• Tidak ada hasil yang ditemukan

t adp 0705360 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "t adp 0705360 chapter3"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode dapat diartikan sebagai suatu kerja untuk mencapai tujuan tertentu

agar dapat terkumpul data serta dapat mencapai tujuan penelitian itu sendiri.

Mencermati masalah yang akan diteliti, yakni kepemimpinan pejabat struktural,

iklim organisasi dan produktivitas kerja pegawai, maka metode yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Fokus penelitian ini sendiri berkisar pada keterampilan kepemimpinan

pejabat struktural, iklim organisasi, dan peningkatan produktivitas kerja pegawai

di lingkungan Dinas Pendidikan.

Metode penelitian penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

digunakan dalam penelitian untuk menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi

pada saat penelitian berlangsung. Sementara yang dimaksud dengan pendekatan

kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara

mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga diperoleh gambaran

pengaruh diantara variabel-variabel tersebut.

Lebih lanjut Sudjana (1991:52) menjelaskan bahwa, metode penelitian

deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan

peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan metode deskriptif

ini akan dilakukan penyusunan data, analisis, dan interpretasi mengenai arti data

yang dikumpulkan atau variabel yang diteliti.

(2)

Meskipun dalam berbagai literatur penelitian kependidikan bentuk-bentuk

metode deskriptif ini sangat banyak, namun ada sifat-sifat tertentu yang pada

umumnya terdapat dalam metode ini, sehingga dapat dipandang sebagai ciri,

yaitu;

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang/masalah-masalah aktual;

2. Data yang dikumpulkan terlebih dahulu disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis. Karena itu metode ini sering disebut metode analitik.

Melalui penerapan metode penelitian deskriptif yang meneliti keadaan

masalah penelitian yang sedang berlangsung atas objek penelitian, diharapkan

dapat diperoleh informasi yang tepat dan gambaran yang lengkap mengenai

permasalahan yang diteliti.

Pada umumnya masalah-masalah kepemimpinan pejabat struktural, iklim

organisasi, dan produktivitas kerja pegawai pada suatu organisasi pendidikan

bersifat kontekstual dan diasumsikan mempunyai hubungan yang kontekstual

pula. Karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

metode penelitian deskriptif. Pemilihan ini didasarkan bahwa metode penelitian

deskriptif dianggap paling relevan dengan menganalisis peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada saat penelitian berlangsung dengan cara mengukur indikator-indikator

variabel penelitian dengan parameter dan teknik pengukuran statistik. Sehingga

dapat diperoleh gambaran data tentang pola hubungan di antara variabel-variabel

(3)

B. Operasional Variabel Penelitian

Setiap variabel yang diteliti kadang-kadang memiliki lebih dari satu

pengertian yang mencakup banyak unsur. Oleh karena itu untuk menghindari

terjadinya salah pengertian mengenai istilah-istilah yang tercantum dalam

penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu memberikan definisi operasional

dengan berdasarkan pada pendapat para ahli. Sehingga akan lebih memperjelas

maksud pembahasan selanjutnya. Definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian ini adalah;

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku

bawahannya agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai

tujuan organisasi. Pendekatan keberhasilan pemimpin adalah bagaimana

mempengaruhi para bawahan agar secara rasional mau bekerjasama untuk

mencapai tujuan organisasi. Tujuan itu dapat tercapai sejauh perilaku

kepemimpinan dapat menjalankan tugas kepemimpinan. Tugas-tugas tersebut

meliputi membuat keputusan, menetapkan sasaran, memilih dan mengembangkan

personalia, mengadakan komunikasi, memberikan motivasi, dan mengadakan

pengawasan pelaksanaan kerja para bawahannya. Maka untuk menjalankannya

diperlukan model (style) kepemimpinan dengan kata lain pemimpin memiliki

kemampuan konseptual, keterampilan, dan mampu menjalin hubungan

manusiawi.

Kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan dan keterampilan

(4)

mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berpikir dan

bertindak dalam pencapaian tujuan organisasi (Siagian, 1982:24). Peranan

kepemimpinan dalam menanamkan kedisiplinan bagi para pegawainya bukanlah

suatu pekerjaan mudah dan akan terjadi dengan sendirinya. Tetapi memerlukan

keterampilan dan kemampuan serta komitmen kerja yang tinggi dari seorang

pemimpin.

Begitu juga pimpinan dalam institusi pendidikan perlu memiliki

kompetensi dasar yang disyaratkan. Kompetensi dasar ini didasarkan kepada

fondasi teoritis yang berasal dari Robert L. Katz (Yukl, 2007), yaitu berupa

keterampilan dan kemampuan dasar kepemimpinan sebagai berikut: (1)

keterampilan konseptual (conceptual skills); (2) keterampilan teknis (technical skills), dan (3) keterampilan hubungan manusiawi (human-relation skills).

Adapun yang dimaksud dengan pejabat struktural dalam penelitian ini

adalah pimpinan terdekat dengan pegawai, yakni para kasubag dan kabid yang

meliputi Kasubag Umum, Kasubag Keuangan, Kasubag Kepegawaian, Kabid

Bina Program, Kabid Pendidikan TK/SD, Kabid Dikmenumjur, dan Kabid

Pendidikan Non-formal pada lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

2. Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan suasana yang dirasakan oleh berbagai pihak

yang terlibat dalam pekerjaan. Iklim organisasi didefinisikan secara lebih

operasional sebagai kualitas lingkungan yang bersifat relatif yang dialami oleh

orang-orang yang terlibat di dalamnya, mempengaruhi perilaku mereka, dan

(5)

Iklim organisasi melibatkan banyak dimensi perilaku orang-orang yang

pada akhirnya membentuk berbagai tipe iklim organisasi. Karena itu penelitian ini

akan mengarahkan pengkajian satu tipe iklim kerja yaitu iklim keterbukaan yang

mengandung dimensi supportive (keterdukungan), collegial (pertemanan), dan

intimate (keintiman)(Hoy & Miskel, 2001:193). Jika ketiga iklim tersebut rendah

maka mengandung arti bahwa keterbukaan iklim tersebut rendah begitu pula

sebaliknya.

3. Produktivitas Kerja

Secara konseptual produktivitas kerja berkembang dari pengertian teknis

sampai dengan perilaku. Dalam pengertian teknis produktivitas mengacu pada

derajat keefektifan, efisiensi dalam menggunakan sumber daya. Sedangkan dalam

pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang senantiasa

berusaha terus untuk berkembang. Produktivitas pegawai perlu memperhatikan

usaha yang dilakukan pegawai dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya

melalui kegiatan yang berkesinambungan, dengan maksud untuk meningkatkan

kemampuan diri sesuai dengan tuntutan tugas. Dengan demikian, “…pengukuran

produktivitas kerja pegawai di samping berkaitan dengan tugas utamanya, juga

perlu dilihat dari kualifikasi dan pengembangan profesionalnya” (Sedarmayanti,

2001:80).

Pegawai yang produktif akan selalu menyelesaikan tugas dengan cepat dan

tepat, bekerja secara kreatif dan inovatif, tekun dan tidak tergantung pada atasan,

mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan, menetapkan standar kerja yang

(6)

yang efektif dengan atasan dan teman sejawat, dapat berkomunikasi secara efektif

dan selalu memuaskan orang lain. (Timpe; 2000:110-111; Sedarmayanti;

2001:80).

Sesuai dengan gejala-gejala yang ditemukan di lapangan (Dinas

Pendidikan Kabupaten Subang), bahwa sebagian pegawai belum dapat bekerja

dengan cepat, secara kreatif dan inovatif, masih tergantung pada atasan dan belum

dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Gejala-gejala

tersebut memberikan indikasi bahwa permasalahan produktivitas yang muncul

mengarah pada produktivitas dalam pengertian perilaku. Karena itu pengukuran

produktivitas kerja pada penelitian ini mengacu pada pendapat Robert M. Ranftl

(Timpe, 2000:110-111), yang penulis anggap lebih dekat pada produktivitas

dalam pengertian perilaku.

C. Desain Instrumen Penelitian

Pengembangan alat pengumpulan data penelitian dilakukan dengan

mengacu pada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti mencakup

kepemimpinan, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai. Mengacu

kepada permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian ini, maka data yang perlu

dikembangkan adalah data tentang kepemimpinan, iklim organisasi, yang

dihubungkan dengan produktivitas kerja. Oleh karena itu ditetapkan alat

pengumpul data yang relevan dengan fokus permasalahannya.

Pengumpulan data penelitian kuantitatif tidak dilakukan secara langsung

(7)

sampel penelitian. Alat pengumpul data dikembangkan dengan angket yang

berbentuk skala Likert dengan alternatif jawaban untuk masing-masing variabel

adalah: Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KD), Sering (SR), dan

Selalu (SL). Responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan

yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan yang dirasakan mengenai

kepemimpinan, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai Dinas

Pendidikan Kabupaten Subang.

Jadi instrumen/angket merupakan kunci utama dalam menggali informasi

di lapangan. Karenanya sebelum instrumen/angket disebar ke lapangan, terlebih

dahulu dilakukan validasi baik secara internal melalui analisis pakar, maupun

secara empirik melalui uji coba di lapangan pada objek terbatas, kemudian

menghitung validitas dan reliabilitasnya. Pada item instrumen/angket yang tidak

valid dan tidak reliabel, akan dikoreksi atau diganti sesuai dengan kadar validitas

dan reliabilitasnya.

Instrumen/angket dalam penelitian ini dikembangkan dengan mengacu

pada teori yang mendasarinya. Dari teori itu kemudian disusun kisi-kisi yang

selanjutnya dijabarkan ke dalam item pernyataan atau pertanyaan. Adapun

(8)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

VARIABEL ASPEK INDIKATOR

Kepemimpinan Pejabat

- Analisis kemampuan pada bid. Pekerjaan - Identifikasi sarana kerja

yang dibutuhkan

- Pemberian bimbingan kerja - Memberikan orientasi

- Melakukan kerjasama - Memberikan

Iklim Organisasi (X2) 1. Supportive

(Keterdukungan)

- Menggunakan kritik secara konstruktif

- Mau mendengarkan saran orang lain

- Luwes dalam berkomunikasi

2. Collegial (Pertemanan)

- Berteman baik dengan yang lain

- Bersemangat untuk bekerjasama

- Akrab dalam berdiskusi

3. Intimate (Keintiman) - Saling mendukung

- Merasakan pekerjaan milik bersama

(9)

Produktivitas Kerja (Y) 1. Bertugas tidak sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan

- Dapat belajar dengan cepat, kompeten dan kreatif

- Memahami pekerjaan, cerdik dan selalu mencari perbaikan - Bernilai, berprestasi dan

selalu meningkatkan diri

2. Memiliki motivasi yang tinggi

- Tekun dan berkemauan keras - Efektif, kreatif dan selalu

mencari tantangan - Berorientasi pada tujuan,

tepat, dan bersemangat

3. Memiliki orientasi kerja yang positif

- Menyukai dan selalu bekerja dengan baik

- Aktif dan bekerja sesuai dengan standar

- Berhubungan dengan baik, luwes dan selalu menyukai tantangan

4. Dewasa - Jujur, bertanggung jawab dan

bekerja sesuai dengan kemampuan

- Percaya diri tanpa merasa tertekan dan dapat - Produktif dan antusias dalam

bekerja Catatan:

1. Konsep operasional kepemimpinan dikembangkan dari Robert L. Katz (Yukl, 2007).

2. Konsep operasional iklim organisasi dikembangkan dari Hoy dan Miskel (2001:193).

3. Konsep operasional produktivitas kerja dikembangkan dari Robert M. Ranftl (Timpe, 2000:110-111) dan Sedarmayanti (2001:80)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Penetapan Populasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna

(10)

membutuhkan sumber data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah

yang dibahas secara transparan dan objektif. Sumber data ini biasanya disebut

populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti

ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena subjeknya

meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka disebut juga sensus

(Arikunto, 2002:116).

Populasi dalam suatu penelitian merupakan sekelompok objek yang dapat

dijadikan sebagai sumber penelitian yang berbentuk benda-benda, manusia,

ataupun peristiwa sebagai objek penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat

Sugiyono (2008:117) yang menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Jadi populasi bukan hanya orang saja, tetapi juga

benda-benda lainnya.

Dalam penelitian ini, yang ditetapkan sebagai populasi penelitian oleh

peneliti adalah seluruh pegawai/staf administrasi yang ada di tiap Sub Dinas

Pendidikan Kabupaten Subang. Populasi ini tidak berlaku bagi pegawai pembantu

dan pejabat eselon terutama Kepala Dinas dan Kepala Sub Dinas.

Seluruh pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang berjumlah 136

(11)

atas: SMP 4 orang, SMA 72 orang, D1–D3 10 orang, S1 38 orang, dan S2 12

orang (lihat tabel 3.2).

Sedangkan bila dikelompokkan berdasarkan golongan terdiri atas:

Golongan I 4 orang, Golongan II 72 orang, Golongan III 44 orang, dan Golongan

IV 16 orang (lihat tabel 3.2). Berdasarkan status kepegawainnya, Golongan I

bertugas sebagai penjaga kebersihan, keamanan, dan pelayan pegawai kantor,

pegawai Golongan IV adalah para pejabat (eselon) di lingkungan kantor Dinas

Pendidikan, sedangkan Golongan II dan III adalah pegawai yang bertugas

membantu kegiatan administrasi kantor (pegawai administrasi).

Tabel 3.2

Penyebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan

PENYEBARAN

TINGKAT PENDIDIKAN GOLONGAN

SMP SMA D1-D3 S1 S2 Jmlh I II III IV Jmlh

JMLH PEGAWAI 4 72 10 38 12 136 4 72 44 16 136

Setelah dilakukan pengelompokan data kemudian peneliti menetapkan

jumlah populasi berdasarkan karakteristik populasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak

116 orang pegawai, dan sisanya tidak digunakan sebagai populasi penelitian.

Dilihat dari tingkat penyebaran populasi dan penyesuaian dengan karakteristik

populasi yang akan diambil, maka populasi tersebut sudah cukup representatif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditetapkan bahwa yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai administratif Dinas

(12)

bagian, yaitu: (1) Sub bagian Umum; (2) Sub bagian Keuangan; (3) Sub bagian

Kepegawaian; (4) Bidang Bina Program; (5) Bidang Pendidikan TK/SD; (6)

Bidang Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan (Dikmenumjur); dan (7)

Bidang Pendidikan Non Formal (lihat tabel 3.3 berikut).

Tabel 3.3

Penyebaran Populasi Penelitian

NO NAMA SUB

BAGIAN/BIDANG

POPULASI

GOl II GOL III

SMA D1-D3 S1 Jml SMA D1-D3 S1 S2 Jml

1. Sub Bagian Umum 4 - - 4 - 1 6 - 7

2. Sub Bagian Keuangan 8 - 2 10 - 5 1 - 6

3. Sub Bag. Kepegawaian 8 1 - 9 3 1 2 - 6

4. Bidang Bina Program 4 - 3 7 - - 5 1 6

5. Bidang Pend. TK/SD 15 1 1 17 1 - 6 1 8

6. Bidang Dikmenumjur 10 - 5 15 1 - 4 - 5

7. Bid. Pend. Non Formal 10 - - 10 - 1 5 - 6

JUMLAH 59 2 11 72 5 8 29 2 44

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Subang 2009

2. Penetapan Sampel Penelitian

Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya ditentukan sampel agar segera

dapat dilakukan pengumpulan data. Sampel merupakan bagian dari populasi yang

dijadikan objek penelitian, yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi.

Sugiyono (2008:118) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

(13)

penelitiannya. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat

kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

Kemudian agar data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat berlaku

umum bagi keseluruhan populasi, maka perlu cara-cara yang dapat

dipertanggungjawabkan sehingga pengambilan sampel dari populasi itu

representatif. Dalam penelitian ini besarnya sampel yang menjadi fokus penelitian

ditentukan dengan rumus Yamane (Akdon & Hadi, 2005:107).

= + 1

Ket: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d2 = Presisi yang ditetapkan

Dalam penelitian-penelitian sosial besar presisi biasanya antara 5% - 10%.

Pada penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10% sehingga diperoleh

jumlah sampel sebagai berikut:

= 116(0,1) + 1 = 53,7 ≈ 54116

Jadi jumlah sampel penelitian minimal sebanyak 54 orang (dibulatkan).

Dalam menarik sampel dari populasi, agar sampel representatif, maka diupayakan

bahwa setiap subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur

sampel.

Sedangkan mengenai keabsahan sampel dinyatakan bahwa,

(14)

Kemudian agar data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat berlaku

umum bagi keseluruhan populasi, maka perlu memakai teknik sampling sehingga

pengambilan sampel dari populasi itu representatif. Sampel merupakan sebagian

dari populasi yang diperoleh dengan cara-cara tertentu sehingga sumber data yang

diperoleh dari sampel tersebut diharapkan representatif dan berlaku secara umum

bagi keseluruhan populasi. Teknik sampling yang dilakukan adalah dengan

metode proportional random sampling, yaitu sebuah sampel yang diambil dari

tiap unit penelitian dari populasi secara proporsional. Teknik sampling ini

menggunakan rumus dari Sugiyono (1999) sebagaimana dikutip Akdon dan Hadi

(2005:108).

= .

Ket: ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Dengan perhitungan berdasarkan formulasi di atas, maka didapatkan

sebaran sampel sebagai berikut;

Sub Bagian Umum = . 54 = 5,12

Sub Bagian Keuangan = . 54 = 7,44

Sub Bagian Kepegawaian = . 54 = 6,98

Bidang Bina Program = . 54 = 6,05

Bidang Pendidikan TK/SD = . 54 = 11,63

(15)

Bidang Pendidikan Non Formal = . 54 = 7,44

Sehingga dari hasil perhitungan di atas jumlah sampel secara proporsional

adalah; 5,12 + 7,44 + 6,98 + 6,05 + 11,63 + 9,31 + 7,44 = 53,97 dibulatkan

menurut kaidah matematika menjadi 54. Setelah dilakukan penghitungan dengan

teknik sampling, ternyata jumlah sampel yang diperoleh telah sesuai dengan

rumus Yamane sebelumnya yaitu minimal sejumlah 54 orang responden, sehingga

dapat ditetapkan menjadi sampel penelitian.

Berdasarkan penentuan sampel secara proporsional tersebut, maka

diperoleh penyebaran sampel (hasil pembulatan) yang telah ditentukan.

Penyebaran populasi dan sampel dapat diketahui secara sistematis pada tabel 3.3

di atas dan Tabel 3.4 berikut;

Tabel 3.4

Penyebaran Sampel Penelitian

N

O

NAMA SUB

BAGIAN/BIDANG

SAMPEL

GOl II GOL III

Jml

SMA D1-D3 S1 Jml SMA D1-D3 S1 S2 Jml

1. Sub Bag. Umum 2 - - 2 - 1 2 - 3 5

2. Sub Bag. Keuangan 4 - 1 5 - 2 1 - 3 8

3. Sub Bag.

Kepegawaian

3 1 - 4 1 1 1 - 3 7

4. Bid. Bina Program 2 - 1 3 - - 2 1 3 6

5. Bid. Pend. TK/SD 5 1 1 7 1 - 2 1 4 12

6. Bid. Dikmenumjur 4 - 2 6 1 - 2 - 3 9

7. Bid. Pend. Non

Formal

5 - - 5 - 1 2 - 3 8

(16)

E. Proses Pelaksanaan Penelitian

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan suatu

penelitian, langkah-langkah tersebut mencakup kegiatan-kegiatan berikut:

1. Menentukan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

angket. Angket merupakan alat pengumpul data dalam bentuk formulir yang

disebar untuk mengumpulkan informasi mengenai sesuatu yang terdiri dari

pernyataan/pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket

tertutup/berstruktur, yaitu responden diberi sejumlah pertanyaan/pernyataan yang

menggambarkan hal-hal yang ingin diungkap dari variabel-variabel penelitian

disertai alternatif jawabannya. Selanjutnya responden diminta untuk merespon

setiap item sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang diketahui serta

dirasakannya dengan cara membubuhkan tanda checklist (√) pada alternatif jawaban yang tersedia.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrument/angket

adalah;

a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu; Kepemimpinan (X1),

Iklim Organisasi (X2), dan Produktivitas Kerja (Y).

b. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan/pernyataan yang akan

(17)

c. Merumuskan item pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya karena

angket yang akan dikembangkan bersifat tertutup.

d. Menetapkan kriteria skor untuk setiap item

Setelah merumuskan angket, selanjutnya ditetapkan alat ukur yang akan

digunakan dalam pemberian skor terhadap setiap butir item dengan

menggunakan skala Likert dengan ukuran ordinal, artinya objek yang diteliti

mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yang dimulai dari; tidak

pernah (TP), jarang (JR), kadang-kadang (KD), sering (SR), selalu (SL).

e. Menetapkan skala pengukuran variabel

Setiap item dalam angket memiliki 5 kriteria jawaban dengan pemberian skor

dimulali dari 1, 2, 3, 4, sampai 5, dengan ketentuan untuk

pernyataan/pertanyaan positif, dari masing-masing yaitu:

Skor 1 untuk kategori jawaban tidak pernah

Skor 2 untuk kategori jawaban jarang

Skor 3 untuk kategori jawaban kadang-kadang

Skor 4 untuk kategori jawaban sering

Skor 5 untuk kategori jawaban selalu

Sedangkan untuk pernyataan/pertanyaan negatif yaitu;

Skor 5 untuk kategori jawaban tidak pernah

Skor 4 untuk kategori jawaban jarang

Skor 3 untuk kategori jawaban kadang-kadang

Skor 2 untuk kategori jawaban sering

(18)

3. Uji Coba Instrumen

Setelah penetapan dan penyusunan alat pengumpul data selesai dilakukan,

langkah selanjutnya adalah uji coba angket. Kegiatan ini penting dilakukan oleh

peneliti untuk menilai angket yang telah disusunnya apakah representatif atau

tidak. Angket diujicobakan kepada responden yang sama atau yang memiliki

karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya. Uji coba ini

dilakukan terhadap 30 responden.

Setelah uji coba dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis statistik

dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitasnya, sehingga hasil

penelitian yang dimaksudkan betul-betul dapat dipertanggungjawabkan.

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2004:137). Pengujian validitas ini dilakukan

dengan cara mengkorelasikan skor yang ada pada setiap item dengan skor total.

Rumus yang dipergunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang

lebih dikenal dengan sebutan Rumus Korelasi Product Moment, yaitu:

ℎ ! "= (∑XY)−(∑X). (∑Y)

'( . ∑X2− (∑X)2) ( . ∑Y2− (∑Y)2)

(Riduwan, 2007:98)

Dimana: rhitung = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item

(19)

Kemudian harga r yang diperoleh dari perhitungan di atas diuji dengan

menggunakan uji t untuk memberi taraf signifikansinya, dengan rumus berikut:

ℎ ! "= *√ − 2 1 − 2

(Riduwan, 2007:98) Dimana: t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan bantuan

Program Microsoft Excel dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5%, dapat

diketahui validitas dari ketiga variabel penelitian sebagai berikut: (lihat lampiran)

1) Variabel Kepemimpinan Pejabat Struktural (X1)

a) Koefisien korelasi (r) terendah diperoleh sebesar 0,328, dari nilai r ini

selanjutnya diperoleh t hitung terendah sebesar 1,51 (item no. 18),

sedangkan t tabel (α= 5%, dk= n-2= 28) = 1,701.

b) Dengan memperhatikan nilai r hitung dan r tabel di atas, maka untuk

variabel Kepemimpinan Pejabat Struktural (X1) terdapat 1 item

pernyataan yang tidak valid (item no. 18)

2) Variabel Iklim Organisasi (X2)

a) Koefisien korelasi (r) terendah diperoleh sebesar 0,35, dari nilai r ini

selanjutnya diperoleh t hitung terendah sebesar 1,977 (item no. 17),

sedangkan t tabel (α= 5%, dk= n-2= 28) = 1,701.

b) Dengan memperhatikan nilai r hitung dan r tabel di atas, maka untuk

(20)

3) Variabel Produktivitas Kerja (Y)

a) Koefisien korelasi (r) terendah diperoleh sebesar 0,324 dan 0,335, dari

nilai r ini selanjutnya diperoleh t hitung terendah sebesar 1,479 dan 1,558

(item no. 22 & 25), sedangkan t tabel (α= 5%, dk= n-2= 28) = 1,701.

c) Dengan memperhatikan nilai r hitung dan r tabel di atas, maka untuk

variabel Produktivitas Kerja (Y) terdapat 2 item pernyataan yang tidak

valid (item no. 22 & 24)

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Setelah kriteria validitas diketahui, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas

instrumen. Mengingat karakteristik data yang telah diambil dengan skala Likert

dengan rentangan skor 1-5, maka untuk menguji reliabilitasnya penulis

menggunakan rumus Alpha sebagai berikut;

=+, − 1, - +1 − ∑SS i t

-(Riduwan, 2007:115)

Dimana: rii = Nilai Reliabilitas

∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Program Microsoft Excel,

maka reliabilitas masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1) Reliabilitas variabel X1 diperoleh indeks korelasi r hasil 0,886 (alpha) lebih

(21)

2) Reliabilitas variabel X2 diperoleh indeks korelasi r hasil 0,886 (alpha) lebih

besar dari r tabel (α= 5%, dk= n-1= 29) = 0,367;

3) Reliabilitas variabel Y diperoleh indeks korelasi r hasil 0,892 (alpha) lebih

besar dari r tabel (α= 5%, dk= n-1= 29) = 0,367;

Dengan memperhatikan hasil perhitungan ketiga variabel tersebut, maka

semua instrumen dinyatakan reliabel.

F. Pengolahan Data Penelitian

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah

pengolahan data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data

yang berhasil dikumpulkan. Data yang diolah tersebut pada akhirnya akan dapat

menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam latar belakang.

Analisis data yang akan dilakukan untuk mengetahui hubungan antar

variabel ditunjang dengan gejala-gejala yang terjadi dalam objek penelitian.

Untuk menganalisis data secara cermat peneliti akan melakukan penyaringan data

dan penyesuaian data yang ditemukan di lapangan dengan penemuan konsep dan

teori dalam sumber literatur. Kemudian data yang telah disaring, diuji korelasinya

serta signifikansinya dengan perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas, sehingga

dapat ditemukan tanggapan dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam

rumusan masalah.

Mengingat skala pengukuran dalam menjaring data penelitian ini

seluruhnya diukur dengan skala ordinal, yaitu skala yang berjenjang dimana

(22)

skala ini disebut data

ain tidak sama (Sugiyono, 2001:70).

data dengan penerapan statistik parametrik me

a harus diukur dalam skala interval, sehingga

al tersebut ditransformasi menjadi data in

ode successive interval dan dapat pula meng yang dibantu oleh program Microsoft Excel.

gkah-langkah yang ditempuh dalam proses p

kut;

ta agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu den

nden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapka

obot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban p

litian dengan menggunakan skala penilaia

udian menentukan skornya.

ersentase skor rata-rata dari setiap variabel, ba

aupun variabel Y. Hal ini dilakukan unt

umum jawaban responden terhadap setiap var

unakan formula berikut:

= Persentase skor rata-rata yang dicari = Skor rata-rata setiap variabel

= Skor ideal setiap variabel

(23)

Setelah hasilnya diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria/klasifikasi

seperti yang telah dikemukakan oleh Arikunto (2002:75) sebagai berikut:

Persentase = Kualifikasi

81% - 100% = Sangat Tinggi

61% - 80% = Tinggi

41% - 60% = Cukup/Sedang

21% - 40% = Rendah

≤ 20% = Sangat Rendah

4. Uji Distribusi Normalitas

Sebelum dilakukan uji statistik menggunakan analisis jalur, maka perlu

diketahui apakah sampel berasal dari populasi yang memiliki distribusi normal

atau tidak. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hal tersebut adalah uji

normalitas yaitu menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Menurut Singgih Santoso (2002:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara

normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode grafik

normal Probability Plots dalam program SPSS.

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

(24)

5. Uji Linieritas

Karena teknik analisis data yang akan digunakan untuk pengujian

hipotesis adalah analisis jalur dan masih merupakan baian dari model linier, maka

sebelum melakukan pengolahan data menggunakan analisis jalur terlebih dahulu

akan dilakukan uji linieritas hubungan antar variabel. Menurut Gujarati (2003:42)

linearity is that the conditional expectation of Y is a linear function of Xi”.

Untuk pengujian linieritas digunakan uji F, dan hubungan antara variabel X

dengan Y dikatakan linier jika nilai probabilitas (signifikansi) uji F lebih kecil dari

0,05.

6. Uji Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis ini dilakukan untuk menguji besarnya kontribusi yang

ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal

antara variabel X1 dan X2 terhadap Y. perhitungannya dilakukan dengan bantuan

program SPSS for Windows Version 15.00. Secara struktural hubungan antara

ketiga variabel digambarkan sebagai berikut.

X1

X2

Y

PYX1

PYX2

r

X

2

X

1

εεεε

(25)

Diagram jalu

alur seperti digambarkan diatas dapat diformul

sebagai berikut.

engujian signifikansi secara manual menggu

ien R2, nilai F dapat diketahui dengan rumus seb

= jumlah sampel

= jumlah variabel eksogen = Rsquare

secara individual

ividual uji statistik yang digunakan adalah uji

, 2008:117)

n: Statistik se ρk diperoleh dari hasil kompu

isis regresi setelah data ordinal ditransformasi k

(26)

7. Menguji Hipotesi

g koefisien korelasi antara variabel X1 terhadap

p Variabel Y, serta X1 bersama-sama X2 terhada

gnifikansi koefisien korelasi antarvariabel, deng

2007:139)

= Nilai t hitung

= Nilai koefisien korelasi = Jumlah sampel

sarnya koefisien determinan

determinan digunakan untuk mengetahui bes

dependen terhadap variabel dependen. Pengujia

nggunakan rumus sebagai berikut;

00%

D = Nilai Koefisien Determinan = Nilai Koefisien Korelasi

akukan perhitungan koefisien determinasi, m

gan besar pengaruh masing-masing variabel X1

(27)

Berdasarkan pada nilai pengaruh total di atas, maka dapat ditunjukkan

jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel X1 terhadap variabel

Y.

Pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y :

Pengaruh X2 terhadap Y secara langsung = PyX2 . PyX2 = .…

Pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 = PyX2 . rx2x1 . PyX1 = .… +

Pengaruh Total = .…

Berdasarkan pada nilai pengaruh total di atas, maka dapat ditunjukkan

jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel X2 terhadap variabel

Y.

Demikianlah langkah-langkah dalam prosedur pengolahan data yang akan

dilaksanakan oleh peneliti. Dengan pengolahan data sebagaimana yang dimaksud

diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Penyebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan
Tabel 3.3 Penyebaran Populasi Penelitian
Tabel 3.4 Penyebaran Sampel Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kami mencatat lokasinya dengan hati-hati, dan keesokan harinya aku menggambar empat buah peta, untuk kami masing-masing satu, dan menuliskan tanda kami berempat di bagian

salah satunya dengan algoritma astronomi modern yang disertai para pengamat rukyat yang profesional, ter latih, sering melakukan observasi tidak hanya pada saat awal

Variabel dependen penelitian ini adalah informasi asimetri, variabel independen penelitian ini volatilitas penjualan dan kinerja laba serta terdapat variabel yang

pustaka dan artikel Skill, Collaborative, Creative thinking, Critical thinking, Problem solving, Culture Value, Spiritual, Peer Evaluation Theodorus M., Akuntansi Forensik dan Audit

Ikon Kristiani yang dipakai dalam poster Kuba berjudul Guerilla Christ dan Foreign Debt/IMF adalah ikon-ikon yang selama ini akrab dalam pandangan kekristenan. Ikon tersebut

Kotabaru adalah sebuah pemukiman yang dibangun berdasarkan politik segregasi kolonial Belanda. Thomas Karsten arsitektur asal Belanda menjadikan kawasan kotabaru

Grafik Hasil Pengujian Hardness , Springiness , dan Cohesiveness Daging Tiruan Tepung Gluten – Ubi Jalar Putih dengan Penambahan Minyak Kelapa 7,5% .... Grafik Hasil Pengujian

1) Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai