BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signalling Theory
Menurut Brigham dan Houston (2011:185) isyarat atau signal adalah
suatau tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan invesatsi
pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
kreditur). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang
dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi
informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.
Signalling theory menyatakan pengeluaran investasi memberikan sinyal
positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Hasnawati,
2005:117). Peningkatan hutang juga dapat diartikan pihak luar tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa yang akan datang
atau risiko bisnis yang rendah, sehingga penambahan hutang akan memberikan
sinyal positif. Hal ini dikarenakan perusahaan yang meningkatkan hutang dapat
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
yang akan datang (Brigham dan Houston, 2011:186).
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam
menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen
dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Kenaikan jumlah
dividen dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen perusahaan meramalkan laba
yang baik di masa depan. Pengggunaan dividen sebagai isyarat berupa
pengumuman yang menyatakan bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk
menaikan dividen per lembar saham mungkin diartikan oleh penanaman modal
sebagai sinyal yang baik, karena dividen per lembar saham yang lebih tinggi
menunjukan bahwa perusahaan yakin arus kas masa mendatang akan cukup besar
2.1.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak
perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan atau
disebut juga dengan nilai pasar perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Rodoni dan Ali, 2014:04).
Nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa
baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun proyeksi masa
depannya (Brealey et al, 2007:46).
Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham. Semakin tinggi
harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang
tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan
pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham
yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen
aset (Rodoni dan Ali, 2014:04).
Menurut Brigham Houston (2001) dalam Rodoni dan Ali (2014:04) nilai
perusahaan bisa diukur dengan Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan
antar harga pasar saham dengan nilai buku saham per lembar saham. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan pada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Semakin tinggi harga
Dalam penelitian ini Rasio Price to Book Value (PBV) digunakan sebagai
proksi dari nilai perusahaan. PBV yang tinggi akan membuat investor yakin atas
prospek perusahaan dimasa mendatang. Oleh karena itu, rasio PBV sangat penting
bagi para investor maupun calon investor untuk menetapkan keputusan investasi.
Rumus yang digunakan untuk mengukur Price to Book Value adalah sebagai
berikut:
Price to Book Value = H P L
N P L
2.1.3 Keputusan Investasi
Investasi pada dasarnya adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di nasa yang akan datang
(Herlianto, 2013:11). Keputusan investasi merupakan keputusan yang dikeluarkan
perusahaan terkait dengan kegiatan perusahaan untuk melepaskan dana pada saat
sekarang dengan harapan untuk mengahasilkan arus dana masa mendatang dengan
jumlah yang lebih besar dari yang dilepaskan pada saat investasi awal, sehingga
harapan perusahaan untuk selalu tumbuh dan berkembang akan semakin jelas dan
terlaksana (Setiani, 2013:03).
Keputusan investasi perusahaan sangat penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan karena keputusan investasi menyangkut dana yang akan digunakan
untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengambilan investasi, dan
risiko investasi. Keputusan investasi yang dibuat perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan menghasilkan kas yang dapat memenuhi kebutuhan
Perusahaan harus menjaga likuiditas agar tidak terganggu sehingga tidak
mengganggu kelancaran aktivitas perusahaan untuk melakukan investasi dan tidak
kehilangan kepercayaan diri dari pihak luar (Hidayat, 2010:462).
Keputusan investasi tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar.
Myers (1977) dalam Hidayat (2010:459) memperkenalkan Invesment Opportunity
Set (IOS) pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan
investasi. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan
tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. Prospek
perusahaan dapat ditaksir dari Invesment Opportunity Set (IOS), yang
didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi
dimasa akan datang. IOS merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini
maupun di masa yang akan datang dengan nilai/return/prospek sebagai hasil dari
keputusan investasi untuk menghasilkan nilai perusahaan (Hasnawati, 2005:118).
Menurut Kodrat dan Herdinata (2009:133) proksi-proksi IOS dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) jenis.
a. Proksi IOS berbasis harga (price-based proxies)
IOS berbasis harga (price-based proxies) merupakan proksi yang
menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan
dalam harga saham. Proksi sangat yang didasari pada suatu ide yang
menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan
dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam
lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki. IOS yang didasari
pada harga akan berbentuk rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan
dinilai pasar perusahaan.
b. Proksi IOS berbasis investasi (invesment-based proxies)
Proksi IOS berbasis investasi (invesment-based proxies) merupakan proksi
yang menunjukan tingkat aktivitas investasi yang tinggi dan berkaitan secara
positif dengan nilai IOS suatu perusahaan.perusahaan yang memiliki IOS yang
tinggi juga harus memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi dalam bentuk
aktiva yang ditempatkan atau diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau
suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan.
c. Proksi IOS berbasis pada varian (variance measure)
Proksi IOS berbasis pada varian (variance measure) merupakan proksi
yang mengungkapakan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika
menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang
tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aset.
Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset Growth
(TAG). TAG merupakan pertumbuhan aset perusahaan dari satu tahun tertentu ke
tahun berikutnya dan menunjukan besarnya pertumbuhan investasi pada aktiva
tetap yang dilakukan perusahaan. Hasil keputusan invesatsi yang tepat akan
mengahasilkan kinerja yang optimal sehingga dapat meningkatakan pertumbuhan
aset perusahaan. Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan
perusahaan. Bila kekayaan awal suatu perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka
perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula sebaliknya, pada tingkat
pertumbuhan aktiva yang tinggi bila besarnya kekayaan akhir tinggi berarti
kekayaan awalnya rendah. Hasil keputusan investasi yang tepat menghasilkan
kinerja yang optimal sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan aset perusahaan
(Sumarsono dan Hartediansyah, 2013:39). Rumus yang digunakan untuk
mengukur Total Asset Growth adalah sebagai berikut:
Total Asset Growth = Total Asett – Total Asett−
Total Asett−
2.1.4 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan keputusan mengenai pendanaan atau
pembelanjaan suatu perusahaan yang digunakan untuk menunjukan dari mana
sumber atau asal dana yang membiayai atau mendanai aset suatu perusahaan
(Sitanggang, 2012:06).
Keputusan pendanaan menyangkut tentang bentuk dan komposisi
pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Sumber pendanaan di dalam
suatu perusahaan dapat diperoleh dari luar perusahaan (external financing)
maupun dari dalam perusahaan (internal financing). Pendanaan internal dapat
diperoleh dari sumber laba ditahan, sedangkan pendanaan eksternal dapat
diperoleh dari para kreditur atau yang disebut dengan hutang dari pemilik, peserta,
atau pengambil bagian dalam perusahaan atau yang disebut sebagai modal.
Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi
kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan (Husnan,
Keputusan pendanaan dapat diartikan sebagai keputusan yang menyangkut
struktur keuangan perusahaan (financial structure). Struktur keuangan perusahaan
merupakan komposisi dari keputusan pendanaan yang meliputi hutang jangka
pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Perusahaan akan
mengharapkan adanya struktur modal optimal, yaitu struktur modal yang dapat
memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) dan meminimalkan biaya
modal (cost of capital) (Atmaja, 2008:02).
Ada beberapa teori mengenai keputusan pendanaan yang menyatakan
bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan yaitu Trade off Theory dan
Pecking Order Theory.
a. Trade-off theory
Trade-off theory menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak
dari pendanaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi
kebangkrutan. Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, maka tambahan hutang masih
diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih
besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah
mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan,
dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih suatu
struktur modal tertentu. Kesimpulan trade-off theory adalah kenaikan hutang akan
bermanfaat jika dapat meningkatkan nilai perusahaan, artinya bahwa penambahan
dapat menyebabkan nilai perusahaan tersebut maksimal). Jika manfaat hutang
menjadi lebih kecil dibandingkan nilai kebangkrutan maka penambahan hutang
akan menurunkan nilai perusahaan (Sjahrial, 2009:147). Walaupun model ini
tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model
tersebut memberikan kontribusi penting yaitu:
1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi sebaiknya menggunakan sedikit
hutang.
2. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banya menggunakan
hutang dibandingkan dengan perusahaan yang membayar pajak rendah.
b. Pecking Order Theory
Pecking order theory menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan
dimana manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, lalu
hutang, dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Myers dalam Sofyaningsih
dan Hardiningsih (2011:72) mengemukakan argumentasi mengenai adanya
kecenderungan suatu perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan
yang berdasarkan pada pecking order theory. Teori ini disebut pecking order
karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki
sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut menyatakan
bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
2. Apabila perusahaan memerlukan pendanaan dari luar (eksternal financing),
dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya
apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal,
yaitu dana yang berasal dari aliran kas dan laba ditahan. Dana internal lebih
disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak memperoleh sorotan dari
publik akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk
hutang daripada penerbitan saham baru karena dua alasan yaitu pertimbangan
biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi lebih murah dibandingkan biaya emisi
saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan
harga saham lama. Alasan kedua adalah adanya kekhawatiran manajer bahwa
penerbitan saham baru dapat ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal.
Keputusan pendanaan dapat diproksikan dengan Debt to Equity Ratio
(DER). DER menunjukan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sadalia, 2010:62). Rumus yang akan
digunakan untuk mrengukur Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebgai berikut :
Debt to Equity Ratio = H
2.1.5 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk
dividen optimal adalah kebijakan dividen yang menghasilkan keseimbangan
antara dividen saat ini, pertumbuhan di masa depan, dan memaksimalkan harga
saham. Dalam signalling theory kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal
bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena
kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Kenaikan jumlah dividen dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen perusahaan
meramalkan laba yang baik di masa depan (Atmaja, 2008:287).
Pembayaran dividen merupakan alternatif dalam kondisi ketidakpastian
para investor tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Dividen akan diterima saat ini dan terus menerus tiap tahun sedangkan capital
gain akan diterima untuk waktu yang akan datang. Seorang investor yang tidak
bersedia berspekulasi akan lebih memilih dividen daripada capital gain.
Perusahaan yang membayar dividen akan meyakinkan ketidakpastian investor
lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen. Apabila dividen yang
dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan
juga tinggi. Sebaliknya jika dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham
perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat
hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan
memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar.
Oleh karena itu, dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan yang membayar dividen dari waktu ke waktu secara berkala
dinilai lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen secara
perusahaan memiliki kondisi keuangan yang stabil, begitupula sebaliknya
perusahaan dengan dividen tidak stabil mencerminkan keadaan keuangan
perusahaan yang kurang baik (Sudana, 2011: 171).
Kebijakan dividen dapat diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan dividen yang diberikan ke
pemegang saham dan laba bersih per saham. Penentuan besarnya dividend payout
ratio akan menentukan besar kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan
laba yang ditahan berarti ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan
(Sudana, 2011:167). Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen
yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Rumus yang akan digunakan untuk mrengukur Dividen Payout Ratio adalah
sebagai berikut :
Dividend Payout Ratio = P L
L P L
a. Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa macam teori tentang kebijakan dividen diantaranya
adalah: teori dividend irrelevance, teori bird in the hand, dan teori tax preference
(Sudana, 2011:67).
1) Teori Dividend Irrelevance
Menurut teori dividend irrelevance yang dikemukakan oleh Franco
Modigliani dan Merton Miller, kebijakan dividen tidak memengaruhi
harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. Nilai perusahaan
hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak
memengaruhi nilai perusahaan.
2) Teori Bird in the Hand
Menurut teori bird in the hand yang dikemukakan oleh Myron J.
Gordon dan John Lintner, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
harga pasar saham. Jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin
besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikarenakan para investor lebih menyukai dividend
yield dibandingkan dengan capital gains.
3) Teori Tax Preference
Menurut teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Semakin besar
jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, semakin rendah
harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan ada
perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital
gains. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gains,
para investor lebih senang jika laba yang diperoleh ditahan oleh
perusahaan dan berharap di masa yang akan datang terjadi peningkatan
capital gains dengan tarif pajak yang lebih rendah.
b. Langkah-langkah Pembayaran Dividen
Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman
juga dengan pengumuman dividen (Sjahrial, 2014: 351). Adapun mekanisme yang
perlu diperhatiakan dalam pembayaran dividen sebagai berikut :
1) Tanggal Pengumuman (declaration date)
Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana
pembayaran dividen secara resmi diumumkan. Pengumuman ini
biasanya untuk pembagian dividen reguler. Isi pengumuman tersebut
menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni: tanggal pencatatan,
tanggal pencatatan, dan besarnya dividen kas per lembar.
2) Tanggal Pencatatan (date of record)
Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan tanggal dividen
yang diumumkan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dan
dicatat pada suatu tanggal khusus.
3) Tanggal ex-dividend
Pada tanggal ini sejumlah dividen saham menjadi ex-dividend saat
tanggal penjual diberi hak untuk menyimpan dividen menurut
aturan-aturan bursa efek: NYSE. Jika investor membeli saham pada tanggal ini
atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan
namanya untuk mendapatkan dividen.
4) Tanggal Pembayaran (payment date)
Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan
yang dikirimkan kepada para pemegang saham melalui buku para
mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang diumumkan oleh
emiten.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan nilai perusahaan
dapat diuraikan dan diikhtisarkan dalam Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Analisis Hasil Penelitian
1. Muhamammad Nasrum, Dahlan, Abdul Hafid Burhami (2015) 3.Price Earning
Ratio (PER)
1. Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 2. Keputusan
pendanaan
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 3. Kebijakan dividen
Lanjutan Tabel 2.1
Analisis Hasil Penelitian
terhadap kebijakan dividen
8. Keputusan investasi dan keputusan pendanaan
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen and Financial Policies on
1. Aset tidak berwujud berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Kebijakan hutang
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 3. ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 4.Kebijakan dividen
tidak berpengaruh 6.Aset turnover tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 7.Aset tidak berwujud
berpengaruh negatif terhadap kebijakan keuangan, namun berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan
Lanjutan Tabel 2.1
Analisis Hasil Penelitian
(ROE)
3. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif 4. ROE berpengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen namun berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Otomotif yang Terdaftar di
2. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Keputusan investasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai terhadap Nilai Perusahaan
1. Kebijakan hutang berpengaruh positif 3. Kebijakan Dividen
Lanjutan Tabel 2.1
Analisis Hasil Penelitian
nilai perusahaan
1. Kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai dan Kebijakan Dividen
1. Keputusan investasi berpengaruh positif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Kebijakan dividen
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 8. Dwi
Cahyaningdya dan Yustieana Dian Ressany
1. Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008:28) kerangka konseptual menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian, yakni antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Adapun kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini untuk melihat pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan
Signalling theory menjelaskan hubungan antara pengeluaran investasi dan
juga nilai perusahaan, dimana pengeluaran investasi memberikan sinyal positif
tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat
meningkatkan harga saham sebagai indikator dari nilai perusahaan. Pengeluaran
Keputusan Investasi (X1)
Keputusan Pendanaan (X2)
Kebijakan Dividen (X3)
Nilai Perusahaan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan sinyal, khususnya kepada
investor maupun kreditur bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh di masa
mendatang (Hasnawati, 2005:117).
Pertumbuhan perusahaan diikuti dengan peningkatan hasil operasional
perusahaan sehingga hal tersebut akan meningkatakan kepercayaan investor.
Dengan demikian, semakin besar pertumbuhan perusahaan maka PBV perusahaan
juga akan meningkat. Penelitian Sumarsono dan Hartediansyah (2012)
menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, dan penelitian Nasrum, et all. (2015)
menyimpulkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan
Menurut pecking order theory, dana eksternal lebih disukai dalam bentuk
hutang daripada modal sendiri karena dua alasan yaitu pertimbangan biaya emisi,
dimana biaya emisi obligasi lebih murah dibandingkan biaya emisi saham baru.
Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham
lama. Alasan kedua adalah adanya kekhawatiran manajer bahwa penerbitan saham
baru dapat ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal yang mengakibatkan
menurunnya nilai perusahaan (Sofiyaningsih dan Hardiningsih 2011:72)
Manajer dapat menggunakan utang sebagai sinyal yang lebih terpercaya
untuk para investor. Hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang dapat
dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa
dari perusahaan yang dapat membuat para investor menghargai nilai saham lebih
besar dari pada nilai yang tercatat pada neraca perusahaan, sehingga PBV
perusahaan tinggi dan nilai perusahaan juga tinggi (Brigham dan Houston,
2011:186). Dengan demikian, maka keputusan pendanaan memiliki pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian Setiani (2013) juga menyimpulkan
bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
3. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan
Pada dasarnya, laba bersih perusahaan bisa dibagikan kepada pemegang
saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai
invesatsi perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut keputusan tentang
penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham. Dalam signalling theory
kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai baik
buruknya perusahaan (Atmaja, 2008:287).
Perusahaan yang membayar dividen akan meyakinkan ketidakpastian
investor lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen. Apabila
dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai
perusahaan juga tinggi. Sebaliknya jika dividen yang dibayarkan kecil maka harga
saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat
hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan
memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar.
Menurut Sudana (2011:67), terdapat teori yang juga menyatakan bahwa
kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Dividen yang
dibagiakan semakin besar maka harga pasar saham atau nilai perusahaan akan
semakin tinggi, hal ini dikarenakan para investor lebih menyukai dividend yield
dibandingkan dengan capital gains yang disebut dengan Teori bird in the hand.
Penelitian Cahyaningdya dan Ressany (2012) membuktikan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen berpengaruh