makhluk

hidup. Dalam hal ini penulis berusaha dengan segala pengetahuan tentang bahan dan

teknik, ketrampilan, kreativitas dan kemauan untuk menciptakan sebuah karya

keramik. Awal dari perwujudan bentuk berasal dari pengamatan bentuk sapi, angsa

(banyak), dan wanita, baik secara langsung obyek itu sendiri maupun tidak langsung atau gambar, inilah yang menjadi sumber penulis untuk mengekspresikan dalam

karya keramik.

Konsep bentuk yang akan dituangkan ke dalam karya keramik yaitu berupa

garis, garis dalam kaya keramik merupakan garis yang terjadi akibat pertemuan dua

bidang yang bersatu sehingga terjadilah garis. Gelap terang yang terjadi merupakan

efek darri cahaya yang mengenai karya keramik sehingga muncullah gelap terang.

(48)

commit to user

33

malam hari. Warna biru diambil dari campuran cobalt yang menghasilkan marna mengkilat. Namun dikarenakan glasir yang diperkirakan matang pada suhu 805°C

ternyata tidak matang. Sehingga warnanya menjadi dof dan tidak mengkilat dan menghasilkan tekstur kasar pada permukaan karya keramik.

2. Bahan

Bahan utama pembuatan keramik adalah tanah liat.Bahan yang akan digunakan sebaiknya di uji terlebih dahulu agar dapat diketahui bagaimana

karakternya dan kualitas ketahanan bakarnya. Oleh karena itu dalam pemilihan

bahan, harus memiliki dasar pengetahuan mengenai jenis tanah liat yang sesuai,

sehingga dapat memilih serta menyusun komposisi antara bahan-bahan yang dipakai.

Tanah liat yang digunakan dalam pembuatan karya ini menggunakan tiga

campuran tanah liat yaitu dari Pacitan, Boyolali dan Kaolin. Tanah Pacitan memiliki

suhu bakar yang cukup tinggi karena mengandung unsur alumina dan silica oxsida.

Tanah Boyolali merupakan tanah liat yang diambil sebagai campuran yang memiliki

krakter lengket dan memiliki susut tinggi. Sedangkan bahan yang ketiga adalah

Kaolin merupakan tanah yang berasal dari bukit tinggi, kaolin digunakan untuk

meninggikan kualitas pembakaran agar kuat terhadap suhu tinggi.

Dalam pengerjaan karya tugas akhir dilakukan eksperimen tanah liat dan

eksperimen glasir dengan suhu 700oC- 805oC.

1. Eksperimen Tanah Liat

Dari ketiga bahan tanah liat diatas, dibuat 36 keping tanah yang dibentunk

(49)

commit to user

tersebut kemudian dibakar hingga suhu 700°C untuk mengetahui tingkat kematangan

nya. Setelah diuji dengn pembakaran, maka dipilihlah tanah liat no. 13 dengan

perbandingan 3:3:4.

 30% tanah Pacitan

 30% tanah Kaolin

 40% tanah Boyolali.

2. Eksperimen Glasir

Glasir digunakan untuk menambah kualitas karya keramik ini. Eksperimen

glasir bertujuan untuk mendapatkan warna yang diinginkan.

Di bidang glasir, eksperimen difokuskan pada pencarian komposisi dan titik

kematangan glasir. Pemilihan warna harus diperhitungkan dengan cermat, agar glasir

yang digunakan tidak mendidih atau tidak matang ketika proses pembakaran glasir.

Pada pengglasiran ini digunakan glasir standar transparanyang dicampur

dengan Pb Plumbum yang bertujuan untuk menurunkan titik matang glasir. sedangkan untuk menghasilkan warna, glasir harus dicampur dengan Oksida.

Dalam tes uji coba glasir, bahan-bahan yang digunakan antara lain:

Chrome oxide (CuO2)

 Tembaga

Cobalt(CO2)

(50)

commit to user

35

Gambar 1. Uji glasir.

(Foto Dokumentasi Tanti, Oktober 2012)

Setelah melalui pembakaran dan mendapatkan hasilnya, eksperimen glasir

yang dipilih adalah formula glasir dengan campuran Cobalt 2% glasir standar 50%

Plumbum 50%, warna yang dihasilkan biru tua. 3. Teknik Pengerjaan.

Dalam pembuatan keramik, ada beberapa tahapan proses yang harus

dilakukan untuk membuat benda keramik, yaitu:

a.Pengolahan Bahan

Tahap pengolahan bahan diawali dengan pencampuran bahan-bahan yang

akan digunakan. Bahan baku yang digunakan adalah tanah liat Pacitan, serta bahan

campuran berupa tanah liat dari Boyolali, juga Kaolin, dicampur dengan

perbandingan yang sudah ditentukan, agar diperoleh campuran yang baik dan kuat.

Pencampuran tanah liat dilakukan dengan menggunakan mesin pencampur

(51)

commit to user

Gambar 2. Proses penggilingan tanah liat. (Foto Dokumentasi Tanti, Juni 2012)

Setelah itu dilanjutkan proses penyaringan, untuk memisahkan material

dengan ukuran yang tidak seragam. Proses selanjutnya adalah pengentalan untuk

mengurangi kadar air yang terkandung, dimana hasil campuran bahan yang berwujud

lumpur diendapkan selama beberapa hari, sehingga akan mengendap, air yang bening

dibuang sedikit demi sedikit, sehingga tinggal cairan yang kental.

(52)

commit to user

37

Kemudian cairan tersebut dituang diatas meja gips, dan didiamkan hingga

kandungan airnya berkurang hingga kira-kira tinggal 60% kemudian. Tahap terakhir

adalah pengulian atau penguletan tanah, dimaksudkan untuk menghomogenkan massa

badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin

terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup.

Gambar 4. Pengulian tanah liat. (Foto Dokumentasi Tanti, Juni 2012)

b. Proses Pembentukan Badan Keramik

Pembentukan keramik merupakan proses yang paling menentukan dalam

pembuatan karya keramik. jenis tanah dan karakter tanah juga menpengaruhi. Tanah

liat yang digunakan hendaklah tanah liat yang homogeni dan sudah di uli agar padat

dan terhindar dari gelembung udara. Akibat buruknya adalah pecah dan keretakan

(53)

commit to user

Alat-alat yang digunakan yaitu alat pemutar (perbot), butsir kawat (wire modelling tools), butsir kayu (wood modelling tools), kawat pemotong (wire cutter), spon (sponges) dan semprotan air.

Teknik yang digunakan dalam pembentukan keramik ini adalah teknik pijit

(pinching), dengan pertimbangan lebih mudah membentuk clay sesuai dengan keinginan dan agar bisa mengontrol tebal tipisnya benda yang dibentuk, selain itu

teknik ini lebih tepat untuk bentuk-bentuk yang bebas atau tidak beraturan.

Teknik ini dimulai dengan membuat dasar bagian bawahnya selebar yang

dinginkan. Kemudian mulailah dengan menambahkan tanah liat sedikit demi sedikit

lalu di pijit-pijit sehingga menjadi pipih. Pijitan sekaligus mengarahkan kedalam

bentuk yang diinginkan. Untuk merapikan bagian luar, dapat digunakan butsir kayu

dan kawat. Apabila bentuk yang diinginkan melenceng atau terjadi kesalahan, maka

dapat dipotong dengan menggunakan kawat pemotong dan diulang kembali. Pada

saat pembentukan karya seringkali tanah atau body karya terbuka, sebaiknya body

karya disemprot dengan air dan ditutup dengan plastik, cukup bagian ujung yang

terbua, bagian yang hendah dikerjakan saja. Untuk seterusnya sebaiknya kondisi

karya tetap basah atau selalu disemprot dengan air sampai karya selesai dan

dikeringkan. Dalam pembuatan karya keramik, sebaiknya pembuatan karya berada di

atas meja putar atau perbot, sehingga pembuat dapat dengan mudah melihat sekeliling

karya dengan memutar karya dengan meja putar tanpa harus berdiri berpindah

tempat.

Untuk kaya penanda alam, dibuat dengan teknik cetak tekan. Yaitu teknik

(54)

commit to user

39

menekan tanah liat kedalam cetakan sampai penuh dan terisi semua ruang cetakan,

kemudian di tekan-tekan agar padat dan tidak berongga, setelah padat, rapikan agar

menjadi datar dapat dilakukan dengan butsir atau penggaris kemudian ambil hasil

cetakan dengan menempelkan sedikit tanah liat dan ditarik. Langkah terakir rapikan

bagian pinggir dengan menggunakan butsir.

c.Pengeringan

Teknik pengeringan yang digunakan adalah alami, yaitu diangin-anginkan,

karya keramik ditempatkan di rak dalam ruangan di udara terbuka (studio keramik).

Dalam proses pengeringan, pengeringan yang terlalu cepat atau drastis dapat

membuat karya menjadi retak. Hal tersebut dapat di antisipasi dengan masih

membungkus karya dengan plastik namun dengan tidak rapat hal tersebut dapat

memperlambat proses keluarnya air.

d. Pembakaran

Pembakaran merupakan proses terakhir yang menentukan berhasil atau

tidaknya pembuatan benda keramik. Dalam pembakaran karya Tugas Akhir,

digunakan tungku pembakaran dengan bahan bakar gas.

Di dalam tungku ini terdapat plat-palat tahan api yang berfungsi untuk

meletakkan karya dan glass wool sebagai peredam panas dan supaya panas tidak bocor keluar. Dalam suhu diatas 1000°C glass wool tersebut akan berubah menjadi bara.

Tungku ini menggunakan dua lubang api. Sehingga normalnya tungku ini

Gambar

Gambar 1. Uji glasir.
Gambar 2. Proses penggilingan tanah liat.
Gambar 4. Pengulian tanah liat.
Gambar 5. Proses pembakaran.
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.7 TVAC-PSO untuk Menyelesaikan permasalahan EED Pengembangan permasalahan yang akan coba diselesaiakan dalam tugas akhir ini adalah pembangkitan daya listrik pada unit pembangkit

Berdasarkan hasil penelitian terhadap analisa kualitas fitur aplikasi mobile dengan menggunakan pendekatan sentimen grey, bahwa sistem aplikasi yang dibangun dapat

Evaluasi tingkat kebergunaan aplikasi administrasi penduduk desa di Kabupaten Ogan Ilir dengan metode SUS dapat disimpulkan bahwa: 1) aplikasi yang disediakan oleh Dinas

Pola tersebut nantinya bisa di terapkan kedalam program untuk memudahkan Koordinator TA dalam menentukan skripsi mahasiswa sesuai dengan bidang minatnya untuk

Setelah diamati lebih rinci, diketahui bahwa puru yang ditemukan pada tanaman wortel sakit pada umumnya terdapat pada akar rambut, akar, dan umbi (Gambar 3).. Identifikasi

Masalah psikologis yang muncul akibat fenomena kekerasan dalam rumah tangga yakni: Pertama, sebagai kepala keluarga yaitu kaum laki-laki (suami atau ayah), pada umumnya

Guru menyapa siswa serta melakukan presensi online sebagai pertanda hadir, kemudian guru mencatat siswa yang belum hadir di wa grup.. Siswa bergabung dalam whatsapp grup

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bakteri endofit dari alga merah Galaxaura rugosa , menguji aktivitas antibakteri dari isolat bakteri endofit tersebut