• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY

D. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE

2. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I telah membuahkan hasil antara lain :

25,000 25,500 26,000 26,500 27,000 27,500 28,000 28,500 29,000 29,500 2012 2013 2014 29,265 28,908 26,485

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 51

- Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit

tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas Imunisasi di 46 Puskesmas se-Kota Makassar

- Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang

memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah dan swasta melakukan pelayanan imunisasi.

- Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi

secara mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun data cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir dari 2012 sampai dengan 2014 sebesar 100%.

a. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka dengan tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai gangguan kesadaran. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Di Kota Makassar, tahun 2014 tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum.

b. Campak

Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik’s Spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi, dan kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi terutama di negara berkembang. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 52 Pada tahun 2014, data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar menyebutkan bahwa terdapat 388 kasus campak klinis dan tidak ditemukan korban meninggal, kasus ini meningkat dari tahun 2013 dengan jumlah kasus campak klinis yaitu 171 kasus dan tidak ditemukan korban meninggal. Adapun pemberian imunisasi campak selama 3 tahun terakhir yaitu, tahun 2012 sebanyak 28.182 bayi yang diimunisasi dari 24.338 bayi yang ada (115,80%), tahun 2013 sebanyak 24.974 bayi yang diimunisasi dari 24.338 bayi (102,61%) dan tahun 2014 sebanyak 25.443 bayi yang diimunisasi dari 24.653 bayi (103,20%).

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penanggulangan penyakit campak, diantaranya :

- Penyelidikan epidemiologi dan mencari kasus tambahan

- Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor (rumah sakit,

puskesmas, dan dinas peternakan)

- Pemeriksaan serum

- Tatalaksana kasus yang bekerjasama TGC (Tim Gerak Cepat)

Dinas Kesehatan Kota Makassar dan TGC Puskesmas

- Pemberian obat dengan koordinasi dengan dokter yang

menangani seperti Vitamin A

- Pengawasan di lokasi kejadian selama 7-14 hari

Adapun cakupan imunisasi campak selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 53 Gambar III. 13

Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar Tahun 2012 s/d 2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

c. Difteri

Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita Difteri pada tahun 2012 terdapat 7 kasus difteri yang tersebar di 5 kecamatan terdapat 1 kematian, tahun 2013 kasus difteri menurun yaitu terdapat 1 kasus dan tahun 2014 terdapat 5 kasus suspek difteri.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam penanggulangan penyakit difteri, diantaranya :

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 2012 2013 2014 28,182 24,974 25,443 115.8 102.61 103.2 Bayi diimunisasi campak Cakupan (%)

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 54

- Penyelidikan epidemiologi dan mencari kasus tambahan

- Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor (rumah sakit,

puskesmas, dan dinas peternakan)

- Pengambilan swab hidung dan tenggorokan

- Tatalaksana kasus yang bekerjasama TGC (Tim Gerak Cepat)

Dinas Kesehatan Kota Makassar dan TGC Puskesmas

- Pemberian obat dengan koordinasi dengan dokter yang

menangani seperti anti difteri serum

- Pengawasan di lokasi kejadian selama 7-14 hari

d. Polio dan AFP

Penyakit polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan yang datangnya mendadak. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 0-3 tahun. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Tahun 2000 dunia menyepakati penyakit polio sudah dapat tereradikasi dari muka bumi, tapi kenyataannya hingga saat ini masih ada beberapa wilayah regional yang yang belum mencapai eradikasi polio diantaranya melaksanakan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP). Puskesmas sebagai koordinator community based surveillance bertanggung jawab terhadap semua kasus AFP yang ada di wilayah kerjanya dengan mengikutsertakan petugas kesehatan yang ada dalam upaya penemuan kasus AFP di masyarakat.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti

Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2014 55 dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.

Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil pelacakan pada tahun 2012 ditemukan 1 kasus (suspect) AFP meningkat di tahun 2013 yaitu 4 kasus (suspect) AFP dan 10 kasus (suspect) AFP di tahun 2014 dengan AFP rate (non polio) yaitu 8,23 per 100.000 penduduk usia <15 tahun. Adapun hasil penemuan kasus (suspect) AFP di Kota Makassar pada tahun 2012 s/d 2014 disajikan pada gambar berikut :

Gambar III. 14

Kasus AFP (non polio) di Kota Makassar Tahun 2012 – 2014

Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar

Dokumen terkait