• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahasa Kedanauan (Kajian Ekolinguistik Tentang Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahasa Kedanauan (Kajian Ekolinguistik Tentang Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran:

Data Situs-situs yang Berkaitan dengan Pelestarian

Lingkungan

Situs-situs sebagai tanda atau simbol bermakna atau dimaknai oleh masyarakat sekitarnya mengandung mitos terdata peneliti adalah sebagai berikut:

1. Batu Parbiusan

ujudnya Batu berlapis sehingga membentuk altar Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula 2. Harbangan

Ujudnya: Tembok Batu Lokasi: Aek Sipitudai Kec.: Sianjur Mula-mula 3. Batu Palangka

Ujudnya: Batu Berbentuk Mangkuk Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula 4. Batu Anduhur

Ujudnya: Batu berbentuk burung perkutut Lokasi: Aek Baringin, Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula 5. Batu Sopo

(2)

6. Batu Kursi

Ujud: Batu menyerupai kursi Lokasi: Sianjur Mula-mula 7. Batu Lage/Tikar

Ujud: Batu mirip tikar Lokasi: Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula 8. Batu Ijuk

Ujud: Batu yang ditumbuhi tanaman mirip ijuk Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula 9. Batu Tangga-tangga

Ujud: Batu mirip tangga menuju Pussuk Buhit Lokasi: Sarimarihit

Kec.: Sianjur Mula-mula 10.Aek Baringin

Ujud: Mata air dari selah-selah batu Lokasi: Aek Baringin/Sipitudai Kec. Sianjur Mula-mula

11.Batu Gordang

Ujud: Batu yang ditopang akar-akar Lokasi: Aek Baringin

(3)

12.Batu Hoda Ujud: Batu Lokasi: Boho

Kec.: Sianjur Mula-mula 13.Batu Hobon

Ujud: Batu berlapis atau bertindih-tindih Lokasi: Sari Marihit

Kec.: Sianjur Mula-mula 14.Batu Pangasean

Ujud: Batu dan lapangan di atas bukit, yang diyakini sebagai tempat pemujaan dahulu

Lokasi: Boho

Kec.: Sianjur Mula-mula

15.Harangan Rura Onan Aek Sitio-tio Ujud: Hutan, batu, mata air

Lokasi: Boho

Kec.: Sianjur Mula-mula 16.Sijambur

Ujud: Mata air dan perkampuangn Lokasi: Sijambur; Kec.: Pangururan 17.Harangan Nabolak

Ujud: Hutan lebat, yang diyakini kalau masuk ke hutan ini akan sesat tidak bisa pulang

(4)

Kec.: Sianjur Mula-mula 18.Harangan Etek-etek

Ujud: Hutan

Lokasi: Huta Ginjang Kec.: Sianjur Mula-mula

19.Harangan Sihumonong (Pertapaan si Raja Batak)

Ujud: Hutan yang ditumbuhi dengan pohon-pohon tua dan langka serta berlumut Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula 20.Tala-tala

Ujud: Rawa berair diperkirakan 5000 m persegi, yang diyakini tempat bidadari nenek moyang orang Batak mandi/maarpangir

Lokasi: Huta Ginjang Kec.: Sianjur Mula-mula 21.Batu Opputa Raja Isombaon

Ujud: Batu bulat, yang diyakini ujud Raja Isombaon Lokasi: Sianjur Mula-mula

22.Batu ni Oppu Parimbulu Bosi

Ujud: Batu yang berujud unik, diyakini batu perubahan ujud Guru Parimbulu Bosi

(5)

Ujud: Rawa berair diperkirakan 5000 m persegi, diyakini sebagai tempat para bidadari nenek moyang orang Batak

Lokasi: Huta Ginjang Kec.: Sianjur Mula-mula 24.Batu Parpadanan

Ujud: Batu Bulat di tengahnya ada gua. Tempat Guru Tatea Bulan

menyembunyikan pakaian salah satu bidadari (Siboru Sakti). Mereka berjanji menjadi suami istri

Lokasi: Sianjur Mula-mula 25.Batu Sopo

Ujud: Batu berbentuk rumah kecil, yang diyakini sebagai rumah pertama Guru Tatea Bulan dengan Siboru Sakti.

Lokasi: Sianjur Mula-mula 26.Batu Naga

Ujud: Batu berujud mulut seekor naga, diyakini sebagai naga peliharaan Tatea Bulan dan Siboru Sakti

Lokasi: Sianjur Mula-mula

27.Batu Gajah

Ujud: Batu menyerupai ujud gajah, diyakini gajah peliharaan Tatea Bulan berubah menjadi Batu

(6)

Ujud: Batu seperti mimbar tempat berkumpul Lokasi: Huta Ginjang

Kec.: Sianjur Mula-mula 29.Aek Malum

Ujud: Mata Air yang sangat jernih dan dikelilingi oleh pohon-pohon, diyakini sebagai bekas tancapan tongkst Guru Tatea Bulan dan disakralkan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Lokasi: Huta Ginjang Kec.: Sianjur Mula-mula 30.Simangarambang

Ujud: Bukit yang ditumbuhi jabi-jabi, diyakini lokasi dapat mendeteksi niat baik dan niat jahat. Kalau ada niat jahat disimpannya akan mati dengan sendirinya. Lokasi: Aek Sipitudai

Kec.: Sianjur Mula-mula

31.Batu Rumah Bolon

Ujud: Batu yang menyerupai rumah adat batak yang berukir. Lokasi ini diyakini sebagai persinggahan Mula Jadi Nabolon menuju Pussuk Buhit ketika

menciptakan Raja Geleng Gumeleng Lokasi: Simarrihit

(7)

32.Liang Sakti

Ujud: Gua Batu yang diyakini sebagai tempat penyempurnaan Raja Uti menjadi manusia seutuhnya dan memiliki ilmu yang sangat sakti

Lokasi: Sarimarrihit Kec.: Sianjut Mula-mula 33.Aek Bona-bona

Ujud: Air danau dan batu, diyakini sebagai tempat persinggahan si Raja Batak sebelum menuju daerah Bonan Dolok, disakralkan, tumbuhannya jabi-jabi. Lokasi: Tulas

Kec. Sianjur Mula-mula 34.Binanga Sitapigagan

Ujud: Air terjun dan Sungai berbatu, diyakini sebagai tempat berbasuh dan manguras (mensucikan diri) Oppung Paribulu Bosi, disakralkan dan

dikeramatkan.

Lokasi: Bonan Dolok Kec.: Sianjur Mula-mula

35.Binanga Sitapigagan/Aek Sibontar

Ujud: Air Terjun dan Suangai Berbatu, diyakini bisa berubah warnanya tujuh kali dalam sehari.

Lokasi: Bonan Dolok Kec. Sianjur Mula-mula 36.Pulau Tulas

(8)

dengan Gunung Dsianbung di Tanah Karo akhirnya jatuh ke tangah Danau Toba.

Lokasi: Tulas, Siboro Kec.: Sianjur Mula-mula 37.Sianjur Mula-mula

Ujud: Perkampungan dan gua, diyakini sebagai pemukiman pertama orang Batak (Si Raja Batak). Si Raja Batak membangun rumah pertama sekali di daerah ini, terbuat dari batu. Ada juga gua sebagai tempat berbasuh dan sumber air minum.

Lokasi: Urat

Kec.: Sianjur Mula-mula 38.Inganan Partonggoan

Ujud: Batu berbentuk meja, diyakini sebagai wadah Si Raja Batak berdoa. Lokasi: Urat

Kec.: Sianjur Mula-mula 39.Mual Siboru Pareme

Ujud: Sumur, diyakini sebagai tempat si Boru Pareme mengambil air Lokasi: Sarimarrihit

Kec.: Sianjur Mula-mula 40.Batu Parhusipan

Ujud: Batu, diyakini situs pertemuan Sariburaja dengan Siboru Pareme dan melakukan perjinahan

(9)

41.Dolok Sibagot-bagot

Ujud: Dua bukit berbentuk buah dada, diyakini sebagai karya kesaktian Gunung Pussuk Buhit

Lokasi: Desa Siarsam Kec.: Sianjur Mula-mula 42.Mual Sitonggi-tonggi

Ujud: Pancuran Air, diyakakini sebagai air persinggahan Siboru Pareme dan Raja Lontung menuju ke Banua Raja. Rasanya segar untuk pelepas dahaga dan bisa saja berubah rasanya apabila pengunjungnya tidak sopan atau berbohong Lokasi: Huta Lumban Tonga-tonga

Kec.: Sitio-tio 43.Huta ni Oppu Mosa

Ujud: Lesung, diyakini sebagai wadah menumbuk ramuan obat berhasiat berlipat ganda.

Lokasi: Sabulan; Kec.: Sitio-tio 44.Mual ni Siboru Pareme

Ujud: Mata Air, diyakini sebagai tempat permandian Siboru Pareme. Mata air ini dihormati penduduk setempat terutama ketrunan Raja Lontung berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit dan dapat membuat awet muda. Pada umumnya penduduk menghormatinya dan memberikan sesajen dan memohon ingin

mendapat rezeki, serta tidak boleh berbicara tidak sopan. Lokasi: Sabulan

(10)

45.Mual ni Boru Saronding

Ujud: Mata Air, Monumen, diyakini sebagai tempat marpangir (mandi dengan menggunakan jeruk purut). Sampai sekarang banyak orang mengunjungi untuk tujuan menyucikan diri dan untuk meminta permohonan khusus.

Lokasi: Sabulan Kec.: Sitio-sitio 46.Pantai Boru Sarunding

Ujud: Pantai, diyakini adalah lokasi tenggelamnya perahu Boru Sarinding karena ingkar janji terhadap Raja Sudungdangon, suaminya. Daerah ini dianggap sakral, para pendatang untum memujanya harus mengenakan kain sarung, sopan, tidak boleh meludah

Lokasi: Rassang Bossi; Kec.: Sitio-tio 47.Mual Tamba Tua

Ujud: Mata Air, tempat pertemuan Tamba tua dengan Guru Sudungdangon (Manusia Jadi-jadian) sebagai penguasa daerah Tamba. Mereka berjanji agar Guru Sudungdangon pindah ke Bukit imbalannya Tamba Tua berkewajiban memberikan sesajen setiap tahun. Perjanjian ini harus dilaksanakan kalau terlupakan akan terjadi musim penyakit, tanaman tidak bagus.

Lokasi: Tamba Dolok Kec.: Sitio-tio

48.Mual Datu Parmongongo

(11)

dan kecantikan. Pengunjung tidak diperbolehkan membuang sampah sembarang dan berkata tidak sopan.

Lokasi: Tamba Nagodang Kec.: Sitio-tio

49.Mual Si Sopak ni Musu

Ujud: Mata air yang sudah tidak terurus, diyakini sebagai penjaga perkampungan Tamba sihingga tidak bisa dimasuki pencuri, pendengki. Lokasi: Tamba

Kec.: Sitio-tio 50.Sampuran Bala

Ujud: Mata Air, diyakini Mual Bala iini dihuni seekor ular besar, ekornya berada di bawah gunung dan kepalanya berada di atas gunung Nabolak dinamai dengan Sibaganding Tua. Di area Sampuaran Bala ini tumbuh Pokki dan Jabi-jabi. Dahan pohon ini tidak boleh ditebang lalu dibawa pulang. Jika ada orang yang bersikeras maka ranting tadi akan berubah menjadi ular.

Lokasi: Dolok Raja Kec. Harian

51.Mual Silimbat

(12)

Lokasi: Sampuran Toba Kec.: Harian

52.Makam Sipisisomalim

Ujud: Makam, diyakini tempat pemakaman Sipisosomalim setelah kalah adu kesaktian. Rumput dan pohonan yang tumbuh di sekitarnya tidak boleh dimakan hewan. Siapa yang menentangnya akan mati.

Lokasi: Saomauli Hatoguan Kec.: Palipi

53.Jabi-jabi Sihis?Sisangapan

Ujud: Pohon, diyakini pohon sebagai tanda persaudaraan Situmorang Lokai: Urat

Kec.: Palipi 54.Batu Ratte

Ujud: Batu, diyakini dapat bergerak sehingga dirantai supaya tidak bergerak. Lokasi: Mogang Pelabuhan

Kec.: Palipi

55.Hariara Siduatali (Hariara Maranak)

Ujud: Pohon Hariara, diyakini di bawah pohon ini adalah wadah rapat yang menghasilkan keputusan penting dan damai. Keturunan Lontung sangat menghormatinya dan memiliharannya dengan baik. Situasi sekitarnya sangat gersang.

(13)

56.Namartua Limang

Ujud: Batu seperti cawan, diyakini sebagai tanda keturunan Pandiangan yang mengeluh karena banyak rezeki panen yang tumpah ruah didapatnya sihingga kewalahan mengangkatnya dan meyimpanya ke lumbung.

Lokasi: Urat Kec.: Palipi 57.Binanga Bolon

Ujud: Sungai dengan Batu-batu kecil, diyakini sebagai tempat sakral. Masyarakat sekitarnya mengakui pernah ada upaya untuk menimbun pertemuan dua sungai dengan batu-batu besar, tetapi kenyataannya batu itu hancur berkeping-keping. Serpihan batu tersebut tidak boleh dibawa pulang

58.Sampuran Pangaribuan

Ujud: Air terjun, diyakini sebagai tempat asal marga sinaga. Air terjun ini dianggap sakral oleh keturunan marga sinaga sehingga mereka menjaga kebersihan dan pohon-pohonnya.

Lokasi: Palipi

59.Parbatu Palhang

Ujud: Batu, sumur, pohon, diyakini sebagai makam salah satu marga siringo-ringo yang terbunuh oleh saudaranya sendiri.

(14)

60.Batu Guru

Ujud: Pantai dan Batu yang ditumbuhi beringin kecil dan rumput-rumput, diyakini sebagai tempat Datu Parulas dan Datu Parultop mengadu kesaktian dalam mempertahankan struktur batu yang mau terguling.

Lokasi: Pangaloan Kec.: Nainggolan 61.Mual ni Raja Sonang

Ujud: Lima Mata Air yang berdekatan, diyakini sebagai makan Raja Sonang, disekitarnya ditumbuhi bambu, nira, dan jabi-jabi. Tempat ini dianggap sakral sehingga orang tidak boleh sembarangan di daerah tersebut.

Lokasi: Rianiate Kec.: Onan Runggu 62.Hariara Nabolon

Ujud: Pohon Hariara, diyakini sebagai pohon tambatan kerbau ketika adat kematian Raja Ampangarandang.

Lokasi: Sosor Pea Kec.: Onan Runggu 63.Batu Ugan

Ujud: Batu berbentuk Oval terdiri dari 4 buah batu yang tidak boleh dipindah-pindahkan. Batu ini diyakini sebagai peninggalan Raja Lontung ketika membuka perkampungan di daerah tersebut. Masyarakat setempat menganggap lokasi tersebut sakral dan tidak boleh dipindah-pindahkan.

(15)

64.Aek Natonang

Ujud: Waduk berawa, diyakini sebagai tempat permandian Raja Lontung, dilanjutkan dengan Ompu Palti sebagai jelmaan dari Raja Uti. Tempat ini disakralkan dan dipuja.

Lokasi: Sosor Dame Kec.: Simanindo 65.Batu Marhosa

Ujud: Batu ditumbuhi Dapdap, Sampilpil, Tanggiang, diyakini sebagai tempat persembunyian Si Boru Langgatan Situmorang karena tidak mau kawin paksa. Masyarakat meletakkan sirih dan rokok sebagai syarat mengujunginya.

Lokasi: Sigarantung Kec.: Simanindo

66.Mual Si Boru Langgatan

Ujud: Mata Air, diyakini sebagai tempat menyampaikan permohonan dan biasanya terkabul. Bentuk sesajen biasanya sirih diletakkan di atas batu altar. 67.Batu Suga

Ujud: Batu berbentuk mahkota, diyakini sebagai jelmaan dari keluarga menjadi batu.

Lokasi: Sigarantung Kec.: Simanindo 68.Bulu Turak Nan Tinjo

(16)

emas. Hal ini diajukan karena ayah dari Nan Tinjo dan Nan Tinjo sendiri menyadari bahwa dia bukan wanita normal melainkan manuasia biseks (wanita, yang kelaki-lakian). Raja Silalahi ternyata menyanggupi syarat itu sehingga dengan terpaksa pihak Nan Tinjo menerimanya. Di Tengah Danau Nan Tinjo bermohon kepada penguasa laut supaya dikutuk dan ditenggelamkan perahunya. Oleh karena itu, penguasa mengabulakannya dan menenggelamkan perahu Silalahi dan Nan Tinjo.

Lokasi: Huta Malau Kec.: Simanindo 69.Na Martua Sioma

Ujud: Pantai, diyakini sebagai kisah dua orang bersaudara kembar, yang lama kelamaan timbul rasa saling memiliki. Orang tua dan huta keberatan melihat kenyataan ini sehingga mereka menancakan potongan bambu di sepanjang pantai yang bertindak sebagai ranjau. Tujuannya adalah agar perilaku mandi bersama kedua bersaudara tersebut berhenti sehingga tidak ada lagi rasa saling mencintai. Namun, mereka tetap melompat ke danau untuk mandi sehingga keduanya tertancap ranjau tadi. Daerah ini sangat disakralkan.

Lokasi: Silima Lombu; Kec.: Simanindo 70.Bontean

Ujud: Batu, diyakini sebagai tempat tambatan/kaitan perahu raja-raja kalau berlabuh.

(17)

71.Parik Debata

Ujud:Benteng Batu, diyakini sebagai tempat permandian/paranggiran Si Boru Nagojong. Masyarakat setempat menghormatinya, tidak boleh bicara tidak sopan dan harus menjaga kebersihannya.

Lokasi: Huta Pagar Batu Kec.: Simanindo

72.Pagar Batu

Ujud: Benteng Perkampungan, diyakini sebagai tempat yang sangat mistis Lokasi: Huta Pagar Batu

Kec.: Simanindo 73.Aek Siguti-guti

Ujud: Waduk, diyakini sebagai sisa air perebusan manusia yang dijadikan menjadu suruhan gaib/magis.

Lokasi: Huta Salaon Kec.: Ronggur ni Huta 74.Aek Porohan

Ujud: Waduk, diyakini masih berhubungan dengan Aek Sidihoni. Hal ini dibuktikan dengan jika Aek Sidihoni kering maka Aek Porohan penuh dan sebaliknya. Legendanya, waduk ini disahkan sebagai tempat tenggelamnya seorang laki-laki yang menyukai saudara kembarnya.

Lokasi: Salaon

(18)

75.Gua Simaliting

Ujud: Gua, diyakini sebagai istana seekor ular besar. Tempat ini disakralkan masyarakat setempat.

Lokasi: Tanjungan Kec.: Ronggur ni Huta 76.Aek Sihalisung

Ujud: Waduk, diyakini sebagai tempat tenggelamnya Mangait boru Simbolon yang dipaksa menikah, tetapi lebih memilih mati tenggelam terbawa pusaran air. Lokasi: Lumban Dugul

Kec.: Ronggur ni Huta 77.Sipaleonggang

Ujud: Liang, diyakini masyarakat sebagai tempat yang sakral Lokasi: Huta Simanampang

Kec.: Ronggur ni Huta 78.Jeani Tano

Ujud: Lubang/Liang yang ditumbuhi Arsam, Pinus, sanggar. Tempat ini diyakini sebagai penangkal niat jahat dan pemberi rejeki apabila diberi sesajen.

Lokasi: Huta Sitonggi-tonggi Kec.: Ronggur ni Huta 79.Danau Sidihoni

Ujud: Danau, diyakini dapat memberikan tanda-tanda sosial di masyarakat sekitarnya sehingga disakralkan.

(19)

80.Mula ni Si Boru Na Etang (Naibaho)

Ujud: Pantai dan Pohon Beringin, diyakini sebagai tempat ditenggelamkannya si Boru Naitang karena kawin sedarah dengan saudara kembarnya.

(20)

Lampiran: Hasil Rekonstruksi Cerita Rakyat

Tabel 9: Hasil Rekonstruksi Cerita Rakyat

PARIK NI HUTA

Narasumber: Simanjorang Umur: 66 Tahun

Alamat: Desa Hasinggahan Kec. Limbong Mulana Kab. Samosir

Definisi: Parik merupakan bangunan pagar yang terbuat dari timbunan tanah yang tersusun dengan rapi.

Bahasa Batak Toba

Bahasa Indonesia

Parik manang lindung ni huta manang na di hauma dibahen sian batu manang sian tano. Di toru ni parik i suha ma goarna.Unang dilatei, unang dibaen nasoadat na so uhum, dibaen naso aji, unang dipaborhat begu ganjang ido on nambahen parik on. Unang ditahi di au artana, pantang manolbak parik, parik ni juma naso boidiunsat on. Manang na ise namangolat parik ingkon hassit ngoluna. Batu sondi nasoboi gargaran on. Manang na ise mangumpat parikna ingkon hansit ngoluna alana hona uhum ni Namulajadi Nabolon, ima poda ni natua-tua. Bolo dituntun lomo na, di pudian ni ari sungkun-sungkun ma rohana. Tona tu pangaranto dang diboan tano alai marjabu be do hamu. Idia do dosakku, burju do

(21)

omppuku happe nunga mardengkuki. Sonari on dipasahat tu naposo,

“Unang suda hosa alana ni tano tarlumobi tu namarhahamaranggi. Parik balok nasotupa tolbakkon.”

Disuan bulu di atas ni parik asa las huta.

Jala asa unang hona sitaban (martaban) manangko jolma. Laho digadis.Ahu ma raja di huta on martaban ma jo hamu borngin on. Bolo Huta Dolok di ginjang di parik ingkon suannon do bulu lao pagar ni

huta. Ai najolo asa lao jolma tu dolok-dolok alana masa do sitaban jolma.

Apa dosaku, ayah/ibu, kakekku baik padahal tanpa sepengetahuannya sudah melakukan kecurangan. Sekarang dinasihatkan kepada generasi muda,

“Jangan sampai meregang nyawa karena

persoalan tanah, khususnya kepada orang yang berkakak adik Parik batas jangan

sampai dirusak.”

Bambu ditanam di atas Parik supaya hangat perkampungan. Selain itu, terhindar dari penculikan manusia. Tetapi bagi masyarakat Dolok tanaman bambu merupakan pagar perkampungan.

AEK SITAPIGAGAN

SIMANJORANG HELA NI RAJA SAGALA

Narasumber: Dapot Simanjorang

Umur: 56 Tahun

Alamat: Desa Hasinggahan Kec. Limbong Mulana Kab. Samosir

Simanjorang adalah salah satu Marga Batak dari Puak Marga Sinaga

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Hatiha i mandonghon ompung nami Simanjorang sian Pangaribuan. Pangalahona jukat ido dibahen ma goarna Simanjurang. Pitu ma halahon namarhaha maranggi, Simanjorang ma siampudan. Leleng diparlelengan tolpusma tu son tu hasundutan manang Sinaga Hasundutan. Si Manjorang si Pardandi Parhasundutan. Ro ma

Cerita itu/alkisah mengatakan moyang kami Simanjorang bersal dari Pangaribuan. Kelakuannya jahat/bandal sehingga diberi nama Siamnjurang. Tujuh orang mereka ini bersaudara, Simanjorang adalah anak yang

paling bungsu. Lama kelamaan

(22)

marlange Simanjorang sahat tu Bonan Dolok Aek Sitapigagan binanga nabolon ima binanga ni si Sagala. Dungi jadi hatoban ni Raja Sagala ma ompu on sidegeon ma ompu on laho tu ginjang dohot tu toru ni rumah. Partangisan manang na udean Raja Sagala maruba-uba ukuranna olo balga olo gelleng. Ompungna ta najolo gelarna Ompu Bonan Dolok na hurang alo on si Bolak mumbal-mumbal omputa si unangbela ibana manampul asu ibana i sulangi deba. Di hatiha i mandonghon jadi ma porang mangalo parbariba. Marporang manangko mambuat jolma laho mambahen hatoban. Bolo Nadihasomalhon di Aek Sitapigagan batu dohot hau holan marga Sagala do naboi mambuat hau i (hayu tualang), ipe ingkon marsantabe ingkon hohom unang margait-gait pangalaho dohot pangkatai on.Bolo dituntun lomo na laho tusi boi gadamom manang gatal-gatal on. Unang dibuat hau laho parhau. Di tingki Simanjorang dibaen jadi hatobanna bolo borngin dang diboan tu jabu dibaen ma gabe sidege-dege on tu ginjang dohot tu toru ni jabu. Ditingki sadari di bereng Simanjorang ma Ompu Bonan Dolok holan natalu di parporangan. Hape di nalaho

suka merengek Parhasundutan. Simanjorang menyeberang dari sebelah dengan berenang sampai di Bonan Dolok Sungai Sitapigagan, yaitu Sungai Si Sagala. Setelah itu Raja Simanjorang menjadi budak Raja Sagala, fungsinya sebagai pijakan kaki kalau naik turun rumah.

Kuburan Raja Sagala dapat berubah-ubah ukurannya kadang besar dan kadang kecil. Raja Sagala gelarnya Ompu Bonan Dolok yang tidak bisa ditaklukkan . Cerita itu mengatakan terjadilah perang antara kekuasaan Sagala dengan negeri Seberang. Peperangan bertujuan untuk menyandera manusia/orang sebagai target perang, yang akan dijadikan sebagai budak.

Kebiasaan yang diwariskan di Sungai Sitapigagan batu dan kayu hanya marga Sagala yang bisa menebang/mengambilnya. Hal itupun terjadi harus disertai etika/ permisi dan santun. Jangan menganggap remeh perbuatan maupun perkataan. Jika aturan yang dipercaya ini dilanggar bisa saja kena gadam atau gatal-gatal yang kronis. Jangan diambil kayu/pohon untuk dijadikan kayu bakar.

(23)

marporang Ompu Raja Bonan Dolok tu Simanjorang bolo ditinggalhon di huta. Alani i Raja Bonan Dolok

marsangkapma mamboan Raja

Simanjorang tu parporangan.

“Oh Simanjorang olo do ho dohot tu

parporangan?” dialusi si Manjorang ma “Boasa dang olo raja nami!

“Holan Paimahon hata ni Raja i do nasaleleng on.”

“Bolo boti marsogot rap ma hita tu luat

parporangan.”.Dungi dialusi Raja Simanjorang ma Raja Bonan Dolok,

“Raja nami! Unang pola dohot hamu, holan au pe mangalo musuh ta i.”

“Bah...songon na teal ma ho tu au!”

“Daong songoni maksud hu Raja nami asa unang hona mara do raja i.” Dungi

talu ma musu i jala monang ma sida. Dung mulak manasida tu huta, marhata ma Raja Bonan Dolok mangkatai ma

dohot inanta soripada, “Boha bolo hita

baen Simanjorang on gabe helanta asa

adong dongan mangalo

musunta?”“Denggan mai asa adong

mangurupi ho Rajanami!” alusni inanta

membunuh para pria kampungnya. Suatu ketika Raja Bonan Dolok pulang dari peperangan membawa kekalahan, para penduduk di kampung cerita tentang perilaku Simanjorang kepada Raja Bonan Dolok selama ditinggalkan. Oleh karenan itu, Raja

Bonan Dolok berencana membawa

Simajorang ke peperangan.

“Oh Simanjorang maukah Engkau ke peperangan?” Dijawab si Manjorang, “Kenapa tidak mau Raja kami!”

“Selama ini aku menunggu perintah, Raja!” “Kalau begitu besok kita berangkat sama ke area peperangan besok.” Kemudian Simanjorang menjawab Raja Bonan Dolok,

“Raja kami! Biarkan aku sendiri yang menghadapi musuh kita itu.”

“Bah...seperti sombong Kau sama aku!” “Tidak Raja kami bukan begitu maksudku, aku berharap Raja kami jangan kena celaka.”

Setelah berperang, mereka membawa kemenangan dan mereka pulang. Raja Bonan Dolok berunding dengan sang istri perihal Simanjorang.

“Bagaimana kalau Simanjorang ini kita

jadikan menjadi menantu kita biar ada

membantu kita melawan musuh?” “Baik

Raja! biar ada yang membantu Raja melawan

musuh.” jawab istrinya. Suatu ketika Raja

Bonan Dolok memanggil Simanjorang lalu ditanya,

(24)

soripada.Disada tingki dijou Raja angka boru ni raja i marsogot mardalan tu Aek Sitapigagan an!” “Boasa unang maraek, alai adong do sada boru na i dang mangangkat paheanna mardalan di aek i ima boruna nahumurang rupana ima boruna si nomor lima. Jala boru na humurang uli on do dipillit Simanjorang alana nangpe hurang uli rupana alai rohana tung mansai uli do alana tarida do sian pangalahona ima taringot tu marpahean i na pantun. Alana dihasubanghon do

di rumah ini?”

“Mau Raja!” Kemudian Raja Bonan Dolok

menunjukkan ketujuh anak gadisnya.

“Pilihlah samamu?” Anak gadis Raja Bonan Dolok cantik-cantik, tetapi ada seorang yang agak kurang rupanya.

“Kalau Raja mempekenan aku memilih anak

(25)

manait paheanna di tonga mangajana.“Mangula ma hamu, Amang

Hela!” ninna Raja Bonan Dolok tu Si Manjorang.

“Nion horbo, hoda, mas, ringgit!” “Dang olo ahu Raja nami!” alus ni

Simanjorang.

“Jadi aha leanon tu ho Simanjorang?”

tanya Raja Sagala, lalu dia berpikir,

“Tano do haroha lehononhu tu ho”

ninna Raja Bonan Dolok.

“Ido Raja nami!” alus ni Simanjorang.

“Lehonon hu tu ho tano!” “Nauli Raja

Nami!” jawab Simanjorang. Dilehon

ma tano mulai sianSijagar-jagar ma huleon tu ho sahat tuSimargantuk-gantukSilalahi, ido turi-turian asa dapat tano Simanjorang di Hasinggahan on. Jala ima pardapotna leleng ni lelengna dilean ma tanona. Pendek ceritana, martubu-tubuan ma ibana manggora pamoro, dilehon ma tano on. Alai bolo Simanjorang parhutaan na di Dolok, di san pe ibana dang boi berengon ni jolma, alana na jolo maralo do angka jolma na humaliangsa. Bolo dang togu hadatuonna ingkon talu ma ibana tu musu na. Dibaen ibana di dolok an inganan asa bolo rope jolma alonagabe boi ma dibaen songon tao dibereng ibana hutaon asa dang boi jolma taripar hutaon, di si ma ibana.

engkau menantuku!” kata Raja Bonan Dolok

kepada Simanjorang.

“Ini kerbau, kuda, mas, ringgit!”

“Aku tidak mau, Raja!” jawab Simanjorang. “Tidak katanya, jadi apa yang bisa kami

kasih?”

“Kemungkinan Perkampungan yang perlu?”

kata Raja Bonan Dolok.

“Ya Raja!” jawab Simanjorang. Raja Bonan

Dolok memberikan perkampungan mulai dari Sijagar-jagar sampai ke Simargantuk-gantuk Silalahi. Demikianlah kisah Simanjorang memiliki tanah ulayat perkampungan di Hasinggahan. Singkat cerita Raja berketurunan dan sudah berregenerasi mendiami sepanjang Hasinggahan sampai ke Silalahi. Namun, Raja Simanjorang memilih tinggal di Pegunungan agar dia tidak bisa sembarang dilihat. Kekuatan ilmunya membuat mata para musuhnya mejadi seperti melihat lautan kalau ingin menyerangnya. Simanjorang mendirikan rumahnya di perbukitan, kalau datang musuh jadi seperti lautan sehingga tidak bisa berhadapan langsung dengan dia.

(26)

Alana najolo dang boi sembarangan taripar jolma, ingkon pantun do jolma ro tu huta on, olo gabe ditangkup dison dang boi mulak.Dihurung jala dilean mangan, jadi memang disuru paboahon, bolo dang boi ditobus songon dia dang diboto dibaen be on, ala na na jolo masa do dialang ni jolma.

Tona ni Raja Bonan Dolok tu pinomparna dohot tu jolma humalingsa. “Bolo adong do jolma mambuat aek on ingkon marsantabitu marga Sagala

dang boi marga na asing.

“Molo naeng mambuat aekna ingkon boanon ma siluana.”

Siluana i lapatannasipanganon, boi do napuran, manuk dipalua di si, hambing adong di palua deba adong di potong i si.

Bolo manaon bubu marimbar do di si,

contohnya ta taon bubu di si ingkon tu

taruoan sunggapana molo biasa, molo

di si ingkon tu dolok. Alai boi

“Bolo manghail hamu tu aek i boi do, alai bolo nung dapot sada sotung diulahi!”

masa itu masih berlaku memakan daging manusia yang dianggap musuh.

Pesan Raja Bonan Dolok kepada generasinya dan kepada semua manusia sekitarnya yang

Persembahannya berupa makanan, bisa sirih, ayam dilepaskan, kambing dilepaskan sebagian bisa dipotong.

Kalau meletakkan perangkap ikan di Sungai Sitapigagan berbeda dengan kebiasaan di tempat lain. Contohnya biasanya arah perangkap diletakkan sehadapan dengan hilir, tetapi di Sungai Sitapigagan harus diletakkan ke arah hulu. Namun, bisa saja diarahkan ke hilir dan kemungkinan besar dapat ikan yang banyak, tetapi jangan sekali-sekali diulangi bisa saja dia mendapat ikan yang sudah dibakar sehabis itu jadi gilalah orangnya.

“Kalau kamu memancing ke sungai

Sitapigagan bisa, tetapi kalau sudah dapat satu

jangan diulangi lagi!”

“Kalau diulangi bisajadi gila di situ.”

(27)

“ Bolo diulahi ingkon tagamonna ma rintik.”

Bolo martonggo tu luat i diboan ma

hambing laho dipalua alai adong diseat

di si, boi do manuk dipalua disi molo

didonghon naro ai, “Potong! Ina.Ingkon potongna do. P alua! ina

palua do.”Adong do ihan i aek i jala balga alaidang boi itangkupon i. Bolo tu toruan annon sunggapan ni bubu olo

gok do anon bubu i isina ihan, alai so

tung unang diulahi padualion gabe

rintik be. Memang rodi sonari godang

na masa songoni di si. Jala molo i

ulangkonpe imana ma mardabu-dabu

bolo adong namasa tu ibana. Bolo

manghail di si olo do dapot ihan na

honatutungan, olo matutung sambola, sambola tata.

Boido godang dapot ihan bolo diantusi. “Ingkon lehononna parsantabian dohot mangido denggan tu sumangat ni Ompu

i Bonan Dolok.”

Tona ni Ompu adong sada nai,

“Hau tualang na adong tubu di aek sotung ditaba manang dirantingi hamu!

Alana tanda-tandaku tu pinompar hu.” Aek Sitapigagan mamolus mulai sian tetapi tidak bisa sembarang ditangkap sampai sekarang. Hal ini disebabkan nasihat-nasihat dan pesan orang tua terus diturunkan. Menurut informasi dari kampung itu petaka akan terjadi kalau melanggar aturan yang sudah diwariskan. Kalau niat untuk menangkap sebanyak-banyaknya diteruskan, pada akhirnya akan dapat ikan bakar sebelah. Artinya akan terjadi malapetaka.

Tetapi bisa saja dapat ikan yang banyak apabila terlebih dahulu minta izin dan memberikan persembahan kepada roh-roh Ompu Bonan Dolok.

Pesan Ompu Bonan Dolok satu lagi,

“Kayu tualang yang tumbu di Sungai Sitapigagan jangan ditebang atau dipotong rantingnya! Karena sebagai tanda

pekuburanku itu kepada generasiku.”

Sungai Sitapigagan mengalir dari Ronuan sampai ke Bonan Dolok. Ronuan adalah daerah perpisahan sungai Sitapigagan dengan Sungai Silalhi dan Sungai Si Ringo. Sungai Sitapigagan ke Bonan Dolok.

(28)

Holan ihan batak adong do disi dang adong ihan na lain. Ihan batak i sonari adong do sakilo sada manang lobi. Alana dang piga jolma na olo mangkail

tu tu si alani poda -poda ni natua-tua. Hatiha i masa ni penjajahan Bolanda mandonghon piga hali Bolanda ronaeng mangarajai on alai dang hea

boi sahat. Holan on do keramat na so boi di taluhon Bolanda. Sadangkon pusuk buhit nunga lopus Bolanda tu dolok nai, alai bolo tu binanga Sitapigagan dang boi manang na ise pe ro tusi. Adong do dua aek i, sada mai aek na bidang jala sada nai aek na memet. Hatiha i mandonghon aek namemet on do lebih sakti sian aek na bolon i. Godang do rittik jolma di Bonan Dolok alana margait-gait manang salpu di tona manang na poda i.

ke sana. Hanya daerah ini yang keramat yang tidak bisa dikuasai Belanda. Sedangkan Gunung Punsit Buhit sudah sampai ke puncaknya mereka jalani, tetapi kalau Sungai Sitapigagan tidak bisa didatangi siapa pun. Ada dua sungai itu, satu yang besar satu lagi yang kecil. Cerita yang diwariskan mengatakan sungai yang kecil lebih keramat dibandinkan dengan sungai yang besar. Banyak jadi orang gila di Bonan Dolok karena menganggap remeh atau tidak menghiraukan pesan leluhurnya.

BATU HOBOL

Narasumber : Apa Rusda Galingging

Umur: 56 Tahun

Alamat: Desa Parbaba Kec. Pangururan Kab. Samosir

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

(29)

na jolo i. Ompu si Raja Batak Najolo mar huta mamopar Raja Uti, limbong, sagala raja saribu raja, malau. Saribu raja naung marporhas tu si Boru pareme. Marjuma ma si boru pareme dohot si Saribu. Dungi jumpa ma tingki mamuro di juma, lao ma si boru pareme manaruhon si panganon ni si Saribu Raja di Balian dohot ibotona si Boru pareme pahimpu on angka batu-batuma di balian. Ujungna maroha-roha jala dos ma rohana dohot ibotona si Boru Pareme. Dungi muruk ma haha angina ditahi nasida ma mambunuh Saribu Raja. Marningot i si Saribu Raja lintun ma jala sude arta mas ni nasida ditanom ma di toru ni batu i. Jala ditonahon do tu pinomparna so tung diumpat manang dihusor batu i.

Si Raja Batak pada masa lampau. Ompu Si Raja Batak beranak Uti, Limbong, Sagala Raja, Sari Raja, Raja Malau. Saribu Raja sudah terlajur saling menyayangi walaupun masih sedarah (marporhas). Suatu ketika Saribu Raja sedang di ladang lalu si Boru Pareme mengantarkan bekalnya ke ladang. Saribu Raja mengumpulkan batu-batu di ladang. Pada akhirnya mereka kawin sedarah dengan saudaranya Boru Pareme. Oleh karena itu, saudara-saudara Saribu Raja marah dan mereka sepakat untuk membunuh Saribu Raja. Saribu Raja mendengar rencana saudara-saudaranya maka larilah dia. Harta pusaka keluarga Si Raja Batak ditanam Saribu Raja di bawah batu. Dan dipesankan kepada generasinysa biar jangan digeser-geser batu itu.

IKAN PORA-PORA (GUDALAP) SIPANGKAR

MARTUA PARLOMBUAN

Narasumber: Sihaloho

Umur: 65 tahun

Pekerjaan: Bertani

Alamat: Desa Parbaba Kec. Pangururan Kab. Samosir

BAHASA BATAK TOBA

BAHASA INDONESIA

Ihan pora-pora (Gudalap) i Martua Parlombuan marga Sipangkar. Rupana na nahona hunikan, hona tutung. Inganan on

(30)

marguru sarune na Martua Parlombuan. Bolo mangkail dang boi pitu ari padodot. Bolo mangkail pitu ari padodot ingkon dapotna ma ihan si tolu rupa, ima. Bolo dung dapat i ingkon tagamon na ma ro namasa tu ibana alana sada tanda do i jala dang tarambatan.

Sombaon maringanan di luat i tubu do bulu bolon, jala aek dang hea marsik di si. Dang boi sembarang mambuat parhau di si. Jala adong di si ihan batak alai dang boi dibuat on.

Tempat inidigunakan untuk bersemedi kalau ingin pintar memainkan sarune/jenis seruling Martua Parlombuan. Kalau memancing di sungai itu tidak boleh tujuh hari berturut-turut. Kalau memancing tujuh hari berturut-turut akan dapatnya ikan tiga rupa. Kalau sudah dapat ikan jenis ini maka akan terjadi marabahaya kepada orang yang memancing tersebut hal ini tidak terelakan lagi.

Penunggu daerah itu tinggal di rumpun bambu dan pohon yang tumbuh di sekitar itu. Air sungai ini tidak pernah kering. Tidak bisa sembarang mengambil kayu dari daerah itu. Ikan Batak pun ada di situ tapi tidak bisa diambil

Hau Jior Ni Situmorang

Nara Sumber: AP. Pardi Situmorang

Umur: 65 Tahun

Pekerjaan: Mantan Kepala Desa

Desa Parbaba

Bahasa Batak Toba

Bahasa Indonesia

Mulani jior tingki mamuka huta ingkon suanon do sada hau boi da jabi-jabi, boi

hariara boi jior asa adong pareat-eatan

ni Situan gading habonaran, boru namora

panginganan ni huta. Jala ingkon boanon do tusi itak nabontar, rondang, pusuk

(31)

pandan, dohot bane-bane. Jala dohonon do jaean tu juluan tu tampahan ni huta on asa gabe parorot hamu tu hami namangingani

huta on.”

Jala bolo sangap do binahen tu Boru Namora dohot Habonaran ni Huta i ingkon dang pola male jolma di huta i. Balikna bolo dikotori do hau i ingkon hansitma ngoluna.

Rupani i na somal boru-boru do jala marbaju nabontar. Bolo peleon hau ingkon hambing nabontar dohot pargonci manang gondang. leleng pintor rumpakma dangkana ditipa ma bagasna sampai bola dua. Olat ni i tetuah mengatakan kepada Situan Gading Boru Namoran Huta (Sebutan untuk para dewa yang pertama lahir dan lebih dahulu menguasai perkampungan ini agar para dewa yang menjadi pelindung dan pertahanan kami di perkampungan ini.” Kalau kita hormat kepada Boru Namora dan kepada Habonaran ni Huta biasanya tidak pernah kelaparan atau menderita kemiskinan warga perkampuangan. Sebaliknya kalau tidak dihormati atau dirusak/dinistai pohon tersebut pasti hidupnya akan menderita.

Wujud para dewa dewi perkampungan ini biasanya wanita yang mengenakan baju putih. Jika ingin memberikan sesajen kepada para penghuni pohon Jior harus memotong kaming putih diiringi dengan musik, yaitu Gondang (Gonci).

Pesan (tona) nenek moyang Situmorang yang mendiami perkampuangan itu,

(32)

Marga Situmorang yang tinggal dekat pohon tersebut setelah penjadi penatua/pengurus gereja ada berencana menebang pohon tersebut karena dia merasa tidak sejalan lgi dengan kepercayaannya. Namun, tidak berapa lama pohon tersebut tumbang cabangnya dan menimpa rumahnya sampai pecah. Setelah itu dia tidak mau lagi mencoba-cobanya.

Jabi-Jabi

S. Siregar

Umur: 61 tahun

Alamat: Desa Muara Kab. Tapanuli Utara

Bahasa Batak Toba

Bahasa Indonesia

Najolo bolo pature huta ingkon suanon do

pagar ni huta asa adong pareat-eatan ni

namarhuta pangianginan ni huta.

Tona ni Ompu i najolo sahat tu sonari,

“Dang boi dangkaan manang rantingan manang ni ise mandangkaan ingkon ro do

mara tu ibana!”

Jala hea do dipelehon hambing putih dohot lombu putih jala margondang. Adong do hea manjangkit i hape madabu

jala pintor mate.

Partanda naboi dilapatan i jolma na humaliangsa adong soara boringinnai sian hau i. Bolo marsoara panginganan gabe sada tanda doi. Bolo tio suara i tanda

Dahlu kala awal warga perkampuangan membuka perkampuangan, mereka harus menanam pagar perkampuangan sebagai wadah/hunian bergelantungan penghuni magic perkampungan.

Pesan para leluhur dahulu kala sampai sekarang,

“Pohon itu tidak bisa dirantingi atau

ditebang, barang siapa yang berani

menebang akan dapat azab, petaka!”

Pohon ini diberikan sesajen dengan seekor kambing putih dan lembu putih dan diiringi gondang/gonci.

(33)

pangulaan denggan doi. Alai bolo suarana hurang denggan manang marporo, paboahon naeng adong namasa nahurang denggan di huta. Bolo mangkuling pintor marpungu ma sude angka natua-tua laho mambege dohot mangalapati suara ni pangingan ni jabi-jabi i. Bolo ditabai, bolo didangkai ingkon tagamonna nahurang denggan.

Bolo pagar ni huta adong di suan ganup huta ima hau hariara manang na jabi-jabi.

Mual Singkoru

Galungan

Di mual adong do sibahut nasa harpe manang nasa anduri dohot guria nasa balga ni ulu ni hoda.

Dang boi di si panangko, dang boi mambolongkon sembarang sampah. Jala dang boi mambunuh sagala pinahan na adong di si.

Sarita na Simarmata marbada i

namarhahamaranggi. Anak ni

Sigalingging Raja. Sahata ma nasida naeng mambunuh anggina si Balige raja. Jala diungsihon ma angginanon tu huta na lain. Ima tu parhutaan ini.

jatuh dan meninggal.

Tanda-tanda yang bisa dimaknai dari pohon itu adalah suara yang berasal dari pohon tersebut. Jika suara penghuni pohon tersebut jernih dimaknai penghasilan dari sawah, ladang, dan ternak akan membaik. Akan tetapi kalau suara tersebut tidak bagus atau agak serak pertanda ada bakal kejadian yang menyedihkan di perkampungan tersebut. Jika warga mendengar suara yang tidak baik ini, para tokoh-tokoh warga berkumpul dan memaknai suara yang berasal dari jabi-jabi tersebut. Kalau pohon itu ditabang atau cabangnya dipotong akan ditimpa celakalah dia.

Pohon yang dianggap pagar

perkampungan jenisnya beringin atau jabi-jabi dan ditanam di setiap kampung.

Mual Singkoru Galungan

Di dalam air ini ada ikan lele sebesar tampi beras dan kepiting sebesar kepala kuda. Warga tidak bisa mencuri, tidak bisa sembarang membuang sampah. Dan tidak bisa membunuh segala jenis hewan yang ada di situ.

(34)

tersebut.

BORU SARODING

(diceritakan oleh: Suhunan Situmorang).

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Sada Tikki, di parnangkok ni mataniari, laho do manussi pahean huhut naeng maridi Boru Saroding tu tao Toba. Huta ni natorasna di holang-holang ni Palipi-Mogang do, marbariba ma tu Rassang Bosi dengan Dolok Martahan. Nauli do rupani boru Saroding on. Imana ma inna na umbagak sian boru Pandiangan uju i. Tung mansai bahat do ro baoa manopot ibana, sian huta na dao dohot bariba ni tao pe ro do naeng patuduhon holong tu ibana. Alai dang adong manang sada naboi mambuat rohana; namora manang najogi, mulak balging do sude.

Alai dang adong lahi-lahi i namarhansit roha dibahen ibana, tungpe dang dioloi ibana hata ni akka panopot i. Natorasna, Guru Solandason, tung mansai longang do mamereng boruna nasasada on. Parsip do boru saroding on, malo martonun, ringgas mangula ulaon, ba sandok tahe tung mansai las do rohani natorasna mangida pangalahona. Naburju do ibana marnaatoras songonni nang mardongan, jala somba marhula-hula. Bah, tung si pilliton ma nian ibana gabe parsonduk bolon nang gabe parumaen.

Tikki martapian Boru Saroding huhut manganggiri obukna na ganjang jala mansai godang i di topi ni tao i, ro ma sada solu manjonohi ibana. Pangisi ni solu on sahalak baoa, jongjong di solu na. Tung mansai tongam, jogi, jala marpitonggam

Suatu masa, saat terbit matahari, Boru Sarunding pergi ke Tao Toba untuk mencuci pakaian. Perkampungan orang tuanya di antara Palipi dan Mogang, bersebelahan dengan Rassang Bosi dengan Dolok Martahan. Boru Sarunding berparas cantik. Dia, gadis boru Pandiangan yang tercantik pada masa itu. Banyak pemuda tampan dan kaya yang melamar dia yang berasal dari berbagai daerah termasuk daerah seberang Tao. Namun, tak satu orang pun yang berkenan di hati Boru Sarunding teradap para lelaki tampan dan kaya tersebut. Oleh karena itu, semua para lelaki yang mendekati Boru Sarunding pulang tidak berhasil mempersuntingnya.

Namun, para lelaki itu tidak ada yang sakit hati atas perlakukannya, walaupun tidak disepakati kehendak para lelaki yang melamarnya. Orang tuanya, Guru Solandason sangat heran melihat anak gadisnya yang satu ini. Boru Sarunding memiliki sifat pendiam, pintar bertenun, rajin bekerja sehingga orang tuanya senang melihat karakter anak gadisnya. Dia sangat baik terhadap orang tua dan terhadap sahabat, serta tunduk marhula-hula. Oleh karena itu, banyak orang berkehendak menjadikan menantunya.

(35)

do rumangni baoa parsolu on. Mamereng rumangna dohot paheanna ulos Batak namansai bagak, hira na so partoba do ulaonna; nasomal jala jotjot marhumaliang di tao i. Lam jonok, lam mallobok ma tarottok ni boru Saroding. Ai ise do nuaeng baoa on, sukkun-sukkun ma rohana. Solu i pe lam jonok ma attong tu paridianna. Dipahatop boru Saroding pasidungkon partapiananna, ala maila ibana adong sada baoa naposo mamereng-mereng ibana.

Hatopma boru Saroding mangalakka tu jabuna, alai pintor dipangkulingi baoa par

solu i ma ibana: “Boru nirajanami, ai

boasa hamu humibu-hibu mulak?”.

Songgot ma rohani boru Saroding, dipaso ibana ma lakkana, huhut ditailihon tu lahi-lahi namanjou i. Bah, tung mansai jogi jala tongamma baoa on, inna rohana. Didok ibana ma sidalianna nanaeng godang dope siulaon na di jabu, ido umbahen hatop ibana mulak. Marsitandaan ma nasida, dipaboa lahi-lahi ima asalna sian dolok ni Rassang Bosi-Sabulan namargoar “Ulu

Darat”. Disi do inna ibana maringanan.

Dipatorang baoa ima aha do sakkapna mandapothon boru Saroding, jala dipangido ibana ma asa dipantadahon tu natua-tuani boru Saroding. Ala pintor lomo rohani boru Saroding marnida baoa i, las ma tutu rohana; rap mardalan ma halahi tu hutana. Hurang tibu nian didok rohana sahat tu huta, asa pintor dipatandahon baoa i tu natorasna.

Longang ma natoras dohot akka iboto nang anggina ala ro sian tao boru Saroding mardongan sada baoa. Sude do halahi pintor tarhatotong mamereng bohi dohot pangkataionni lahi-lahi i. Songon na hona dorma do halahi mamereng bagak ni rumang ni lahi-lahi i. Pamatang na pe mansai togap. Jeppet ni hata, dihatahon lahi-lahi ima sakkap na, naeng pangidoonna boru Saroding naeng gabe

medekat kepadanya. Penumpangnya seorang pria sedang berdiri. Pria itu tampan, tegap, dan berwibawa parasnya. Boru Sarunding melihat wajah dan ulos yang dikenakanakan pemuda tersebut lalu berpikir bahwasanya pemuda itu bukan berasal sekitar Toba seperti biasa yang beraktivitas di Danau tersebut. Semakin dekat semakin gugup dan bergdegup perasaaan Boru Sarunding. Siapa gerangan laki-laki ini, hatinya bertanya-tanya. Perahu itu semakin mendekat ke arah Boru Sarunding. Oleh karena itu,

Boru Sarunding tergesa-gesa

menyelesaikan mandinya karena malu dilihat seorang pria sedang mandi.

Boru Sarunding cepat-cepat melangah mau pulang, tetapi pemilik perahu itu menyapanya dengan lembut.

“Boru ni Raja nami, kenapa buru-buru

pulang?”

Boru Sarunding terkejut, langkahnya terhenti lalu dilihatnya pria yang menyapanya. Pria tampan dan berwibawa bisiknya dalam hatinya. Banyak pekerjaan akan harus dikerjakan di rumahnya sehingga harus cepat-cepat pulang ke rumah, dia memberi alasan. Mereka berkenalan, pria itu memberitahukan asalnya dari daerah Rassang Bosi-Sabulan

yang dikenal dengan “Ulu Darat”. Pria itu mengungkapkan tujuannya menemui Boru Sarunding sehingga dia memohon agar diperkenalkan dengan orang tua gadis tersebut. Boru Sarunding langsung menyukai perilaku pria tersebut dan menyetujui sehingga mereka berjalan bersama menuju perkampungan Boru Sarunding. Boru Sarunding merasa kurang cepat perjalanan mereka menuju rumah agar langsung memperkenalkan pria tersebut dengan orang tuanya.

(36)

parsonduk bolon na. Ala nungnga lomo rohani boruna, pittor dioloi jala dipaboa Guru Solandason ma tu akka dongan tubuna. Dang sadia leleng, dipasaut ma parbogason ni boru Saroding dohot lahi-lahi i.

Dung sidung ulaon parbogason, borhat ma boru Saroding mangihuthon lahi-lahi naung gabe tunggane doli na, marluga solu tu Ransang Bosi. Tung longang do boru muse tikki namardalan halahi manganangkohi dolok natimbo i, ditogu-togu tunggane doli na i, tung mansai hatop jala niang do lakkana. Dang loja ibana namandalani dolok na rais i, songoni nang lahi-lahina, tung so hir do hodok ni halahi. Tung mansai golap do tombak siboluson ni halahi, alai dang maol didalani halahi nadua. Sahat ma halahi tu undung-undung ni lahi-lahi i, ba rupani maradian ma boru Saroding, tarpodom ma halahi sahat tu manogot na. Tikki dungo ibana di manogotnai, dang dibereng ibana tunggani dolina. Dibereng ibana tu pudi nang tu jolo, dang di si amantanai. Tarsonggot ma ibana ala dibereng ibana manginsir sada ulok namansai bolon di tonga-tonga ni hau di joloni alamanni jabu i. Mabiar ma boru Saroding, pintor ditutuphon ibana ma pittu ni jabu i. Dang hea dope dibereng ibana songoni balga na ulok, alai uluna dang songon bohi ni ulok. Ngongong ma ibana di tonga nijabu.

Dang sadia leleng dibege ibana ma tunggane dolina manjou goarna, asa dibukka pittu ni jabu. Hinsat ma boru Saroding mambuka pittu jala pittor dihatahon ibana ma tu tunggane dolina i na adong sada ulok na mansai bolon di jolo ni

jabu i. “Dang pola boha i, ulok na burju

seorang pria. Semua pria sekampungnya terkesima dan terkejut melihat rupa dan tata cara berbicara pria tersebut. Pendek kata, pria tampan itu mengungkapkan isi hatinya, yaitu melamar Boru Sarunding menjadi istrinya. Berita ini diberitahukan Guru Solandason, orang tua Boru Sarunding kepada dongan tubu/abang-adiknya. Tak berapa lama upacara perkawinan dilaksanakan.

Setelah acara adat pernikahan selesai, Boru Sarunding berangkat bersama pria yang sudah menjadi suaminya naik perahu menuju Rassang Bosi. Boru Sarunding heran dan terkejut karena sangat cepat mereka sampai ke tujuan. Boru Sarunding semakin heran karena suaminya mununjukkan perkampuangan di atas gunung, di tengah hutan Ulu Darat. Namun, Boru Sarunding masih merasa senang karena suaminya masih memapah dan menggendongnya serta jalannya sangat cepat. Mereka tidak merasa kelelahan dalam perjalanannya.

Hutan yang dilaluinya sangat lebat dan gelap, tetapi mereka berdua tidak kesulitan menjalaninya. Mereka tiba di pondoknya lalu Boru Sarunding istirahat tertidur samapai pagi. Boru Sarunding terbangun paginya tetapi tidak dilihatnya suaminya di sampingnya. Dia mencari ke belakang dan ke depan pondoknya tetapi suaminya tidak ada. Boru Sarunding sangat terkejut melihat seekor ular besar lewat dari selah-selah pohon halaman rumahnya. Dia langsung menutup rumahnya dengan ketakutan karena tidak pernah melihat ular sebesar itu dan kepalanya bukan seperti ular biasanya. Dia terdiam dan hening di tengah-tengah rumah itu.

Tidak berapa lama, suaminya memanggil namanya agar dibukakan pintu rumahnya. Boru Sarunding beranjak dari duduknya lalu membukakan pintu untuk suaminya. Setelah itu, dia menjelaskan tentang ular besar yang dilihatnya di halaman

(37)

doi,” inna tunggani doli na mangalusi.

Tung mansai naburju do tunggane doli nai marnioli, dipasonang do roha ni boru Saroding di si ganup ari. Dang dipaloas loja mula ulaon, ai pintor sikkop do sude akka naniporluhon ni hasida nadua. Malo do lahi-lahi nai mambahen si parengkelon, diharingkothon do mangalului akka boras ni hau dohot suan-suanon naboi mambahen boru Saroding tontong uli. Alai sai sukkun-sukkun jala longang do boru Saroding marnida somal-somal ni tunggane doli nai di siapari. Sada tikki tarbereng simalolongna ma lahi-lahi nai di para-para ni jabu marganti pamatang gabe ulok na bolon. Mansai bolon, songon ulok na hea diberengsa di jolo ni jabu i. Alai paula so diboto ibana ma ala mabiar ibana muruk annon ulok i. Manginsir ma ulok na bolon i haruar sian jabu manuju tombak, mangaloppa dohott mangan halahi, manghatai ma tunggane doli nai tu boru Saroding. Dipaboa ibana ma ise do dirina, ima sombaon ni Ulu Darat, na sipata gabe ulok sipata gabe jolma. Dang pola dipataridahon Boru Saroding songgot ni rohana, mengkel suping sambing do ibana tu lahi-lahi nai patudu holongna, tung pe di bagas rohana nungnga mansai biar jala manolsoli. Las ma tutu roha ni lahi-lahi i mamereng boru Saroding.

Sada tikki ro ma duatsa akka iboto ni boru Saroding mangebati halahi tu dolok ni Ulu Darat. Ai sai masihol do inna halahi

baik itu,” jawabnya sama Boru Sarunding.

Perilaku suaminya sangat baik dan berusaha membahagian istrinya Boru Sarunding setiap hari. Dia tidak mengijinkan istrinya bekerja dan memanjakannya, selalu disiapkannya pekerjaannya dengan cepat-cepat. Suaminya sangat pintar bercanda dan berusaha mencari bekal sehari-hari dan menyediakan tumbuhan sebagai perawatan kecantikan Boru Sarunding sehingga tetap cantik.

(38)

marnida iboto hasian ni halahi. Las hian ma rohani boru Saroding didalani akka hula-hulana harangan di dolok na timbo jala ikkon mangalosi tombak namansai jorbut. Dilehon do akka sipanganon natabo tu akka iboto nai, sombu jala puas do halahi namaribot manghata-hatai dohot marsipanganon. Mandapothon bot ni ari, diboto boru Saroding do parroni tunggane doli na sian tombak langa-langa. Mabiar ma ibana molo tarboto tu lahi-lahi na sombaon i na ro akka iboto na mandapothon halahi marsihol-sihol, alana diboto ibana do siallang jolma do ibana molo tikki gabe ulok.

Sian nadao pe nunga diboto ibana soara ni ulok i, mardisir-disir do soarana.

Humalaput ma boru Saroding

manabunihon ibotona natolu i tu ginjang ni para-para, martabuni di toru ni bukkulan ni jabu, asa unang dibereng tunggane doli na i. Sahat ma tu jabu amanta na i, alai pintor songon na asing ma panganggona.

“Ai songon na adong uap ni pamatang ni manisia huanggo?” inna ibana manukkun

boru Saroding.

Busisaon ma boru Saroding, humalaput ma ibana mambahen sipanganon ni lahi-lahi nai. Dung sidung marsipanganon, modom ma halahi. Alai anggo mata dohot igung ni tunggane doli nai sai maos do momar jala dipasittak-sittak ala adong inna

uap ni jolma di jabu i. “Dang adong halak na asing di jabutta on,” inna Boru

Saroding, “Modom ma hita, nungnga mansai bagas be borngin!” Alai sai lulu do tunggane nai di uap ni manisia i.Ba ujung na rupani, mardongan biar dipaboa boru Saroding ma naro do hula-hula ni halahi sian Samosir ala masihol mamereng halahi

nadua. “Sombakku ma tunggane doli!”

inna ibana mangelek, “Paloas ma akka ibotokki mandulo hita. Ai holan alani namasihol do hula-hulattai asa ro halahi tu

tu dolok Ulu Darat on.”

perempuan satu-satunya yang mereka sayangi. Boru Sarunding sangat senang dikunjungi oleh saudara laki-lakinya walaupun harus melewati hutan belantara yang sangat angker, bukit yang tinggi. Mereka sangat senang karena bisa bertemu dan makan bersama serta bercengkrama dengan saudara perempuannya. Senja hari sudah mulai tiba, Boru Sarunding sudah mengetahui suaminya akan pulang dari hutan belantara. Dia ketakutan jika

suaminya yang bukan manusia

sembarangan mengetahui saudaranya datang berkunjung karena suaminya adalah pemangsa manusia kalau berubah menjadi ular.

Dari kejauhan, Boru Sarunding sudah mengetahui keberadaan suaminya karena ular itu mengeluarkan suaru yang berdesir-desir. Dengan tergopoh-gopoh, Boru Sarunding menyembunyikan ketiga saudara laki-lakinya ke atas perapian di bawah bubungan rumahnya sehingga tidak dilihat oleh suaminya. Setelah suaminya sampai ke rumah, Penciuman suaminya

terasa ganjil. “Seperti ada bau manusia aku cium?” katanya kepada Boru

Sarunding.

Boru Sarunding gelisah dikemasinya hidangan makan malam suaminya dengan tergesa-gesa supaya tertutupi maksudnya. Setelah selesai makan, mereka tidurlah. Namun, mata dan hidung suaminya masih mencari-cari sumber bau manusia itu.

“Tidak ada manusia asing di rumah kita ini,” kata Boru Sarunding, “Tidurlah kita

sudah larut malam!” tetapi suaminya tetap

mencari-cari sumber bau manusia itu. Akhirnya, Boru Sarunding memberita- hukan kedatangan saudara laki-lakinya (hula-hula) dengan rasa ketakutan karena rindu untuk melihat mereka berdua.

“Ampun suamiku!” katanya dengan memelas, “Ijinkanlah dan perkenankanlah

(39)

Ujung na rupani didok baoa i ma asa dijou tolutsa iboto ni boru Saroding i asa tuat tu bagas ni jabu sian partabunion nasida di toru ni tarup. Marsijalangan ma hasida, jala borngin i gabe holan namanghata-hatai ma sahat tu manogot. Dung binsar mataniari marsakkap ma borhat akka Pandiangan natolu i mulak tu Samosir.

“Ai aha do lehononmu na lae tu hami

songon boan-boan nami tandani naung

niebatan huta muna boru nami?” inna

sahalak Pandiangan iboto ni boru Saronding i. “Nauli ma Raja nami!” inna baoa i mangalusi. Dilehon ibana ma sada-sada be gajut nagelleng naung marrahut tu akka hula-hula nai. Alai didok ibana ma, akka iboto ni Boru Saroding ma hatani lae nai. Mulak ma halahi tuat sian dolok Ulu Darat, marsolu ma muse sahat tu Samosir. Dung sahat halahi di huta nasida, dipatorang ma rupani tu inanta na be pardalananni nasida jala dipatuduhon ma boan-boan na nilehon ni lae nasida.

Songon na marungut-ungut ma sada Pandiangan on alana holan gajut nagelleng naso diboto isi na do di lehon lae nai tu dibukka ibotoni Boru Saroding gajutiholan tano, hotang, hunik, dohot akka

gulok-Akhirnya, Boru Sarunding memanggil ketiga saudaran supaya turun ke bawah dari persembunyiannya. Mereka bersalaman dan sepanjang malam mereka berbincang-bincang samapai pagi hari. Setelah matahari terbit, ketiga Pandiangan berkeingan pulang ke Samosir.

“Apa yang bisa Abang ipar berikan oleh -oleh yang akan kami bawa sebagai tanda kami sudah sampai di perkampungan

saudara perempuan (boru) kami?” kata

salah satu Pandiangan saudara Boru

Sarunding. “Baiklah Rajaku!”

katasuaminya. Dia memberikan masing-masing Pandiangan satu sumpit kecil yang terikat. Lalu dia berkata, “Hanya ini bisa kuberikan kepada raja hula-hula, tetapi sumpit ini jangan langsung dibuka di tengah jalan atau setelah sampai ke rumah kalian. Setelah tujuh hari baru bisa dibuka

sumpit ini.” Diamini saudara Boru

Sarunding perkataan iparnya. Mereka pulang turun dari bukit Ulu Darat, naik perahu menyeberang sampai ke Samosir.

Setelah samapi mereka di

perkampungannya, mereka mejelaskan perjalanan mereka kepada istrinya masing-masing lalu ditunjukkan oleh-oleh yang dibawanya.

(40)

ma lehonon na tu hula-hula na?” inna halahi mardongan rimas. Dibolokkon ma gajut i. Sai dijujui ma asa anggina na sada nai mambukka gajut i, sarupa do isina manang dang. Alai martahan do anggina i dang mambukka gajut i sampe pitu ari. Di ari papituhon, dibukka ma gajut i di alaman ni huta. Pintor haruar ma godang akka gulok-gulok, alai dang sadia leleng gabe horbo dohot lombu ma gulok-gulokhi. Tung mansai godang do horbo dohot lombu i, sampe do ponjot alamani ni huta i. Hunik nasian gajut i pe gabe mas, markilo-kilo godangna, jala gabe godang ma tubu hotang di pudi dohot panimpisan ni jabu. Dang pola leleng, gabe mamora jong attong iboto ni boru Saroding nasasada on. Sinur nang pinahan, gabe naniulana, jala godang mas nang hotangna. Hata ni legenda, sahat tu sadari on, dipaloas ibana mandulo huta ni natorasna, ala tung mansai masihol ibana inna.

“Hatop pe au mulak!” inna ibana do mangelek, asa dipaloas tunggani doli na. Songon na borat do diundukhon lahi-lahi

nai pangidoanni boru Saroding. “Adong

gorakhu dang na laho mulak be ho tu Ulu

darat on,” inna tunggani doli nai. Sai

dielek-elek Boru Saroding ma lahi-lahi nai, marjanji do ibana dang leleng di huta ni natorasna. “Sombakku ma raja nami, palias ma i. Hodo tungganekku, dipasonang-sonang ho do ahu saleleng on, dung parsonduk bolonmu au. Pintor mulak

pe au,” inna boru Saroding mangelek. Ala

nungnga sai torus dipangido jala dielek Mereka membujuk adiknya yang paling bungsu membuka sumpit bagiannya, apakah sama isinya atau tidak. Namun, adiknya tidak mau membukanya sampai hari ketujuh seperti yang sudah sampai berdesak-desakan karena banyaknya. Kunyit berubah menjadi emas berkilogram beratnya, serta rotan yang dicampakkan ke pekarangannya menjadi tumbuh dengan subur. Tidak berapa lama, Pandiangan si bungsu menjadi seorang yang kaya raya, Panennya berlimpah ruah, ternaknya berkembang biak, serta rotannya banyak. Menurut cerita , keturunan Pandiangan yang satu ini selalu berhasil dan kaya.

Sesudah beberapa bintang (kira-kira beberapa bulan), Boru Sarunding minta ijin kepada suaminya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya karena sudah rasa

rindunya ke kampung halamannya. “Aku aku cepat pulang!” katanya membujuk

agar diijinkan suaminya. Suaminya sangat keberatan mengijinkan kepergian Boru

Sarunding. “Firasatku, kau tidak akan

pulang lagi ke Ulu Darat on,” kata

suaminya. Boru Sarunding tetap membujuk rayu suaminya dan berjanji tidak akan berapa lama tinggal di rumah

orang tuanya. “Ampun Raja, aku

(41)

Sada bulung do inna dibuat lahi-lahi nai dibahen gabe solu nalaho dalan ni boru Saroding. Alai didok ma hata na parpudi,

“Boru Saroding nauli!Boru ni raja do ho. Jadi porsea do au di hatam namandok tung mansai holong do roham tu au. Jai porsea do au ikkon hatop do ho mulak sian huta ni natorasmu. Jai ikkon marpadan do hita diparborhathon songon mangarahut

holong ni roham tu au.” Diundukhon boru

Saroding ma, jala didok songon on, “Dok ma padan i tunggane dolikku naburju!” Dungi didok lahi-lahi nai ma padan songon paborhathon boru Saroding naung

hundul di solu: “Dekke ni Sabulan tu

tonggina tu tabona, manang ise si ose

padan tu ripurna tumagona.”

Borhat ma boru Saroding, dilugahon ibana ma solunana sian bulung-bulung i. Tung mansai tonang do Tao Toba, dang adong umbak jala alogo pe mansai lambok, langit pe mansai tiar. Tading ma lahi-lahi nai manatap sian topi ni tao, bohina tung lungun do ditadinghon parsonduk bolon na mansai dihaholongi rohana. Dang pola sadia dao dope boru Saroding marluga, manaili ma ibana tu pudi, didok ibana ma

songon on: “Peh…! Bursik maho, ai dang

jolma ho hape. Sombaon do ho! Ulok pintor timbo galumbangna. Mabiar jala songgot ma rohani boru Saroding. Sai dilugai ibana solu nai alai dang tolap mangalo umbaki. Dang sadia leleng pintor balik ma solu na, manongnong ma ibana jala gabe dohot ma ibana sombaon pangisi ni tao i.

Sahat tu sadari on dihaporseai sabagian pangisini Rassang Bosi, Dolok Martahan, Sabulan, Palipi, Mogang, Hatoguan, Janji Raja, Tamba, Simbolon, dituri-turianhondohot nagabe boru Saroding

Danau Rassang Bosi.

Suaminya mengubah daun-daunan menjadi sebuah perahu untuk ditumpangi istrinya Boru Sarunding. Kata terakhir

dari suaminya, “Boru Sarunding nauli!

Kau adalah boru raja yang terhormat. Aku akan mempercayai perkataanmu yang mengatakan mencintai diriku. Aku percaya kau akan cepat pelang dari rumah orang tuamu. Sebelum berangkat, kita harus berjanji/marpadan sebagai pengikat

kasihmu kepadaku.” Boru Sarunddding

menganggukkannya pertanda setuju.

“Katakanlah janji/padan itu suamiku yang baik!” Setelah itu, suaminya

mengucapkan padan/perjanjian sebagai kata pemberanhkatan istrinya. “Dekke ni Sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise

si ose padan tu ripurna tumagona.”

‘Ikan dari Sabulan sangat enak dan manis,

barang siapa ingkar janji akan petakalah

nasibnya di kemudian hari’

Boru Sarunding berangkat

lalumengayuhkan perahu yang terbuat dari daun-daunan itu. Danau Toba sangat tenang, tidak ada ombak, angin sangat tenag, langit pun cerah. Laki-laki itu tinggal berdiri di tepi pantai menatapi

kepergian istrinya. Wajahnya

menunjukkan kesedihan karena

ditinggalkan istrinya yang dikasihinya. Tidak berapa lama Boru Sarunding yang berlayar, dia menatap suaminya ke

belakang lalu dia berkata, “Peh...!

Ternyata Kau bukan manusia, Hantu kau rupanya! Ujudmu ular! Kupantangkan!

Kau bukan manusia rupanya...” Setelah

(42)

pangisini tao i. Sai manat-manat do halak molo mangalewati tao i, dang boi marsitijur, dang boi mambolokhon akka na kotor tu taoi, jala unang tuit-tuit molo pas marsolu, markapal, manang marbot. Jala lahi-lahi ni boru Saroding gabe dijouhon

do i “AmangboruSaroding.” Alani holong

na tu boru Saroding, sipata tuat do inna Darat i, di huta Pandiangan, adong do sada

inganan namargoar “Parpangiran ni Namboru Boru Saroding.” Buni do

inganan on, godang hian dope hau songon tombak. Alana sian na met-met nunga manusia na sok ingin tahu au, nungnga hudalani inganan on, hutogihon akka ito, namboru, inangudakku, alana au sandiri pe mabiar do mardalan sandiri tusi. Adong do sada hau nabolon di ginjang ni mual na diyakini akka jolma (akka pangula ni huria) songon inganan parpangiran ni boru Saroding. Percaya tidak percaya, di ranting ni hau i tubu utte pangir (jeruk purut),

Sampai hari ini, masyarakat Rassang Bosi, Dolok Maratahan, Sabulan, Palipi, Mogang, Hatagoan, Janji Raja, Tamba, Simbolon, masih dikisahkan bahwa Si Boru Sarunding adalah salah satu penghuni Danau itu. Masyarakat tersebut di atas sangat hati-hati jika melintasi Danau itu. Mereka sangat berhati-hati melintasi danau tersebut dan menjauhi atau memantangkan memantangkan meludah, tidak bisa membuang sampah semabarangan, serta jangan berlaku genit-genit kalau di atas kapal. Sebutan kepada suami Boru Sarunding selalu oleh

masyarakat sekitar adalah “Amangboru Sarunding.” Oleh karena, Kasih

sayangnya kepada Boru Sarunding, Ular itu terkadang turun dari Ulu Darat ke

“Permandian Namboru Boru Sarunding.”

(43)

BATU PARBIUSAN

Wujudnya: Batu Berbentuk Altar , Mata Air , Pohon, Waduk Lokasi: Aek Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula

Sumber Data: A. Sagala Umur : 60 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia Di hatiha mandonghon, bolo naeng manomba

ompu mulajadi na bolon ingkon boanon ma ulu ni horbo, itak, napuran, dohot haminjon dohot sijagaron. Jala di ginjang di Batu na gabe sapa ni namulajadi nabolon bahehonon. Unang disegai hamu mual i, jala ingkon ias do bahenon muna asa mangurasi Mulajadi Na Bolon tu sasude.

Alkisah itu bercerita, jika ingin menyembah Tuhan harus dibawa kepala kerbau, sagun, sirih, serta kemenyaan dan sijagaron. Persembahan itu diletakkan di atas Batu, yang menjadi pinggan. Jangan dirusak, serta harus dibersihkan sehingga dewa-dewa memberkati kita semua.

HARBANGAN

Wujudnya: Batu, mata air, Pohon, Waduk Lokasi: Aek Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula Sumber Data: A. Sagala

Umur: 60 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Harbangan laho tu Pussuk Buhit, di si jonjong ma angka ulu balang ni Ompu i, tolu mai i sabola hambirang, jala opat mai sabola siamun. Adong do hau lao pasioan ni angka ulu balang i, jala di toru i adong mual pa lua uas ni angka ulu balang i. Tona ni ompu i unang dirantingi hau i, jala mual i ingkon urasonmu. Bolo ro tu luat i, unang margabus

(44)

jala unang adong tahi-tahi na jat. air tersebut harus dipelihara. Jika datang ke daerah itu, jangan berbohong serta jangan ada niat-niat yang jahat.

BATU LAGE-LAGE

Wujud: Batu, Mata Air, Pohon

Lokasi: Aek Sipitu Dai Kec. Sianjur Mula-mula Sumber: Mariston Sihole

Umur: 55 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Parhundulan ni Namartua Pussuk Buhit, bolo dipalu gondang. Diginjang batu lage marlampis lage tiar ma ompui Namartua Pussuk Buhit. Dungi diparade ma angka silua na songon napuran tiar, parbue sakti, miak-miak (tolor), sawan dohot utte di bagasan . Tuturni si lua i songononma parbue opat tangkar, napuran tiar tolu tampuk, ringgit suhi ni ampang na opat, sada namarmiak-miak manang tolor, jala sada unte pangurasna. Ditonggohon ma tu Mulajadi Na Bolon Na Tumumpa langit dohot tano. Bolo ro tu luat on ingkon dibagasan hahomion jala ingkon ias do roha dohot pardagingon.

(45)

Batu Tangga/Batu Martinggi-tinggi

Wujud: Batu yang tersusun rapi seperti tangga menuju Gunung Pussuk Buhit

Lokasi: Desa Simarrihit Kec. Sianjur Mula-mula Sumber Data: Julius Sihole

Umur: 61 tahun

Penduduk: Sinta Dame Kec. Sianjur Mula-mula

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Batu hasahatan ni Ompu i Si Anjur Mula-mula, mula ni Batak sian langit ni parlangitan na marhit-hite ombun, laho mangalap Ompu Siraja Geleng Gumeleng naeng diboan Ompu Mula Jadi Nabolon tu Pussu Buhit laos di si ma ditompa hasaktion ni Ompu Siraja Geleng Gumeleng. Jala di Batu Tangga i ma tinjang simanjojak ni Ompu Mula Jadi Nabolon marhite ombun. Jala ditonahon ompu i do asa diuras tangga dohot ingananna rasa sadarion.

(46)

AEK BARINGIN

Wujud: Mata air yang bersumber dari sela-sela batu-batu dan dua kali dalam setiap tahun, yaitu bulan Agustus dan Oktober air tidak mengalir.

Lokasi: Desa Aek Baringin Kec. Sianjur Mula-mula Sumber Data: Apa Lusin Sagala

Umur: 62 tahun

Bahasa Batak Toba Bahasa Indonesia

Laho margondang Dudu, hundulma pargossi ni Ompu Namartua Pussuk Buhit, Namartua Simanuk-manuk mandompakkon batu gondang, huhut tubu do Bintatar, Jabi-jabi, baringin, Tudak-tudak, Sona. Jala di si ma humaliang angka Raja Parbaringin. Laos di si ma mangido sigabe naniula sai sinur pinahan. Jala ala ni i do asa ditonahon Raja Parbaringin sada siingoton ni angka pinomparna, namargoar Aek Baringin. Dibagasan sataon tolu bulan marsik. Jala di baringin ma diborothon hoda Debata ditingki margondang. Jala huling-huling ni hoda debatai dibahen gabe ragin. Sahat tu sadari on dipahatutu jolma dope i jala torus do diuras.

Gambar

Tabel 9: Hasil Rekonstruksi Cerita Rakyat

Referensi

Dokumen terkait