• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Makassar, November Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi kebesaran Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan rahmatNya sehingga penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini dapat terselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan Kota Makassar disusun setiap tahunnya guna memberikan gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kota Makassar sekaligus sebagai tolak ukur dalam melakukan evaluasi terhadap hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal di bidang kesehatan.

Profil Kesehatan ini memuat berbagai data dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan selama satu tahun dari berbagai program di lingkup Dinas Kesehatan beserta lintas sektor terkait. Secara umum Profil Kesehatan ini menyajikan data kesehatan yang terpilah menurut jenis kelamin. Tersedia data kesehatan yang responsif gender guna mengidentifikasi kondisi, kebutuhan dan persoalan gender terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam implementasi pembangunan bidang kesehatan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, terutama pada kelengkapan data, ketepatan waktu maupun analisa deskripsinya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam menuju kesempurnaan penyusunan Profil Kesehatan di tahun berikutnya.

Terima Kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini, semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Makassar, November 2015

Kepala Dinas Kesehatan

Kota Makassar

dr. Hj. A. Naisyah T. Azikin,M.Kes

Pangkat : Pembina Utama Muda

NIP : 19601014 198902 2 001

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

BAB II. GAMBARAN UMUM... 7

A. KEADAAN PENDUDUK... 8

B. KEADAAN EKONOMI ... 13

C. KEADAAN PENDIDIKAN... 15

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN……….. . . 17

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN... 22

A. Angka Kematian/Mortality Rate... 23

B. Indeks Pembangunan Manusia... 33

C. Status Gizi………..………... 35

D. Angka Kesakitan/Morbidity Rate... 41

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN... 62

A. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak... 63

B. Perbaikan Gizi Masyarakat... 70

C. Pelayanan Imunisasi...………..……… . . 74

D. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat... 78

E. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal……… 78

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 80

A. Sarana Kesehatan... 80

B. Tempat-Tempat Umum ... 85

C. Tenaga Kesehatan ... 86

D. Pembiayaan Kesehatan ... 89

BAB VI PENUTUP ... 91

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. II.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2012-2014... 9

2. II.2Jumlah Penduduk Kota Makassar dirinci menurut Kecamatan Tahun 2012-2014 ... 10 3. II.3Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2014... 11 4. II.4Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Kota Makassar Tahun 2014... 13

5. II.5PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Makassardan Sulawesi Selatan

Tahun 2009-2013 ... 14 6. II.6Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun

2009-2013... 15 7. II.7Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin di Kota

Makassar Tahun 2011-2013... 17 8. II.8 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak

di Kota Makassar Tahun 2013-2014 ... ... 19 9. III.1 Sepuluh (10) Jenis Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Kota

Makassar Tahun 2014... 25 10. III.2 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar

Tahun 2014 ... 32 11. III.3 Status Gizi Balita per Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2014... 40 12. III.4 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita di Kota Makassar Tahun

2012-2014 ... 41 13. III.5 Pola 10 Penyakit Utama di Kota Makassar Tahun 2014 ... 42 14. III.6 Penderita Kasus Baru TB BTA + dan yang diobati menurut Sarana

Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2014 ... 43 15. III.7 Jumlah Penderita Diare Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun

2012-2014... 49

16. III.8 Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Tahun 2014. 78

17. V.1 Keadaan Sarana Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2014 ... 82

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2012-2014... 9

2. II.2 Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak di Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... ... 20

3. II.3 Persentase Rumah Sehat di Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... 21

4. III.1 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar di Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... 24

5. III.2 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal di Kota Makassar Tahun 2013-2014 ... 26

6. III.3 Angka Kematian Bayi di Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... 28

7. III.4 Angka Kematian Balita di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 30

8. III.5 Angka Kematian Ibu di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 31

9. III.6 Usia Harapan Hidup Ibu di Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... 35

10. III.7 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 36

11. III.8 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun 2012-2014 38 12. III.9 Kasus Baru HIV-AIDS di Kota Makassar Tahun 2013 -2014 ... 46

13. III.10 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Pneumonia Balita di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 47

14. III.11 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB + MB) di Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... 48

15. III.12 Jumlah Kasus Penderita Diare di Kota Makassar Tahun 2012-2014.. 50

16. III.13 Cakupan Imunisasi Campak di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 53

17. III.14 Kasus AFP (Non Polio) di Kota Makassar tahun 2012-2014 ... 55

18. III.15 Jumlah Kasus dan Kematian Akibat Penyakit DBD di Kota Makassar Tahun 2012 - 2014... 58

19. III.16 Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung Kota Makassar Tahun 2012-2014 ... 61

(6)

20. IV.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 64 21. IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang

Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kota Makassar Tahun 2012-2014 .... 66 22. IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe 1 dan Fe 3 Kota Makassar Tahun 2012-2014

……….. 71 23. IV.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Anak Balita Tahun 2014 73 24. IV.5 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan) di Kota Makassar

Tahun 2012-2014 ………... 74 25. IV.6 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Kota Makassar tahun 2013-2014…. 76 26. IV.7 Cakupan Imunisasi TT2 + pada Ibu Hamil di Kota Makassar Tahun 2012-2014

……… 77 27. V.1 Jumlah Puskesmas di Kota Makassar Tahun 2012-2014... 81 28. V.2 Posyandu Menurut Strata di Kota Makassar Tahun 2014 ... 84 29. V.3 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya di Kota Makassar Tahun

2014 ... 87

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

TABEL LAMPIRAN :

1. Luas wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur 4. Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

5. Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

6. Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas

7. Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak dan Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

8. Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA + Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

9. Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

10. Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 13. Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

14. Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

15. Kasus Baru Kusta 0-14 tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

16. Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

(8)

17. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

18. Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

19. Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

20. Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

21. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

22. Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

23. Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

24. Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

25. Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

27. Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) 28. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/ Kelurahan yang ditangani <24 Jam

29. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas

30. Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas 32. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet FE1 dan FE3 Menurut Kecamatan dan

Puskesmas

33. Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

(9)

34. Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas 35. Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas 36. Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas

37. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

38. Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

39. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

40. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 41. Cakupan Desa/ Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas

42. Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

43. Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib,Polio,Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

44. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

45. Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 46. Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas 47. Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

48. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

49. Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

(10)

50. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas

51. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

52. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas

53. Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin

54. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

55. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit 56. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

57. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

58. Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas

59. Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas

60. Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan

61. Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas

62. Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

63. Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas

64. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi 65. Tempat Pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik

(11)

66. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin 67. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan

68. Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I

69. Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas

70. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan 71. Jumlah Desa/Kelurahan Siaga Menurut Kecamatan

72. Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan

73. Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan 74. Jumlah Tenaga Kefaramasian Fasilitas Kesehatan

75. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan 76. Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan

77. Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Fasilitas Kesehatan 78. Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Fasilitas Kesehatan 79. Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan

80. Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 81. Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota

(12)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu tiang utama dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen interasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals(MDGs). Dalam MDGs terdapat target yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu target 4 (menurunkan angka kematian anak), target 5 (meningkatkan kesehatan ibu) dan target 6 (memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya), serta 2 target lainnya yang tidak terkait langsung yaitu target 1 (memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem) dan target 3 (mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan).

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan

(13)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 2

memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan.

Pemerintah terus melakukan upaya untuk memperluas cakupan pembangunan kesehatan dan meningkatkan kualitasnya antara lain melalui upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat luas untuk sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Makassar adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga serta masyarakat, dan membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan privat sektor.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 ini disusun dalam rangka evaluasi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2014 dengan mengacu kepada Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta Millenium Development Goals (MDGs). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2014 ini, menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Bentuk data terpilah ini berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Data terpilah menurut jenis kelamin atau yang sering disebut data gender sangat penting artinya dalam setiap penyusunan perencanaan kebijakan / program / kegiatan pembangunan. Pengarusutamaan gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan laki-laki dan perempuan harus dimasukkan ke dalam perencanaan,

(14)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 3

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik dan data kualitatif.

B. Dasar Penyusunan

Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan Perundangan Kesehatan antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 837/MENKES/VII/2007 Tentang Pengembangan SIKNAS Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional 6. Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional

7. Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan

(15)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 4

8. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 06 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan data gender dan anak.

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang SPM Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

11. Keputusan Menkeu RI Nomor 119 Tahun 2009, yang mensyaratkan agar dalam penyusunan rencana dan anggaran menggunakan analisis gender.

C. Sistematika Penyusunan

Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2014 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014. Bab II : Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk

Menyajikan tentang gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk dan kepadatan penduduk Kota Makassar tahun 2014.

Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial

(16)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 5

budaya, perilaku masyarakat dan lingkungan di Kota Makassar.

Bab III : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan dalam kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya.

Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI: Penutup

Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2014 yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota Makassar dalam

(17)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 6

mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kota Makassar ”Makassar Sehat dan Nyaman Untuk Semua Menuju Kota Dunia”

(18)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 7

BAB II

GAMBARAN UMUM

Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan.

Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut.

Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi ke dalam 14 Kecamatan, 143 Kelurahan, 994 RW dan 4.966 RT. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan Pulau-pulau-Pulau-pulau karang sebanyak 12 Pulau-pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama KePulau-pulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat).

(19)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 8

A. KEADAAN PENDUDUK

Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran

penduduk yang kurang merata serta komposisi penduduk yang kurang

menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT).

1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2014 tercatat sebesar 1.408.072 jiwa, masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 (BPS Kota Makassar) dikarenakan data jumlah penduduk tahun 2014 belum keluar pada saat penyusunan profil kesehatan. Namun untuk penentuan sasaran program kesehatan (tabel lampiran profil kesehatan) masih menggunakan jumlah penduduk 2 tahun sebelumnya yaitu 1.369.606 (penduduk tahun 2012/sasaran tahun 2013) dikarenakan data penduduk terbaru dari BPS Kota Makassar dirilis pada akhir tahun sementara penentuan sasaran ditetapkan di awal tahun dan penyusunan profil kesehatan pada pertengahan tahun. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan, disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan diKawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun 2012 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

(20)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 9

Tabel II.1

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2012-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Gambar II.1

Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2012-2014

2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk

Penduduk Kota Makassar pada tahun 2014 sebesar 1.408.072 (penduduk tahun 2013) jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata, hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan, serta kebijakan

Tahun

Jumlah Penduduk

Kota Makassar Laju Pertumbuhan

2012 2013 2014 1.369.606 1.408.072 1.408.072 1,78 1,68 1,68 1,350,0001,360,0001,370,0001,380,0001,390,0001,400,0001,410,000 2012 2013 2014 1,369,606 1,408,072 1,408,072 JUMLAH PENDUDUK

(21)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 10

pemerintah tentang penetapan lokasi pembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untuk pengembangan kawasan industri. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Biringkanaya, yaitu sebanyak 195.906 atau sekitar 13,91 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Tamalate sebanyak 182.939 jiwa (12,99 persen). Kecamatan Rappocini sebanyak 156.665 jiwa (11,13 persen), dan yang terendah adalah kecamatan Wajo sebanyak 26.477 jiwa (1,88 persen)

Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel II.2 berikut :

Tabel II.2

Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2012- 2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

No. Kecamatan JUMLAH PENDUDUK

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

1 Ujung Tanah 47.129 46.836 46.836 2 Tallo 134.783 138.419 138.419 3 Bontoala 54.515 52.631 52.631 4 Wajo 29.630 27.556 27.556 5 Ujung Pandang 27.201 26.447 26.447 6 Makassar 82.027 81.054 81.054 7 Mamajang 59.170 58.087 58.087 8 Mariso 56.524 56.578 56.578 9 Tamalate 176.947 182.939 182.939 10 Rappocini 154.184 156.665 156.665 11 Panakkukang 142.308 144.997 144.997 12 Manggala 122.838 130.943 130.943 13 Biringkanaya 177.116 195.906 195.906 14 Tamalanrea 105.234 108.984 108.984 J u m l a h 1.369.606 1.408.072 1.408.072

(22)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 11

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata. Dengan jumlah penduduk sebesar 1.408.072 jiwa dan luas wilayah 175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar 8.011 jiwa/km2. Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.164 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (31.087 jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang (25.816 jiwa per km persegi). Sedangkan kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 3.423 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya (4.063 jiwa per km persegi), Manggala (5.424 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.885 jiwa per km persegi), kecamatan Panakukang (8.504 jiwa per km persegi). Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel II.3

Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2014

NO KECAMATAN PERSENTASE

PENDUDUK KELURAHAN JUMLAH LUAS WIL. (km²)

KEPADATAN PENDUDUK /km² 1 Ujung Tanah 3,33 12 5.94 7.934 2 Tallo 9,84 15 5.83 23.119 3 Bontoala 3,74 12 2.1 25.960 4 Wajo 1,96 8 1.99 14.889 5 Ujung Pandang 1,88 10 2.63 10.343 6 Makassar 5,76 14 2.52 32.550 7 Mamajang 4,13 13 2.25 26.298 8 Mariso 4,02 9 1.82 31.057 9 Tamalate 12,99 10 20.21 8.755 10 Rappocini 11,13 10 9.23 16.705 11 Panakkukang 10,30 11 17.05 8.347 12 Manggala 9,30 6 24.14 5.089 13 Biringkanaya 13,91 7 48.22 3.673 14 Tamalanrea 7,74 6 31.84 3.305 MAKASSAR 100,00 143 175.77 7.792

(23)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 12

3.Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara pendudukumur non produktif (umur 0 – 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur 15 – 64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.

Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2014 sebesar 45,68%, dengan penduduk sebesar 1.408.072 jiwa yang terdiri dari 950.739 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 409.220 jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun), 48.114 jiwa penduduk lanjut usia ( 65+ Tahun).

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut jenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 97,77 %. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kota Makassar tahun 2014. Sex Ratio yaitu sekitar 97,77 persen yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

(24)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 13

Tabel II. 4

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur untuk menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Kondisi perekonmian suatu daerah sangat tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan perekonomian daerah ini.

NO KELOMPOK UMUR (Tahun)

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 0-4 63.457 61.209 124.666 2 5-9 80.560 63.577 144.137 3 10-14 62.596 58.984 121.580 4 15-19 64.914 75.503 140.417 5 20-24 79.316 75.429 154.745 6 25-29 55.744 63.515 119.260 7 30-34 60.736 74.269 135.005 8 35-39 67.585 56.919 124.504 9 40-44 40.290 46.087 86.377 10 45-49 34.366 28.397 62.763 11 50-54 27.251 34.129 61.380 12 55-59 22.547 22.017 44.564 13 60-64 13.278 16.052 29.330 14 65 + 20.279 27.836 48.114 J U M L A H 696.086 711.986 1.408.072

(25)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 14

Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satu dari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut (BPS Kota Makassar).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil perhitungan PDRB tahun 2013, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp 58.802,552 miliar rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2013, nilainya sebesar Rp 21.327,227 miliar rupiah. Angka lainnya yang dapat diturunkan dari angka PDRB adalah angka PDRB perkapita. PDRB perkapita merupakan PDB atas harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka perkapita bruto penduduk Kota Makassar tahun 2013 sebesar Rp 42.075.455. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 berikut :

Tabel II. 5

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku, Sulawesi Selatan dan Kota Makassar (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2009-2013

TAHUN PDRB SUL-SEL MAKASSAR PDRB KOTA THDP SUL-SEL % MAKASSAR

2009 2010 2011 2012 2013 99.904.658,31 117.862.210 137.389,88 159.154,03 31,263.651,65 37.007.452 43.428,149 50.702,40 58.802.552 31,29 31,40 32,33 31,86

(26)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 15

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi secara fisik, seperti pertambahan jumlah dan produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, perkembangan barang manufaktur, dan sebagainya. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.6

Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2009- 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus disejajarkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan bukan hanya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, selain itu juga dapat menumbuhkan keadaan ekonomi yang yang lebih baik.

Tahun PDRB ADH Berlaku (Juta Rp) Perkembangan (persen) PDRB ADH Konstan (Juta Rp) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 2009 2010 2011 2012 2013 31.263.651,65 37.007.451,94 43.428.149,82 50.702.400,57 58.802.552,53 19,93 18,37 17,35 16,75 15,98 14.798.187,68 16.252.451,43 17.820.697,97 19.582.060,39 21.327.227,88 9,20 9,83 9,65 9,88 8,91

(27)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 16

Gambaran prestasi pendidikan dapat dilihat pada besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup (angka harapan hidup waktu lahir), berpengetahuan dan berketerampilan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

Pada tahun 2013, nilai IPM Indonesia adalah 73,81 meningkat dari tahun 2012, yaitu 73,29. Dengan angka ini maka Indonesia masuk dalam kategori negara dengan pembangunan manusia sedang. Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-108 diantara 187 negara di dunia. Sementara IPM untuk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 sebesar 73,28 dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar sebesar 80,17 dan terendah di Kabupaten Jeneponto sebesar 66,22 (BPS Propinsi Sulawesi Selatan).

Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase penduduk berumur 15 tahun keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya. Kelompok penduduk usia sekolah ini adalah kelompok penduduk usia produktif, sebagai sumber daya pembangunan yang seharusnya memiliki pendidikan yang memadai dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf pada tahun 2011 tertinggi di Sulawesi Utara yaitu 98,85% dan DKI Jakarta yaitu 98,83. Sulawesi Selatan berada pada urutan ke-29 dengan persentase penduduk melek huruf 88,07%.

Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah, salah satu indikator yang digunakan yaitu Angka partisipasi

(28)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 17

sekolah (APS). APS adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada suatu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai. APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang yang lebih besar dalam mengakses pendidikan secara umum.

APS secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK. Data APS menurut jenis kelamin tahun 2011-2013 di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II. 7

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2011-2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar dalam Susenas 2009-2012

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut World Health Organisation (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial

Jenis Kelamin/Tahun Kelompok Umur (%) 7-12 13-15 16-18 Laki-Laki 2013 2012 2011 97,6 96,4 97,9 95,5 96,3 80,8 67,9 67,6 60,6 Perempuan 2013 2012 2011 97,8 97,6 97,9 96,6 94,1 89,9 64,8 71,9 63,1 Laki + Perempuan 2013 2012 2011 97,7 97,0 97,9 96,1 95,1 85,4 66,4 69,6 61,9

(29)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 18

yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat tersebut antara lain mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah yang sangat kompleks sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor yang terkait. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, terdapat beberapa indikator seperti : akses air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi layak, rumah sehat, tempat-tempat umum sehat.

1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas

Air minum yang berkualitas dan terlindung menjadi kebutuhan dasar masyarakat dan merupakan salah satu strategi pencapaian tujuan MDGS ke-7 hingga tahun 2015 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar. Akses penduduk terhadap sumber air berkualitas dimaksudkan bahwa sumber air berkualitas menyediakan air yang aman untuk diminum bagi masyarakat karena air yang tidak berkualitas merupakan sumber berbagai macam penyakit.

Konsep yang digunakan untuk sumber air minum yang layak meliputi sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindung, penampungan air hujan (PAH) dan PDAM (perpipaan) . Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk peningkatan akses air minum yang layak dengan melibatkan lintas sektor terkait yaitu Dinas Kesehatan, Petugas sanitasi Puskesmas, PDAM, Dinas PU, dan BLHD. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu :

a. Pembinaan dan pengawasan sarana air minum dan bersih b. Pemeriksaan kualitas air bersih dan air minum

(30)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 19

c. Kegiatan kaporisasi

d. Pembangunan sarana penampungan air/BPSPAMS di beberapa titik di kawasan Kota Makassar

e. Sosialisasi dan pelatihan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Persentase penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum yang layak di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.8

Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Di Kota Makassar Tahun 2013-2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar 2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar

Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat yang ditangani secara lintas sektor. Sesuai dengan konsep MDGs, dikatakan akses sanitasi layak apabila penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Dalam mewujudkan Kota Sehat Kota Makassar, berbagai upaya dilakukan untuk peningkatan akses layak (jamban sehat), diantaranya : a. Inspeksi sanitasi rumah yang meliputi jamban, rumah, dan air

b. Pengembangan IPAL komunal yang tersebar di wilayah Kota Makassar

Tahun

Jumlah penduduk dengan akses terhadap

air minum layak

% 2013 2014 946.510 1.093.780 70,00 79,86

(31)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 20

c. Sosialisasi dan pelatihan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) d. Program Arisan Jamban keluarga

Kegiatan ini untuk meringankan biaya keluarga yang kurang mampu untuk membuat sarana sanitasi (jamban keluarga), sehingga digagaslah kegiatan arisan jamban keluarga agar semua rumah tangga di Kota Makassar dapat memiliki jamban keluarga di rumah masing-masing. Tujuannya agar tidak ada lagi masyarakat Kota Makassar yang Buang Air Sembarang Tempat (BABS) sehingga diharapkan seluruh kelurahan di Kota Makassar dapat mencapai ODF (Open Defecation Free) atau Stop BABS.

Persentase penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) di Kota Makassar selama tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar II. 2

Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Di Kota Makassar Tahun 2012-2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

3. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Masalah perumahan telah diatur dalam

Undang-81.14 66.76 77.86 0 20 40 60 80 100

(32)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 21

Undang Pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 bab II pasal 5 ayat 1 yang berbunyi ‘Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur’. Adapun beberapa aspek persyaratan kesehatan rumah tinggal yang harus diperhatikan secara umum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 antara lain : bahan bangunan, komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene, limbah dan kepadatan hunian ruang tidur.

Berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan bersama lintas sektor terkait untuk meningkatkan rumah sehat diantaranya : inspeksi sanitasi rumah, perbaikan dan pembangunan sarana (BPSPAMS, Ipal Komunal, MCK) dan program pemerintah tentang perbaikan rumah sehat/bedah rumah. Persentase rumah memenuhi syarat (rumah sehat) di Kota Makassar Kota Makassar selama tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar II. 3 Persentase Rumah Sehat Di Kota Makassar Tahun 2012-2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

۞۞۞ 81.14 66.76 77.86 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(33)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 22

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat yang tinggi diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan meningkatkan kualitas bangsa. Derajat kesehatan masyarakat yang digambarkan dalam bab ini yaitu melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas Angka Kematian Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas ; angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa.

Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator -indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu :

1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir.

2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup.

3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk, Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak.

(34)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 23

4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi.

A. ANGKA KEMATIAN/MORTALITY RATE

Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya.

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. 1. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR)

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data), sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi di suatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence Based).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinkes Kota Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur (<1 tahun - >45 tahun) yang terjadi pada tahun 2014 sebanyak 2.706 kematian dari 1.369.606 jiwa menurun dari tahun 2013 sebanyak 3.059 kematian dari

(35)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 24

1.352.136 jiwa. Tahun 2012 terdapat 3.008 kematian dari 1.352.136 jiwa untuk semua golongan umur. Ini berarti pada tahun 2014 dari 1.000 penduduk Kota Makassar terjadi 2 kematian (AKK = 1,97 per 1.000 penduduk). Angka kematian kasar tahun 2012 s/d 2014 dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar III. 1

Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar Di Kota Makassar Tahun 2012 – 2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian di Kota Makassar tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 2012 2013 2014 3,008 3,059 2,706 2.26 2.22 1.97

(36)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 25

Tabel III. 1

10 Jenis Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi Di Kota Makassar Tahun 2014

No. JENIS PENYAKIT J U M L A H

1 Asma 844 2 Jantung 449 3 Hipertensi 310 4 Diabetes Mellitus 216 5 Maag 186 6 Stroke 179 7 Broncho Pneumonia 134 8 Lever 80 9 Ginjal 79 10 Prematur 75

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

2. Angka Kematian Neonatal (AKN) / Neonatal Mortality Rate (NMR)

Kematian neonatal adalah kematian bayi yang berumur 0-28 hari yang dinyatakan dengan per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu : 1) faktor ibu antara lain antenatal care, infeksi ibu saat hamil, gizi ibu hamil dan karakteristik dari ibu hamil (umur,paritas dan jarak kehamilan) ; 2) faktor janin antara lain BBLR, asfiksia, dan pneumonia. Untuk mencegah risiko kehamilan, maka perlu untuk menghindari 3T dan 4T. Adapun yang dimaksud dengan 3T dan 4T yaitu :

a. 3 T : 1. Terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan

2. Terlambat mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat 3. Terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan b. 4 T : 1. Terlalu muda ( usia <16 tahun)

2. Terlalu tua (usia >35 tahun)

3. Terlalu sering (usia anak sangat dekat) 4. Terlalu banyak (lebih dari 4 orang anak)

(37)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 26

Angka Kematian Neonatal di Kota Makassar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014sebesar 0,98 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian neonatal sebanyak 28 kematian dari 24.590 jumlah kelahiran hidup (AKN = 0,98/1000 KH). Tahun 2013 sebesar 2,44 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian sebanyak 60 kematian neonatal dari 24.576 jumlah kelahiran hidup (AKN = 2,44/1000 KH). Angka kematian neonatal selama 2 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar III. 2

Jumlah Kematian dan Angka Kematian Neonatal Di Kota Makassar Tahun 2013 – 2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam upaya penurunan AKN diantaranya kampanye anak sehat, pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi bidan, dan 1000 hari pertama kehidupan.

0 20 40 60 2013 2014 60 24 2.44 0.98

(38)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 27

3. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR)

Angka kematian bayi menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kematian bayi merupakan indikator yang terkait langsung dengan target kelangsungan hidup bayi dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan termasuk pemeliharaan kesehatannya. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolak ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.

Pencapaian indikator angka kematian bayi telah melampaui target yang telah ditetapkan, dari yang ditargetkan 9/1000 Kelahiran Hidup (KH) di tahun 2014 ternyata menunjukkan pencapaian yang baik dengan lebih rendahnya angka kematian bayi pada tahun 2014 yaitu 2,60 per 1.000 kelahiran hidup (AKB = 2,60/1000 KH) atau sebanyak 64 kasus kematian bayi dari 24.590 kelahiran hidup menurun dari tahun 2013 yaitu 6,71 per 1.000 kelahiran hidup (AKB = 6,71/1000 KH) atau sebanyak 165 kasus kematian bayi dari 24.576 kelahiran hidup. Tahun 2012 sebesar 6,78 per 1.000 kelahiran hidup (AKB = 6,78/1000 KH) dengan jumlah kematian bayi sebanyak 163 kasus dari 24.034 jumlah kelahiran hidup. Angka kematian bayi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :

(39)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 28

Gambar III. 3 Angka Kematian Bayi

Di Kota Makassar Tahun 2012 – 2014

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk mengubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB. Penurunan angka kematian bayi (AKB) di Kota Makassar terjadi karena dukungan lintas program seperti program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan imunisasi yang semakin baik serta dukungan lintas sektor terkait. Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2014 dalam upaya penurunan angka kematian bayi (AKB) yaitu sosialisasi P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi) pada 14 kecamatan di Kota Makassar, kampanye ibu sehat (1.000 ibu hamil), kampanye anak sehat, pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi bidan, pelatihan PONED untuk 10 Puskesmas rawat inap, AMP (Audit Maternal Perinatal) untuk memvalidasi kasus kematian dan 1000 hari pertama kehidupan.

6.78 6.71 2.6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 2012 2013 2014

(40)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 29

4. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Balita (1 - 4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 1 - 4 tahun per 1.000 anak balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi, penyakit menular dan tidak menular serta kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk. Besarnya tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 jumlah kematian balita yaitu sebanyak 43 balita dari 24.034 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA)= 1,79/1.000 KH meningkat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 82 balita dari 24.576 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) = 3,34/1.000 KH. Tahun 2014, kematian balita bertambah 13 kasus menjadi 95 kematian balita dari 24.590 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) = 3,86/1.000 KH. Angka kematian balita selama 3 tahun di Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut :

(41)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 30

Gambar III. 4 Angka Kematian Balita

Di Kota Makassar Tahun 2012– 2014

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

5. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan. Angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium (Millenium Development Goals) tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Adapun target pencapaian Millenium Development Goals (MDG’S) yaitu AKI di Indonesia menjadi 102/100.000 KH pada 2015, dan untuk itu upaya terobosan yang efektif dan berkesinambungan harus terus dilakukan. Indikator ini menjadi sasaran utama dalam Rencana Strategik Dinas Kesehatan karena merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.

1.79 3.34 3.86 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 2012 2013 2014

(42)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 31

Di Kota Makassar, AKI maternal mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2014 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 20,33 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 20,33/100.000 KH) dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 16,27 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 16,27/100.000 KH). Tahun 2012 yaitu sebesar 8,32 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 8,32/100.000 KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar . Di sisi lain, meningkatnya angka kematian ibu sekaligus menunjukkan semakin baiknya koordinasi pencatatan dan pelaporan antara puskesmas, rumah sakit dan Dinas Kesehatan.

Adapun angka kematian ibu di Kota Makassar selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar III. 5 Angka Kematian Ibu

Di Kota Makassar Tahun 2012– 2014

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

Diketahui selama tahun 2014 dari sejumlah 24.590 kelahiran hidup di Kota Makassar terjadi 5 kasus kematian ibu, 2 kasus disebabkan perdarahan yaitu terjadi di Wilayah Puskesmas Dahlia Kecamatan Mariso

8.32 16.27 20.33 0 5 10 15 20 25 2012 2013 2014 A K I TAHUN

(43)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 32

dan Wilayah Puskesmas Layang Kecamatan Bontoala, adapun 3 kasus kematian ibu lainnya disebabkan eklampsia yaitu tahap akhir dari preeklampsia dimana tekanan darah ibu hamil meningkat dan kandungan protein dalam urin juga meningkat yang kemudian penderita terkena kejang-kejang dan sampai mengalami koma. Tiga kasus kematian ibu karena eklampsia tersebut masing-masing dilaporkan terjadi di Wilayah Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate, Wilayah Puskesmas Kaluku Bodoa Kecamatan Tallo dan Wilayah Puskesmas Antang Perumnas Kecamatan Manggala. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III. 2

Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun 2014

PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN

IBU Mangasa Kaluku Bodoa Antang Dahlia Layang Jumlah 1 1 1 1 1 5

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

Menyikapi kejadian kematian ibu yang meningkat selama dua tahun terakhir, maka dilakukan pembenahan pelayanan kesehatan ibu di tahun 2014, melalui anggaran perubahan Dinas Kesehatan Tahun 2014 dibentuk tim petugas sistem informasi rujukan ibu hamil dan balita yang dimasukkan pada kegiatan pemeliharaan jaringan sistem informasi

(44)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 33

kesehatan daerah (Sikesda) puskesmas program standarisasi pelayanan kesehatan.

Penerapan sistem informasi rujukan ibu hamil merupakan kegiatan kerja sama dengan program USAID Emas, dalam bentuk pengadaan aplikasi sistem pelayanan dan rujukan bagi ibu hamil yang dikenal dengan nama SIJARIEMAS, aplikasi ini juga memuat program edukasi bagi ibu hamil dimana aplikasi menyimpan data seluruh ibu hamil dengan memasukkan nomor kontak handphone juga usia kehamilan, sehingga setiap ibu hamil dapat menerima sms terkait perawatan, antisipasi masalah maupun pesan-pesan kesehatan selama masa kehamilan sesuai minggu atau bulan kehamilannya.

Aplikasi Sijariemas memuat pengaturan alur rujukan ibu hamil dari unit pelayanan kesehatan dasar dalam hal ini puskesmas ke puskesmas PONED dan rumah sakit, sehingga memungkinkan penanganan kasus kegawatdaruratan ibu hamil dan melahirkan secara lebih baik. Sistem yang dipakai melalui sms ataupun telepon, setiap penanganan ibu hamil yang butuh rujukan akan disampaikan via sms ataupun telepon ke penerima rujukan sehingga penanganan telah disiapkan sebelum pasien sampai. Selain itu kegiatan-kegiatan penanganan kesehatan ibu dan anak yang hingga tahun 2014 dilakukan melalui program upaya kesehatan dan promosi kesehatan, untuk tahun-tahun selanjutnya mulai tahun-tahun 2015 seluruh kegiatan penanganan kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui program tersendiri, yaitu Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.

B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah Negara

(45)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 34

adalah negara maju, negara berkembang atau negara terkebelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY

Usia Harapan Hidup (UHH) bermanfaat untuk mengetahui berapa lama orang dapat hidup sejak dari usia tertentu. Jika usia harapan hidup tinggi, menunjukkan tingkat taraf hidup suatu Negara juga tinggi begitupun sebaliknya.

Usia Harapan Hidup (UHH) Kota Makassar tahun 2014 sudah mencapai 74,38 tahun (BPS, 2014), angka tersebut meningkat dibanding tahun 2013 yaitu 74,05 tahun. Namun pencapaian UHH belum mencapai target yang telah ditetapkan. Pola hidup masyarakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya sehingga belum tercapainya usia harapan hidup yang ditargetkan 75 tahun, diantaranya kebiasaan olahraga rutin dan teratur yang merupakan salah satu upaya hidup sehat yang belum menjadi pola hidup masyarakat pada umumnya, sehingga untuk pencapaian sasaran ini ditetapkan kegiatan pembinaan kesehatan olahraga khususnya bagi lansia pada program upaya kesehatan masyarakat, dan juga dilakukan kegiatan pengendalian penyakit tidak menular (PPTM) pada program pencegahan dan penangggulangan penyakit. Selain itu juga dibina kelompok USILA Sehat di masing-masing wilayah kerja puskesmas, jumlah kelompok USILA yang dibina sebanyak 446 Kelompok.

Sasaran Peningkatan Usia Harapan Hidup ini juga didukung oleh kebijakan pemberian pelayanan Kesehatan Gratis melalui program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang merupakan program nasional dan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) yang merupakan program unggulan pemerintah Kota Makassar yang menjamin setiap penduduk Kota Makassar bisa mengakses unit-unit pelayanan kesehatan

(46)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 35

dan mendapatkan pelayanan gratis baik dari tingkat pustu, puskesmas maupun rumah sakit.

Berikut ini dapat dilihat Usia Harapan Hidup di Kota Makasssar selama 3 tahun terakhir :

Gambar III. 6 Usia Harapan Hidup

di Kota Makassar Tahun 2012-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

C. STATUS GIZI

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping sebagai faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.

Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :

73.86 74.05 74.38 73.7 73.7 75 73 73.5 74 74.5 75 75.5 2012 2013 2014 Capaian Target

(47)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 36

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakan salahsatu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterinegrowth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2014 sebanyak 690 bayi BBLR dari 24.590 bayi lahir hidup atau sekitar 2,81% meningkat dari tahun 2013 sebanyak 611 bayi BBLR dari 24.576 bayi lahir hidup atau sekitar 2,48%. Tahun 2012sebanyak 473 bayi BBLRdari 24.034 bayi lahir hidupatau sekitar 1,96%. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar III. 7

Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun 2012 – 2014 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar 1.96 2.48 2.81 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2012 2013 2014

(48)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 37

2. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi

Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh (BB, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2014 berjumlah 2.052 (2,30 % dari jumlah balita) menurun dari tahun 2013 yaitu 2.111 (2,66 % dari jumlah balita). Tahun 2012 berjumlah 2.251 (2,77 % dari jumlah balita). Sementara untuk jumlah kasus gizi buruk tahun 2014 sebanyak 50kasus dan keseluruhan tertangani.

Prevalensi gizi buruk belum mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam penetapan kinerja karena adanya balita dengan status gizi buruk yang merupakan warga pendatang atau bukan penduduk asli Makassar, mereka merupakan penduduk musiman yang orang tuanya bekerja sementara di Makassar seperti tukang atau buruh bangunan, sehingga balitanya ikut diukur status gizinya dan tercatat dalam pelaporan.

Upaya pencapaian cakupan kasus balita gizi buruk mendapat perawatan terus meningkat, hal ini dilaksanakan melalui program perbaikan gizi masyarakat dengan beberapa kegiatan yaitu:

- Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda ASI Eksklusif

Gambar

Gambar  II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel II. 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh dari fluktuasi kurs US Dollar dan Euro terhadap IHSG di BEJ, serta variable mana yang

Because of the linear dependence of each rule on the input variables, the Sugeno method is ideal for acting as an interpolating supervisor of multiple linear controllers that are

Sedangkan hasil laba kotor untuk Ban Luar Merk Swalow ukuran 28 dan Ban Dalam Merk UK ukuran 28 untuk metode FIFO sebesar Rp.376.250,- dan untuk metode LIFO

[r]

Ketiga faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dimana biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan, harga jual mempengaruhi volume penjualan

Penerapan Desain Arsitektur Tropis dalam Komplek Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan..

Hasil studi menunjukan bahwa rele yang digunakan dalam mengamankan sebuah pembangkit diantaranya adalah Rele Frekuensi Lebih/Kurang (81), Rele Urutan Negatif (46), Rele Arus