• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stigma Sosial Terhadap Penderita HIV AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP (Study Deskriptif pada Rumah Singgah Moderamen GBKP )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stigma Sosial Terhadap Penderita HIV AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP (Study Deskriptif pada Rumah Singgah Moderamen GBKP )"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, AIDS menjadi agenda

penting baik dikalangan kedokteran maupun kalangan politisi pengambil

keputusan, pemimpin agama dan masyarakat dunia pada umumnya

(Djoerban,2000). HIV telah menjadi salah satu penyebab utama pandemik yang

mengkhawatirkan dan menjadi sebuah isu yang besar dalam sejarah. Selain

menjadi masalah kesehatan, HIV telah mengancam tatanan ekonomi dan sosial

dibanyak komunitas (SDKI,2012). Dalam bahasa Indonesia orang yang terkena

virus HIV disebut ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). HIV/AIDS adalah

penyakit medis (medical illness) yang memerlukan pendekatan dari segi

biologis (fisik), psikologik (kejiwaan), sosial dan spiritual (agama) atau yang

dikenal dengan istilah pendekatan holistik “bio-psiko-sosio-spiritual“ dan bukan

dari pendekatan klinis (fisik-biologis) semata.

Kondisi mereka yang terjangkit HIV/AIDS mendesak mereka untuk

melakukan perubahan-perubahan dalam dirinya.Dan apabila seseorang telah

dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya fisik yang menurun,

namun juga psikis dan sosialnya turut terpengaruh.Kasus HIV/AIDS di

Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987 di Bali. Sejak saat itu, jumlah

kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2007

tercatat 11.141 kasus HIV/AIDS, sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi

16.110 kasus. Data ini menunjukkan bahwa selama dua tahun terakhir telah terjadi

(2)

2010 terdapat 47.157 kasus HIV positif (+) dan 21.770 kasus AIDS yang

dilaporkan oleh 32 provinsi dan 300 kabupaten/ kota di Indonesia.

Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah kasus HIV/AIDS

cukup tinggi adalah provinsi Sumatera Utara Sedangkan salah satu daerah

penyebarannya yaitu Kabupaten Karo (Profil Sumut, 2012). Kasus HIV/AIDS di

Kabupaten Karo merupakan masalah yang serius sekaligus memprihatinkan

mengingat cepatnya penyebaran virus ini di wilayah Kabupaten Karo.

Menurut Kadis Kesehatan pada peringatan hari HIV/AIDS se Dunia di

Desa Suka pada Desember 2014 jumlah terinfeksi HIV/AIDS yaitu sebanyak 501

orang sedangkan pada per Maret 2015 jumlah penderita yang terinfeksi

HIV/AIDS mengalami peningkatan menjadi 531 orang (sumber Saban Kemit

Staff Bidang P2M Dinas Kesehatan pada pertemuan Komisi Penanggulangan

AIDS Kabupaten Karo). Dari hasil wawancara terdapat 98 orang ODHA

dampingan Komisi HIV/AIDS & NAPZA GBKP, 95% tertular melalui hubungan

sex dengan orang yang sudah terinfeksi. Sejajar dengan menjamurnya

rumah-rumah hiburan yang disinyalir berpotensi menjadi tempat penularan HIV/AIDS

dan transaksi Narkoba.

Tabel 1.1

Data Dampingan Komisi Pelayanan HIV/AIDS Dan Napza GBKP di Rumah Singgah Moderamen GBKP Tahun 2016

NO KETERANGAN JENIS KELAMIN JUMLAH

PRIA WANITA

1. Mandiri 29 15 44 Orang

2. Tinggal di Rumah Singgah 9 4 13 Orang

3. Meninggal 30 11 41 Orang

(3)

Tabel 1.2

Tabel Berdasarkan Umur

NO KETERANGAN JUMLAH

1. 0-5 Tahun 2 Orang

2. 5-10 Tahun 2 Orang

3. 20-40 Tahun 91 Orang

4. 40-60 Tahun 3 Orang

98 Orang Sumber : Moderamen GBKP

Tahun 2017 ODHA dampingan Komisi HIV/AIDS & NAPZA GBKP

mengalami peningkatan yaitu menjadi 147 jumlah dampingan di Rumah Singgah

Moderamen GBKP. Menurut Kadis Kesehatan Sumut, pertambahan kasus baru di

Sumut cukup tinggi. Setiap bulan, setidaknya ada 100-120 kasus baru yang

ditemukan. Banyaknya temuan ini karena sudah banyak klinik Voluntary

Conseling and Testing (VCT) yang dapat melayani masyarakat untuk konseling

dan memeriksakan diri (Harian Analisa,2014).

Orang dengan HIV AIDS (ODHA) adalah sebutan bagi mereka yang

secara positif di diagnosa terinfeksi HIV. Belum adanya obat untuk

menyembuhkan mereka menjadi suatu ketakutan akan kematian. Obat ARV (Anti

Retro Viral) yang tersedia hanya untuk menghambat penyebaran virus HIV.

Selain ketidakadaan obat untuk menyembuhkan, stigma dan diskriminasi

memperberat keadaan mereka. Masih banyaknya ODHA yang mengalami stigma

dari lingkungannya sehingga merahasiakan status HIV dari keluarga dan

lingkungannya (Haroen dkk,2009).

Stigma berasal dari pikiran seorang individu atau masyarakat yang

memercayai bahwa penyakit AIDS merupakan akibat dari perilaku amoral yang

(4)

label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang

atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk. Dalam prakteknya,

stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi, yaitu tindakan tidak mengakui

atau tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak dasar individu atau kelompok

sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang bermartabat. Stigma dan

diskriminasi masih sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

(Kemenkes RI, 2012).

Stigma terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan

yang berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA. Banyak yang

beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan

hukuman akibat perbuatannya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan orang

dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan stigma

karena penyakit yang di derita. Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit

HIV/AIDS adalah stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.

Herek & Capitiano (1999) mengatakan bahwa timbulnya stigma dan

diskriminasi terhadap ODHA disebabkan oleh faktor risiko penyakit ini yang

terkait dengan perilaku seksual yang menyimpang dan penyalahgunaan narkotika

dan obat berbahaya atau narkoba. Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa

orang-orang dengan infeksi HIV (HIV positif) menerima perlakuan yang tidak

adil (diskriminasi) dan stigma karena penyakit yang dideritanya.

Secara sosial, ODHA cenderung mendapatkan hukuman sosial atau

stigma negatif oleh masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya tindakan-tindakan

(5)

diduga terinfeksi HIV, diwajibkannya uji coba HIV untuk mendapatkan

pekerjaan atau pendidikan, dan penerapan karantina terhadap orang-orang

yang terinfeksi HIV. ODHA sering dihubungkan dengan perilaku negatif

homoseksualitas, biseksualitas, pelacuran, dan penggunaan narkoba melalui

suntikan. Padahal bisa saja ODHA sama sekali tidak tertular melalui perilaku

negatif tersebut melainkan dari transfusi darah atau tertular dari pasangannya

Dengan pengetahuan dan pendidikan yang rendah, stigma dan diskriminasi

terhadap ODHA masih banyak terjadi di masyarakat dan juga adanya penolakkan

untuk bersahabat dengan ODHA. Walaupun tidak sampai terjadi pengusiran

ODHA dari lingkungan, namun masih banyak masyarakat yang enggan

melibatkan ODHA dalam kegiatan masyarakat. Stigma terhadap ODHA adalah

suatu sifat yang menghubungkan seseorang yang terinfeksi HIV dengan nilai-nilai

negatif yang diberikan oleh mereka (masyarakat).

Stigma membuat ODHA diperlakukan secara berbeda dengan orang lain.

Diskriminasi terkait HIV adalah suatu tindakan yang tidak adil pada seseorang

yang secara nyata atau diduga mengidap HIV. Permasalahan yang ditimbulkan

oleh virus HIV ini semakin kompleks meliputi penyebaran, penanggulangan

atau penanganan dan pengobatannya. Sehingga, tidak dapat dipungkiri bahwa

stigma-stigma negatif cenderung melekat pada orang yang menderita HIV

dan AIDS.

Pemahaman yang kurang tentang HIV dan AIDS di masyarakat perlu

diminimalisir agar penanganan HIV dan AIDS bukan dengan memerangi

(6)

jarum suntik, pemakaian narkoba dan seks beresiko tinggi. Bila stigma

masyarakat ataupun lingkungan sekitarnya negatif, beban penderitaan mereka

akan semakin besar dan terakumulasi. Mereka harus mendapat perhatian yang

serius dan dihindari dari kemungkinan berputusasaan dengan melakukan tindakan

bunuh diri. Karena pada dasarnya penyakit ini tidak menular melalui interaksi.

Banyak dari masyarakat yang menganggap siapapun yang sudah terkena

HIV/AIDS harus dijauhi dan kehadirannya pun dalam lingkungan tidak

diinginkan.

Stigma ini terjadi karena disebabkan 3 hal yaitu Pertamaketakutan, semua

tahu HIV/AIDS adalah penyakit infeksi yang tidak ada obat untuk

menyembuhkannya. Kedua moril, penyakit ini sering terkait dengan seks bebas

dan penyalahhgunaan obat terlarang, kutukan Tuhan karena mereka adalah

orang-orang yang telah melanggar norma agama Ketiga ketidakacuhan oleh media

massa, adanya ketakutan dan pikiran moril pembaca.

Tingginya stigma dalam masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS

sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan diskriminatif baik dalam dalam

pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya

(Djoerban,2000). Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan

diskriminasi. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif

mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil

yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang.

Dalam penelitian Siregar (20012) di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan

(7)

kesopanan (tindakan) terhadap penerimaan masyarakat pada ODHA. Masyarakat

setempat masih ada yang beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang harus

mendapatkan hukuman sosial sehingga dikeluarkan atau diusir dalam kehidupan

masyarakat. stigma dalam masyarakat dapat menimbulkan suatu diskriminasi.

Diskriminasi terjadi ketika adanya pandangan-pandangan negatif

mendorong orang atau lembaga untuk mempertahankan seseorang secara tidak

adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Bentuk

lain dari stigma yang berkembang yaitu melalui internalisasi oleh ODHA dengan

persepsi negatif tentang dirinya. Hal ini bisa mendorong terjadinya depresi,

kurangnya penghargaan diri dan keputusasaan. Stigam dan diskriminasi dapat

menghambat terjadinya upaya pencegahan dengan membuat orang takut untuk

mengetahui apakah mereka terinfeksi meneruskan praktek seksual yang tidak

aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIV mereka.

Penelitian tentang stigma internal di Bangladesh tahun 2012 tentang

stigma internal pada orang yang hidup dengan HIV/AIDS menunjukan hasil

bahwa prevalensi stigma internal tinggi di Bangladesh dan banyak hal yang harus

dilakukan oleh organisasi yang bekerja untuk ODHA untuk mengurangi

stigma internal. Stigma internal membuat ODHA frustasi dan tertekan, sehingga

menyebabkan penderita enggan untuk mencari perawatan, pengobatan, dan

layanan kesehatan. Akibat dari stigma internal ODHA merasa bersalah, malu, dan

pikiran untuk bunuh diri. ODHA merasakan bahwa penyakit yang diderita adalah

salahnya sendiri, hal ini menyebabkan penurunan kepercayaan diri, kehilangan

motivasi, penarikan dari kontrak sosial, menghindari pekerjaan dan mengabaikan

(8)

Hasil penelitian dari International Centre for Research on Women (ICRW)

tahun 2012, menemukan konsekuensi dari stigma terhadap orang dengan HIV

antara lain kehilangan pendapatan, diputusnya pekerjaan, kehilangan keluarga,

kegagalan dalam pernikahan, terhentinya keinginan mempunyai anak, miskin

layanan kesehatan, mundur dari layanan perawatan di rumah, hilangnya

harapan hidup, dan perasaan yang sangat sedih, serta kehilangan reputasi.

Stigma bagi ODHA bukan hanya membuat semakin sulit kehidupan seseorang,

namun berhubungan dengan perkembangan epidemik HIV dan AIDS secara

global.

Kondisi ini dipicu juga dengan adanya stigma yang terstruktur dari

pemerintah, stigma layanan kesehatan, stigma dalam dunia pekerjaan, stigma

dari rumah tangga dan lingkungan komunitas dan banyaknya hambatan dalam

kehidupan bermasyarakat. Pemerintah melalui Kemenkes telah mencanangkan

tiga zero ukuran penanggulangan HIV-AIDS yaitu: zero kematian karena AIDS;

zero penularan HIV; zero perlakuan diskriminatif terhadap ODHA.

Pada tahun 2006 Kepengurusan Pusat GBKP yang ada di Kabupaten Karo

membentuk Komisi HIV/AIDS dan NAPZA GBKP. Komisi ini dibentuk atas

kepedulian tentang masalah HIV/AIDS yang ada di Tanah Karo. Kegiatan yang

dilakukan yaitu sosialisasi HIV/AIDS. Pada tahun 2009 kegiatan Komisi ini

semakin bertambah yaitu adanya kegiatan pendampingan ODHA dan kerjasama

dengan RS.Adam Malik Medan. Awal mulanya adanya Rumah Singgah

Moderamen GBKP yaitu pada tahun 2011 dengan mengontrak rumah yang berada

di Jalan Petuania Raya Perumahan BS No 36 Kelurahan Namogajah Kec.Medan

(9)

Rumah singgah Moderamen GBKP adalah rumah singgah sementara bagi

ODHA yang sedang menjalani pengobatan ARV. Adapun tujuan awal dari Rumah

Singgah ini yaitu untuk dapat membantu para ODHA dan menyiapkan tempat

tinggal sementara setelah opname di Rumah Sakit tersebut. Namun pada

umumnya mereka yang baru menerima obat ARV akan mengalami banyak efek

samping sehingga mereka harus stinggal di Rumah Singgah yang dekat dengan

Rumah Sakit serta dapat berkonsultasi denga Dokter kapan saja (Moderamen

GBKP, 2014).

Adapun yang menjadi prioritas dari pelayanan tersebut yaitu kegiatan

pencegahan meliputi sosialisasi, edukasi, dan advokasi, kegiatan membantu

meringankan beban para ODHA/OHIDA dengan mendirikan Rumah Singgah bagi

ODHA. Kegiatan di Rumah Singgah Moderamen GBKP meliputi pastoral

counseling kepada ODHA dan OHIDA, pendampingan dan kunjungan dokter

setiap hari sabtu serta kegiatan rutin memberikan kebutuhan beras, susu, vitamin

dan obat-obatan tambahan diluar ARV.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat di rumuskan

permasalah sebagai berikut yaitu Bagaimana stigma masyarakat terhadap

penderita HIV/AIDS di Rumah Singgah Moderamen GBKP ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang menjadi

tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana stigma

(10)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagi

sumber informasi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menambah

wawasan, memberikan informasi serta pemahaman khususnya kajian

sosiologi.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memeberikan masukan

dan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan dilapangan untuk

meningkatkan daya pemikiran secara kritis dan juga meningkatkan daya

analisis penelitian serata dapat menjadi refrensi penunjang yang dapat

berguna bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Defenisi Konsep

Dari uraian-uraian diatas dan berdasarkan tujuan dan permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini, kemudian agar penelitian tetap terfokus dan tidak

menimbulkan penafsiran ganda, maka digunakan beberapa defenisi konsep

sebagai berikut:

1. Stigma

Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang

karena pengaruh lingkungannya. Stigma disebut juga sebagai

pelebelan negatif terhadap seseorang yang dianggap menyimpang dari

(11)

bertujuan untuk memisahkan atau mendiskreditkan seseorang atau

sekelompok orang dengan cap atau pandangan buruk.

Dalam prakteknya, stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi,

yaitu tindakan tidak mengakui atau tidak mengupayakan pemenuhan

hak-hak dasar individu atau kelompok sebagaimana selayaknya

sebagai manusia yang bermartabat. Stigma dan diskriminasi masih

sering terjadi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (Kemenkes RI,

2012).

2. Orang Dengan HIV/AIDS

ODHA merupakan penderita penyakit HIV atau AIDS. ODHA

mulai di gunakan untuk menggantikan istilah pengidap penderita dan

istilah lain yang dinilai kurang manusiawi.Penderita HIV/AIDS

merupakan orang yang telah terkena virus HIV/AIDS. Penderita penyakit

ini kebanyakan berakhir dengan kematian sebelum dokter sanggup

mengatasinya.

Orang yang terkena virus ini ditandai dengan keadaan mudah

melemah, depresi, muntah, gangguan menelan dan gangguan indra

pengecapan serta sesak nafas dan menambah buruk asupan nutrisi

sehingga dapat menurunkan berat badan pasien AIDS dengan cepat.

Biasanya tanda dan ciri-ciri orang terkena HIV/AIDS baru akan terlihat

(12)

3. Moderamen GBKP

Moderamen GBKP adalah kepengurusan pusat GBKP (Greja

Batak Karo Protestan), atau yang lebih familiar sebagai Sinode. Sekertariat

berada di Jalan Kapten Pala Bangun No.66 Kabanjahe Sumater Utara.

4. GBKP (Gereja Batak Karo Protestan)

GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) adalah sebuah kelompok

gereja Protestan di Indonesia yang berdiri di Tanah Karo, Sumatera Utara

dan melayani masyarakat Karo. Bidang pelayanan yang ada di GBKP

yaitu bidang Marturia, Koinonia, Diakonia, Personalia/Sumber Daya

Manusia dan Dana dan Usaha. Dalam hal ini pelayanan yang menangani

masalah HIV/AIDS ada dalam bidang Diakonia dengan membentuk

Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP.

5. Komisi Pelayanaan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP

Suatu lembaga yang dibentuk di Tanah Karo yang dikomandoi

oleh seorang Pendeta yang masih muda. Selain itu Komisi HIV/AIDS

GBKP ini dibentuk atas kepedulian GBKP sudah ada sejak lama, bahkan

sejak data resmi kasus HIV/AIDS belum ada. Namun, pelayanan yang

dilakukan dalam menunjukkan kepedulian tersebut masih pada sosialisasi

yang dilakukan secara terpisah, artinya di setiap persekutuan Kategorial

tingkat Pusat seperti MORIA (Lembaga kaum Ibu), Permata (Lembaga

Pemuda), KA-KR (Lembaga anak dan remaja) terdapat program tentang

pelayanan terhadap masalah HIV/AIDS khusunya dalam bentuk sosialisasi

(13)

Oleh karena setiap lembaga bekerja sendiri-sendiri, maka

muncullah ide untuk menyatukan pelayanan tersebut. Dengan bersatunya

dana dan program, maka diharapkan pelayanan ini akan lebih msaksimal.

Berdasarkan pemikiran inilah maka dibentuk satu unit pelayanan GBKP

yang dinamakan Komisi Pelayanan HIV/AIDS dan NAPZA GBKP

(Moderamen GBKP,2014).

6. Rumah Singgah Moderamen GBKP

Awal mulanya adanya Rumah Singgah Moderamen GBKP yaitu

pada tahun 2011 dengan mengontrak rumah yang berada di Jalan Petuania

Raya Perumahan BS No 36 Kelurahan Namogajah Kec.Medan Tuntungan

(dibelakang Rumah Sakit Adam Malik Medan). Rumah singgah

Moderamen GBKP adalah rumah singgah sementara bagi ODHA yang

sedang menjalani pengobatan ARV.

Adapun tujuan awal dari Rumah Singgah ini yaitu untuk dapat

membantu para ODHA dan menyiapkan tempat tinggal sementara setelah

opname di Rumah Sakit tersebut. Namun pada umumnya mereka yang

baru menerima obat ARV akan mengalami banyak efek samping sehingga

mereka harus stinggal di Rumah Singgah yang dekat dengan Rumah Sakit

tersebut.

7. Pengertian HIV

HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus.

Virus ini merupakan kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang

(14)

materi genetika sel-sel yang ditumpanginya (Dep.Kes. RI, 1997). Virus

HIV termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA

sebagai molekul pembawa informasi genetik (Dep.Kes. RI, 2003).

HIV sangat lemah dan muda mati di luar tubuh manusia. Virus ini

merusak salah satu jenis sel imun yang dikenal dengan sel T helper dan sel

tubuh lainnya, antara lain sel otak, sel usus, dan sel paru. Sel T helper

merupakan titik pusat pertahanan tubuh, sehingga infeksi HIV

menyebabkan daya tahan tubuh menjadi rusak (PPNI, 2004).

8. Pengertian AIDS

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndromeadalah

merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan

tubuh oleh virus HIV sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi

opportunistik dan kanker (Dep.Kes. RI, 2003). Secara alamiah sel

kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy.

Namun virus ini akan merusak mesin fotocopinya setelah mendapatkan

hasi copy virus baru dalam jumlah cukup banyak, sehingga lama kelamaan

sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak

(Runggu,2014)

Gambar

Tabel Berdasarkan Umur

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian tandem gait exercise dan ankle strategy exercise tidak ada perbedaan pengaruh, dimana selisih hasil nilai rerata kelompok I dan kelompok II yaitu 0,051

SIkap Poster dibuat secara mandiri, baik dan benar serta penuh tanggung jawab atas pemenuhan tugas yang diberikan Poster dibuat sebagian besar secara mandiri, baik dan benar

Imagine if the rubish is not properly managed will lead to disasters such as floods, polluted, traffic jam, aesthetics and waste also causes various diseases such as diarrhea,

Bahwa terdakwa, SAFDAN alias ADAN bersama-sama dengan ISPANDI alias Iis(dilakukan penuntututan secara terpisah) pada hari Jumat tanggal 17 Mei 2013 sekira pukul 20.30 WIB

Hukum Pidana; Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia.. Filsafat Hukum

Dalam penelitian ini, penulis mengukur 100 orang responden dari berbagai level jabatan (staff hingga Kasubid) pada institusi Kementerian PU, BAP- PENAS, Dinas PU, Tenaga Ahli

Demikian diterangkan untuk digunakan melengkapi syarat pendaftaran Ujian Meja Hijau Tugas Akhir Mahasiswa bersangkutan di Departemen Matematika FMIPA

Traditional market management in Tsukiji Fish Market based on marketing mix (product, place, promotion, price, people, processes, programs, performance)..