• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Definisi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan

penerapan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3

merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di

tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar

setiap produksi digunakan secara aman dan efisien (Ramli, 2010).

Silalahi (2002) pada hakekatnya, K3 merupakan suatu pengetahuan yang

berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya

keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kegiatan

kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat

kerja.

Santoso (2004) menjelaskan bahwa keselamatan kerja bersifat teknik dan

sasarannya adalah lingkungan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan

mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat

kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Keselamatan kerja

juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa.

Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak

keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup,

(2)

produksi. Adapun kesehatan kerja didefinisikan sebagai ilmu kesehatan dan

penerapan yang bertujuan untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam

bekerja, berada dalam keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan

keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan

sasarannya adalah tenaga kerja (Suma’mur, 2009).

Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Mangkunegara

(2002) adalah sebagai berikut:

a.Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b.Agar setiap peralatan kerja digunakan secara baik dan selektif.

c.Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai/tenaga kerja.

e.Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

g.Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Konsep Pengendalian Bahaya Akibat Kerja

Pengendalian bahaya yang menjadi objek dalam Keselamatan dan Kesehatan

(3)

kesehatan pekerja. Menurut Ramli (2010), pengendalian bahaya tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan energi

Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai

penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan dilakukan melalui

3 titik, yaitu :

a. Pengendalian pada sumber bahaya.

Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung

pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau

administratif.

b. Pendekatan pada jalan energi.

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi

sehingga intesitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi.

c. Pengendalian pada penerima.

Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima. Salah satu

upaya yaitu dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pendekatan ini

dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak

dapat dilakukan dengan efektif.

2. Pendekatan manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa

85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak

aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan

(4)

a.Pembinaan dan Pelatihan

b.Promosi K3 dan kampanye K3

c.Pembinaan Perilaku Aman

d.Pengawasan dan Inspeksi K3

e.Audit K3

f.Komunikasi K3

g.Pengembangan prosedur kerja aman

3. Pendekatan teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses

maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang

bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :

1.Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan

standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.

2. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi.

4. Pendekatan administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain:

1. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan

bahaya dapat dikurangi.

2.Penyediaan alat keselamatan kerja.

3.Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.

(5)

5. Pendekatan manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif

sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dapat

dilakukan antara lain :

a.Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

b.Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk

manajemen tingkat atas.

Klasifikasi Pekerjaan Petani Jeruk beserta Dampak Kesehatan Budidaya Jeruk

Untuk dapat menjadikan buah jeruk menghasilkan yang maksimal maka

perlu dibudidayakan secara benar, berikut ini tahapan yang dilakukan oleh petani

jeruk sebagai berikut:

1. Pembibitan

2. Pengolahan Media Tanam Jeruk

3. Tekhnik Penanaman, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengurangan daun dan cabang yg berlebihan.

b. Pengurangan akar.

c. Pengaturan posisi akar agar jangan ada yg terlipat.

d. Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun

(6)

4. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman : Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

b. Penyiangan: Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya,

pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.

c. Pembubunan : Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah

ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu

dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.

d. Pemangkasan : Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan

menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak

diinginkan

e. Pemupukan: Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah

penanaman.

f. Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman jangan menggenangi batang akar.

Tanaman di airi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim

kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan

dan ditutup mulsa.

g. Penjarangan Buah jeruk : Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat,

perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung

pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga.

5. Panen: Cara panen buah di petik dengan menggunakan gunting pangkas.

(7)

a. Pengumpulan

Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan

buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi

dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4

kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan

kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

b. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah buah di petik dan dikumpulkan, selanjutnya buah

disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk

digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

c. Penyimpanan

Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih

dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.

d. Pengemasan

Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal

yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor.

Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun

sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas

(8)

Pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida

1.Pencampuran

Bahaya terbesar saat aplikasi pestisida adalah pada waktu mencampur, karena

mencampur bekerja dengan konsentrat, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut: (1) Sewaktu mempersiapkan pestisida yang akan disemprotkan,

pilihlah tempat yang sirkulasi udaranya lancar, (2) Buka tutup kemasan dengan

hati-hati agar pestisida tidak berhamburan atau memercik mengenai bagian tubuh.

Setelah itu tuang dalam gelas ukur, timbangan atau alat pengukur lainnya.

Tambahkan air lagi sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan, (3) Usaha

pencampuran petisida jangan dalam tangki penyemprot, karena susah dipastikan

apakah pestisida dan air telah tercampur sempurna atau belum, (4) Guna

menjamin keselamatan, pakailah pakaian pelindung dan masker (pelindung

pernafasan) dan sarung karet. Juga jangan makan, minum, dan merokok selama

melakukan pencampuran (Wudianto, 2007).

2.Penyemprotan

Dalam melakukan penyemprotan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: (1)

Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan di semprot, (2)

Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut, kaos tangan,

sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang, (3) Penyemprotan untuk

golongan serangga sebaiknya saat stadium larva dan nimfa, atau saat masih

berupa telur, (4) Waktu baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran

udara naik (thermik)yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari pukul

(9)

pestisida yang tidak mengenai sasaran. Jangan menyemprot dengan melawan arah

angin, karena cairan semprot bisa mengenai sasaran, (6) Penyemprotan yang

dilakukan saat hujan turun akan membuang tenaga dan biaya sia-sia, (7) Jangan

makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan, (8) Alat

semprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas cucian sebaiknya

di buang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai, (9) Penyemprot segera

mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang digunakan segera di

cuci (Wudianto, 2007).

Dampak Pestisida terhadap Kesehatan

Menurut Wudianto (2007), ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan

pestisida, yaitu :

1.Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung

pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual,

sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit

bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan

luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:

a. Efek lokal

Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena

kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering,

kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair,

(10)

b. Efek sistemik

Efek sistemik terjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan

mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh

bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati,

lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.

2.Keracunan Kronis

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan

membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang

ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah

paparan pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker, gangguan

hati, perut, sistem syaraf, sistem kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon.

Selain itu, dampak pestisida juga dapat sampai pada bayi melalui Air Susu Ibu

(ASI). Hal ini terjadi jika sang ibu terpapar pestisida.

Beberapa efek kesehatan kronis lainnya adalah sebagai berikut: (1) Sistem

syaraf, pestisida yang digunakan bidang pertanian sangat berbahaya bagi otak dan

syaraf, (2) Hati atau liver, karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi

menetralkan bahan kimia beracun, maka hati sering di rusak oleh pestisida, dapat

menyebabkan hepatitis, (3) Perut, yaitu muntah-muntah, sakit perut dan diare

adalah gejala umum keracunan pestisida. Banyak orang bekerja dengan pestisida

selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan

pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh

secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding perut, (4) Sistem

(11)

adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing, (5)

Keseimbangan hormon, beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi

yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan

telur yang tidak normal pada wanita.

Alat Pelindung Diri (APD) Definisi APD

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja

untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Alat pelindung diri yang seharusnya di pakai petani adalah:

1. Pakaian Kerja

Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan bahan beracun.

Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi

aluminium. Bentuknya dapat berupa apron (menutupi sebagian tubuh yaitu mulai

dada sampai lutut), celemek atau pakaian terusan dengan celana panjang, dan

lengan panjang (overalls).

2. Penutup Kepala

Untuk melindungi kepala dari percikan bahan beracun sebaiknya digunakan

alat pelindung kepala. Penutup kepala yang digunakan petani dapat berupa topi

atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia dan kondisi iklim yang

buruk. Harus terbuat dari bahan yang mempunyai celah atau lobang, biasanya

(12)

3. Alat Pelindung Hidung dan Mulut.

Untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang

terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau rangsangan.

Penggunaan masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel masuk ke dalam

pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

4. Sarung Tangan.

Untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat

atau larutan). Sarung tangan dapat terbuat dari karet (melindungi diri dari paparan

bahan kimia), sehingga larutan pestisida tidak dapat masuk ke kulit.

5. Sepatu Kerja.

Untuk melindungi kaki dari larutan kimia. Sepatu kerja atau sepatu boot

sangat diperlukan pada penyemprotan pestisida. Dapat terbuat dari kulit, karet

sintetik atau plastik. Ketika menggunakan sepatu boot ujung celana tidak boleh

dimasukkan kedalam sepatu, karena cairan pestisida dapat masuk ke dalam sepatu

(Faris, 2009).

Pemilihan APD

Kebutuhan APD didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja

yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak yang ditimbulkan,

kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain. Menurut Suma’mur (2009), dalam

(13)

1.Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan desain alat tersebut

2. Tidak mengganggu kerja dalam arti APD tersebut harus sesuai dengan besar

tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna.

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang khusus

sebagaimana APD tersebut di desain.

4.Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.

5.Alat-alat pelindung diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat oleh pekerja.

6. Harus ada desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD sesuai dengan

standar.

Bahaya-bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD

Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan pekerjaan

seperti berikut ini :

1. Bahaya Kimia

Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka pekerja harus

memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau terpercik bahan kimia tersebut

ke bagian tubuh pada saat penggunaan bahan kimia tersebut atau secara tidak

sengaja dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.

2. Partikel-Partikel

Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu atau kotoran yang

dapat membahayakan mata, selain itu jika debu atau kotoran tersebut terhirup

(14)

3. Panas dan Temperatur Tinggi

Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya maka dalam

pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan panas dapat mencederai

atau membakar kulit dan melukai mata.

4. Radiasi Cahaya

Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi dari api

pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi dan pekerjaan yang

menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak mata atau menggunakan radio

aktif yang bisa menyebabkan cidera bagi pekerja.

5. Pemindahan bagian dari suatu peralatan

Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk mencegah hubungan

langsung antara pekerja dengan alat-alat atau mesin-mesin yang berputar.

Kadang-kadang bila pekerja lupa memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk

memasanganya kembali.

6. Kejatuhan suatu barang

Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak benar atau

membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat naik, maka barang tersebut

bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan bahaya bagi orang yang ada dibawahnya

dan bisa mencederai bagian tubuh atau bagian kepala dan kaki.

7. Barang-barang tajam/runcing

Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat membahayakan

(15)

8. Keadaan atau kondisi tempat kerja

Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau cara pekerja

berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan aktifitas pekerjaannya.

9. Jatuh dari ketinggian

Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja di tempat

ketinggian, pekerja diharuskan memakai APD.

Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Sugeng yang dikutip oleh Faris (2009) secara umum pemeliharaan

APD dapat dilakukan antara lain dengan:

1.Mencuci dengan air sabun, kemudian di bilas dengan air secukupnya. Terutama

untuk helm, kacamata, earplug dan sarung tangan kain/kulit/karet.

2.Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.

3.Mencuci bersih sepatu boot setelah selesai digunakan.

Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Sugeng yang dikutip oleh Faris (2009), untuk menjaga daya guna

dari APD, hendaknya di simpan di tempat khusus sehingga terbebas dari debu,

kotoran, gas beracun dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut

(16)

Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan

pemahaman yang di miliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan

kehidupannya. Pengetahuan juga merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu dan pengetahuan hanya

akan terwujud jika manusia tersebut adalah bagian dari objek itu sendiri.

Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia yang nantinya akan

berperan penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu. Sehingga tahu merupakan tahap paling rendah dari

pengetahuan.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menginterpretasikan

secara benar suatu objek tertentu. Orang yang memahami suatu objek dapat

menjelaskan, menyebutkan, dan menyimpulkan objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau

(17)

Setelah memahami suatu proses, juga harus dapat membuat perencanaan untuk

melaksanakan proses tersebut.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan memisahkan suatu

komponen, kemudian mencari hubungan antar komponen terkait.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau merangkum satu

hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang di miliki. Dengan kata lain

sintesis adalah menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada

sebelumnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan penilaian terhadap objek.

Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma yang

berlaku di masyarakat.

Tingkat pengetahuan dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif sebagai berikut:

1) Baik : Hasil presentase 76%-100%

2) Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3) Kurang : Hasil presentase kurang dari 56%

Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap

(18)

menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari

perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 3

komponen, yaitu: (1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

obyek, (2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, (3)

Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, pemikiran, keyakinan, emosi memegang

peranan penting.

Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Menerima (receiving), diartikan

bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek);

(2) Merespons (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap; (3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah merupakan suatu indikasi

sikap tingkat tiga; (4) Bertanggung jawab (responsible) terhadap segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

(19)

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,

2003).

Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,

yaitu bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut

dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap juga dapat berisi

hal-hal negatif mengenai obyek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra

terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak

favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan

demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua

negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali

obyek sikap (Azwar, 2005).

Tingkatan sikap dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala likert,

yaitu untuk pernyataan favourable bila menjawab:

1) Setuju : Nilai 1

2) Tidak Setuju : Nilai 0

Sedangkan pernyataan unfavourable bila menjawab:

1) Setuju : Nilai 0

(20)

Singarimbun dan Effendi (1989), calon pernyataan yang terpilih kemudian di

susun dalam suatu daftar dan responden di minta pendapatnya tentang pernyataan

itu setuju atau tidak setuju. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap

petani jeruk terhadap penggunaan alat pelindung diri.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap

Dalam teori Lawrence dan Green yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003),

perilaku manusia di analisis dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku

itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas

atau sarana, peralatan medis dan non medis.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang

(21)

1. Intelegensia

Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Tingkat

intelegensia mempengaruhi seseorang dalam menerima suatu informasi. Orang

yang memiliki intelegensia tinggi akan mudah menerima suatu pesan maupun

informasi.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi tentang kesehatan yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya.

3. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu. Misalnya seorang petani yang pernah mengalami kecelakaan atau gangguan

(22)

bahaya yang ada di tempat kerja dan melakukan pencegahan dengan penggunaan

APD.

4. Usia

Usia dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur maka tingkat

kemampuan, kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

menerima informasi. Akan tetapi faktor ini tidak mutlak sebagai tolak ukur

misalnya seorang yang berumur lebih tua belum tentu memiliki pengetahuan lebih

baik mengenai APD dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda .

5. Tempat tinggal

Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Seseorang yang

tinggal di daerah dataran tinggi sangat cocok untuk menanami tanaman buah dan

sayuran, sehingga mayoritas penduduk adalah petani yang di tuntut harus dapat

merawat dan berladang setiap harinya dan tentunya dalam melakukan pekerjaan

petani rentan terhadap bahaya di pertanian untuk itu kewaspadaan yang lebih

tinggi dibutuhkan.

6. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dan

menunjang kebutuhan hidup. Tujuannya adalah mencari nafkah. Lingkungan

pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan

baik secara langsung dan tidak langsung. Misalnya individu yang bekerja sebagai

tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan

(23)

7. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Individu

yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonominya baik dimungkinkan

lebih memiliki pengetahuan lebih baik karena mudah mengakses berbagai

informasi yang berasal daripada keluarga berstatus ekonomi rendah.

8. Sosial budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Sosial termasuk pandangan agama,

kelompok etnis dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap khususnya dalam

penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat kepribadiannya. Misalnya

orang yang berasal dari suku tertentu memiliki kecenderungan untuk bersikap

lebih peduli atau acuh.

9. Informasi dan media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah, termasuk peyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan pengetahuan seseorang. Semakin banyak seseorang menerima

informasi mengenai suatu hal maka pengetahuannya mengenai suatu hal yang

(24)

Penyuluhan Definisi Penyuluhan

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari

sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud

perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan sebagai

proses perubahan perilaku tidak mudah. Titik berat penyuluhan sebagai proses

perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkelanjutan. Dalam proses

perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena

penambahan pengetahuan saja namun, diharapkan juga adanya perubahan pada

keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja

yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Lucie, 2005).

Berdasarkan aspek kesehatan, Muninjaya (2004) menyatakan definisi

penyuluhan kesehatan sebagai penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan

sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Sedangkan dalam aspek

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menurut Helliyanti (2009) yang

mengutip pendapat George, menyatakan bahwa penyuluhan K3 adalah bentuk

usaha yang dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku

(25)

Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila

digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2005).

Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :

1. Metode satu arah (One Way Methode)

Pada Metode ini hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu dari pihak

penyuluh ke pihak sasaran. Dengan demikian, pihak sasaran tidak diberi

kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah: metode ceramah,

siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran. Metode

ceramah merupakan metode yang digunakan peneliti untuk melakukan

penyuluhan kepada petani jeruk tentang penggunaan alat pelindung diri.

2. Metode dua arah (Two Way Methode)

Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.

Yang termasuk dalam metode ini adalah: wawancara, demonstrasi, sandiwara,

simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.

Media Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media

dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi dan

mempermudah pengertian. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari dan

(26)

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur informasi, media dibagi menjadi

tiga, yakni:

1.Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:

a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam

bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan

dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan

maupun gambar.

c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol

untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,

gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat.

e.Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu

masalah kesehatan.

g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2.Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

memiliki jenis yang berbeda, antara lain:

a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara,

diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab,

(27)

c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang

berhubungan dengan kesehatan.

d.Slide dan Film strip

3.Media papan (Bill Board) yaitu media yang dapat di pasang di tempat umum.

Media papan ini juga mencakup pesan kesehatan yang di tulis pada

lembaran seng yang di tempel pada kendaraan-kendaraan umum. Media yang

digunakan peneliti untuk memperlancar kegiatan penyuluhan adalah dengan

leaflet sebagai media cetak dan penampilan slide sebagai media elektronik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan merupakan proses perubahan

perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan nonformal. Oleh karena itu, selalu

saja ada berbagai kendala pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh

penyuluhan, diantaranya sebagai berikut:

1. Keadaan pribadi sasaran

Beberapa hal yang perlu di amati pada diri sasaran adalah ada tidaknya

motivasi pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya ketakutan

atau trauma di masa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain

karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam

melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana,

sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang

(28)

2. Keadaan lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang berpengaruh baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.

3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat

Kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektifitas

penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang di

pelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara

turun menurun dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah

berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.

4. Akifitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang penyuluhan

Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan

efektifitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat

(29)

2.6 Kerangka Konsep

Skema kerangka konsep dapat dijelaskan pada bagan 2.1 berikut :

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Pre Test

Post Test

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu penyuluhan

keselamatan dan kesehatan kerja tentang APD, dua variabel terikat yaitu

pengetahuan dan sikap petani dalam penggunaan APD. Pada penelitian ini terdiri

dari perilaku kelompok perlakuan (petani jeruk), kelompok kontrol, penyuluhan,

pretest dan posttest. Kelompok perlakuan adalah obyek penelitian yang mendapat

perlakuan berupa penyuluhan, sedangkan kelompok kontrol adalah objek

penelitian yang tidak mendapat perlakuan berupa penyuluhan K3 tentang APD.

Pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan di ukur sebanyak dua kali, yaitu

sebelum dan sesudah penyuluhan (pretest dan postest).

Untuk meminimalisisir histori yang merupakan salah satu hipotesis

(30)

penyuluhan dan posttest ditentukan dengan jarak yang relatif dekat. Pada

penelitian ini, pretest dilakukan satu hari sebelum penyuluhan, sedangkan

posttest dilakukan satu minggu setelah penyuluhan karena dalam tempo setelah

penyuluhan hingga dilakukan posttest, petani bisa saja mendapat paparan

informasi dari sumber lain yang juga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan

dan sikap petani. Untuk itu, peneliti berusaha meminimalisir hal tersebut dengan

cara mengadakan posttest pada tempo yang relatif pendek yaitu satu minggu

Referensi

Dokumen terkait

Memanipulasi gambar tidak hanya dapat menampilkan bingkai gambar atau menambahkan kata kata saja tetapi juga dapat membuat gambar dua dimensi buatan sendiri atau mengedit bagian

[r]

Kebiasaan makan babi yang masih kuat misalnya, tidak hanya karena hewan tersebut berperan penting dalam berbagai praktik ritual yang komunalistik, tetapi juga karena berkaitan

3) Izin yang bersifat mengurungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan cara membaca dan menerjemahkan kitab khas pesantren, yang sangat menekankan pada kedudukan kata dalam kalimat

Contoh, estimasi model regresi untuk menentukan hasil yang optimal dalam pembuatan kertas pada pabrik A, digunakan juga pada pabrik B, karena data pada pabrik A dan pabrik B tidak

Konstitusi Atau Undang-undang Dasar ( bahasa Latin: constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara -

Oppure alcune difcoltà nel funzionamento sociale, lavorativo o scolastico (es.: alcune assenze ingiustificate da scuola, o furti in casa), ma in genere funziona abbastanza bene, e