• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut Pada Materi Penjumlahan Pecahan | Lambause | Jurnal Kreatif Tadulako Online 4029 12899 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut Pada Materi Penjumlahan Pecahan | Lambause | Jurnal Kreatif Tadulako Online 4029 12899 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang

Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut

Pada Materi Penjumlahan Pecahan

Ariharno A. Lambause, I Nyoman Murdiana, dan Dasa Ismaimuza Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian di laksanakan di SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut di Kelas 3. Jumlah siswa kelas 3 adalah 42 orang, yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan pembelajaran yang masing-masing terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi terhadap hasil tindakan. Dari hasil tindakan pada siklus I terdapat 9 orang siswa yang tidak tuntas belajar dan ketuntasan klasikal baru mencapai 78,57%. Berdasarkan indikator kinerja, penelitian tindakan pada siklus I belum mencapai ketuntasan yang telah ditentukan, sehingga perlu ditindak lanjuti ke siklus II. Pada siklus II persentase ketuntasan klasikal siswa mencapai 97,61%. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada materi penjumlahan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, tipe STAD, Hasil Belajar, Penjumlahan Pecahan

I. PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah, yang merupakan pelajaran penentu kelulusan siswa. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

2 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model maematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjalas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat, dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, peranan guru dalam melaksanakan materi pelajaran sangatlah besar. Aspek-aspek yang dominan dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dan peserta didik . Guru dalam mengajar diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan proses belajar mengajar sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Guru harus dapat menentukan posisi dan perannya dalam proses belajar mengajar seoptimal mungkin. Proses pembelajaran matematika seperti latihan soal, menghafal, dan ulangan secara memadai akan lebih efektif apabila dapat mendorong kreativitas peserta didik dengan menanamkan pengertian dan prinsip-prinsip serta konsep melalui kegiatan pembelajaran tersebut.

Dari pengalaman melaksanakan pembelajaran matematika kelas III SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung selama ini, setiap selesai melaksanakan

(3)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

3 Menurut J. Bruner (Hidayat, 2004) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Selama ini proses pembelajaran Matematika di kelas III SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada peserta didik yang pasif. Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode

konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian peserta didik . Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami mata pelajaran Matematika. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik tidak seperti yang diharapkan. Di kelas III SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung selama ini peserta didik nya masih kurang aktif dalam hal bertanya dan menjawab, peserta didik yang yang aktif hanya 55 %, dan peserta didik yang mempunyai kemampuan menjawab 40% . Pada pelaksanaan ujian Blok, hasil yang dicapai peserta didik kelas III SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung sangat jauh dari memuaskan,dimana hanya mendapat daya serap kurang dari 60% atau nilai rata-rata kls kurang dari 5, berdasarkan analisis situasi/latar belakang diatas maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki / mengadakan inovasi pembelajaran.

Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam pembelajaran Matematika dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing peserta didik ,maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman

peserta didik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achiement Division).

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

4 Menurut Trianto (2011) Pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain: 1) Perangkat pembelajaran, 2) Membentuk kelompok kooperatif, 3) Menentukan skor awal, 4) Pengamatan tempat duduk, 5) Kerja kelompok

Penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika

dapat menciptakan suasana yang kondusif dan kerjasama antara anggota dalam satu kelompok maupun dengan kelompok lain. Selain itu, proses interaksi antara

siswa dengan guru juga berjalan dengan baik. Kondisi tersebut sangat sesuai dengan prinsip pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan oleh Nurhadi (2003) yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat dan terjadi saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi positif. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecamatan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut Pada Materi Penjumlahan Pecahan ?”.

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan Hasil belajar siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan”.

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang akan diajukan adalah bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada

materi penjumlahan pecahan.

II.METODE PENELITIAN

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

5 Kegiatan penelitian ini terdiri dalam dua tahap, yaitu tahap pra penelitian dan tahap pelaksanaan tindakan. Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian (a) melakukan observasi (b) menyiapkan tes awal. Tahap pelaksanakan tindakan adalah dilakukan secara bersiklus dan terdiri dari empat fase: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.

Adapun kegiatan-kegiatan dalam setiap siklus terdiri dari empat fase. 1)

Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi pelajaran yang akan

diajarkan, b) Menyusun bahan ajar, c) Membuat LKS, e) Membuat lembar observasi, d) Membuat lembar evaluasi. 2) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang diiaksanakan pada tahap ini didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan, yaitu menggunakan metode kooperatif tipe STAD yaitu a) Observasi pada tahap ini dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa maupun peneliti yang akan dilakukan oleh teman sejawat dari SDN 1 Mbeleang, b) Refleksi pada tahap ini seluruh hasil dan data yang diperoleh dianalisis dan direfleksikan, apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 1 Mbeleang pada materi penjumlahan pecahan. Hasil refleksi akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif pada siklus berikutnya.

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan pemberian tes dan observasi. Pemberian tes digunakan untuk untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman awal dan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh siswa, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran pada tahap ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pelaksanaan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran. Hal yang menjadi fokus observasi yaitu observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran serta observasi aktivitas guru/peneliti pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas

dilakukan pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I jumlah skor yang diperoleh adalah 93. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pencapaian rata-rata aktivitas siswa sebesar 93%. Hal ini menggambarkan bahwa tindakan yang diberikan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan tergolong kriteria sangat baik.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I jumlah skor yang diperoleh adalah 100. Dengan demikian persentase nilai rata-rata 100%, berarti taraf keberhasilan tindakan guru berdasarkan observasi pengamat termasuk kategori sangat baik.

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes. Hasil analisis terhadap evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus 1 menunjukkan tingkatan ketuntasan belajar secara klasikal adalah 78,57%, dengan ketuntasan individual 33 siswa dan sembilan orang siswa belum tuntas dengan nilai di bawah 65, hasil ini dilihat berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dapat dijelaskan bahwa kegiatan tindakan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 belum mencapai

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

7 Pada siklus II hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru pada siklus II, jumlah skor yang diperoleh masing-masing adalah 100. Dengan demikian nilai rata-rata 100%. Hal ini menggambarkan bahwa tindakan guru dalam proses belajar mengajar dapat dinilai berhasil meningkatkan aktivitas siswa dengan guru dan termasuk dalam kriteria sangat baik.

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II

dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes. Hasil analisis tes akhir siklus II menunjukan adanya peningkatan

belajar siswa secara klasikal yaitu dari 76,92% siklus I meningkat menjadi 97,4% siklus II. Sedangkan untuk ketuntasan individual 97,4% dari 38 siswa dan satu orang siswa belum tuntas yang mengikuti kegiatan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II telah mencapai ketuntasan berdasarkan indikator keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan sebesar 85%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis terhadap evaluasi belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus 1 menunjukkan tingkatan ketuntasan belajar secara klasikal adalah 78,57%, dengan ketuntasan individual 33 siswa dan sembilan orang siswa belum tuntas dengan nilai di bawah 65, hasil ini dilihat berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka dapat dijelaskan bahwa kegiatan tindakan pada pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal sehingga perlu dilanjutkan ke siklus dua. Sedangkan Hasil analisis tes akhir siklus II menunjukan adanya peningkatan belajar siswa secara klasikal yaitu dari 76,92% siklus I meningkat menjadi 97,4% siklus II. Sedangkan untuk ketuntasan individual 97,4% dari 38 siswa dan satu orang siswa

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

8 memecahkan sebuah masalah dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar baik secara individu, maupun kelompok.

Suasana belajar yang mendukung merupakan salah satu motivasi siswa dalam menjawab pertanyaan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukkan bahwa penelitian tindakan

kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi

kriteria yang ditetapkan pada indikator kerja. Siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran., memudahkan siswa memahami pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

IV. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara kelompok maupun individual siswa kelas III SDN 1 Mbeleang.

2. Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta partisipasi atau interaksi dalam kerja kelompok dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan persentase

ketuntasan klasikal siklus I sebesar 78,57%, yang mengalami peningkatan pada siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal 97,61%.

Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian tindakan ini, maka penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu:

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10 ISSN 2354-614X

9 strategi kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai referensi dalam Mata Pelajaran lainnya.

2. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat kesesuaian strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan yang lain.

Kiranya para guru, khususnya guru Matematika dapat menjadikan hasil

penelitian tindakan ini sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Badeni. (1998). Model-model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Depdiknas. (2001). Model-model Pembelajaran. Surabaya

Hidayat. (2004). Diktat Kuliah Teori Pembelajaran. Matematika. Semarang : FMIPA UNNES.

Nurhadi. (2003). Beberapa Pendekatan Baru dalam Belajar. Jakarta : Rineka

Cipta.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :

Referensi

Dokumen terkait

Tahap Pelaksanaan atau Tindakan (acting)... Tahap Observasi dan Tindakan ... Tahap Refleksi ... Indikator Kinerja ... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Deskripsi Kondisi Awal

Dalam penelitian tindakan kelas ini data kualitatif diperoleh dari hasil catatan lapangan dan observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa, dan

Pelaksanaan siklus II 1 kali pertemuan di dalam kelas dengan rincian 2 jam pertemuan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan 1 jam pertemuan untuk tes akhir

Instrumen penelitian ini terdiri tes evaluasi hasil belajar siswa dan lembar observasi pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran. Penyusunan instrumen tes evaluasi belajar

Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan mengetahui

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa ((LKS). Siswa berdiskusi dengan kelompok. Siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa mempersetasekan hasil diskusi

Peneliti menyusun bahan ajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran storytelling, membuat lembar observasi, membuat