• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa di Kota Medan Dalam Studi Kasus Kerusuhan Mei 1998 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa di Kota Medan Dalam Studi Kasus Kerusuhan Mei 1998 Chapter III VI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 1.1Metode

Metode penelitian adalah langkah pertama atau tahap awal yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian. Langkah tersebut diawali dengan sebuah pendekatan hingga teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.

(2)

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan penulis, maka sesuai dengan judul, penulis harus menentukan tempat penelitian. Adapun lokasinya yaitu:

1. Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai 2. Jl. Mandala By Pass Medan

3. Jl. Asia Raya, Sukaramai II, Medan Area, Medan

3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1 Data

Data adalah hal yang sangat penting bagi setiap penulis dalam melakukan sebuah penelitian. Data merupakan catatan atas kumpulan fakta. Kumpulan fakta tersebutlah yang akan menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat. Data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

(3)

3.3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui buku, majalah, koran, kamus, jurnal, artikel surat kabar serta sumber publikasi elektronik yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas yaitu Perubahan Nilai danKerusuhan Mei 1998. Sumber data juga peneliti peroleh dari narasumber yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada masyarakat Tionghoa di daerah Tegal Sari Kecamatan Medan Denai.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Ada dua teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).

3.4.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

1. Mencari referensi buku, skripsi ataupun jurnal baik melalui perpustakaan ataupun internet yang berkaitan dengan kajian penulis.

(4)

3. Membaca dan memahami seluruh informasi yang ada di buku, jurnal maupun skripsi yang berkaitan dengan kajian penulis.

4. Mengumpulkan data yang terlah diperoleh sehingga dapat dianalisis selanjutnya.

3.4.2 Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Adapun langkah-langkah penelitian lapangan dalam penelitian ini yaitu:

1. Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu melakukan observasi yaitu menentukan lokasi penelitian yang cocok dengan apa yang akan diteliti oleh penulis dan meninjau lokasi secara langsung.

2. Penulis mengamati keadaan yang terjadi dan fenomena yang berkembang di lokasi penelitian.

3. Melalui hasil observasi, penulis melakukan wawancara terhadap informan yang dapat membantu melengkapi data yang akan penulis butuhkan.

4. Setelah observasi, penulis mengumpulkan pertanyaan yang tepat yang akan diajukan kepada informan.

5. Menentukan beberapa informan yang dapat membantu penulis untuk melengkapi data yang dibutuhkan.

(5)

7. Selama wawancara berlangsung, penulis mencatat hal-hal yang penting yang bersangkutan dengan judul penulis serta merekam semua dialog penulis dengan informan baik rekaman suara ataupun video.

Seluruh informasi yang didapat dari wawancara, penulis membaca dan mempelajari hasil informasi yang didapat.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Patton (1980), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau hubungan antar konsep.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Suatu analisis data yang diperoleh berdasarkan data yang didapat dan selanjutnya dikembangkan sesuai dengan pola tertentu atau menjadi sebuah hipotesis. Analisis data sangatlah penting sebagai dasar yang kuat dan akurat bagi peneliti.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yaitu:

1. Data yang diperoleh baik dari buku, jurnal maupun hasil wawancara, dipelajari dan dikuasai sepenuhnya.

2. Mereduksi data yang diperoleh dengan cara meringkas data, mengkode, menelusur tema dimana dalam redusi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, mengarahkan dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

(6)
(7)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Masyarakat Tionghoa di Kota Medan

Medan adalah kota terbesar keempat di Negara Kesatuan Republik Indonesia, setelah Jakarta, Surabaya, Bandung. Medan adalah salah satu kota yang menjadi tujuan migrasi utama orang-orang Tionghoa di Asia Tenggara. Mereka awalnya datang ke medan sebagai buruh di perkebunan-perkebunan Belanda terutama di perusahaan tembakau Deli.

Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara, yang menjadi pusat perekonomian di kawasan pulau Sumatera.Medan dan Sumatera Utara memiliki komposisi penduduk yang heterogen. Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera Utara, menerima cara pembagian kelompok-kelompok etnik setempat ke dalam delapan kategori, seperti yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia.

(8)

Migrasi masyarakat tionghoa ke Indonesia khususnya Medan melalui 3 gelombang. Dimana kedatangan mereka disebabkan oleh latar belakang tertentu yang datang dari negara Cina sendiri maupun Indonesia.

Kedatangan gelombang pertama yaitu pada saat Belanda datang ke Indonesia. Tujuannya adalah sebagai kelompok pedagang tetapi karena beberapa faktor,kelompok tersebut akhirnya inggal dan menetap di Indonesia. Gelombang pertama ini disebut sebagai etnis Cina peranakan, dimana budaya asli mereka mulai berkurang dan mereka lebih banyak mengikuti budaya lokal.

Kedatangan gelombang kedua terjadi karena faktor dari dalam yaitu pada masa eksploitasi Belanda terhadap sistem perekonomian Indonesia. Aktivitas yang dilakukan mereka yaitu sebagai pedagang perantara. Perdagangan ini dibuka oleh Belanda, khususnya kongsi dagang VOC. Pada masa itu kelompok migran Cina berpusat di Pulau Jawa sesuai dengan aktivitas VOC yang juga berpusat di Pulau Jawa. Pada masa ini, kaum pribumi sebagai penghasil dan distributor pertama yaitu Cina dan seterusnya akan diserahkan kepada distributor kedua yaitu VOC.

(9)

Di Medan dan sekitarnya seperti Belawan, Tanjung Morawa, Binjai, Batang Kuis, orang-orang Cina lebih suka disebut dengan orang Tionghoa, yang menunjukkan makna kultural dibandingkan dengan menyebutkan orang Cina, yang lebih menunjukkan makna geografis. Namun dalam kehidupan sehari-hari kedua istilah ini sama-sama dipergunakan.Masyarakat Tionghoa di Medan dalam sehari-harinya menggunakan Bahasa Hokkian, bukan Bahasa Mandarin.Hal ini karena mereka lebih akrab dengan Bahasa Hokkian.Banyak juga masyarakat Tionghoa terutama generasi muda Tionghoa, kurang tahu Bahasa Mandarin, sehingga kedua Bahasa tersebut tetap diajarkan dan dipraktekkan.

Demikian gambaran singkat tentang kedatangan orang-orang Cina ke Medan, yang sebagiannya sengaja didatangkan dari Singapura, Pulau Pinang dan Pulau Jawa untuk dipekerjakan di perkebunan Tembakau Deli Maatschappij, dan sebagian lagi sebagai imigran. Tiga sebagian di antara mereka ini ada yang menetap di daerah ini, ada yang kembali ke Republik Rakyat Cina.Namun sebagian besar menetap di daerah ini, dan sekaligus menjadi warga Negara Republik Indonesia beserta keturunannya (Rahman 1986: 32-33).

4.1 Kerusuhan Mei 1998

(10)

Dari faktor ekonomi, Indonesia merupakan salah satu Negara yang terkena dampak dari krisis moneter dunia yang berakibat pada merosostnya nilai rupiah secara drastic. Hal ini diperparah dengan Indonesia kepada Negara lain yang semakin memperburuk keadaan. Keadaan semakin kacau karena terjadinya ketidakstabilan harga bahan pokok, termasuk minyak.Kenaikan harga minyak sendiri berpengaruh pada kenaikan tariff angkutan umum.

Dari faktor sosial, banyak terjadinya konflik-konflik sosial diberbagai daerah di Indonesia.Salah satunya yaitu konflik sosial antar pribumi dengan etnis tionghoa.Masyarakat pribumi menjarah dan membakar toko-toko etnis tionghoa.Hal tersebut terjadi akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berdampak pada rakyat yang banyak mengalami kelaparan.Konflik tersebut juga dipicu karena adanya kecemburuan ekonomi, dimana etnis Tionghoa lebih sukses dan menduduki posisi ekonomi strategis.

Perempuan Tionghoa mengalami hal yang lebih mengerikan pada saat terjadinya kerusuhan. Mereka menjadi korban utama karena dianggap paling rentan dan paling mudah dijadiakan sasaran amukan massa. Perempuan Tionghoa secara demografis merupakan minoritas, karena pada saat itu etnis Tionghoa jumlahnya tidak mencapai 2% dari seluruh penduduk di Indonesia. Hal tersebut membuat mereka sasaran paling tepat untuk dijadikan korban dalam kerusuhan berbasis politik tersebut, karena mereka pasti akan sulit membela diri.

(11)

akankolusi dan nepotisme ini membuat mahasiswa bergerak. Ditambah dengan terjadinya krisis moneter, maka pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar demonstrasi dan aksi yang menuntut penurunan harga barang-barang kebutuhan, penghapusan KKN, dan mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan.

Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aski unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta, telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang mahasiswa tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan kemarahan para mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.

Hal ini berlanjut pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan.Dalam peristiwa ini, puluhan toko di bakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitanya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.

(12)

anggota Mahkamah Agung.Berdasarkan pada UUD 1945 pasal 8, Soeharto menyerahkan jabatannya kepada wakilnya B.J. Habibie sebagai Presiden RI.

Dampak yang ditimbulkan dari kerusuhan Mei 1998 ini sangatlah banyak dan merugikan banyak pihak, terutama etnis Tionghoa.Banyak toko-toko etnis Tionghoa yang di jarah.Barang-barang yang di jarah seperti komputer, televisi, kulkas dan umumnya barang-barang elektronik. Perusuh yang lain melampiaskan kemarahan dengan membakar barang-barang yang dikeluarkan ke jalan-jalan bersama sejumlah mobil dan motor yang tengah parkir.

Hal yang paling mengerikan adalah pemerkosaan dan pembunuhan terhadap perempuan etnis Tionghoa.Mulai dari pemerkosaan massal hingga pembunuhan yang terjadi pada semua wilayah di Jakarta, bahkan di luar Jakarta seperti Bandung, Medan, Surabaya dan sebagainya.Banyak perempuan etnis Tionghoa yang diperkosa, dibunuh dan dibuang begitu saja.

(13)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Latar Belakang Terjadinya Kerusuhan Mei 1998 di Kota Medan

Kerusuhan atau huru hara dapat terjadi kala sekelompok orang berkumpul bersama untuk melakukan tindakan kekerasan, biasanya sebagai tindakan balas dendam terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai upaya penentangan terhadap sesuatu. Alasan yang sering menjadi penyebab kerusuhan adalah hidup yang buruk, ketidakadilan pemerintah terhadap rakyat, konflik agama atau etnis (Noviani, 2014:5)

Peristiwa kerusuhan Mei 1998 merupakan peristiwa bersejarah yang telah membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Peristiwa ini tidak dapat dipisahkan dari rangkaian krisis moneter yang telah berlangsung sejak Juli 1997 yang dimulai dari Thailand dan menyebar ke beberapa Negara lain termasuk Indonesia (Zon, 2004:1)

Kerusuhan terjadi ketika mahasiswa meninggal ditembak apparat polisi pada demonstrasi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti. Kemaraha massa memuncak pada tanggal 13-15 Mei 1998 dengan meletusnya kerusuhan massal di Jakarta dan kota-kota lain. kerusuhan berbentuk penjarahan, pembakaran mobil dan gedung-gedung serta aktivitas criminal lain (Zon, 2004:2)

(14)

sudah terjadi pembantaian massal terhadap etnis Tionghoa di Jakarta. Pada awal berdirinya orde baru, isu anti Tionghoa dikaitkan dengan anti komunis, dan sikap anti Tionghoa ini semakin lama semakin meluas. Bahkan muncul dalam keputusan-keputusan pemerintah seperti keputusan pada tanggal 6 Desember 1967, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No. 14/1967 tentang agama, kepercayaan dan adat-istiadat Tionghoa. Instruksi Presiden ini menetapkan bahwa seluruh upacara keagamaan dan adat-istiadat Tinghoa hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga dan di ruangan tertutup (Noviani, 2014:41).

Kerusuhan Mei 1998 juga terjadi di beberapa kota besar, seperti kota Medan. Kerusuhan di Medan terjadi pada tanggal 4-8 Mei 1998. Kerusuhan di Medan merupakan pendahulu dari kerusuhan yang terjadi di Jakarta, bahkan polanya cenderung sama. Mahasiswa di kota Medan sangat aktif dan sangat reaktif atas tindakan pasif wakil rakyat. Mahasiswa di kota Medan hampir setiap hari melakukan aksi dan sudah turun ke jalan bersama masyarakat untuk menuntut reformasi di segala bidang. Aksi mahasiswa yang bergabung dengan masyarakat dalam penyampaian aspirasi terlanjur tak terkendali dan mulai melakukan keonaran.

(15)

aparat. Massa yang awalnya menonton saja kemudian bergabung dengan mahasiswa.Terjadilah barisan arak-arakan kemarahan.Mereka kemudian bentrok dengan petugas keamanan dan aksi mereka manjalar di sekitar kampus.Dalam aksi demonstrasi, mahasiswa mengambil dan melempari batu kaca showroom mobil Timor di dekat kampus.Mereka mendobrak pintu showroom dan menyeret satu unit mobil Mazda keluar dan kemudian dibakar. Rumah-rumah dan perkantoran yang ada di jalan Sutomo juga jadi sasaran amuk massa(Dian, 2015:10).

Gambar 5.1 Kerusuhan Mei 1998 di Medan

( Sumber: https://www.kaskus.co.id/)

(16)

polisi dengan batu dan bom Molotov.Kedua belah pihak pun bernegoisasi. Tawaran dari mahasiswa mereka akan berdemonstrasi tanpa ada aparat yang menjaga mereka. Sementara tawaran dari Polisi, mahasiswa dapat berdemonstrasi namun di dalam kawasan kampus. Negoisasi tersebut disetujui, mahasiswa berdemonstrasi di dalam kampus sementara polisi berjaga di luar kampus (Dian, 2015:11)

Menjelang malam, mahasiswa merasa situasi sudah kondusif sehingga beberapa dari mereka memutuskan keluar dari kampus.Namun polisi menghadang dan membentak mereka dengan kata-kata kasar dan cabul.Mahasiswa disuruh berjalan berjingkrak beriringan sambil memegang bahu masing-masing.Salah satu mahasiswi yang keluar dari kampus dilecehkan setelah kerudungnya dibuka paksa hingga terlepas oleh seorang polisi. Sebelum dipeluk dan dilecehkan, seorang polisi sempat membuka resleting celananya dan menunjukkan kemaluannya di depan mahasiswi tersebut. Hal itu mambuat mahasiswi tersebut pingsan.Akibat kejadian tersebut, kesepakatan kedua belah pihak batal (Dian, 2015:11).

Warga yang melihat aksi bejat polisi tersebut marah dan akhirnya bersekutu dengan mahasiswa.Isu pelecehan seksual itu beredar dengan cepat sehingga warga semakin ramai ikut bergabung.Mahasiswa dan warga kemudian menghancurkan dan mengobrak-abrik pos polisi tersebut. Bahkan mereka membakar mobil truk dan sepeda motor yang terparkir di depan pos. Aksi tersebut berhenti setelah kota gelap gulita karena listrik sengaja dipadamkan (Dian, 2015:12).

(17)

Utara semakin melebar hingga ke Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Binjai.Akibat kerusuhan selama 3 hari, Medan dan sekitarnya menjadi lumpuh.

Titik-titik rawan utama kerusuhan terjadi di seputaran Kec.Medan Denai, Kec. Medan Tembung, Kec. Medan Amplas, Kec.Medan Deli, Kec. Medan Timur dan Kec.Medan perjuangan. Kerusuhan yang terjadi di kota Medan dan sebagian kawasan Kab. Deli Serdang mengakibatkan 5 orang tewas, 80 orang tertembak dan ratusan perempuan Tionghoa diperkosa dan dilecehkan, 19 unit kendaraan bermotor roda empat termasuk sebuat truk petugas keamanan, 40 sepeda motor, 5 kantor bank serta ratusan toko/ruko dirusak dan dibakar (Tjin, 2005:30)

(18)

Gambar 5.2 Pasca Penjarahan Barang

(Sumber: https://www.kaskus.co.id/)

Kerusuhan Mei 1998 tidak hanya dipicu oleh bentrokan mahasiswa dengan aparat.Kerusuhan juga dipicu karena terjadinya krisis moneter yang mengakibatkan harga sembako melonjak dan masyarakat mengalami kelaparan.Pada saat itu etnis Tionghoa yang ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pribumi menimbulkan kecemburuan sosial.Kecemburuan sosial tersebut, memicu masyarakat pribumi ikut dalam aksi penjarahan toko/ruko etnis Tinghoa.

(19)

dia diancam akan dibunuh jika dia melakukan perlawanan. Sejumlah laki-laki dewasa diikuti dengan masyarakat leluasa mengambil seluruh isi toko.Dia hanya terpaku saat melihat toko elektroniknya dijarah oleh masyarakat pribumi. Menurut informan, benda-benda yang paling banyak dijarah oleh masyarakat adalah televisi dan radio.Selain itu karyawanya juga ikut menjarah tokonya.

Lain halnya dengan kesaksiaan Bapak Robby, dia mengalami kerusuhan tersebut saat ia masih duduk di bangku SMP. Saat kejadian berlangsung, dia masih berada di sekolah dan tiba-tiba para guru masuk ke kelas dan menyuruh semua siswa/siswi bergegas pulang.Sesampainya di rumah, dia melihat rumahnya sedang di jarah oleh masyarakat.Ayahnya memeluk ibunya yang sedang menangis dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Barang yang paling banyak dijarah adalah peralatan dapur dan bahan pangan seperti, beras, gula, minyak dan susu.

Menurut keterangan dari Bapak Ahok selaku pemilik toko elektronik, pada saat kerusuhan terjadi, masa berlomba-lomba masuk ke tokonya yang sudah di buka paksa oleh warga setempat.Dia menyaksikan sendiri dari lantai atas tokonya, warga membawa televisi dan kulkas. Salah seorang warga membawa televisi tersebut dan naik ke sepeda motor yang di kendarai oleh temannya. Mereka kemudian melaju sambil berteriak, “Merdeka!”.Pada saat itu Bapak Ahok beserta istri dan kedua anaknya hanya dapat menyaksikan toko mereka di jarah.

Salah seorang informan yang bernama Bapak Koko (nama disamarkan), demikian kutipannya:

(20)

Menurut Ibu Chang, dia juga mengalami hal yang sama dengan etnis Tionghoa lainnya. Dari kesaksiannya, dia melihat banyak sekali toko-toko dan rumah etnis Tionghoa dijarah dan dibakar oleh warga setempat. Dia berkata, demikian kutipannya :

“Saya saat itu sedang tidur siang, saya terbangun karena saya mendengar suara yang sangat keras dari luar.Tidak lama kemudian ibu dan ayah saya datang ke kamar saya dan memeluk saya dengan erat. Kami melihat dari jendela kamar saya, toko etnis Tionghoa yang berada di depan rumah saya telah di jarah dan mobilnya di bakar. Tidak hanya itu, tentangga saya datang kerumah untuk minta pertolongan, karena istrinya diikat dan putrinya diperkosa secara bergilir oleh masyarakat pribumi”

Menurut kesaksian Ibu Upik, ibunya pernah bekerja dengan orang Tionghoa.Ibunya bercerita kalau orang Tionghoa di tempat dia bekerja bicaranya kasar dan suka memaki dia. Ibunya sering sakit hati mendengar ucapan mereka, tapi ibunya tidak dapat berbuat apapun karena dia bekerja pada orang Tionghoa tersebut. Namun pada saat kerusuhan mei 1998 ibunya dan kawan-kawannya yang sama-sama juga bekerja pada etnis Tionghoa, melampiaskan sakit hati dengan ikut menjarah rumah mereka.

(21)

dia memberontak dan memukul salah satu pelaku.Pelaku tersebut langsung mengambil sebilah pisau dan menusukkanya ke perut korban.

Kerusuhan Mei 1998 di Medan terjadi dari pagi menjelang malam, kerusuhan ini sendiri dipicu oleh provokasi dan isu mengenai kenaikan harga barang dan kelangkaan bahan-bahan pokok pasaran.Isu yang beredar dimana etnis Tionghoa pemilik toko-toko menimbun bahan-bahan pokok yang memang saat itu sangat langka bahkan nyaris tidak ada di pasaran (Dian, 2015:20).

5.2 Dampak Kerusuhan Mei Tahun 1998 bagi Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa di kota Medan.

Perubahan nilai Budaya adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya.Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai, sikap-sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

1. Nilai-nilai

Nilai-nilai adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut. Nilai juga suatu karateristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku.

(22)

Sikap adalah suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek dan keadaan yang diorganisasi dari pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.

3. Pola Perilaku

Pola perilaku adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran dan tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Pola perilaku juga merupakan kelakuan seseorang yang sudah tersusun/tertata karena proses dari kelakuan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan menghasilkan suatu kebiasaan.

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negative.Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perubahan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.

(23)

Kerusuhan Mei 1998 telah membawa luka yang mendalam bagi bangsa Indonesia dan menimbulkan dampak yang sangat besar.Hancurnya beberapa fasilitas umum, penjarahan toko-toko etnis Tionghoa, pembunuhan dan pelecehan seksual terhadap etnis Tionghoa meninggalkan kepediahn dan kepiluan yang sangat mendalam.Akibat dari kerusuhan Mei 1998 membuat Indonesia jatuh dalam jurang keterpurukan.

Dampak utama peristiwa kerusuhan tersebut adalah terjadinya pergantian kepemimpinan nasional pada tanggal 21 Mei 1998.Selain itu dampak dari kerusuhan Mei 1998 adalah terjadinya krisis di segala bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Di kota Medan dampak kerusuhan Mei 1998 adalah lumpuhnya perekonomian dan perubahan nilai budaya etnis Tionghoa. Banyak etnis Tionghoa Medan pergi meninggalkan kota Medan karena merasa keamanan mereka tidak terjamin, walaupun banyak juga dari mereka yang tinggal untuk melindungi harta benda mereka supaya tidak di jarah. Kerusuhan ini juga menumbuhkan sikap antisipasi etnis Tionghoa.Mereka semakin menutup diri dan bersikap individu.

Salah seorang informan berkata, demikian kutipannya:

“Sebelum kerusuhan kami masih hidup damai dengan warga pribumi namun setelah kejadian itu, keadaan pun berubah. Saya memagar lapis seluruh bagian depan dan belakang rumah saya. Saya takut di jarah lagi, karena tetangga saya juga ikut menjarah toko saya.Barang-barang yang dijarah sangat banyak, hal itu merugikan saya.Saya menjadi takut dan tidak percaya lagi dengan warga setempat”.

(24)

“Saya sangat trauma kehilangan putra sulung saya.Putra saya diseret dan dikeroyok saat melakukan perlawanan.Padahal putra sulung saya hanya ingin melindungi saya, istri dan anak bungsu saya.Kami mendengar dia berteriak dan saya berlari untuk menolongnya. Namum apa yang bisa saya perbuat saat itu, saya sudah menemukan dia tergeletak dan tidak bergerak sama sekali. Karena kejadian itu juga saya mengonsumsi obat penenang selama 6 tahun”.

Dari keterangan Bapak Koko (nama disamarkan), dia beserta istri dan anak bungsunya mulai menutup diri dan tidak mau berinteraksi dengan warga pribumi saat itu. Walaupun kejadian tersebut sudah berlalu, trauma yang dialami Bapak Koko beserta keluarga masih terbawa sampai sekarang.Munculnya sifat individual mereka tercermin dari tempat tinggal mereka, dimana penduduknya kebanyakan etnis Tionghoa.Dia juga menyekolahkan anak bungsunya di sekolah etnis Tionghoa.

5.3 Peneliti Dengan Informan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(25)

hal berikut, yaitu kerugian fisik dan material (rumah dan toko) dirusak, dibakar dan dijarah, meninggal dunia saat terjadi kerusuhan karena berbagai sebab (terbakar, tertembak, teraniaya, dibunuh dan sasaran tindak kekerasan seksual) (Noviani, 2014:58).

Keterangan dari seorang informan yang penulis temui, dia juga sangat merasakan dampak dari kerusuhan tersebut.Dia memiliki toko elektronik yang diajarah oleh masyarakat dan karyawannya sendiri.Saat itu timbul rasa tidak percaya dan kecewa yang sangat besar, terutama terhadap karyawannya.Dia mengaku bahwa dia mulai menutup diri.Namun, jiwa dagangnya tidak padam hanya karena kejadian itu.Pada masa Presiden Habibie, dia mulai membuka toko elektroniknya lagi.Walaupun dia telah membuka toko elektroniknya, rasa trauma karena kerusuhan tersebut masih membayanginya. Dia mengatakan bahwa sebelum kerusuhan Mei 1998, biasanya dia membuka toko jam delapan pagi sampai dengan jam lima sore. Namun setelah kejadian itu, dia hanya membuka toko selama tiga sampai empat jam yaitu mulai dari jam sembilan pagi sampai jam satu siang. Dia berkata, berikut kutipannya:

“Saya hanya membuka toko 2-3 hari perminggu dalam kurun waktu 3-4 jam saja. Saya takut kalau kerusuhan itu terulang lagi. Saat ada masyarakat pribumi yang masuk ke toko, saya sangat takut dan was-was. Saya langsung mengambil pisau silet sebagai pertahan diri jika mereka membuat kerusuhan”.

(26)

menyalahkan masyarakat pribumi karena telah membunuh kakak tertuanya. Tidak hanya itu, Bapak Alex beserta keluarga mulai aktif berbahasa Hokkian agar masyarakat pribumi tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. karena menurut dia, masyarakat pribumi selalu ingin tahu urusan mereka. Bapak Alex mengatakan hal tersebut terbawa sampai sekarang dan menjadi kebiasaan mereka.

Ibu Chang mengatakan, pasca kerusuhan itu dia dan orangtuanya pindah ke Berastagi karena pada saat itu Berastagi tidak tersentuh oleh kerusuhan Mei 1998.Mereka Menetap di Berastagi selama 1 tahun sebelum akhirnya mereka kembali ke Medan.Setelah mereka kembali ke Medan, Ibu Chang dan orangtuanya menetap di daerah Medan Denai sampai sekarang.Namun tempat tinggal Mereka kebanyakan etnis Tionghoa dan sangat jarang masyarakat pribumi.Mereka juga memagari rumah mereka sebagai antisipasi.Walaupun kerusuhan Mei 1998 sudah berlalu, Ibu Chang masih sering menangis jika teringat kejadian tersebut.Ibu Chang menuturkan, walaupun sekarang etnis Tionghoa sudah berbaur dengan masyarakat pribumi, tidak menghilangkan ketakutannya terhadap masyarakat pribumi.Ibu Chang hanya terbuka terhadap masyarakat pribumi yang sudah lama dia kenal baik.

Sama halnya dengan seorang informan yang bernama Bapak Ahok. Dia berkata, demikian kutipannya:

(27)

Bapak Ahok menuturkan karena kejadian itu dia dan keluarganya menjadi tertutup.Sikapnya berubah terhadap masyarakat pribumi.Bapak Ahok mengatakan dia tidak mau berbicara dengan masyarakat pribumi saat itu dikarenakan rasa takut.Menurutnya perubahan sikap sangat terlihat dari putrinya.Putrinya tidak mau bergaul dengan masyarakat pribumi terutama laki-laki.Masyarakat sekitar menjulukinya angkuh dan sombong, padahal menurutnya, dia tidak mau berbicara dengan masyarakat pribumi karena rasa trauma dan rasa takut yang sangat besar.

Seorang informan yang merupakan teman penulis bernama Silvia menuturkan bahwa mengalami perubahan yang drastis.Ketidakpercayaannya terhadap masyarakat pribumi muncul ketika nenek dan sepupunya menceritakan pengalaman mereka saat kerusuhan Mei 1998.Walaupun dia tidak mengalami kejadian tersebut, dia mengaku dapat merasakan kesedihan dan penderitaan nenek dan sepupunya.Dimana saat kerusuhan, rumah neneknya di jarah dan adik dari sepupunya meninggal dunia karena diperkosa secara bergilir. Dia berkata, demikian kutipannya:

“Jujur saya merasa tidak adil.Walaupun saya tidak mengalaminya, sebagai perempuan, saya juga dapat merasakan kesedihan nenek dan sepupu saya.Terutama sepupu saya yang adiknya meninggal karena diperkosa.Kenapa perempuan etnis Tionghoa menjadi korban kebejatan masyarakat pribumi.Saya rasa perempuan etnis Tionghoa tidak ada hubungannya dengan krisis moneter atau dengan masalah reformasi Indonesia.Apakah tidak ada lagi rasa kemanusiaan saat itu. Adik dari sepupu saya diperkosa dan dibunuh tepat di depan keluarganya dan meninggalkan kesedihan yang sangat dalam. Akibat dari kerusuhan tersebut, sepupu saya dan keluarganya pindah ke luar negeri dan enggan untuk kembali ke Indonesia.Saya sangat menyayangkan kejadian tersebut.”

(28)

masyarakat pribumi.Dia cenderung tertutup dan pendiam.Hal tersebut di rasakan oleh penulis sendiri, karena penulis satu sekolah bahkan satu kelas dengannya.

Tidak hanya Silvia yang mengalami perubahan, Ibu Diana juga merasakan hal yang sama. Walaupun dia tidak mengalami kerusuhan itu, dia mengalami perubahan yang signifikan terhadap masyarakat pribumi, dia menjauh dan menghindari masyarakat pribumi.Dari kesaksiannya dia dapat merasakan ketakutan yang dirasakan oleh kakak iparnya, sebelum pada akhirnya dia dapat menerima hal tersebut.Bermula dari kakak iparnya yang menceritakan pengalamannya kepada Ibu Diana.Toko ayah kakak iparnya di jarah dan dilempari batu.Kakak iparnya ditarik oleh sekelompok pria dan mengikatnya.Pada saat itu sekelompok pria tersebut bermaksud untuk melecehkan kakak iparnya, namun tidak berhasil karena kakak iparnya di selamatkan oleh ayahnya.Kejadian tersebut tidak hanya meninggalkan luka fisik, namun juga meninggalkan trauma.

Ibu Diana berkata, demikian kutipannya:

“Saya dapat merasakan kesedihan kakak ipar saya.Dia bercerita sambil menangis.Harta dan toko ayahnya lenyap.Ditambah dia terluka karena diseret dan diikat oleh sekelompok pria.Hal tersebut tidak hanya terjadi pada kakak ipar saya.Kakak ipar saya juga mengatakan bahwa putri tentangganya diperkosa sampai meninggal.Padahal putri tetangga kakak ipar saya masih kelas 6 SD. Saya beranggapan bahwa masyarakat pribumi saat itu sangat kejam dan mulai menjauhi mereka.Saya takut dan benci juga.Setiap saya melihat masyarakat pribumi, terutama laki-laki, saya langsung teringat cerita kakak ipar saya.Tapi namanya kita hidup, tidak mungkin saya terus bersikap seperti ini. Karena saya tinggal di Negara Indonesia ini , saya harus berbaur, karena saya juga perlu mereka. Untuk melupakan hal tersebut mungkin susah bagi saya, tapi hidup selalu harus belajar. Saya terus belajar untuk menerima dan melupakan kejadian diskriminatif terhadapa etnis Saya”.

(29)

kebanyakan dari mereka hanya berbaur dengan sesama etnis Tionghoa saja.Perubahan tersebut terjadi karena mereka masih mengingatnya dan menjadikannya peristiwa kelam yang tidak terlupakan seumur hidup.

(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dalam menjalani kehidupan sehari- hari, masyarakat tentunya dapat mengalami perubahan.Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak mencolok dalam arti berjalan dengan lambat dan ada pula perubahan yang mencolok dalam arti berjalan dengan cepat.Perubahan- perubahan dapat dipengaruhi oleh konflik yang terjadi di sekitar masyarakat dan hal tersebut merubah nilai-nila sosial, norma-norma sosial, pola perilaku, lapisan-lapisan dalam masyarakat, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Perubahan juga terjadi di masyarakat Tionghoa di kota Medan, terutama perubahan nilai budaya mereka yaitu perubahan perilaku. Perubahan perilaku masyarakat Tionghoa di Kota Medan terhadap masyarakat dipengaruhi oleh konflik yang pernah terjadi di Kota Medan.Salah satunya adalah Kerusuhan Mei 1998.

(31)

rasial tersebut meninggalkan trauma yang sangat besar terhadap masyarakat Tionghoa. Akibat dari kerusuhan tersebut masyarakat Tionghoa di kota Medan mengalami perubahan perilaku yang sangat signifikan. Mereka tidak mau bersosialisasi atau bertegur sapa dengan sekitar, adanya rasa curiga, tidak mudah percaya dan hanya berinteraksi dengan sesama etnis Tionghoa saja.

Disamping itu, kerusuhan Mei 1998 juga mengakibatkan adanya sikap individual etnis Tionghoa di kota Medan. Mereka lebih suka bekerja sama hanya dengan sesama etnis mereka, tinggal di daerah yang lebih mendominan etnis Tionghoa. Bahkan banyak dari mereka yang menyekolahkan anak mereka di sekolah Tionghoa.Kerusuhan Mei 1998 membawa dampak yang sangat besar dan merugikan banyak pihak, terutama masyarakat Tionghoa.

6.2 Saran

Berikut saran penulis:

1. Sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa kita harus saling menghargai dan menghormati, hilangkan anggapan negatif dan perbedaan etnis yang dapat memecah belah persatuan. Jangan sampai Kerusuhan tersebut terulang lagi di masa depan karena dapat menimbulkan kerugian yang besar, minggalkan trauma dan dapat merusak kesatuan Bangsa dan Negara.

(32)

3. Dalam kehidupan bermasyarakat, perubahan tentu terjadi, tetapi buatlah perubahan tersebut menjadi suatu kemajuan bukan kemunduran.

4. Setiap manusia memiliki masa lalu, baik itu masa lalu yang indah atau masa lalu yang kurang baik, namun buatlah masa lalu tersebut menjadi acuan untuk masa depan yang lebih baik. Kita hidup di masa kini bukan di masa lalu, jadi kita tidak boleh terus menerus menoleh ke masa lalu.

Gambar

Gambar 5.1 Kerusuhan Mei 1998 di Medan
Gambar 5.2 Pasca Penjarahan Barang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk memenuhi kondisi ideal dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada di STIKOM Surabaya agar sesuai dengan regulasi, maka perlu adanya aplikasi pelayanan

Dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh Apple hingga saat ini adalah perusahaan ini telah melakukan berbagai aliansi strategis, dan cukup banyak perusahaan dan pihak tertarik

Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu pertama, konsen- trasi siwak yang kurang adekuat untuk menurunkan viskositas saliva, kedua, waktu berkumur yang

Nilai tersebut dapat diinterpretasikan sebagai tingkat kecocokan antara hasil sistem dan data testing dari proses percobaa identifikasi jenis kelamin pada diameter

Pencabutan empat gigi premolar pertama meru- pakan pilihan yang dilakukan untuk menda- patkan ruang yang dibutuhkan untuk retraksi 2 mm gigi anterior rahang atas dan bawah

Bila anoda lebih positip dari katoda, junction J 1 dan J 3 dalam keadaan forward bias, sedangkan junction J 2 dalam keadaan reverse bias, sehingga pada saat tersebut hanya

Faktor minat sangat mempengaruhi prestasi belajar, apabila seorang siswa punya minat dalam mempelajari sesuatu pelajaran agama misalnya, maka dengan sendirinya siswa tersebut