PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan peternakan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam berupa lahan, ternak dan pakan ternak serta faktor produksi lainnya yaitu modal dan tenaga kerja guna dapat menyediakan pangan hewani bagi seluruh penduduk. Permintaan terhadap pangan
hewani (khususnya daging) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat sangat besar dan diproyeksikan akan meningkat sangat cepat seirama dengan
pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, kesadaran gizi, urbanisasi, perubahan gaya hidup dan arus globalisasi. Untuk merespon permintaan daging yang terus meningkat tersebut, ternyata
produksi dari dalam negeri belum mampu untuk mencukupinya, sehingga dalam dasa warsa terakhir ini dilakukan impor daging dan ternak hidup.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat maka permintaan akan daging dan susu menunjukan gejala peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan daging dan susu perlu salah satu aspekyang akan diperhatikan adalah penanganan reproduksi ternak penghasil susu dan daging dengan tanpa
mengesampingkan hal lainnya seperti pengendalian dan pencegahan penyakit hewan dan managemen pemeliharaan ternak.
Kerbau merupakan hewan ternak besar yang populasinya paling sedikit
jika dibandingkan dengan kerbau, kambing, dan domba. Bahkan dari tahun ketahun populasi kerbau semakin menurun. Ada pun penyebab penurunan
populasi ternak kerbau diantaranya tingkat reproduksi yang sangat rendah dan tingkat pemotongan kerbau itu sendiri yang sangat tinggi setiap tahunnya.
Kerbau lumpur memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan
sebagai ternak pekerja maupun sumber keragaman pagan hewani bagi manusia. Untuk pengembangan potensi ini, diperlukan upaya peningkatan mutu kerbau
yang baik dan meningkatkan populasi kerbau secara kualitas maupun kuantitas, kuantitas, khususnya di Kabupaten Tapanuli Utara. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan reproduksi kerbau. Pada ternak kerbau reproduksi
yang kurang baik akan membatasi kinerja kerbau dan pencapaian mutu genetiknya. Kerbau mempunyai umur beranak pertama kali yaitu pada umur 2-3
tahun. Kegagalan reproduksi ternak kerbau disebabkan oleh reproduksi kerbau itu sendiri yang masih belum optimal. Peternak kurang memahami masalah siklus birahi pada kerbau dimana kerbau dianggap kurang reproduktif ( karena siklus
estrusnya silent heat). Umumnya, manajemen perkawinan kerbau di pedesaan tidak terkontrol karena kelangkaan pejantan unggul akibat terkurasnya pejantan yang bagus ke pasar sehingga menyebabkan hanya pejantan-pejantan kecil dan
yang berkualitas kurang baik saja yang tersedia.
Penurunan populasi kerbau dikhawatirkan dapat menyebabkan
berkurangnya salah satu sumber protein yang sangat berharga. Keberadaan sumber daya yang terdapat di Sumatera Utara harus ditingkatkan, kualitas produk seperti susu dan daging harus ditingkatkan dan diangkat kepermukaan sehingga
banyak orang yang akan membuka mata tentang keunggulan ternak kerbau yang selama ini masih dapat dikatakan diabaikan keberadaannya. Untuk itu diperlukan
upaya pengelolaan kerbau secara berkelanjutan dengan dilakukannya gertak birahi
dan inseminasi buatan di Sumatera Utara untuk meningkatkan populasi ternak kerbau.
Di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, kebutuhan
protein hewani cenderung meningkat tiap tahun seiring dengan laju pertambahan penduduk yang terus meningkat, maka perlu kesinambungan peningkatan
produksi peternakan. Salah satu usaha untuk mengejar target akan pemenuhan kebutuhan akan gizi terhadap protein hewani bagi masyarakat. Peningkatan populasi dalam produksi ternak sangat bergantung kepada keberhasialn
reproduksi, apabila reproduksi tidak diatur baik maka tingkat produksi akan rendah. Menyikapi hal tersebut, salah satu upaya untuk meningkatkan populasi
dan produktivitas ternak kerbau dapat dilakukan melalui kawin suntik. Salah satu cara untuk meningkatkan populasi ternak kerbau dengan tehnik sinkronisasi estrus atau lebih di kenal dengan penyerentakan estrus. Sinkronisasi estrus merupakan
suatu pengendalian estrus yang dilakukan pada sekelompok ternak betina dengan memanipulasi mekanisme hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat diketahui dengan pasti dan masing-masing ternak tersebut dapat dikawinkan
dalam waktu bersamaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
keberhasilan Inseminasi Buatan pada ternak kerbau lumpur ( Swamp buffalo) dengan gertak birahi di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara.
Permasalahan
Masalah yang menjadi bahasan dalam penelitian ini antara lain : banyaknya kegagalan konsepsi, kawin berulang dan jarak beranak yang panjang
dan seberapa besar faktor-faktor peternak, faktor inseminator dan faktor pada kerbau betina mempengaruhi keberhasilan inseminasi buatan.
Kegunaan Penelitian
Untuk mempermudah peternak dalam perkawinan dan dapat memberikan informasi bagi peneliti dan instansi pemerintah dan masyarakat peternak kerbau
melalui gertak birahi dapat meningkatkan populasi ternak kerbau lumpur
( Swamp buffalo) di Kecamatan Siborongborong Kabupatem Tapanuli Utara.