BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan yang lain dan berperan penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, aspek-aspek ini sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan
kesejahteraan sosial yang berorientasi pada indikator keberfungsian sosial. Indikator keberfungsian sosial ini mencakup kemampuan memenuhi kebutuhan dasar,
melaksanakan peran sosial dan menghadapi tekanan kehidupan. Sehingga, apa yang diharapkan dari kehidupan bermasyarakat akan terwujud secara baik, adil dan merata.
Salah satu aspek kehidupan masyarakat yang masih menjadi masalah pada masa sekarang ini adalah kesehatan. Kesehatan erat kaitannya dengan kemiskinan
dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat dalam hal ini, khususnya masyarakat miskin sangat rentan terhadap penyakit-penyakit yang menganggu kesehatannya. Hal
ini dapat disebabkan oleh, antara lain : kurangnya gizi dalam makanan yang dikonsumsi, lingkungan pemukiman yang tidak sehat, perilaku kesehatan yang
buruk, pengetahuan tentang konsep sehat yang kurang, serta biaya pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga yang kurang.
Kesehatan juga mempengaruhi kemiskinan. Kesehatan masyarakat sangat
masyarakat yang baik akan menekan tingkat kemiskinan masyarakat sebab orang
yang sehat akan berpikiran lebih maju, tingkat produktivitas kerja yang tinggi, rendahnya kerentanan terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya, sehingga pengeluaran untuk berobat pun semakin berkurang. Masyarakat yang sehat juga
sudah pasti dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera, karena dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Sebaliknya, apabila masyarakat sakit,
tentu mereka tidak dapat melakukan aktivitas yang produktif, artinya tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok secara layak dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik yang berujung pada tingkat kesejahteraan yang rendah.
Kesehatan sebagai suatu investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat mendukung pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat. Kesejahteraan sosial masyarakat yang tinggi tentu akan berbanding lurus dengan semakin meningkatnya pembangunan ekonomi
masyarakat. Hal ini dikarenakan salah satu indikator masyarakat dikatakan sejahtera adalah dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi negaranya.
Salah satu indikator derajat kesehatan yaitu dilihat dari jumlah Angka Kematian Ibu (AKI). Bedasarkan data terakhir yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada September 2013, diperoleh fakta yang
mengejutkan mengenai AKI di Indonesia. SDKI memberikan hasil AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI
Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), AKI
di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012. Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama
ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran. Sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000
kelahiran serukan – 4 – jangan – dan – 3 - terlambat diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 pukul 10:24 Wib).
Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwasanya kesehatan merupakan unsur yang penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Kesehatan juga merupakan unsur yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupannya. Namun, masih banyak masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia yang belum mencapai derajat kesehatan yang memenuhi standar. Terutama
masyarakat Indonesia yang miskin, kurang mampu dan hidup di daerah terpencil sangat jauh dari konsep sehat yang sesungguhnya.
Pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat Indonesia, selalu mengedepankan pelayanan kesehatan yang
terbaik. Asuransi ataupun jaminan kesehatan merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang dilakukan pemerintah untuk menjamin seluruh rakyat dalam menghadapi resiko yang disebabkan oleh gangguan kesehatan. Ada beberapa asuransi ataupun
jaminan sosial kesehatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain : Jaminan Pemeliharaan
oleh PT. Asuransi Kesehatan (ASKES), namun program ini tidak berjalan dengan
baik. Karena Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin tidak berjalan dengan baik, maka pemerintah membuat program baru yaitu program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yang juga diselenggarakan oleh PT. ASKES.
JAMKESMAS merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah, diselenggarakan
sejak tahun 2008. Dalam pelaksanaannya, namun sekali lagi program JAMKESMAS seringkali tidak tepat sasaran.
Pelayanan program JAMKESMAS yang belum tepat sasaran, memunculkan program jaminan kesehatan lain yaitu Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA). JAMKESDA merupakan bantuan pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang
diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat yang belum memiliki jaminan kesehatan, baik itu JAMKESMAS, ASKES dan jaminan kesehatan lainnya. Akan
tetapi, lagi-lagi program jaminan kesehatan yang dibentuk masih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Akses pelayanan kesehatan yang diberikan JAMKESDA tidak menjangkau seluruh Indonesia mengingat peserta program JAMKESDA hanya
mendapatkan keuntungan di daerahnya sendiri. Sehingga, pelayanan kesehatan yang dinikmati oleh masyarakat sangat terbatas.
Sistem jaminan kesehatan yang ada tidak menjangkau seluruh penduduk Indonesia, sehingga muncul ide untuk menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional adalah bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan Kesehatan Nasional yang dikembangkan di Indonesia merupakan
berdasarkan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN yang disahkan oleh Presiden
Megawati pada tanggal 19 Oktober 2004.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 sesuai dengan UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama ASKES dikelola oleh PT. ASKES Indonesia, merupakan Badan Usaha Milik Negara
yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sasaran dari program JKN ini
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya, atau seluruh rakyat biasa. Menurut info BPJS Kesehatan, jumlah masyarakat Indonesia
yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus meningkat. Tanggal 16 Oktober 2015, jumlah peserta JKN sudah mencapai 153 juta lebih
20:34 WIB).
Sejak awal diselenggarakannya program Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan, Pemerintah mewajibkan semua penduduk menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Kewajiban menjadi peserta pada
satu sisi memberi manfaat. Namun di sisi lain, program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan memiliki banyak masalah yang hingga kini belum teratasi.
Menjadi peserta Badan Peserta Jaminan Sosial Kesehatan menguntungkan,
karena beberapa hal. Jika dibandingkan asuransi kesehatan swasta, BPJS Kesehatan jelas lebih murah. Premi untuk kelas I hanya 59 ribu, kelas II 42 ribu, dan kelas III 25 ribu. Selain itu, Pelayanan Kesehatan Program BPJS Kesehatan juga lengkap
melahirkan secara caesar. Selain itu Penyakit bawaan yang biasanya tidak
ditanggung asuransi swasta, dijamin sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan juga tidak menyaratkan batasan plafond
Meski begitu, tidak berarti BPJS Kesehatan bebas masalah. Justru yang banyak terdengar sejak program ini dijalankan masalah demi masalah terus muncul.
Beberapa di antaranya Proses yang panjang dan melelahkan. Dalam BPJS Kesehatan berlaku sistem rujukan berjenjang. Untuk berobat menggunakan BPJS kita tidak bias langsung datang ke rumah sakit, separah apa pun sakit yang derita. Peserta BPJS
Kesehatan harus terlebih dahulu datang ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes I), yaitu puskesmas, klinik atau dokter keluarga, yang sudah ditunjuk oleh BPJS
Kesehatan. Untuk ke rumah sakit kita butuh rujukan dari faskes I. Selain itu rumah sakitnya tidak boleh pilih-pilih sesuka hati. Tapi rumah sakit yang menjadi rekanan BPJS Kesehatan. Selain itu keputusan rujukan itu sepenuhnya berada di tangan
Faskes I. Faskes I itu pun harus yang sudah ditunjuk BPJS Kesehatan untuk masing-masing peserta. Bagi orang yang sering bepergian ketentuan ini bermasalah. Kita
tidak pernah tau akan sakit kapan di kota mana. Untuk mendapat layanan BPJS Kesehatan kita harus pulang ke Faskes I yang telah ditentukan.
; biaya maksimal yang ditanggung
penyedia asuransi.
Terbatasnya rumah sakit rekanan BPJS Kesehatan. Rumah sakit swasta yang
dikenal punya pelayanan bagus biasanya bukan rekanan BPJS Kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan karenanya hanya bisa berharap mendapat pelayanan bagus. Karena
itu juga, tidak heran banyak peserta BPJS Kesehatan banyak yang tetap berobat di rumah sakit bukan rekanan. Dan itu berarti harus mengeluarkan biaya tambahan selain iuran BPJS Kesehatan yang telah mereka keluarkan. Selain itu juga Biaya
berharap semua biaya berobatnya ditanggung penuh. Sebab biaya berobat dan
perawatan peserta BPJS Kesehatan adalah sistem paket yang disepakati antara pihak BPJS dan rumah sakit rekanan. Maksudnya apabila biaya penanganan dan perawatan melebihi paket yang telah disepakati, maka sisa biaya ditanggung oleh peserta BPJS
Kesehatan itu sendiri.
Inilah yang sering terjadi di lapangan. Banyak peserta mengeluh kenapa
mereka masih dikenakan biaya padahal menggunakan BPJS Kesehatan. Mereka tidak tahu tentang biaya paket itu dan banyak rumah sakit tidak terbuka mengenai besaran biaya yang bisa ditanggung BPJS Kesehatan.
Selain itu masih banyak permasalahan tentang adanya pasien peserta BPJS Kesehatan yang ditolak rumah sakit. Alasannya macam-macam, seperti tidak tersedia
kamar, penyakit yang diderita pasien tidak termasuk yang ditanggung BPJS Kesehatan, dan lain-lain.
Keadaan tersebut tentu sangat memprihatinkan. Bayangkan jika itu terjadi
pada pasien yang benar-benar butuh pertolongan, sementara dia hanya punya kartu BPJS Kesehatan. Masalahnya memang bukan hanya berasal dari rumah sakit tapi
juga pemerintah. Seperti banyaknya rumah sakit menolak memberi pelayanan karena biaya yang harus mereka keluarkan lebih besar daripada yang didapat dari BPJS Kesehatan. Selain itu, banyak rumah sakit juga mengeluh penggantian dari
pemerintah sangat lamban, sehingga mengganggu operasional rumah sakit.
30 Oktober 2015, pukul 21.55 wib).
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan dilaksanakan di seluruh provinsi Indonesia, salah satunya yaitu Provinsi Sumatera Utara. Jumlah
yang dikelola oleh BPJS Kesehatan saat ini menembus angka 7,71 Juta jiwa. Dari
jumlah tersebut, 504.936 jiwa diantaranya adalah peserta mandiri. (http://www.analisadaily.com/news, diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul 14:37 Wib).
Salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki permasalahan kesehatan, yaitu Kabupaten Batubara. Kabupaten Batubara merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Asahan dan beribukota di Kecamatan Limapuluh yang merupakan salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru yang dimekarkan dalam kurun tahun 2006. Hampir keseluruhan wilayah batubara terletak di daerah Pesisir. Keterbatasan dana,
keterbatasan sarana dan prasarana, kondisi sosial ekonomi, dan aspek kultural masyarakat pesisir juga memberi kontribusi pada masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi di wilayah pesisir tersebut.
Kabupaten Batubara termasuk kabupaten yang memiliki keterlambatan dalam pembangunan serta perkembangan masyarakatnya di Sumatera Utara Beberapa
permasalahan kesehatan yang dihadapi Kabupaten Batubara adalah ISPA, Peyakit Tekanan Darah Tinggi, Reumatik, Gastritis, diare, Penyakit Kulit Alergi dan
penyakit Saluran pencernaan. Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI) juga merupakan permasalahan kesehatan yang ada di Kabupaten Batubara. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2012, AKI di Kabupaten Batubara masih tinggi yaitu
16 Kematian ibu dari 7873 kelahiran hidup. Selain itu, anak-anak banyak yang menderita gizi buruk dan gizi kurang
(dinkes.batubarakab.go.id/angka-kematian-mortalitas, di akses Pada tanggal 19 Oktober 2015 pada pukul 19:45 Wib).
Program BPJS Kesehatan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Seluruh Indonesia, tidak terkecuali di daerah Pesisir termasuk Kabupaten Batubara. Program
BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas / Rumah Sakit /
Klinik Umum.
Salah satu Rumah Sakit yang turut serta melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Batubara
adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara Kabupaten Batubara.
RSUD Batubara adalah rumah sakit negeri kelas D. Rumah sakit ini bersifat
transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. RSUD ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Jumlah tenaga dokter di RSUD ini tersedia sangat sedikit jika dibandingkan rata-rata Rumah
Sakit di Sumatera Utara. Dokter yang tersedia sebagian besar adalah dokter umum, sedangkan dokter spesialis sangat sedikit.
Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, RSUD Batubara ini menjadi salah satu partner BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu pelayanan kesehatan jenjang kedua,
meliputi Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL). Pelayanan kesehatan di RSUD diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dari Puskesmas. Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini masih diwarnai dengan banyaknya persoalan, antara lain kepesertaan yang
belum menyeluruh. Masih banyak masyarakat di Kabupaten Batubara yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi
dari pihak BPJS mengenai kepesertaan wajib bagi seluruh masyarakat Kabupaten batubara.
Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara sebagai rumah sakit
yang maksimal bagi seluruh masyarakat. Namun, dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan tersebut masih terdapat beberapa kekurangan disana sini, antara lain kurangnya tenaga medis seperti dokter umum dan spesialis, bidan, perawat dan tenaga medis lainnya, serta sarana dan prasarana kesehatan RSUD yang tidak
lengkap. Hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan pihak RSUD belum memenuhi standar pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat. Selain itu, persediaan
obat-obatan yang kurang lengkap juga menjadi permasalahan yang serius dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Batubara.
Berdasarkan info BPJS Kesehatan Batubara, jumlah penduduk Batubara telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan Batubara sepanjang tahun 2014 yakni
berjumlah 12.380 jiwa. Bagi peserta BPJS Kesehatan, khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri, yaitu tergolong Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran sebagai pekerja bukan penerimah upah yang melakukan pekerjaan mandiri, pelayanan
kesehatan RSUD Batubara yang kurang baik akan merugikan mereka. Hal ini disebabkan para peserta BPJS Kesehatan Mandiri membayar iuran wajib
peserta/orang/bulan. Iuran ini dibayar sesuai dengan kemampuan membayar dan ruang kelas perawatan yang dipilih oleh peserta. Jadi, peserta akan merasa dirugikan jika harus membayar iuran wajib peserta/orang/bulan sedangkan pihak RSUD tidak
maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batubara sebagai salah satu partner
khususnya peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Hasil dari penelitian ini akan
dituangkan dalam penelitian berjudul “Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Batubara Kabupaten Batubara”.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap
Pelayanan Kesehatan di RSUD Batubara Kabupaten Batubara ?”.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Respon Peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Batubara Kabupaten Batubara.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Jaminan Kesehatan
Nasional yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Batubara. 2. Memberikan kontribusi berupa kritik dan saran kepada pihak-pihak pelaksana
program Jaminan Kesehatan Nasional dengan mengetahui respon peserta
BPJS Kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Batubara Kabupaten batubara. Dengan demikian, program Jaminan
3. Bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika Penulisan secara garis besarnya
dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan
definisioperasional
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang
akan diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP