• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IND 1106398 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S IND 1106398 Chapter5"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang berjudul Abreviasi Nama

Kuliner dalam Bahasa Indonesia Sebuah Kajian Semantik Leksikal, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa:

1. Pola-pola Pembentuk dan Pembentukan Kata Dasar.

Abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, peneliti menemukan 60

data abreviasi nama kuliner beserta makna abreviasi yang terdapat di lapangan dalam

bentuk singkatan. Nama singkatan terdiri dari bentuk bahasa Indonesia yang berupa

singkatan nama hewan, nama seseorang, nama tempat, dan sifat.

Dari hasil pola-pola pembentukan ditemukan adanya 10 pola-pola

pembentukan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia yang telah diklasifikasi

berdasarkan pola-pola pembentukannya. Pola-pola pembentukan kata tersebut adalah

Pola (1) merupakan huruf awal + suku kata sebanyak 3 kata yaitu kata abu, iba, dan

iri. Pola (2) merupakan kombinasi huruf sebanyak 2 kata yaitu kata AEPS dan SPG.

Pola (3) merupakan suku kata pertama + suku kata akhir sebanyak 18 kata yaitu kata

baju, berat, bareng, bayam, bekam, berat, bulus, curi. Pola (4) suku kata akhir + suku

kata kata pertama + suku kata akhir sebanyak 1 kata yaitu kata pelangi. Pola (5)

merupakan gabungan kata sebanyak 23 kata yaitu batagor, bego, cangcimen, desa,

gehu, jabar, kabar, nasar, nasgor, peta, piscok, pisgor, soker, sopan, sumur, tembak,

tikar, tikus, tisu, telkomsel, susu fani, kopasus, dan Jerman. Pola (6) merupakan kata

+ gabungan suku kata sebanyak 1 kata yaitu kata bebek garang. Pola (7) merupakan

suku kata dari deret kata sebagai kata sebanyak 3 kata yaitu kata cuanki, kasar, dan

pedang. Pola (8) merupakan suku kata akhir + suku kata pertama sebanyak 4 kata

yaitu kata palsu, ganja, sugandi, dan tulen. Pola (9) merupakan suku kata + huruf

akhir sebanyak 1 kata yaitu kata salam. Selanjutnya pola (10) merupakan suku kata

(2)

hasil pola-pola pembentukan kata tersebut adanya temuan baru yaitu pola-pola

pembentuk pada data penelitian abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tidak

sesuai dengan kaidah pedoman umum bahasa Indonesia.Misalnya, kata cuanki (cari

uang jalan kaki), jerman (jeruk manis), tembak (tempe bakar), dan garang (segar

merangsang) karena sudah berbeda dengan pedoman umum.

Hasil pembentukan kata dasar, peneliti memperoleh sebanyak 33 kata

abreviasi nama kuliner dapat dimasukkan ke dalam kata berimbuhan, 16 kata dapat

dimasukkan ke dalam kata ulang, dan 1 kata abreviasi nama kuliner dalam bahasa

Indonesia dapat dimasukkan ke dalam kata majemuk (gabungan kata). abreviasi nama

kuliner dalam bahasa Indonesia diperoleh 33 kata berimbuhan (afiksasi) yang dibagi

menjadi 3 imbuhan yaitu awalan (prefiks), 16 kata gabungan awalan dan akhiran

(konfiks) dan akhiran (sufiks).

Kata dasar yang dikelompokan pada kata berimbuhan prefiks sebanyak 19

kata abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia yaitu kata berabu, mengabu,

berbaju, menggarang, membekam, memberat, membulus, mencuri, tercuri, mengiba,

teriba, mengiri, teriri, berkabar, bertaring, menebus, tertebus, tertembak, dan

menembak. Sementara itu, 12 kata berimbuhan konfiks yaitu berbarengan, keberatan,

kecurian, mengabarkan, mengasarkan, kepalsuan, memalsukan, memetakan,

bersalaman, kesopanan, ketabahan dan menebalkan. Kata berimbuhan terakhir

terdapat 2 kata abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia berimbuhan sufiks

yaitu internetan dan tebusan. Hasil penelitian oleh peneliti mengungkapkan 16 kata

dasar dikelompokan pada kata ulang. Bentuk kata ulang sebagai sebuah bentuk

gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah

kata. Berdasarkan penelitian terdapat kata ulang yang meliputi kata ulang utuh atau

murni dan kata ulang berimbuhan yaitu berabu-abu, bareng-bareng, desa-desa,

mengiba-iba, kabar-kabari, bersalam-salaman, pedang-pedang, kebarat-baratan,

ayam-ayam, lereng-lereng, tikar-tikar dan tikus-tikus. Selanjutnya 1 kata abreviasi

yang dikelompokan pada kata majemuk yaitu tenis meja. Menurut peneliti kata tenis

meja termasuk kata majemuk berlengkapan kata kerja + kata benda yaitu kata yang

(3)

dapat disimpulkan dari seluruh 60 data abreviasi nama kuliner dalam bahasa

Indonesia merupakan kata dasar. Kata dasar tersebut dikelompokan menurut

pemahaman peneliti dalam penelitian ini.

2. Perubahan Makna.

Dalam perubahan makna, peneliti menemukan sebanyak 60 kata data

abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, seluruh data diklasifikasikan dan

dianalisis satu per-satu sehingga diperoleh 42 kata abreviasi nama kuliner yang

bermakna leksikal yang meliputi kata abu, baju, tulen, barat, bareng, bayam, garang,

ganja, bekam, bego, berat bulus, curi, desa, internet, iba, iri, kabar, kasar, ketan,

lereng, lekar, janda, palsu, pedang, pelangi, peta, peri, salam, soker, sopan, sumur,

surga, tabah, taring, tebal, tebus, tembak, tenis, tikar, tikus, dan tikus. Dengan

demikian, dari 60 kata data abreviasi nama kuliner diperoleh sebanyak 42 kata

abreviasi nama kuliner yang mengalami perubahan pada kata dan sisanya 18 kata

tidak mengalami perubahan pada kata. Misalnya, kata AEPS, batagor, cangcimen,

cuanki, Dadang, gehu, Jabar, Jerman, kopasus, nasar, nasgor, piscok, pisgor, SPG,

STMJ, sugandi, susu Fani, Telkomsel.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan mengenai abreviasi nama

kuliner dalam bahasa Indonesia melalui angket persepsi masyarakat, Indikator

persepsi berdasarkan pengenalandengan skala usia dan tingkat pendidikan yang

berbeda, diperoleh 46,2% mengetahui kata, 19,70% responden menyatakan

ragu-ragu, dan 34,1% responden tidak mengetahui kata tersebut. Dilihat dari hasil

observasi di atas dominan lebih dari 45% mengenal atau mengetahui pengetahuan

abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, kurang dari 20% responden

menyatakan ragu-ragu, dan kurang dari 35% responden menyatakan tidak mengetahui

abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia.

Pada indikator pemahaman, peneliti menemukan bahwa dari 60 responden

diperoleh 61,24% memahami abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia,

(4)

tersebut. Adapun mengenai pendapat masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner

dalam bahasa Indonesia tersebut, diperoleh 10,24% menyatakan abreviasi tersebut

terdengar menjijikan, 71,12% menyatakan abreviasi tersebut terdengar menggiurkan,

15,6% menyatakan abreviasi tersebut terdengar menakutkan, dan 3.04% masyarakat

memiliki pendapat lain terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia.

ilihat dari hasil observasi diatas, dengan tingkatan responden yang berbeda usia dan

latar belakang pendidikan yang berbeda, peneliti mendapatkan 60% angka tertinggi

masyarakat menyatakan memahami abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia

tersebut, selanjutnya peneliti mendapatkan 70% angka tertinggi responden

menyatakan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut terdengar

menggiurkan. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa, berdasarkan indikator

pemahaman dan pendapat masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa

Indonesia menghasilkan pemahaman yang menggiurkan (menarik) dalam penelitian

abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia.

Pada indikator penilaian, peneliti menemukan bahwa dari 60 responden

diperoleh 65,12% menilai hubungan kata dan makna abreviasi tersebut sesuai dengan

apa yang dipikirkan oleh responden, 17,4% agak sesuai, dan sebanyak 17,48%

menilai tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh responden.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang berjudul Abreviasi Nama

Kuliner dalam Bahasa Indonesia Sebuah Kajian Semantik Leksikal, peneliti

merekomendasikan bahwa:

1. Penelitian yang berkaitan dengan nama abreviasi kuliner dalam bahasa

Indonesia sebuah kajian semantik leksikal ditemukan 60 data. Penelitian

selanjutnya diharapkan agar dapat mengeksplor lebih banyak data selain kota

Bandung.

2. Data penelitian mencakup kota Bandung, karena keterbatasan peneliti dalam

(5)

rumah. Akan tetapi, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengeksplor

abreviasi nama kuliner di luar kota Bandung dalam kajian semantik leksikal.

3. Penelitian yang sama diharapkan bisa dikaji lebih mendalam pada kajian

kebahasan lainnya misalnya, bidang kajian morfologi. Kajian morfologi

merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari morfem dan

kombinasinya. Misalnya, kata abreviasi baju. Morfem baju dari bakso keju

Referensi

Dokumen terkait

Radiocarbon dating applied directly on human remain from ‘Individu 11’ which is associated with bronze axes as its burial gifts resulting age ca. This date is presumably older than

Sesuai dengan proposal yang diajukan oleh lembaga, kami siap untuk menjadi menyelenggarakan program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat dan menggunakan dana bantuan penyelenggaraan

Pembuatan biogas dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dasar berupa kotoran ternak, di samping murah dan mudah didapat, ada manfaat ganda yang dapat diperoleh dari

PENERAPAN LATIHAN MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE KATA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG PADA SISWA KELAS II SD.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Jurnal Teknik Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.. The Pembina Institute, 2006, Build Your Own

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota se Provinsi DIY, diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY. Yogyakarta, 11 Oktober 2011

Berapa liter minyak tanah atau berapa banyak tabung gas LPG yang diperlukan perbulan untuk memasak di dapur sebelum menggunakan biogas.. Dan Berapa biaya yang harus

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang