BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Penelitian ini mengkaji tentang pengelolaan keramba jaring apung (KJA)
di Desa Haranggaol. Penelitian ini didasarkan pada ketertarikan peneliti dalam
melihat konsistensi masyarakatDesa Haranggaol terhadap pengelolaan keramba
jaring apung sebagai mata pencaharian utama pada saat ini, karena secara
historismata pencaharian masyarakat di Desa Haranggaol dulunya ialah bertani,
nelayan, maupun berdagang.
Berdasarkan pernyataan masyarakat setempat, pada tahun 1994 sebagian
kecil dari masyarakat mulai membuka keramba jaring apung dengan latar
belakang keadaan tanah pertanian yang tidak mendukung. Hasil tanaman yang
tidak bagus karena faktor tanah yang tidak mendukung dan persaingan pasar
dagang yang mulai turun membuat masyarakat Haranggaol mulai berpikir untuk
mencari mata pencaharian yang lain. Keberadaan Desa Haranggaol yang berada
tepat di pesisir Danau Toba membuat masyarakat untuk memanfaatkan danau
sebagai lahan mata pencaharian.Sebagian masyarakat Haranggaol mulai beralih
mata pencaharian dari petani darat menjadi petani keramba jaring apung.Beberapa
nelayan juga beralih mata pencaharian menjadi petani keramba jaring apung,sebab
memberikan pendapatan yang lebih teratur kepada nelayan dibandingkan dengan
hanya bergantung pada usaha penangkapan ikan.
Proses perubahan sistem pengetahuan yang terjadi dari pertanian menjadi
tanah, aspek iklim, pemenuhan kebutuhan ekonomi hingga pada hal yang bersifat
kultural tadisi kehidupan masyarakat pesisir danau. Secara umum proses
perubahan sistem pengetahuan tersebut telah ada sejak sekitar paruh tahun1990-an
disebabkan peningkatan kebutuhan ekonomi dan juga sebagai suatu bentuk
strategi adaptasi masyarakat terhadap ketersediaan lingkungan ekologis wilayah
danau.
Awalnya, keramba jaring apung ini dilakukan oleh beberapa orang saja
dan masih bukan merupakan mata pencaharian utama.Namun, seiring waktu
usaha keramba ini memberikan dampak yang baik dari segi pendapatan.Usaha ini
kemudian diikuti oleh beberapa orang hingga pada akhirnya menjadi mata
pencaharian utama masyarakat desa Haranggaol.Usaha keramba jaring apung ini
juga didukung oleh pemerintah dan sumberdaya alamnya yang mendukung
dimana diketahui Danau Toba yang merupakan danau terluas kedua di dunia ini
memiliki luas perairan 1.145 km2
Pengelolaan keramba jaring apung menjadi sektor perekonomian utama
yang saat ini menjadi prioritas masyarakat Desa Haranggaol dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.Terbentuknya sistem mata pencaharian ini diawali dari
peralihan mata pencaharian masyarakat dari petani darat menjadi petani keramba
jaring apung disebabkan oleh perubahan tingkat kesuburan tanah.Perubahan
tingkat kesuburan tanah di asumsikan oleh masyarakat setempat sebagai faktor
utama peralihan mata pencaharian tersebut. .
Pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan tanah yang diwujudkan
dalam bentuk usaha pertanian adalah suatu bagian sistem pengetahuan masyarakat
suatu bentuk sistem pengetahuan bukanlah suatu hal yang bersifat statis,
melainkan juga bersifat dinamis.Perubahan dinamis tersebut tampak pada
perubahan sistem pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan pengolahan
lingkungan ekologis pertanian menjadi sistem pengetahuan yang berbasis pada
lingkungan ekologis danau.Perubahan tersebut adalah bentuk-bentuk adaptasi
kehidupan masyarakat yang disesuaikan dengan dimensi ruang dan waktu
kebutuhan masyarakat.
Secara definitifkeramba jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan
terbuat dari jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam
air permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi,
serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan
dalam KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Ikan yang
dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, ikan nila, ikan mas, dan
lain-lain). KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan
kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan.
Teknologi budidaya ikan dengan sistem KJA telah lama dikenal oleh
masyarakat Indonesia.Sistem keramba jaring apung tersebut mulai dikembangkan
di perairan pesisir dan perairan danau.keramba jaring apung merupakan suatu
wadah yang digunakan untuk pembudidayaan ikan yang dapat dilakukan di laut,
sungai ataupun di danau. Dengan keadaan air yang cukup tinggi dengan kualitas
air yang cukup memadai untuk melakukan budidaya, keramba jaring apung
menjadi pilihan yang bagus untuk melakukan budidaya. Keramba Jaring Apung
adalah suatu sarana pemeliharaan ikan atau biota air yang kerangkanya terbuat
diberi pelampung seperti drum plastik atau streoform agar wadah tersebut tetap
terapung di dalam air.
Budidaya ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya
pembesaran ikan yang efisien dan efektif. Model sistem budidaya ini telah
terbukti lebih efisien, baik efisien secara teknis ataupun ekonomis.Efektivitas
pengelolaan KJA terdeskripsikan secara jelas ketika petani bisa melipat gandakan
hasil panen ikan tanpa harus menambah biaya yang besar.Pola yang di pakai
adalah mengintensifkan pola budidaya ikan tersebut.Meskipun suatu ketika
pengelolaan keramba jaring apung dapat terealisasi dengan biaya tinggi namun
tidak menutup kemungkinan bisa didapatkan keuntungan yang lebih tinggi.Jika
dikelola dengan benar, danau mempunyai potensi yang luar biasa dan
menghasilkan potensi yang sangat besar terhadap perkembangan ekonomi
masyarakat lokal.Penelitian ini akan merunut kepada sistem pengelolaan keramba
jaring apung yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Haranggaol.
1. 2. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka sangat penting dalam menentukan jalannya suatu
penelitian, walaupun tinjauan pustaka adalah suatu usaha untuk membatasi
penelitian yang akan dilakukan tidak keluar dari maksud penelitian. Tinjauan
pustaka dalam penelitian ini disusun secara sistematis agar secara runut dan
1..1. Budidaya Ikan
Budidaya ikan di perairan umum merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi perikanan melalui perluasan lahan perikanan
denganmemanfaatkan perairan umum. Tujuan lainnya adalah untuk pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sumber daya perairan umum yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya perikanan seperti waduk,
sungai, saluran irigasi teknis, rawa dan danau. Pada tahun 2000 luas perairan
waduk tercatat 500.000 ha (Cahyono, 2001) . Waduk merupakan perairan umum
yang sangat potensial dikembangkan untuk budidaya ikan. Teknologi budidaya
ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) saat ini sudah berkembang dengan pesat
di beberapa danau dan waduk.
Ada beberapa jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah kolam,
bak, akuarium, jaring terapung/ karamba jaring apung. Kolam dapat digunakan
sebagai wadah untuk budidaya ikan air tawar sedangkan bak, akuarium, jaring
terapung dapat digunakan untuk melakukan budidaya ikan air tawar dan laut.
Kolam dan bak berdasarkan defenisinya dibedakan karena kolam dalam bahasa
Inggrisnya pond adalah suatu wadah yang dapat menampung air dalam luasan
yang terbatas, sengaja dibuat oleh manusia dengan cara melakukan penggalian
tanah pada lahan tertentu dengan kedalaman rata-rata berkisar antara 1,5 – 2,0 m
dan sumber air bermacam-macam. Sedangkan bak atau tanki adalah suatu wadah
budidaya ikan yang sengaja dibuat oleh manusia yang berada diatas permukaan
tanah yang dapat menampung air dengan bahan baku yang digunakan untuk
Jenis-jenis kolam dapat dibedakan berdasarkan sistem budidaya yang akan
diterapkan dan sumber air yang digunakan. Sedangkan jenis-jenis bak atau tanki
ini biasanya dikelompokkan berdasarkan bahan baku pembuatannya yaitu yang
terbuat dari beton disebut bak beton, yang terbuat dari kayu dilapisi dengan
plastik disebut bak plastik, yang terbuat dari serat fiber disebut bak fiber.
Akuarium merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk budidaya
ikan yang terbuat dari kaca dan mempunyai ukuran tertentu. Jaring terapung
merupakan suatu wadah budidaya ikan air tawar dan laut yang sengaja dibuat oleh
manusia untuk membatasi air yang berada dalam suatu perairan umum (danau,
laut, waduk, sungai) agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan.
A. Kolam Sebagai Wadah Budidaya Ikan
Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem
budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang biasa
dilakukan yaitu:
1. Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah
yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah.
2. Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian
kolamnya (dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya
terbuat dari tanah.
3. Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan
bagian kolam terdiri dari tembok.
Jenis-jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan adalah kolam
air mengalir dengan sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi dimana
dan kolam air tenang/stagnant water dengan sumber air yang digunakan untuk
kegiatan budidaya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan dan lain-lain
tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya (0,5–5
L/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap.
Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan
berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kolam antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam
pemeliharaan/pembesaran, kolam pemberokan induk.
• Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai tempat
perkawinan induk-induk ikan budidaya. Ukuran kolam pemijahan ikan
bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan
dipijahkan dalam setiap kali pemijahan. Bentuk kolam pemijahan biasanya empat
persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan
mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan
untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 x 1,5 m
dengan kedalaman air 0,75 – 1,00 m.
Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik
yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir
serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih dari kotoran
atau rumput-rumput liar.
• Kolam Penetasan
Kolam penetasan adalah kolam yang khusus dibuat untuk menetaskan
keras agar tidak ada lumpur yang dapat mengotori telur ikan sehingga telur
menjadi buruk atau rusak. Ukuran kolam penetasan disesuaikan juga denganskala
usaha. Biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva,
ukurannya adalah 3 x 2 m atau 4 x 3 m.
• Kolam Pemeliharaan Benih
Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk
memelihara benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran
konsumsi). Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam
pendederan dan kolam pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional
sebaiknya tanah dasar kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh
pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan.
• Kolam Pemberokan
Kolam pemberokan adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan
induk-induk ikan yang akan dipijahkan atau ikan yang akan dijual/angkut ke
tempat jauh.
B. Bak Sebagai Wadah Budidaya Ikan
Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau tanki yang dapat
digunakan untuk melakukan budidaya ikan. Berdasarkan proses budidaya ikan,
jenis bak yang akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi budidaya dan
hampir sama dengan kolam dimana dapat dikelompokkan menjadi bak pemijahan,
bak penetasan, bak pemeliharaan dan bak pemberokan. Bak yang digunakan untuk
melakukan pemijahan ikan biasanya adalah bak yang terbuat dari beton atau fiber
msedangkan bak plastik biasanya digunakan untuk melakukan pemeliharaan larva
C. Keramba Jaring Apung (KJA)
Wadah budidaya ikan selanjutnya yang dapat digunakan oleh masyarakat
yang tidak memiliki lahan darat dalam bentuk kolam, masyarakat dapat
melakukan budidaya ikan di perairan umum dengan keramba. Budidaya ikan
dengan menggunakan karamba merupakan alternatif wadah budidaya ikan yang
sangat potensial untuk dikembangkan karena seperti diketahui wilayah Indonesia
ini terdiri dari 70% perairan baik air tawar maupun air laut. Dengan menggunakan
wadah budidaya karamba dapat diterapkan beberapa sistem budidaya ikan yaitu
secara ekstensif, semi intensif maupun intensif disesuaikan dengan kemampuan
para pembudidaya ikan.
Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan
dengan karamba ada beberapa antara lain adalah karamba jaring terapung,
karamba bambu tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan
masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan
dengan karamba ini sederhana dan tidak memerlukan lahan daratan serta dapat
meningkatkan produksi perikanan budidaya.
1. 2. 2. Keramba
Menurut Seno Teguh Pribadi SP,dkk dalam bukunya yang berjudul
Pembesaran Ikan Mas, Keramba adalah wadah yang dipergunakan untuk
memelihara ikan yang ditempatkan dalam wadah air, sehingga sebagian keramba
akan muncul dalam permukaan air1
1
Seno, Teguh Pribadi. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Keramba Jaring Apung. Depok .Agro Media Pustaka.
. Untuk budidaya ikan dalam keramba harus
diberi pakan buatan seperti pelet dan jumlah intensitas cahaya yang cukup masuk
adalah tidak semua jenis ikan dapat dipelihara dalam wadah keramba. Ikan –ikan
sungai yang memiliki bentuk lebar dan pipih akan mengalami sedikit hambatan
dalam gerakan apabila dibesarkan di dalam keramba2
Keramba jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring
yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air permukaan
menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem
penjangkaran.Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam KJA relatif
tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Ikan yang dipelihara bervariasi
mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan tebster). KJA ini juga
merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional menjadi
pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010) .
3
Sejauh ini kerambah jaring apung merupakan yang paling baik untuk
budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap (Pens),
Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi:
pengelolaan mudah diterapkan, tingkat kualitas ikan peliharaan, pemanfaatan
sumber daya maupun nilai ekonomisnya (Nikijuluw V.P.H, 1992). .
4
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku
kognitif.Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi baru
dan dapat di ingat kembali.Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman
hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari informasi
yang penting.
1. 2.3. Pengetahuan
2
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28067/4/Chapter%20I.pdf)
3
Abdulkadir, I.2010. KJA (Internet) (Januari, 2010). Tersedia dari : http :// www. Farraqafy.com
4
Dalam Muhamat Noor, Jhonson menjelaskan (2008:3), pengetahuan
indegenous adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakan oleh sekolompok
masyarakat dari generasi yang hidup menyatu dan selaras dengan alam.
Pengetahuan seperti ini berkembang dalam lingkup lokal.Menyesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat.Pengetahuan ini juga merupakan hasil
kreativitas dan inovasi atau uji coba secara terus menerus dengan melibatkan
masukan internal dan pengaruh eksternal dalam usaha untuk menyesuaikan
dengan kondisi setempat.Oleh karena itu pengetahuan indigenous ini tidak dapat
diartikan sebagai pengetahuan kuno, terbelakang, statis atau tak berubah, karena
pengetahuan dapat menghadapi dunia sekeliling.
Aspek pengetahuan dalam kebudayaan menurut Kottak (2007:42)
mengungkapkan bahwa “On the basis of cultural learning, people create,
remember, and deal with ideas”. Dalam hal ini, dinyatakan bahwa dasar dari suatu
bentuk pembelajaran kebudayaan adalah penciptaan oleh masyarakat, mengingat
dan kesepakatan terhadap beragam ide dalam kehidupan. Kottak juga menyatakan
bahwa kebudayaan adalah suatu bentuk yang dibagi diantara individu masyarakat
pendukung kebudayaan, lebih lengkap Kottak (2007:43) menyebutkan:
“Culture is an attribute not of individualsperson but of
individuals as members of group. Culture is transmitted in
society.”
Secara sederhana diartikan bahwa kebudayaan merupakan bentuk atribusi
yang tidak mewakili individu secara tunggal melainkan individu sebagai bagian
dari kelompok dan kebudayaan disebarluaskan melalui bentuk kehidupan
1. 2.4. Sistem Mata Pencaharian
Menurut Idwar Saleh sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan
oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari sebagai usaha pemenuhan
kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya5
Mata pencaharian itu sendiri merupakan aktivitas manusia untukmemperoleh
taraf hidup yang layak dimanaantara daerah yang satu dengan daerah
lainnyaberbeda, sesuai dengan taraf kemampuanpenduduk dan lingkungan tempat . Mata pencaharian bagi
sekolompok orang di nilai sebagai suatu hal yang sangat vital dalam proses yang
dijalani. Mata pencaharian dinilai penting bagi seseorang karena keberadaan mata
pencaharian itu juga mmberikan pengaruh terhadap siklus kehidupan orang-orang
yang ada disekitar subjek tersebut.Contohnya dalam keluarga, seorang ayah
merupakan kepala keluarga yang memiliki mata pencaharian dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dirinya beserta sanak keluarganya, asumsi ini sungguh
sangat jelas bahwa sistem mata pencarian memaksa sebuah individu untuk
mengkondisikan fungsi sistem mata pencaharian tersebut terhadap kepentingan
orang disekitarnya.
Secara historis sistem mata pencaharian bertani merupakan sistem mata
pencaharian tertua hanya saja dalam konteks antropologi pertanian yang dimaksud
adalah pertanian darat.Hanya saja berangkat dari pemahaman masyarakat Desa
Haranggaol yang menyatakan bahwa pengelolahan keramba jaring apung
merupakan suatu sistem mata pencaharian asumsi tersebut mulai diterima
keberadaannya bahwa itu juga merupakan suatu bentuk pertanian.
5
di akses
tinggalnya,penduduk biasanya akan memanfaatkansumber alam disekitar mereka.
Sedangkan sistem mata pencaharianadalah cara yangdilakukan oleh sekelompok
orang sebagaikegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhankehidupan, dan menjadi
pokok penghidupan.
Sistem mata pencaharian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang
mempengaruhi kehidupan manusia. Sistem mata pencaharian menjadi penunjang
bagi masyarakat agar proses kehidupan yang mereka laksanakan berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu dalam beberapa fenomena sosial di beberapa daerah
di Indonesia, kerap sekali ditemukan kelompok-kelompok masyarakat yang
menggantungkan kehidupan mereka pada mata pencaharian yang khas sebagai
suatu identitas bagi masyarakat itu sendiri.
Sistem mata pencaharian pada suatu kelompok masyarakat juga
dipengaruhi pada sistem pengetahuan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat
tersebut.Sistem pengetahuan membekali kelompok tersebut untuk melaksanakan
kegiatan ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan mereka. Sistem
pengetahuan menggiring masyarakat untuk memanfaat setiap peluang yang ada
pada lingkungan hidupnya menjadi hal-hal penting dalam proses kesinambungan
perekonomian. Dengan kata lain masyarakat lokal menjadikan sumber daya alam
di sekitar mereka sebagai area strategis dalam rangka mempertahankan hidup.
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal berasal dari pengetahuan
masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan yang didasari oleh ketersediaan
sumber daya di lingkungan ekologisnya.
Sistem mata pencaharian adalah sebentuk pengalaman yang telah
secara turun-temurun, sistem mata pencaharian masyarakat pada umumnya
berasal dari proses adaptasi yang berkelanjutan antara manusia dengan kondisi
lingkungan (ekologis). Proses adaptasi yang berlangsung merupakan suatu proses
panjang untuk menghubungkan antara manusia dan ketersediaan lingkungan
dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup manusia tersebut, hal ini kemudian
berkembang menjadi suatu sistem pengetahuan yang berkaitan dengan aspek
sistem ekonomis.
1. 2.5. Kebudayaan
Kebudayaan diperlukan dalam hal ini untuk melihat penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan pemahaman kebudayaan, menurut Parsudi
suparlan kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi
tingkah lakunya.” (Hlm. 2-19 alinea III)
“Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada
dalam kepala manusia dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil
kelakuan manusia). Sebagai satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian
nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu
tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta
berisi serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai
berbagai tindakan dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh
pendukungnya dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam.
lingkungan yang dihadapi oleh pendukungnya Lebih lanjut dapat dilihat dari
pendapat Malinowski (1944: 36) yang mengatakan kebudayaan sebagai:
“It obviously is the integral whole consisting of implements and consumers good, of constitutional charters for the various social groupings, of human ideas and crafts, belief and customs.”
(Seluruh kesatuan integral yang terdiri dari kesepakatan dan pengguna yang baik, piagam konstitusional bagi berbagai kelompok sosial, ide-ide manusia dan kerajinan, kepercayaan dan adat istiadat).
Semua kebudayaan pada suatu waktu berubah karena bermacam-macam
sebab.Salah satu sebabnya adalah perubahan lingkungan yang dapat menuntut
perubahan kebudayaan yang bersifat adaptif. Sebab lain adalah karena kebetulan,
atau karena sesuatu sebab lain, suatu bangsa mungkin mengubah pandangannya
tentang lingkungannya dan tentang tempatnya sendiri didalamnya. (William A.
Haviland; 1988:251; terjemahan Soekadijo RG). Kebudayaan yang ada di
DesaHaranggaol akan sangat mempengaruhi kegiatan pertanian yang sehari-hari
menjadi tumpuan bagi masyarakat disana. Secara otomatis kebudayaan juga
mampu memobilisasi kegiatan pertanian yang berimplikasi pada pemenuhan
perekonomian masyarakat sekitar sebagai contoh adanya sopopada
keramba-keramba yang dimiliki masyarakat sekitar, sopomemiliki fungsi sebagai tempat
perteduhan bagi para petani keramba jika sedang lelah menjaga keramba dan
lain-lain.
1. 3. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti secara serius mendalami beberapa
permasalahan utama dalam pencarian data.dapun rumusan masalah yang akan
1. Bagaimana proses perubahan sistem pertanian di Desa Haranggaol dari
sistem pertanian darat menuju sistem pertanian keramba jaring apung.
2. Bagaimana model pengelolaan keramba jaring apung oleh masyarakat
Desa Haranggaol.
1. 4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan dari penelitian
ini yaitu mendeskripsikan bagaimana proses terbentuknya keramba jaring apung
sebagai suatu sistem mata pencaharian masyarakat Desa Haranggaol dan
mendeskripsikan secara jelas bagaimana bentuk kegiatan pengelolaan keramba
jaring apung oleh masyarakat Desa Haranggaol serta dampak yang dimunculkan
dalam sistem mata pencaharian dalam kaitannya dengan kebudayaan setempat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberap manfaat, antara
lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya pada bidang studi Antropologi mengenai
pengelolaan keramba jaring apung (KJA) di Desa Haranggaol.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penlitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang, serta
dapat menjadi bahan acuan agar penelitian selanjutnya dapat lebih
2. Manfaat praktis
a. Bagi Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dapat menambah koleksi karya ilmiah mahasiswa
sehingga dapat digunakan untuk sarana acuan atau bacaan dalam
menambah wawasan atau pengetahuan yang berkaitan dengan
pengelolaan Keramba Jaring Apung.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
referensi sebagai bahan informasi dan menambah wawasan mengenai
pengelolaan keramba jaring apung (KJA) di Desa Haranggaol.
c. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi
pada masyarakat luas, khususnya bagi orang yang ingin melalukan
budidaya ikan dengan metode keramba jarring apung.
d. Bagi Peneliti
• Penelitian ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pada program studi Antopologi Sosial
FISIP USU.
• Peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengeni pengelolaan keramba
jaring apung (KJA) di Desa Haranggaol.
• Peneliti dapat memperoleh pengalaman terjun langsung dalam
penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan
1. 5. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Haranggaol Kecamatan Haranggaol
Horisan Kabupaten Simalungun.Peneliti mencari data-data terkait dengan
penelitian dengan mendatangi kantor kecamatan dan kantor desa terkait jumlah
masyarakat Desa Haranggaol dengan mata pencaharian petani Keramba jaring
apung. Peneliti juga mencari data data terkait dengan penelitian dengan hadir
secara langsung bersama dengan para petani keramba jaring apung melaksanakan
kegiatan-kegiatan pertanian keramba jaring apung sesuai dengan kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat setempat.
Dalam Penelitian yangakan dilakuakan, peneliti menggunakan metode
kualitatif dalam pengumpulan dan penyajian data di lapangan serta bersifat
etnografi. Hal tersebut untuk mendapatkan data yang sesuai dengan peneliti
butuhkan dalam menjawab rumusan masalahnya. Dalam metode kualitatif
tersebut, peneliti akan menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data
dari informan kunci yang dipilih dari masyarakat di Desa Haranggaol.
1. 5. 1. Teknik Pengumpulan Data
Studi kepustakaan dalam hal ini yaitu mengumpulkan data–data penelitian
dengan cara membaca dan mengkaji buku–buku atau literatur–literatur yang
berkenaan dengan judul penelitian dan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini. Selain buku–buku dan literature–literature, studi kepustakaan juga mengkaji
hasil penelitian–penelitian terdahulu yang relevan atau sesuai dengan masalah
penelitian yang dikaji hanya pada perbedaan studi kasus yang membedakannya,
selain itu studi kepustakaan juga menggunakan internet untuk mencari bahan –
1.Pengamatan (Observation)
Pengamatan (Observation) dilakukan untuk mengamati fenomena –
fenomena yang terjadi di lapangan selama penelitian dilaksanakan, seperti
mengamati kegiatan pengelolaan petani keramba jaring apung, kehidupan
masyarakat lokal terkait dampak yang terjadi dengan adanya mata pencaharian
Keramba jaring apung. Peneliti menggunakan dua unsur metode observasi dalam
proses penelitian ini, antara lain:
- Observasi
Teknik observasi ini dilakukan hanya sebatas melakukan pengamatan
terhadap masalah yang diteliti tanpa ikut serta kedalam proses yang terjadi di
dalamnya misalnya melihat aktivitas pendistribusian ikan yang telah di panen oleh
petani dan didistribusikan oleh toke menuju ke pasar-pasar tradisional. Teknik ini
melakukan pengamatan untuk melihat aktifas ataupun kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat yang akan diteliti. Dengan observasi tanpa partisipasi ini peneliti
akan memperoleh data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah yang ada. Juga
dalam observasi ini setiap informasi yang diterima diolah berdasarkan kesamaan
teori – teori yang sudah dikumpulkan sehingga ditarik kesimpulan dari observasi
ini menurut keterkaitannya dengan teori yang dimaksud.
- Observasi Partisipasi (Participant observation)
Tehnik observasi ini adalah suatu tehnik observasi dimana peneliti ikut serta
secara langsung dan berpartisipasi bersama-sama dengan informan dalam proses
kehidupan informan yang ingin diteliti, peneliti ikut serta dalam melakukan
penebaran bibit ikan, melakukan pemeliharaan terhadap keramba-keramba yang
juga harus dilaksanakan oleh peneliti. Informan dalam hal ini dianggap sebagai
raja, peneliti tidak merasa lebih pintar daripada informan melainkan dalam hal ini
peneliti adalah orang yang sedang belajar dari informan dan menggali
pengetahuan yang berasal dari informan tersebut. Observasi partisipasi juga
bertujuan agar informan semakin dekat dengan peneliti atau merasa memiliki
kedekatan emosional, atau membuat apa yang disebut dengan rapport.6
Tehnik wawancara etnografis adalah suatu wawancara yang dilakukan
hampir menyerupai ciri- ciri percakapan persahabatan.Dalam kenyataan, seorang
etnografer berpengalaman sering sekali mengumpulkan banyak data melalui
pengamatan terlibat dan berbagai macam percakapan, seperti layaknya percakapan
persahabatan. Etnografer mungkin mewawancarai orang-orang tanpa kesadaran
orang-orang itu dengan cara sekedar melakukan percakapan biasa, tetapi di dalam
percakapan itu etnografer memasukan beberapa pertanyaan etnografis
Kedekatan emosional tersebut menyebabkan keterbukaan yang diberikan oleh
informan dalam menjawab dan memberikan data–data akurat sesuai dengan apa
yang dicari oleh peneliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002)
7
Idealnya memang, wawancara etnografi terselenggara tatkala telah tercipta
suasana kondusif antara etnografer dengan informan dalam sebuah percakapan .
6
Hubungan Yang Baik dengan informan
7
persahabatan dan sedikit demi sedikit etnografer atau peneliti memasukkan
beberapa unsur baru informasi yang dia perlukan dan diharapkan dijawab oleh
informan. Memaksakan unsur baru pertanyaan etnografi dengan tidak hati-hati
hanya akan membuat wawancara berubah menjadi wawancara formal belaka.8
Dalam tehnik wawancara ini peneliti harus terlebih dahulu
memperkenalkan dirinya dan memberitahu kepada informan tujuan dari
dilaksanakannya wawancara tersebut. Setelah itu peneliti memberitahukan pokok
persoalannya bagaimana orang di Desa Haranggaol mengelolah keramba jaring
apung sebagai sistem mata pencharian utama menjadikan peluang-peluang lainnya
sebagai sumber mata pencaharian, lalu setelah itu akan merujuk kepertanyaan-
pertanyaan berikutnya yang menjurus lebih dalam. Wawancara dilakukan Perihal wawancara etnografis adalah sebagai serangkaian percakapan
persahabatan yang di dalamnya peneliti secara perlahan memasukan beberapa
unsur baru guna membantu informan memberikan jawaban sebagai seorang
informan ( Spradley, 1979: 85 ).
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama
8
berdasarkan persetujuan dari informan dan tidak memberatkan informan saat
dilakukan wawancara.
Dalam teknik wawancara mendalam (dept interview) ini peneliti tidak
membawa pedoman wawancara saat melakukan wawancara dengan maksud untuk
menciptakan suasana kondisi yang santai dan nyaman menghindari ketegangan
informan pada saat berlangsung proses wawancara antara peneliti dan informan.
1. 5. 2. Informan Kunci
Informan adalah elemen terpenting dalam kajian penelitian ilmu
antropologi.Informan menjadi sumber informasi utama yang dijadikan dasar
dalam pengambilan data. Pada penelitian pengelolaan keramba jaring apung ini,
peneliti telah menyususn beberapa informan yang akan diwawancarai terkait
dengan kelengkapan data yang dibutuhkan.
Petani KJA
- Rikson Saragih berusia 52 tahun adalah seorang informan yang
bekerja sebagai petani Keramba Jaring Apung, beliau bertempat
tinggal di Desa Haranggaol. Alasan saya memilih beliau sebagai
informan saya karena beliau merupakan seorang intelektual dalam hal
pertanian dan mempunyai kontribusi dalam pertanian keramba jaring
apung di Desa Haranggaol.
- Belkysar Saragih 38 tahun adalah informan yang bekerja sebagai
petani Keramba Jaring Apung, beliau bertempat tinggal di Desa
Haranggaol. Alasan peneliti memilih beliau sebagai informan karena
di sebuah perusahaan swasta di Batam dan kembali ke kampung
halaman dan mulai membuka Keramba Jaring Apung hingga sekarang
ini.
- Jarisman Lingga berusia 56 tahun adalah informan peneliti yang
merupakan petani keramba jaring apung bertempat tinggal di Desa
Haranggaol. Alasan saya memilih beliau sebagai informan saya
karena beliau sudah lama menjadi petani keramba jaring apung.
- Tunggul Purba berusia 46 tahun adalah informan peneliti yang
merupakan petani keramba jaring apung bertempat tinggal di Desa
Haranggaol. Alasan saya memilih beliau sebagai informan saya
karena beliau.
- Leonardo Damanik berusia 27 tahun adalah informan yang merupakan
petani keramba jaring apung bertempat tinggal di Desa Haranggaol.
alasanpeneliti memilih beliau sebagai informan karena keramba jaring
apung yang dimilikinya merupakan warisan orang tua beliau dan
dilanjutkan hingga sekarang.
- Hasudungan Siallagan berusia 58 tahun adalah informan yang
merupakan petani keramba jaring apung bertempat tinggal di dusun
Bandar Saribu Desa Haranggaol. peneliti memilih beliau sebagai
informan karena salah satu petani yang memiliki keramba jaring
apung dengan jumlah yang banyak daripada petani lainnya.
- Juni saragih simarmata berusia 52 tahun adalah informan yang
bertempat tinggal di Desa Haranggaol. peneliti memilih beliau karena
beliau pekerja membuat keramba jaring apung.
Masyarakat dengan sistem mata pencaharian diluar KJA
- Jamanson Purba berusia 64 tahun, bertempat tinggal di Desa
Haranggaol adalah informan peneliti yg merupakan pensiunan guru
SMP swasta di Desa Haranggaol. alasan memilih beliau sebagai
informan peneliti karena ingin mengetahui pendapat beliau tentang
Keramba Jaring Apung dari sudut pandang seorang guru di Desa
Haranggaol.
- Olob purba berusia 29 tahun, bertempat tinggal di Desa Haranggaol
adalah informan peneliti yang bekerja sebagai pedagang grosir di
Desa Haranggaol. alasanpeneliti memilih beliau sebagai informan
karena ingin mengetahui pendapat masyarakat yang bukan petani
keramba jaring apung tentang keramba jaring apung.
- Benni saragih berusia30 tahun, bertempat tinggal di Desa Purba
Dolok, Kecamatan Purba,Kabupaten Simalungun, beliau merupakan
supir pengusaha (toke) di desa tersebut. Alsan peneliti memilih beliau
sebagai informan karena ingin mengetahui pendapat pekerja diluar
petani keramba jaring apung sekalian pendatang di desa tersebut.
- Gusti br purba berusia 68 tahun, bertempat tinggal di Desa
Haranggaol adalah informan peneliti yang bekerja sebagai petani
bawang merah. Alasan peneliti memilih beliau sebagai informan
peneliti karena inin mengetahui pendapat petani darat tentang adanya
Toke
- Manto Sinaga berusia 57 tahun, bertempat tinggal di Desa Haranggaol
adalah informan peneliti yang berprofesi sebagai toke ikan di desa
tersebut. Alasan peneliti memilih beliau karena beliau merupakan
pengusaha pemasaran ikan ke luar daerah sekaligus tempat petani
untuk menjual hasil panennya.
- Irwanto Rajagukguk berusia 24 tahun, bertempat tinggal di desa
Haranggaol adalah informan peneliti yang berprofesi sebagai toke
ikan di desa tersebut. Alasan peneliti memilih beliau karena beliau
merupakan pengusaha pemasaran ikan ke luar daerah dan beliau juga
pamasok bibit ikan kepada petani keramba jaring apung di Desa
Haranggaol.
- Bombix Haloho berusia 31 tahun, bertempat tinggal di Desa
Haranggaol adalah toke ikan atau pengusaha yang paling besar di desa
tersebut. Beliau juga merupakan pengusaha pemasaran ikan keluar
daerah, pemasok bibit dan juga pemasok pakan ikan (pellet) kepada
petani keramba jaring apung di Desa Haranggaol.
Peneliti juga akan mencari data-data pendukung terkait penelitian ini di
lembaga pemerintahan, kantor camat, kantor desa, dan lain-lain dengan alasan
memperkuat data-data yang telah didapatkan dari informan (masyarakat lokal).
Peneliti mencari data terkait jumlah kepala keluarga dengan sistem mata
pencaharian keramba jaring apung di kantor Camat Kecamatan Haranggaol