• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Brooder dengan Berbagai Jenis Energi pada Pemeliharaan Ayam Kampung Fase Starter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Brooder dengan Berbagai Jenis Energi pada Pemeliharaan Ayam Kampung Fase Starter"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Gas Bio

Gas bio merupakan campuran senyawa hasil dekomposisi mikrobia dari

bahan organik dalam kondisi anaerob. Menurut Basuki (1985), gas bio adalah gas

yang timbul dari proses fermentasi anaerob oleh mikrobia terhadap bahan organik

seperti limbah feses ternak, feses manusia maupun limbah pertanian. Menurut

Hambali et al., (2007), gas bio terdiri dari senyawa metana, karbondioksida, nitrogen, oksigen, karbonmonoksida, air, dan hidrogen sulfida yang persentasenya

dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan gas yang dominan yaitu gas metana (CH4)

merupakan gas yang dapat dibakar. Gas metana secara luas diproduksi di

permukaan bumi oleh mikrobia penghasil metana. Mikrobia penghasil gas metana

ini terdapat di rawa-rawa, lumpur sungai, dan sumber air panas. Hasil pencernaan

hewan ruminansia juga menghasilkan gas metana. Hewan-hewan ini memecah

selulosa yang terkandung dalam rumput menjadi molekul yang dapat diserap oleh

rumen dengan bantuan mikrobia anaerob (Amaru, 2004).

Tabel 1. Rata-rata komponen komposisi penyusun gas bio

Komponen Persentase (%)

Metana 40 – 70 %

Karbondioksida 25 – 45 %

Nitrogen 0,6 – 1,8 %

Oksigen 0,1 – 1 %

Karbonmonoksida 0,1 %

Air 2 – 7 % ( 20 – 40° C)

Hidrogen sulfida 20 – 20.000 ppm

Sumber: Hambali, 2007.

(2)

Manfaat gas bio antara lain sebagai penerangan; 1 m³ dapat digunakan

untuk menyalakan lampu 60 watt selama 7 jam. Hal ini berarti bahwa 1 m³ gas bio

dapat menghasilkan energi 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0,42 KWh, dimana 1 m3

setara dengan 2 ekor sapi dewasa dengan feses 15 kg/hari

(Nukulchai et al., 1985).

Pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak

keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak

sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya

(mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan

limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring

naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik (Hadi, 1980).

Bahan baku gas bio adalah kotoran sapi yang berbentuk padatan, namun

padatan tersebut harus berbentuk halus dan butiran kecil. Bila bahan baku

berbentuk padatan yang sulit dicerna harus digiling terlebih dahulu sebelum

dicampur dengan air agar pembentukan gas bio berlangsung sempurna, misalnya

padatan kotoran kambing. Sebaliknya bila berbentuk padatan yang mudah dicerna

maka bahan baku tersebut langsung dapat dicampur dengan air secara merata.

Kandungan padatan bahan baku ini sebaiknya 7-9 % (Yunus, 1995).

Kotoran ternak (ruminansia) sebagai sumber energi panas mempunyai

kestabilan suhu panas sehingga dapat dipergunakan dalam berbagai aktivitas

manusia. Biogas adalah campuran beberapa gas hasil perombakan bahan organik

(3)

energi, biogas dapat dibakar dengan nilai kalor tinggi yaitu pada kisaran

4700-5000 kkal/m3. Nilai kalor biogas ditentukan oleh perbandingan gas metan

(CH4), terhadap karbon dioksida (CO2). Semakin tinggi persentase gas metan

maka nilai kalor biogas tersebut pun semakin tinggi. Intinnya biogas memiliki

nilai kalor 4700 - 5000 KcaI/m3 dengan komposisi volume 50-60 % Cl dan

40-50 % CO2 (Armansyah et al., 2009).

Setiap ekor sapi per hari menghasilkan kotoran sebanyak 10 - 30 kg,

berpotensi menghasilkan 0,36 m3 biogas, atau setara dengan 0.75 liter minyak

tanah. Bila total produksi kotoran sapi diproses melalui fermentasi biogas, maka

akan berpotensi menghasilkan gas bio sebanyak 541.557 m3, atau bila gas bio

yang diproduksi dimanfaatkan sebagai sumber energi, maka dapat disetarakan

dengan minyak tanah sebanyak 1.128.243 liter perhari. Dari produksi biogas yang

disetarakan dengan minyak tanah tersebut bila dimanfaatkan untuk mencukupi

kebutuhan rumah tangga, maka akan terpenuhi sebanyak 376.081 keluarga,

dengan asumsi setiap keluarga menghabiskan minyak tanah 3 liter perhari.

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka potensi ketersediaan sumber energi

dengan memanfaatkan kotoran ternak sapi cukup besar yaitu 1.128.243 liter

perhari atau 33.847.290 liter/bulan atau 406.167.480 liter/tahun

(Sembiring, 2005).

Feses sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai

sumber pembuat gas bio karena feses sapi mengandung sisa pakan yang tidak

dicerna dinding sel bakteri dari saluran pencernaan sebelumnya, serta sel-sel

mikrobia yang berasal dari sekum dan usus besar meskipun konsentrasi

(4)

itu, feses sapi telah mengandung mikrobia penghasil gas metan yang terdapat

dalam rumen (Dhanoa et al., 2004).

Sampah sayuran yang berasal dari pasar tradisional ataupun perkebunan

sayuran mendominasi penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) di

beberapa kota besar di Indonesia dan juga dibiarkan membusuk diperkebunan

yang merusak lingkungan di sekitarnya. Sampah sayuran mengandung

bahan-bahan organik sehingga termasuk biomassa yang dapat diubah menjadi gas bio,

(Muktiani et al., 2007).

Kandungan organik pada sampah buah dapat menjadi substrat pembuatan

gas bio. Sampah buah jeruk mempunyai kandungan organik yang tinggi, sehingga

berpotensi menjadi bahan baku pembuatan biogas. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi biogas diantaranya temperatur, pH, rasio C/N, dan

inhibitor. Salah satu inhibitor dari sebuah digester adalah zat yang bersifat toksik

yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme metanogen (Nurrihadini, 2009).

Teknologi Pencernaan Anaerobik

Proses pencernaan anaerobik, yang merupakan dasar dari reaktor gas bio

yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan

bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat

dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang,

manusia, dan sampah organik rumah tangga (Ward et al., 2008). Proses anaerobik dapat berlangsung di bawah kondisi lingkungan yang luas meskipun proses yang

(5)

Tabel 2. Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerobik

Laju Terjenuh 0,15-0,35 kg VS/m3/hari

Hasil Gas bio 4,5-11 m3/kg VS

Kandungan Metana 60-70 %

Sumber: Engler,2000.

Pembentukan gas bio meliputi tiga tahap proses yaitu: (a) Hidrolisis, pada

tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan

bahan organik yang kompleks menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk

polimer menjadi bentuk monomer; (b) Pengasaman, pada tahap pengasaman

komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan

menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari

perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat,

alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida hidrogen dan amonia ;

serta (c) Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas

metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi

sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida (Bagi et al., 2007). Proses pembentukan gas bio dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: lingkungan biotik

(biologi) dan lingkungan abiotik (non-biologis). Lingkungan biotik menyangkut

faktor kehidupan mikrobia yang aktif di dalam proses ataupun bentuk-bentuk

kehidupan yang terjadi di dalamnya (Surawiria dan Sastramihardja, 1980).

(6)

gas metana bekerja secara berurutan dalam proses degradasi karbohidrat secara

anaerob sehingga menghasilkan metana.

Ginting (2010), untuk mendapatkan gas yang stabil dalam digester maka

perlu dilakukan pengisian bahan baku (kotoran) setiap harinya dan

mikroorganisme yang ada dalam digester memerlukan makanan untuk hidup dan

berkembang biak. Menurut Haryati (2006), biogas dihasilkan oleh proses

pemecahan bahan limbah organik yang melibatkan aktivitas bakteri anaerob

dalam kondisi anaerobik dalam suatu digester. Pada dasarnya proses pencernaan

anaerob berlangsung atas tiga tahap yaitu hidrolisis, pengasaman dan

metanogenik. Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C : N,

temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan. Kondisi optimum

yaitu pada temperatur sekitar 32 - 35°C atau 50 - 55°C dan pH antara 6,8 - 8. Pada

kondisi ini proses pencernaan mengubah bahan organik dengan adanya air

menjadi energi gas. Biogas umumnya mengandung gas metan (CH4) sekitar

60-70% yang bila dibakar akan menghasilkan energi panas sekitar 1000 British

Thermal Unit/ft3 atau 252 Kkal/0,028 m3 .

Kandungan metan dalam gas bio yang dihasilkan tergantung jenis bahan

(7)

Tabel 3. Komposisi gas (%) yang berasal dari limbah kotoran ternak dan sisa pertanian

Jenis Gas Kotoran Sapi Campuran kotoran ternak dan limbah pertanian

Hydrogen Sulfida (H2S) Tidak terukur Sedikit sekali

Nilai kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700

Sumber: Harahap et al., 1978.

Jutaan meter kubik metan dihasilkan per tahun dalam bentuk gas rawa

yaitu hasil dari proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari ternak

maupun sayuran. Hal ini nyaris sama seperti gas alam yang dipompa dari bumi

oleh perusahaan minyak dan digunakan untuk berbagai keperluan manusia

seperti penerangan rumah dan memasak. Pada TPA yang mendapat kiriman

sampah sebanyak 5.000 meter kubik per hari bisa dihasilkan gas sebanyak

25 .000 meter kubik per hari atau setara dengan 31,25 juta Watt listrik yang bisa

mengalirkan listrik bagi sekitar 2.500 rumah tangga (Haryati, 2006).

Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan

rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk

keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk

mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Metana termasuk salah satu gas

atmosfir yang memberikan efek rumah kaca (green house gas). Komposisi metana di atmosfir lebih rendah dibandingkan dengan gas karbondioksida (CO2) yaitu

(8)

lebih tinggi, yaitu 25 kali gas CO2, sehingga 15% pemanasan global disumbang

dari gas metana (Kristoferson, 1991).

Metan sebagai komponen utama gas bio adalah gas tak berbau dan tak

berwarna yang apabila dibakar akan menghasilkan energi panas sekitar 1000

BTU/ft3 atau 252 Kkal/0,028 m3. Gas bio dapat diubah menjadi beberapa

bentuk energi, yaitu energi panas atau dengan bantuan generator diubah menjadi

energi listrik maupun mekanik, sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Konversi energi gas bio dan penggunaannya Penggunaan Energi 1m3 gas bio

Memasak Sebanding dengan lampu 60-100 Watt selama 6 jam

Penerangan Untuk memasak 3 jenis makanan untuk 5-6 orang Pengganti bahan bakar Sebanding dengan 0,7 kg bensin

Tenaga pengangkut Menjalankan motor 1 pk selama 2 jam Listrik Sebanding dengan 1,25 KWH listrik Sumber: Kristoferson dan Bolkaders, 1991.

Menurut Rajakovic (2006), reaksi pembakaran metan (CH4) : CH4 + 2 O2

CO2 + H2O + Energi. Pada pembakaran yang sempurna 1 m³ metan melepas

4700-6000 kkal panas. Dimana 1 m³ CH4 setara dengan 0,48 kg gas LPG, 0,52

liter minyak solar, 0,8 liter bensin, 0,62 liter minyak tanah, 0,62 liter minyak

mentah, 1,4 kg batubara, 4,7 kWh listrik dan setara dengan 3,5 kg kayu bakar.

Desain Digester

Kalau dilihat dari cara pengoperasian digester, ada dua desain digester yaitu:

(9)

Proses pencernaan anaerobik dari limbah kotoran sapi memakan waktu sekitar 8

jam dalam temperatur hangat (35°C). Sepertiga biogas akan dihasilkan pada

minggu pertama, seperempatnya pada minggu kedua dan sisanya akan dihasilkan

pada minggu ketiga sampai kedelapan (Haryati, 2006).

Produksi gas dapat dipercepat dan konsisten dengan sistem pemasukan

bahan baku yang kontinu (continuous feeding) serta sejumlah kecil buangan proses setiap hari. Proses juga akan menyisakan nitrogen pada slury buangan yang kemudian digunakan untuk pupuk. Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem

kontinu adalah tangki harus cukup besar untuk menampung semua bahan yang

terus menerus dimasukkan selama proses pencernaan berlangsung. Kondisi yang

ideal untuk sistem ini yaitu menggunakan dua buah tangki digester, konsumsi

limbah berlangsung dalam dua tahap, metan diproduksi pada tahap pertama dan

tahap kedua dengan laju yang lebih lambat (Haryati, 2006).

Batch Feeding

Umumnya didesain untuk limbah padatan seperti sayuran/hijauan. Desain

yang tidak perlu pipa alir, tangki tunggal merupakan desain yang paling baik

untuk digunakan. Tangki dapat dibuka dan slury buangan proses dapat dikeluarkan dan digunakan sebagai pupuk kemudian bahan baku yang baru

dimasukkan lagi. Tangki ditutup dan proses fermentasi diawali kembali.

Tergantung dari jenis bahan limbah dan temperatur yang dipakai, sistem batch akan mulai berproduksi setelah minggu kedua sampai minggu keempat, laju

peningkatan produksi menjadi lambat lalu menurun setelah bulan ketiga atau

(10)

C : N yang tinggi dibandingkan limbah kotoran ternak sehingga perlu

ditambahkan sumber nitrogen (Haryati, 2006).

Teknologi biometanisasi dimanfaatkan untuk menghasilkan energi.

Gallert dan Winter (2002), menyatakan bahwa bakteri flora yang kompleks

bekerja dalam proses perombakan biomas menjadi gas bio, gas bio inilah yang

dapat digunakan manusia untuk segala aktivitasnya termasuk penetasan. Menurut

Ginting (2010), bahwasannya 1 kg kotoran sapi akan menghasilkan 40-46 liter gas

yang dapat langsung digunakan untuk berbagai kegiatan.

Ayam Kampung

Manajemen Pemeliharaan

Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah pakan.

Hafez dan Dryer (1969), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan adalah hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot

badan akan terjadi pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan

dengan kandungan nutrisi yang rendah. Sutardi (1980) menyatakan bahwa ternak

ayam kampung akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi

genetiknya bila mendapat zat-zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas

ransum, dan lingkungan. Zat pakan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah

kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang, produksi, reproduksi normal,

(11)

Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum

mendatangkan bibit ayam kampung yang akan dipelihara. Tersedianya sarana

yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna.

Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC,

boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi

boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk

mengontrol panas bias digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987).

Fase awal ayam kampung akan mengalami pertumbuhan dengan sangat

pesat dan mencakup semua organ yang berperan bagi kehidupan dan produktivitas

ayam. Sel-sel yang menyusun organ vital dalam tubuh ayam sebagian besar akan

tumbuh secara hyperplasia. Sel-sel tubuh akan bertambah jumlahnya dengan cara melakukan pembelahan sel. Apabila pertumbuhan pada fase ini terganggu maka

dapat dipastikan sel-sel yang akan dihasilkan pun berkurang. Hal ini akan

berpengaruh pada pertumbuhan selanjutnya, yang berupa pertumbuhan

hypertropia, dimana sel akan memperbesar ukurannya atau pendewasaan sel. Menjadi suatu pemisalan adalah pada tahap awal pertumbuhan sel seharusnya 1

sel bisa berkembang menjadi 8 sel, karena ada gangguan maka 1 sel hanya bisa

membelah diri menjadi 6 sel. Perbedaan ini akan mengakibatkan pada fase

pertumbuhan hypertropia, jumlah sel yang lebih sedikit akan menghasilkan organ yang lebih kecil dengan fungsi yang kurang optimal (Yasmir, 2003).

Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC

yang baru datang biasanya mengalami stres dan kemunduran kondisi. Oleh karena

itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam.

(12)

sebagai suplai energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena

pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada

keesokan harinya, air minum di tambah suplemen (vitamin) (Murtidjo, 1987).

Brooding adalah masa dimana anak ayam masih membutuhkan induk buatan atau penghangat buatan sampai umur tertentu dimana anak ayam telah

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pada awal kehidupan atau fase

produksinya. Bila masa brooding mengalami kegagalan, dapat mengakibatkan penurunan produktivitas pada masa berikutnya, hal itu dikarenakan potensi

genetik pada ayam tidak dapat dicapai secara optimal (Yasmir, 2003).

Pertumbuhan sel tubuh akan tercermin pada pertambahan bobot badan.

Pada periode brooding pertumbuhan berlangsung sangat cepat dengan feed

conversion ratio (FCR) yang sangat rendah. Hampir semua ransum yang dikonsumsi dialokasikan untuk pertumbuhan. Bobot badan pada akhir minggu

pertama mencapai 4-5 kali bobot badan awal (DOC/day old chick). Kesalahan teknis seringkali terjadi saat persiapan brooding. Padahal periode brooding berkontribusi 70% terhadap keberhasilan budidaya ayam secara keseluruhan

(Anggorodi, 1984).

Komponen Kandang Brooding

Alat pemanas

Alat pemanas kandang indukan biasanya dipilih berdasarkan

(13)

ruangan kandang, dan tidak mengeluarkan suara berisik. Heater ducting merupakan alat pemanas pada indukan yang alat pemanasnya dipasang pada

saluran penyedia udara bersih sehingga menghasilkan udara panas secara merata

ke seluruh ruangan kandang sedangkan heater portable merupakan alat pemanas berbentuk persegi dan umumnya diletakkan di tengah ruangan kandang dan

bekerja dengan cara menyemburkan udara panas ke dalam kandang sehingga

meningkatkan temperatur ruang. Penyebaran panas dari heater portable kurang merata sehingga dikhawatirkan akan menganggu pertumbuhan. Selain itu, heater

portable menimbulkan polusi lingkungan yaitu memproduksi suara berisik saat bekerja. Produksi suara tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan anak ayam

menjadi stres dan menganggu pertumbuhannya (Risnajati, 2011).

Pemanasan dari luar untuk ayam fase starter (umur 0-4 minggu) mutlak

diperlukan, karena anak ayam umur sehari (DOC) memiliki suhu tubuh 103°F

(39°C). Jika anak ayam mendapatkan suhu lingkungan yang lebih rendah dari

suhu tubuh; maka suhu tubuh anak ayam akan turus drastis-yang berpengaruh

pada metabolisme tubuh. Pemberian suhu pemanas yang sesuai bagian anak ayam

periode starter pada minggu pertama diharapkan dapat merespon pertumbuhan anak ayam. sehingga pada periode finisher akan menghasilkan bobot ayam yang optimal. Dengan suhu pemanasan yang sesuai maka metabolisme anak ayam akan

berjalan sempurna. Sehingga dapat memanfaatkan gizi pakan untuk pertumbuhan

secara efisien. Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan anak ayam banyak

minum sedangkan makanan berkurang. Apabila suhu terlalu dingin anak ayam

tidak akan banyak makan karena nafsu makannya berkurang sehingga

(14)

digunakan untuk pertumbuhan. Tetapi hanya sebagai konvensasi untuk

menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan (Risnajati, 2011).

Suhu yang terlalu tinggi pada ayam kampung dapat mengakibatkan

penurunan kadar plasmatiroksin yaitu hormon yang berfungsi sebagai stimulator dalam pengaturan metabolisme tubuh. Selain itu terjadi penurunan konsumsi

akibat dari berkurangnya aktivitas metabolisme karena terjadinya penimbunan

panas yang ditunjukkan dengan menurunnya konsumsi pakan (Suharsono, 1976).

Pemanas kompor minyak tanah adalah pemanas sederhana yang biasa

digunakan pada peternakan ayam di daerah tropis. Prinsip kerjanya yaitu api yang

timbul dari kompor akan memanasi katel yang berada di atasnya sehingga kalor

yang dihasilkan dapat memanasi area yang lebih luas. Kelemahan pemanas

kompor minyak tanah menyebabkan terjadinya kebakaran sehingga membutuhkan

pengawasan ekstra, menghasilkan karbondioksida sehingga memerlukan sistem

ventilasi yang baik dan harga minyak tanah yang mahal. Sedangkan kelebihan

pemanas ini investasinya murah dan dapat difungsikan sebagai penerangan dan

tidak tergantung kepada listrik (Yasmir, 2003).

Pemanas briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari

batubara. Bahan bakar ini merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak

tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara luas

dalam waktu yang relatif singkat, mengingat teknologi dan peralatan yang

digunakan relatif sederhana, khususnya bagi para peternak yang masih

(15)

diharapkan adanya bahan bakar alternatif yang murah dan mudah di dapat agar

peternakan ayam kampung dapat bertahan dan berkembang (Yasmir, 2003).

Pemanas infra merah adalah api yang berasal dari bahan bakar gas akan

membakar keramik sampai membara. Bara api tersebut menghasilkan infra merah.

Kemudian infra merah tersebut menghasilkan kalor yang disalurkan ke ruangan

kandang. Pemanas infra merah ini berupa pemanas gasolek yang dipasang pada

ketinggian 110-125 cm. Panas yang dihasilkan dari gasolek bisa diatur

menggunakan regulator yang ada pada tabung gas. Pemakaian gasolek memiliki

kelebihan yaitu panas yang dihasilkan relatif merata, stabil, dan tidak terpengaruh

angin (Yasmir, 2003).

Pergunakan lingkaran pembatas yang tingginya 45 cm untuk menjaga agar

anak ayam terkonsentrasi pada daerah tempat minum/makan. Jarak lingkaran

pembatas dari tepi tudung induk buatan kira-kira 1m. Setelah anak ayam

mengenai posisi sumber pemanas, sebaiknya brooder guards diperluas. Brooder mulai diperluas arealnya setelah hari ke-3. Brooder digunakan untuk hari ke-6 sampai ke-9, setelah itu dipindahkan. Untuk mencegah kemungkinan anak ayam

memakan bahan dasar dari litter yang dapat menyebabkan kematian maka di

sekitar daerah yang dibatasi oleh brooder pada minggu pertama perlu ditutup dengan kertas (North, 1990).

Ransum dan air minum sangat penting untuk kehidupan anak ayam. Ayam

yang baru menetas memiliki kandungan air 85% dan pada saat dewasa turun

(16)

Tempat ransum diletakkan setinggi punggung anak ayam dan tempat minum

setinggi leher dari anak ayam. Tempat ransum hanya diisi 1/2-2/3 penuh untuk

menjaga agar ransum tidak banyak yang terbuang (Rasyaf, 2008).

Bahan Penyekat

Sekat (Chick Guard Brooder) dapat dibuat dari bahan seng yang dibuat secara melingkar di dalam ruangan kandang yang dilengkapi pemanas, tempat

pakan, tempat minum dan tirai kandang. Chick guard berfungsi untuk membantu agar panas brooding tetap terfokus dan DOC tidak menyebar keseluruh ruang kandang. Sedangkan fungsi lain untuk melindungi anak ayam dari terpaan

angin dan hewan liar. Idealnya sekat atau chick guard berbentuk melingkar atau elips. Fungsi sekat ini untuk menghindari penumpukan anak ayam pada sudut

brooding. Namun pada prakteknya banyak juga yang berbentuk segi empat atau dengan cara menyekat kandang, karena lebih praktis. Untuk membuat dan

memasang chick guard maka disesuaikan dengan jumlah DOC yang akan dipelihara. Ketentuannya untuk 1 m2 dapat menampung 50 ekor DOC, sehingga

dengan menggunakan rumus luas lingkaran maka diameter dan keliling brooding dapat dibuat (Rasyaf, 2006).

Alas Lantai Kandang (Litter)

Liiter merupakan alas lantai kandang yang berfungsi untuk menampung dan menyerap air dari feses, meminimalkan terjadinya lepuh dada dan kaki serta

(17)

kacang kedelai, kulit kacang hijau, kulit kacang tanah, jerami padi serta limbah

penggergajian kayu. Bahan litter harus berbersih dari kotoran atau kuman, oleh sebab itu sebelum digunakan perlu didesinfeksi terlebih dahulu dengan

menggunakan larutan desinfektan. Dalam penggunaannya, sekam di tabur secara

merata dalam brooding dengan ketinggian 7-8 cm. Diatas litter perlu di alasi dengan menggunakan kertas koran agar tempat pakan tetap bersih dan menjaga

anak ayam tidak makan litter (Rasyaf, 2006).

Cahaya, Suhu dan Kelembaban

Untuk dapat tumbuh secara optimal, DOC perlu mengkonsumsi

ransumnya secara maksimal. Oleh sebab itu perlu pencahayaan yang optimal

terutama pada masa brooding. Pada minggu pertama ayam kampung membutuhkan pencahayaan baik siang maupun malam selama 24 jam. Adanya

pencahayaan akan menstimulasi ayam untuk selalu mengkonsumsi ransum.

Cahaya juga dapat merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon

tiroksin yang berfungsi meningkatkan proses metabolisme sehingga dapat

memacu pertumbuhan anak ayam. Sedangkan kebutuhan pencahayaan dalam

masa brooding adalah antara 10-20 lux atau 20-40 watt tiap 10 m2. Lama pencahayaan tergantung pada umur anak ayam. Semakin besar umur ayam maka

membutuhkan waktu yang lebih kecil. Pada umur 1-3 hari lama pencahayaan 24

jam, umur 4-7 hari adalah 22 jam, umur 8-14 hari adalah 20 jam, umur 15-21 hari

adalah 18 jam dan menjelang panen yaitu umur 22-24 hari adalah 16 jam

(Rasyaf, 2006).

(18)

menggunakan termometer yang diletakkan dalam kandang brooder dengan ketinggian 20-30 cm diatas litter atau dapat juga dilakukan dengan melihat aktivitas dan penyebaran anak ayam yaitu apakah anak ayam akan menyebar rata

dalam brooding, mendekati pemanas atau malah menjauhi pemanas. Demikian juga halnya dengan kelembaban, dimana kelembaban yang terlalu tinggi dapat

memicu pertumbuhan jamur dan bakteri pengurai asam urat dalam feses

menghasilkan gas ammonia lebih banyak (Rasyaf, 2006).

Kepadatan Kandang

Kandang brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2, meningkatkan amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan meningkatkan

persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen dan makanan serta

menstimulasi kanibalisme pada ayam. Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara melebarkan chick guard setiap 3-4 hari sekali sampai anak ayam berumur 14 hari. Pada saat itu ayam sudah tidak membutuhkan kandang

Gambar

Tabel 1. Rata-rata komponen komposisi penyusun gas bio
Tabel 2. Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerobik
Tabel 3. Komposisi gas (%) yang berasal dari limbah kotoran ternak dan                 sisa pertanian
Tabel 4. Konversi energi gas bio dan penggunaannya

Referensi

Dokumen terkait

Alat-alat tersebut berupa kapak genggam, yaitu kapak tidak bertangkai yang digunakan dengan cara menggenggam, kapak perimbas (chooper), kapak penetak, pahat

Dari uraian di atas merupakan bentuk anjuran Islam bagi umat manusia untuk memiliki motivasi dalam menjalani hidup. Dengan tingginya semangat dan motivasi sebagai modal awal

Satu cara untuk menentukan apakah sekumpulan orang itu dapat dianggap kelompok adalah jika orang-2 yang ada dalam kumpulan tersebut menggunakan kata. “kita”, penggunaan

persyaratan keterbukaan sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip GCG melalui penetapan dan penerapan Pedoman GCG, Pedoman Perilaku dan Pedoman lainnya yang terkait dengan GCG. b)

Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2014 dalam upaya penurunan angka kematian bayi (AKB) yaitu sosialisasi P4K (Program Perencanaan

1 Hal ini terjadi karena banyak pejabat-pejabat tinggi yang takut akan wabah ini dan memerintahkan pembersihan dan pengasapan rumah, perbaikan rumah, penangkapan

Aplkasi SMS Gateway dalam tugas akhir ini di dibagun menggunakan tool Gammu sebagai tool penghubung hp dengan laptop atau PC Untuk proses update data pada

Instrumen observasi yang digunakan adalah alat penilaian kemampuan guru (APKG) berupa: 1) instrument penilaian kemampuan guru dalam mengembangkan silabus, 2) instrument