• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran E-Learning Di SMK Tritech Informatika Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran E-Learning Di SMK Tritech Informatika Medan"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

SURI ICHWANI

( 081301103 )

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP

PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SMK TRITECH INFORMATIKA

MEDAN

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian- bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2013

(3)

ABSTRAK

E-learning adalah pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika (Effendi, 2006 dalam Munir 2008). E-learning memiliki salah satu model pembelajaran yang disebut dengan blended learning. Blended learning adalah proses pengembangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Blended learning memiliki dua unsur utama yaitu classroom learning dan online learning (Mosa, dalam Cepi 2012). Dalam pembelajaran blanded learning nyatanya siswa belum memahami model belajar tersebut, sehingga siswa memiliki respon yang berbeda pada model pembelajaran blended learning ini. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005) mengatakan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan.

Penelitian menggunakan pendekatan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 281 orang yang berasal dari siswa SMK Tritech Informatika Medan. Teknik pengambilan sampel melalui teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap yang disusun oleh peneliti dan telah diujicobakan oleh peneliti dengan realibilitas sebesar 0,900. Aitem yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 54 aitem.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap siswa SMK Tritech Informatika terhadap pembelajaran e-learning mayoritas berada pada sikap negatif (31,31%). Namun, pada kedua unsur blended learning sikap siswa berada pada kategori sikap positif. Selisih perbedaan pada unsur blended learning paling banyak berada pada unsur classrooms lessons.

(4)

ABSTRACT

E-learning is learning by using media or electronic device assistance services (Effendi, 2006, in Munir 2008). E-learning has a learning model called blended learning. Blended learning is a learning process that integrates technology development of online learning and traditional face-to-face learning (Thorne, 2003). Blended learning has two main elements of classroom learning and online learning (Mosa, the Cepi 2012).In fact, many students don’t understand that kind of education model, so that students have a different response to the blended learning model of learning. LaPierre (1934 in Anwar, 2005) said that attitude as a pattern of behavior, tendencies or anticipatory readiness, predisposing to adapt in social situations or it can simply be said that the attitude is a response to social stimuli that have been conditioned. The purpose of this study is to describe the attitude of students towards e-learning in vocational Highschool Tritech Informatics Medan.

Research using quantitative methods approach with a descriptive analysis. The sample in this study amounted to 281 people from vocational highschool of Tritech Informatics Medan. Sampling technique through simple random sampling technique. The Measuring instruments used is the attitude scale developed by researchers and has been tested by researchers with a reliability of 0,900. Item used in this study amounted to 54 item.

The results of this study indicate that students' attitude towards learning vocational Highschool Tritech Informatics Medan majority of e-learning is at a negative scale (31.31%). However, the second element of blended learning attitude of the students in the category of a positive attitude. The differential in differences in the elements of blended learning is the element most at the element of classrooms lessons.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran E-Learning Di

SMK Tritech Informatika Medan” dengan baik. Penulis juga ingin

menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua Alm. Ilyas Adi dan Ibunda Almh. Hj. Suliah yang telah terlebih dahulu dipanggil Allah SWT, terima kasih telah membesarkan dan memberikan kasih sayang serta pengorbanan yang tak akan dapat tergantikan sehingga ananda dapat menyelesaikan studi dengan baik. Semoga ananda akan menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan negara. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk Ujian Sarjana Psikologi.

Penulis menyadari penelitian ini dapat diselesaikan tepat waktu dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(6)

3. Ibu Etty Rahmawati M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih untuk arahan dan bimbingan perkuliahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

4. Seluruh staff dan pegawai serta seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian penelitian ini.

5. Kepada Abangda Zulkifli S.E S.Sos. Terima kasih untuk semua dukungan materi dan moral yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga mendapatkan gelar sarjana.

6. Kepada Kakanda Susmaini M.Pd, S. Superi, Zulkarnaen, Zulfikar, Neneng Muliani S.E, Siti Rahmah A.Md. Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga atas dukungan, semangat dan doa yang terus dan selalu diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.

7. Kepada seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih untuk semua dukungan moral dan materi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

8. Kepada Bapak Kepala Sekolah SMK Tritech Informatika Medan, Terimakasih telah memberikan izin kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

(7)

10.Kepada Muhammad Heril Adlan, S.E. Terima kasih untuk semangat, dukungan, cinta dan kasih sayang serta motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih telah hadir kedalam hidup penulis menjadi tempat berkeluh kesah dalam suka dan duka.

11.Teman terbaik bagi penulis, Sere Beatrix, Ewith Ramalani, Tristania Panjaitan, Revinanda, Inayah Natasya, Devy Tobing, Yessy Astari, Teguh Dwi Putra, Gege Tharistriawan, Derry Pratama, Turhamun Muchlis, Joy Andre. Terimakasih untuk semua dukungan dan bantuan yang selalu diberikan pada penulis agar segera menyelesaikan penelitian ini.

12.Teman dari penulis selama menjalani perkuliahan, Mayrinda Famella, Rini Fardhani , Annisa Hsb, Annisa R. Asrin dan Annisa. Terimakasih telah dengan setia menjadi teman bagi penulis selama menjalani perkuliahan

13.Teman-teman se-Angkatan penulis Kharissa Pratiwi A, Vindy Fadhilla, Denise Lazzaroni, Septi Utami Anugrah, Rica Amelia, Nadrah Husna, Kinanti Mayangsari, Dita Ardhina, Dean Mayrisa dan seluruh teman dari penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah menjadi teman terhebat bagi penulis. Kepada Ester Hotmauli Tampubolon teman seperjuangan dan berbagi suka dan duka penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan penelitian ini. Semoga perjuangan kita berakhir dengan indah. Semangat Brad!!

(8)

15.Teman semasa SMA penulis Faddilatul Aisyah yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data dalam penelitian ini.

16.Teman-teman angkatan 2008. Terima kasih untuk empat tahun kebersamaan yang kita lalui bersama. Kepada bapak kepala sekolah SMK Tritech Informatika Medan. Terima kasih untuk izin yang diberikan kepada penulis. Semoga penelitian ini nantinya bermanfaat bagi berbagai pihak.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2013

(9)

Halaman

SAMPUL DALAM

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Ruusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 9

(10)

     

A. SIKAP ... 11

1. Definisi Sikap ... 11

2. Komponen Sikap ... 12

3. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ... 14

4. Karakteristik Sikap ... 16

5. Pengukuran Sikap ... 17

B. E-LEARNING ... 21

1. Definisi E-Learning ... 21

2. Blended Learning ... 23

2.1 Karakteristik Blended Learning ... 25

2.2 Komponen Blended Learning ... 26

2.3 Model Pengembangan Blended Learning ... 27

2.4 Metode Blended Learning Dalam Pembelajaran Berbasis Web .. 29

C. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ... 29

D. GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SMK TRITECH INFORMATIKA ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 36

B.DEFINISI OPERASIONAL ... 37

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL ... 38

(11)

2. Metode Pengambilan Sampel ... 39

D. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN ... 39

E. VALIDITAS DAN REALIBILITAS ALAT UKUR ... 43

1. Validitas ... 43

2. Realibilitas ... 44

3. Uji beda aitem ... 44

F. UJI COBA ALAT UKUR ... 45

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 49

1. Tahap persiapan penelitian ... 49

2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 51

3. Tahap pengolahan data ... 52

H. METODE ANALISIS DATA ... 52

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. ANALISA DATA ... 53

1. Gambaran umum subjek penelitian ... 53

a. gambaran subjek berdasarkan kelas ... 53

b. gambaran subjek berdasarkan usia ... 54

B. UJI NORMALITAS DAN HASIL PENELITIAN ... 55

1. Uji normalitas ... 55

(12)

     

a. Gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran

e-learning... ... 58

b. Gambaran sikap siswa berdasarkan unsur classroom lessons ... 61

c. Gambaran sikap siswa berdasarkan unsur online learning ... 63

d. Perbandingan sikap berdasarkan kedua unsur blended learning ... 66

C. PEMBAHASAN ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. KESIMPULAN ... 71

B. SARAN ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(13)

Halaman

Tabel. 1 Hasil nilai produktif kelas X Multimedia 3 semester

Ganjil tahun pelajaran 2012-2013 ... 6

Tabel. 2 Data keseluruhan jumlah siswa SMK Tritech Informatika

Medan ... 38

Tabel. 3 Distribusi aitem skala sikap terhadap pembelajaran e-learning sebelum uji coba ... 41 Tabel. 4 Blue Print aitem skala sikap terhadap pembelajaran

e-learning ... 42 Tabel. 5 Distribusi aitem yang gugur dan tidak gugur setelah uji

coba alat ukur ... 46

Tabel. 6 Distribusi aitem setelah uji coba skala sikap terhadap

pembelajaran e-learning... 47 Tabel. 7 Distribusi penomoran baru aitem skala sikap terhadap

Pembelajaran e-learning ... 48 Tabel. 8 Penyebaran subjek berdasarkan kelas ... 53

Tabel. 9 Penyebaran subjek berdasarkan usia ... 54

Tabel. 10 Uji normalitas deskriptif sikap siswa terhadap

(14)

 

Tabel. 11 Analisis deskripstif sikap siswa terhadap

pembelajaran e-learning... 58

Tabel. 12 Kategorisasi skor sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning ... 60

Tabel. 13 Analisis deskripstif classrooms lessons ... 61

Tabel. 14 Kategorisasi skor classroom lessons ... 62

Tabel. 15 Analisis deskriptif online learning ... 64

Tabel. 16 Kategorisasi skor online learning ... 65

(15)

Grafik. 1 Sebaran Subjek Berdasarkan Kelas ... 54

Grafik. 2 Sebaran Subjek Berdasarkan Usia ... 55

Grafik. 3 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran E-Learning ... 60

Grafik. 4 Sikap Siswa berdasarkan unsur Classroom Lessons ... 63

(16)

xvi 

Gambar. 1 Model E-Learning ... 22

Gambar. 2 Unsur dari Blended Learning ... 24

Gambar. 3 Komponen blended learning ... 27

(17)

Lampiran 1 Skala uji coba ... 78

Lampiran 2 Skala penelitian ... 89

Lampiran 3 Data mentah skala penelitian ... 98

Lampiran 4 Realibilitas aitem ... 134

Lampiran 5 Hasil uji normalitas Skewness-Kurtosis ... 146

Lampiran 6 Analisis deskriptif ... 151

Lampiran 7 Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 152

.

 

(18)

ABSTRAK

E-learning adalah pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika (Effendi, 2006 dalam Munir 2008). E-learning memiliki salah satu model pembelajaran yang disebut dengan blended learning. Blended learning adalah proses pengembangan pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Blended learning memiliki dua unsur utama yaitu classroom learning dan online learning (Mosa, dalam Cepi 2012). Dalam pembelajaran blanded learning nyatanya siswa belum memahami model belajar tersebut, sehingga siswa memiliki respon yang berbeda pada model pembelajaran blended learning ini. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005) mengatakan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan.

Penelitian menggunakan pendekatan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 281 orang yang berasal dari siswa SMK Tritech Informatika Medan. Teknik pengambilan sampel melalui teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap yang disusun oleh peneliti dan telah diujicobakan oleh peneliti dengan realibilitas sebesar 0,900. Aitem yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 54 aitem.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap siswa SMK Tritech Informatika terhadap pembelajaran e-learning mayoritas berada pada sikap negatif (31,31%). Namun, pada kedua unsur blended learning sikap siswa berada pada kategori sikap positif. Selisih perbedaan pada unsur blended learning paling banyak berada pada unsur classrooms lessons.

(19)

ABSTRACT

E-learning is learning by using media or electronic device assistance services (Effendi, 2006, in Munir 2008). E-learning has a learning model called blended learning. Blended learning is a learning process that integrates technology development of online learning and traditional face-to-face learning (Thorne, 2003). Blended learning has two main elements of classroom learning and online learning (Mosa, the Cepi 2012).In fact, many students don’t understand that kind of education model, so that students have a different response to the blended learning model of learning. LaPierre (1934 in Anwar, 2005) said that attitude as a pattern of behavior, tendencies or anticipatory readiness, predisposing to adapt in social situations or it can simply be said that the attitude is a response to social stimuli that have been conditioned. The purpose of this study is to describe the attitude of students towards e-learning in vocational Highschool Tritech Informatics Medan.

Research using quantitative methods approach with a descriptive analysis. The sample in this study amounted to 281 people from vocational highschool of Tritech Informatics Medan. Sampling technique through simple random sampling technique. The Measuring instruments used is the attitude scale developed by researchers and has been tested by researchers with a reliability of 0,900. Item used in this study amounted to 54 item.

The results of this study indicate that students' attitude towards learning vocational Highschool Tritech Informatics Medan majority of e-learning is at a negative scale (31.31%). However, the second element of blended learning attitude of the students in the category of a positive attitude. The differential in differences in the elements of blended learning is the element most at the element of classrooms lessons.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang terampil, siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu menyiapkan sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Warsita, 2008)

(21)

TI. Salah satu aplikasi yang potensial dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran di sekolah kejuruan TI adalah dengan pembelajaran e-learning (Kudwadi, dkk. 2007)

Pembelajaran e-learning dapat diartikan sebagai sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk membantu kegiatan pembelajaran (Daryanto, 2010). Menurut Romizowski (2004, dalam Naidu 2006) model pembelajaran e-learning dapat diklasifikasikan pada empat model, yaitu : (1) individual self-paced e-learning online, yaitu proses belajar e-learning mengarah pada situasi dimana individu mengakses sumber belajar secara online melalui internet dan intranet. (2) individual self-paced e-learning offline, yaitu proses belajar e-learning secara offline dimana individu mengarah pada situasi sumber belajar tidak terhubung melalui internet dan intranet (3) group based e-learning synchronously; dimana sekelompok siswa secara bersama-sama belajar melalui internet dan intranet (4) group based e-learning ansynchronously dimana proses belajar mengacu pada situasi dimana kelompok belajar secara bersama-sama melalui intranet atau internet yang mana terjadi proses perukaran pada waktu yang tertunda.

(22)

pembelajaran yang mengkombinasikan model belajar secara online dan tatap muka.

Blended learning merupakan sebuah kombinasi dari berbagai pendekatan di dalam pembelajaran. Blended learning merupakan kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan pembelajaran elektronik yang menggabungkan aspek pembelajaran berbasis web, streaming video, komunikansi ansynchronous dan synchronous dengan pembelajaran tatap muka. Bhonk dan Graham (2006 dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan belajar dan mengajar yang mana sistem pembelajaran tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran yang menekankan peran dari teknologi berbasis komputer dalam blended learning.

(23)

guru masih dilakukan dengan cara konvensional (tatap muka). Fasilitas di sekolah ini juga dilengkapi dengan jaringan Wireless Fidelity (Wi-Fi) sebagai jaringan internet yang memudahkan proses belajar siswa ketika proses pembelajaran online. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti kepada pihak sekolah selaku PKS IV sebagai ahli IT di SMK Tritech Informatika :

“kalau disini anak-anak belajar ada pakai online ada yang dari guru nulis di papan, kita pakai papan tulis buat belajar, tapi di kelas juga ada tv buat belajar anak kalo online, jadi nanti dari laptop disambungkan guru ke tv, jadi anak-anak belajar langsung dari laptop saja, tapi memang ada juga beberapa guru yang ngajar masih pake papan tulis sih, sekolah kita juga ada websitenya, bahan ajar dan materi anak-anak semua bisa di download saja dari website. Area sekolah juga kan pakai wi-fi, biar anak-anak gampang koneksi ke internet”

(Komunikasi Personal, Oktober 2012)

Berkaitan dengan sistem belajar diatas, nyatanya tidak seluruh siswa yang ada di sekolah ini dapat memahami model belajar yang dilakukan secara online. Masih banyak siswa yang belum memahami proses belajar secara online. Hal ini terlihat pada saat wawancara yang dilakukan peneliti kepada peserta didik. Berikut kutipan wawancaranya :

“yah sebenernya itu bingung model belajar disini itu seperti apa karena kan kak semuanya disini itu mau apapun pakai komputer ya mungkin kan karena sekolah kejuruan komputer juga, awal masuk disini itu tahunya cuma ini sekolah komputer, pasti yang dipelajari komputer saja kan, tapi gak nyangka saja kalo sistem belajar disini itu online, semuanya internet bahkan kirim tugas, semua PR ke guru pun dikirim pakai email, kan gak ngerti belajar online itu seperti apa. Emang gak semua pelajaran sih pake internet sama online gitu tapi ya hampir sebagian itu ya online kak, paling cuma ujian ajalah kak kami yang disuruh nulis pake kertas gitu, kalo belajar sih jarang pake buku.”

(Komunikasi Personal, Oktober 2012)

(24)

belajar blended learning yang mana hampir keseluruhan dari sistem belajar dilakukan secara online dan sebagian lainnya dilakukan deangan cara tatap muka. Namun, dengan model pembelajaran online tersebut beberapa dari siswa masih kebingungan dengan model belajar tersebut. Hal ini didukung dengan wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa. Berikut kutipan wawancaranya :

“belajar disini itu bikin bingung kak karena disini kalau belajar ya pakai papan tulis cuma kadang ada tugas yang guru yang maunya dikirim lewat email aja, jadi kadang kan email suka gak nyampe gitu jadi ya nanti malah dikira gak buat tugas, apalagi pas awal-awal masuk di sekolah ini kak, bingunglah sama model belajarnya yang kadang belajar di kelas, kadang cuma lewat email saja pun bisa chat sama guru kak”

(Komunikasi Personal, Oktober 2012)

Berdasarkan dari hasil wawancara, peneliti berasumsi bahwa siswa tidak seluruhnya memahami model belajar secara online. Hal tersebut diduga karena siswa berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum mengenal model belajar secara online. Hal ini juga didukung oleh pernyataan siswa yang mengemukakan bahwa saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama mereka belum mendapatkan pengetahuan ataupun pemahaman mengenai model belajar secara online. Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa SMK Tritech Informatika Medan berkaitan dengan model belajar online disekolah :

“dulu waktu SMP kalau di sekolah belajar masih pake papan tulis saja kak, jadi guru menerangkan di papan tulis, terus kami catat dengarkan apa yang dibilang gurunya kan, ya tapi emang ada sih kami belajar komputer, prakteknya pun ada juga kami ke lab, tapi itu cuma supaya kami kenal sama komputer saja, tapi gak ada online gitu kak”

(Komunikasi Personal, Oktober 2012)

(25)
[image:25.612.133.511.286.398.2]

tersebut juga dilatar belakangi kurangnya pengetahuan siswa terhadap model belajar online tersebut. Kurangnya pemahaman siswa mengenai proses belajar secara online tersebut juga berdampak pada hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada grafik nilai siswa, sehingga beberapa dari siswa dirasa perlu untuk dapat menyesuaikan sikap mereka terhadap model pembelajaran blended learning yang ada disekolah tersebut.

Tabel. 1. Hasil Nilai Produktif Kelas X Multimedia 3 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013

Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan Nilai Tanpa Remedial

>69 11 44 %

<69 14 56 %

Total 25 100 %

Sumber Data : Daftar Nilai Siswa Kelas X Multimedia 3 SMK Tritech Informatika Medan Semester Ganjil Tahun 2012-2013

(26)

belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syahfitri, 2011).

Sikap merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Kesiapan tersebut mengarah pada kecenderungan potensial untuk bereaksi terhadap sesuatu yang menimbulkan respon (Azwar, 2005). Menurut LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005) suatu sikap dapat dikatakan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Secord & Backman (1964, dalam Azwar 2005) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Mann (dalam Azwar 2005) menjelaskan sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Komponen kognitif merupakan persepsi, kepercayaan dan steorotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

(27)

dalam bentuk perasaan siswa terhadap model pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika dan komponen konatif yang merupakan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap cara tertentu, komponen ini merupakan bentuk dari kesiapan siswa SMK Tritech Informatika dalam model pembelajaran e-learning. Ketiga komponen tersebut nantinya akan membentuk bagaimana sikap siswa SMK Tritech Informatika dalam berpikir, merasakan dan berperilaku dalam model pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika. Oleh karena itu sikap yang ditimbulkan terhadap pembelajaran e-learning yang dirasakan oleh siswa pun nantinya memiliki respon yang berbeda-beda dan mengarah kepada sikap yang positif atau negatif.

Berdasarkan dari seluruh uraian di atas peneliti merasa perlu meneliti bagaimana gambaran secara kuantitatif bagaimana sikap siswa terhadap model belajar e-learning di SMK Tritech Informatika Medan.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu : “Bagaimanakah gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan?”

C. TUJUAN PENELITIAN

(28)

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan terutama kepada pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan.

2. Manfaat Praktis

a) Memberikan informasi deskriptif pada penelitian selanjutnya terutama penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran e-learning.

b) Memberi masukan kepada pihak yang sudah mulai mengembangkan pembelajaran e-learning mengembangkan dan mempersiapkan pembelajaran e-learning dan memberikan masukan kepada sekolah-sekolah yang belum menggunakan pembelajaran e-learning untuk mulai menggunakan pembelajaran e-learning disekolah.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah : Bab I : Pendahuluan

(29)

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori yang terkait dengan model pembelajaran e- learning.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, serta analisis data.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Pada bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian interpretasi data dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

(30)

A.SIKAP

1. Definisi Sikap

Sikap menurut Thurstone, Likert dan Osgood (dalam Azwar, 2005) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005) mengatakan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

(31)

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya respons. Ketiga, sikap merupakan suatu skema triadik (triadic scheme). Menurut pemikiran ini sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap sesuatu objek.

Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa definisi sikap tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap merupakan perasaaan yang mendukung ataupun tidak mendukung pada situasi, kesiapan untuk merespon suatu situasi terhadap suatu objek dengan cara tertentu sesuai dengan komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku pada suatu objek.

2. Komponen Sikap

Mann (1969, dalam Azwar 2005) menjelaskan sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang, yaitu:

a. Komponen Kognitif

(32)

akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terkait masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini dapat disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.

c. Komponen Konatif

Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Individu berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu yang banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap suatu stimulus.

(33)

tidak konsisten satu sama lain maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebakan timbulnya mekanisme perubahan sikap.

3. Faktor yang mempengaruhi sikap

Azwar (2005) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Individu bereaksi terhadap pengalaman saat ini biasanya jarang terlepas dari pengalamannya dimasa lalu.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

(34)

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita terbiasa hidup dalam budaya yang memiliki norma longgar maka sangat mungkin sikap yang kita miliki akan cenderung sama dalam budaya tersebut.

d. Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa sedikit banyaknya berarti dalam pembentukan sikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh faktor emosional

(35)

4. Karakteristik Sikap

Sax (1980, dalam Azwar 2005) menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap, yaitu sebagai berikut :

a. Sikap mempunyai arah

Sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai yang memiliki sikap negatif.

b. Sikap memiliki intensitas

Kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sestuatu belum sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Bisa saja orang pertama tidak setuju, tetapi orang kedua sangat tidak setuju.

c. Sikap memiliki keluasan

(36)

hanya setuju pada aspek-aspek tertentu saja pada kegiatan program keluarga berencana tersebut.

d. Sikap memiliki konsistensi

Kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap yang dimaksud. Kosnsitensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil, tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten.

e. Spontanitas

Spontanitas sikap menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan terlebih dahulu agar individu mengemukakannya.

5. Pengukuran Sikap

(37)

Sikap dapat dipahami lebih dari sekedar seberapa favorable dan unfavorable perasaan seseorang, lebih daripada sekedar seberapa positif atau negatif pandangan seseorang. Sikap dapat diungkapkan dan dipahami dalam dimensi yang lain.

Azwar (2005) menguraikan beberapa metode pengungkapan sikap, antara lain :

a. Observasi Perilaku

Untuk dapat mengetahui sikap seseorang, kita dapat melakukan observasi terhadap perilakunya karena perilakunya merupakan indikator sikap dari individu tersebut.

b. Penanyaan langsung

Untuk dapat melihat bagaimana sikap seseorang kita dapat menanyakan langsung (direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung dalam pengungkapan sikap adalah bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakan oleh dirinya.

c. Pengungkapan langsung

(38)

setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respons dilakukan secara tertulis yang memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur.

d. Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini dianggap sebagai yang paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap (attitudes scale) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons subjek pada setiap pernyataan dapat kita simpulkan arah dan intensitas sikap seseorang.

Brannon (1976, dalam Azwar 2005) meringkaskan faktor yang dapat menghambat pencurahan sikap melalui skala sikap yang berisi pernyataan-pernyataan, yaitu :

a. Setiap jawaban yang memiliki alternatif tertentu dan terbatas akan membatasi pula keleluasaan individu dalam mengkomunikasikan sikapnya. Respons sebenarnya yang ingin dikemukakan mungkin tidak terdapat diantara alternatif jawaban sehingga individu cenderung memilih satu yang termirip diantaranya.

(39)

c. Pertanyaan standar dan formal tidak mampu mengungkapkan kompleksitas, nuansa-nuansa ataupun yang sesungguhnya dari sikap individu yang sebenarnya. Setiap individu merasakan bahwa sikapnya memiliki tingkat kompleksitas , intensitas dan indvidualitas yang tidak sama yang tidak dapat dicerminkan oleh isi pertanyaan dan pernyataan standar yang umumnya terdapat dalam skala sikap.

d. Terdapat kumpulan respons yang mengalami kekeliruan ataupun error. Pada pernyataan sikap, error dapat terjadi berupa kekeliruan respondens dalam membaca, memahami ataupun menafsirkan pernyataan yang disajikan. Kekeliruan juga mungkin dilakukan oleh pihak yang mencatat, memproses ataupun menganalisis jawaban dari respondens.

e. Jawaban respondens dipengaruhi oleh hasrat dan keinginan mereka sendiri akan penerimaan sosial, persetujuan sosial (social approval) dan keinginan untuk tidak keluar dari norma yang dapat diterima oleh masyarakat.

f. Sikap pada saat interview sebelum pengukuran, situasi sewaktu penyajian skala, karakteristik pertanyaan sebelumnya, harapan subjek mengenai tujuan pengukuran itudan banyak lagi aspek yang ada dalam situasi pengungkapan sikap yang dapat mempengaruhi respons yang diberikan oleh indvidu.

(40)

B. E-learning

1. Definisi E-learning

Terminologi e-learning cukup banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun pada dasarnya mengarah pada pengertian yang sama. Huruf “e” pada e-learning berarti elektronik yang kerap disepadankan dengan kata virtual (maya) atau distance (jarak). Dari hal ini kemudian muncul istilah virtual learning (pembelajaran di dunia maya). Sedangkan kata learning sering diartikan dengan belajar pendidikan (education) atau pelatihan (training). Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer ataupun kombinasi dari ketiganya. E-learning juga berarti proses transformasi pembelajaran dari “instructor Centric” ke “Learner Centric” (Effendi, 2006 dalam Munir 2008).

E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet (Isjoni dan Firdaus, 2007). E-learning sering dikatakan sebagai penggunaan jaringan teknologi informasi didalam proses belajar dan mengajar. e-learning juga dapat digambarkan sebagai cara belajar secara online termasuk didalamnya virtual, jaringan dan pembelajaran berbasis web. Pada dasarnya e-learning mengarah pada proses belajar dan mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi ansynchronous dalam proses belajar dan mengajar.

(41)
[image:41.612.157.468.275.407.2]

menggabungkan semua kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang dilakukan secara online maupun offline serta individu maupun kelompok secara synchronous ataupun ansynchronous melalui jaringan ataupun komputer standalone dan perangkat elektonik lainnya. Berbagai model kegiatan pembelajaran e-learning (Romizowski, 2004) dapat dilihat pada gambar:

Gambar. 1 Model E-learning

Sumber : Naidu, Som. (2006). E-learning. A Guidebooks of Principles, Procedures and Practices. (hal.1)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa (1) individual self-paced e-learning online, yaitu proses belajar e-learning mengarah pada situasi dimana individu mengakses sumber belajar secara online melalui internet dan intranet. (2) individual self-paced e-learning offline, yaitu proses belajar e-learning secara offline dimana individu mengarah pada situasi sumber belajar tidak terhubung melalui internet dan intranet (3) group based e-learning synchronously; dimana sekelompok siswa secara bersama-sama belajar melalui internet dan intranet di waktu yang bersamaan (4) group based e-learning ansynchronously dimana

Individualized self paced e-learning online

Individualized self paced e-learning offline

Group based e-learning shyncronously

(42)

proses belajar mengacu pada situasi dimana kelompok belajar melalui intranet atau internet yang mana terjadi proses pertukaran pada waktu yang tertunda.

Berdasarkan dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa e-learning pada hakikatnya adalah proses belajar yang memanfaatkan teknologi, jaringan, virtual dan pembelajaran berbasis web. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru kepada siswa dilakukan secara online. Namun, proses belajar e-learning tidak hanya dikategorikan sebagai proses belajar secara online, Romizowski (2004) membagi model pembelajaran e- leaning kedalam 4 (empat) model. Selain pembelajaran secara online, pembelajaran e-learning juga dapat dilakukan secara offline dan secara synchronously dan ansynchronously. Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan proses belajar yang memanfaatkan jaringan dalam proses belajar mengajar, namun proses belajar e-learning dapat juga dilakukan secara offline.

Pembelajaran e-learning memiliki pengembangan model pembelajaran dengan memadukan proses belajar konvensional dan proses belajar secara online. hal ini dikenal dengan konsep blended learning yang mana proses belajar dilakukan secara online dengan tidak meninggalkan pola bimbingan dari guru.

2. Blended Learning

(43)

belajar, dengan demikian blended learning mengandung makna pencampuran antara satu pola dengan pola yang lainnya.

Blended learning merupakan proses pengembangan dalam pembelajaran yang mengintegrasikan kemajuan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Blended learning merupakan gabungan dari multimedia teknologi, CD Room video streaming, kelas virtual, email dan voicemail. Bhonk dan Graham (2006 dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan belajar dan mengajar yang mana sistem pembelajaran tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran yang menekankan peran dari teknologi berbasis komputer dalam blended learning.

[image:43.612.151.496.496.631.2]

Menurut Mosa (2006, dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa pola yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lessons) dengan online learning.

Gambar 2. Unsur dari Blended Learning

Sumber : Riyana, Cepi, dkk. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mengembangkan Profesionalitas Guru. (Hal 242).

Online learning  

(44)

Classroom lessons merupakan proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa yang dilakukan melalui tatap muka. Dalam hal ini proses belajar dilakukan didalam kelas, melakukan diskusi dan tanya jawab antara guru dan siswa. Pada pembelajaran blended learning, classroom lessons bisa dicontohkan sebagai pembelajaran didalam kelas (tatap muka) dengan menggunakan media elektronik untuk membantu proses pembelajaran. Sementara itu, Online learning yaitu proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa dilakuan secara online dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Jadi, pendekatan blended learning dapat dikatakan sebagai pembelajaran tatap muka dimana siswa di kelas tetapi kegiatan belajar yang dilakukan terjadi selama waktu kelas dapat dilalukan secara online. Proses belajar tersebut dilakukan antara siswa dan guru melalui chatroom, e-mail dan website sekolah (Pennstate, 2009).

2.1.Karakteristik Blended Learning

Menurut Sharpen et.al (2006, dalam Cepi 2012) karakteristik blended learning adalah:

a. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual.

b. Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam.

(45)

Berdasarkan karakteristik tersebut blended learning adalah sumber suplemen dengan pendekatan tradisional yang mendukung lingkungan belajar virtual melalui suatu lembaga, rancangan pembelajaran yang mendalam pada saat perubahan tingkatan praktek pembelajaran dan pandangan tentang teknologi yang digunakan untuk mendukung pembelajaran.

2.2. Komponen Blended Learning

Blended learning merupakan model pembelajaran campuran yang mana proses pembelajaran secara tatap muka dipadukan dengan proses pembelajaran berbasis komputer dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online

(46)

Gambar. 3 Komponen Blended Learning

Sumber: (Hadjerrouit, 2007 dalam Cepi dkk, 2012) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Mengembangkan Profesionalitas Guru. (Hal 246)

Berdasarkan gambar tersebut nampak bahwa blended learning beririsan dengan pembelajaran face to face dan pembelajaran berbasis komputer yang didalamnya menjelaskan bahwa proses belajar blended learning mencakup proses pembelajaran online berbasis web dan internet yang berpadu dengan proses pembelajaran tatap muka.

2.3. Model pengembangan blended learning

Menurut Haughey (1998, dalam cepi 2012) tentang pengembangan blended e-learning bahwa terdapat tiga kemungkinan dalam pengembangan sistwm pembelajaran berbasis internet, yaitu :

Blended Learning

         

E-learning      

Online learning Internet based learning

Web based learning Face to face

learning

(47)

1. Web course, yaitu penggunaan internet sebagai kepeluan pendidikan yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar,diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Model pembelajaran ini menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh. Bagi guru model pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan “knowledege dan skill” yang dapat memperkuat pengetahuan tentang materi pembelajaran dan dapat memperkuat pemahaman siswa melalui metodologi pembelajaran yang disajikan melalui internet misalnya video streaming, video call dan lainnya.

2. Web centric course yaitu penggunaan internet yang memadukan antar belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dalam model ini guru dapat memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran melalui web. Dalam tatap muka, guru dan siswa lebih banyak berdiskusi mengenai temuan materi yang telah mereka pelajari melalui internet tersebut.

(48)

membimbing dan menemukan situs-situs yang relevan yang menunjang materi pembelajaran siswa.

2.4. Metode blended learning dalam pembelajaran berbasis web

Blended learning merupakan proses mempersatukan beragam metode belajar yang dapat dicapai dengan menggabungkan sumber virtual dan fisik. Driscoll mendefinisikan blended learning sebagai pengintegrasian atau penggabungan program belajar yang berbeda dalam mencapai tujuan umum. Blended learning merupakan sebuah kombinasi dengan berbagai pendekatan didalam pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa blended learning merupakan metode belajar yang menggabungkan dua atau lebih metode pendekatan didalam pembelajaran. Blended learning dimulai dengan penyampaian materi secara prerequisite secara ansynchronous yang kemudian penyampaian materi dilakukan dilakukan didalam kelas virtual.

C. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

(49)

seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya.

Sumeks (dalam Indriani, 2009) menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan pada jenjang menengah yang lebih menekankan lulusan memiliki bekal keterampilan dan dipersiapkan dalam memasuki dunia kerja. Sekolah menengah kejuruan memiliki peluang yang sangat jelas ketika sudah lulus. Selain itu siswa sekolah menengah kejuruan yang ingin memperdalam ilmu dan keterampilannya bisa melanjutkan studinya ke perguruan tinggi sesuai dengan jurusan dan keahliannya, sehingga keterampilan yang mereka miliki akan semakin meningkat. SMK juga diharapkan mampu mengarahkan para siswanya untuk berwirausaha sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Sirojuzilam, 2008).

(50)

kejuruan yang mengkhususkan pada bidang TI tentunya pembelajaran siswa merujuk pada pemanfaatan dan pengoptimalan dalam bidang TI. Salah satu aplikasi yang potensial dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran di sekolah kejuruan TI adalah dengan pembelajaran e-learning (Kudwadi, dkk. 2007)

Blended learning merupakan proses pengembangan dalam pembelajaran yang mengintegrasikan kemajuan teknologi dari pembelajaran online dan pembelajaran tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Sebagian materi pembelajaran disampaikan secara online dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini, guru bisa memberikan petunjuk kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, siswa dan guru lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.

(51)

pelaksanaan ujian, penugasan dan beberapa diskusi masih menggunakan pembelajaran melalui tatap muka (konvensional).

Pembelajaran online yang dilakukan di SMK Tritech Informatika salah satunya dilakukan dengan cara mengunduh materi pembelajaran melalui website sekolah. Situs alamat dari web sekolah di SMK Tritech Informatika Medan yaitu www.tritech.sch.id.

Siswa SMK Tritech Informatika mendapatkan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru melalui website e-learning dari sekolah. Materi pembelajaran yang didapatkan siswa dari website tersebut akan dibahas saat berada dalam ruangan kelas dan dilakukan secara tatap muka antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran seperti ini menurut Thorne (2003) sebagai proses pembelajaran dengan model blended learning.

Dengan memanfaatkan website ini seluruh siswa dapat mengunduh materi pembelajaran mereka dari guru sebelum proses belajar dikelas dimulai. Siswa juga dapat memanfaatkan website sekolah ini untuk menuangkan pemikiran mereka mengenai sekolah dan pembelajaran lainnya dalam bentuk penulisan artikel. Siswa juga dapat melakukan interaksi kepada guru secara online dalam memanfaatkan penggunaan website sekolah tersebut.

D. GAMBARAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

E-LEARNING DI SMK TRITECH INFORMATIKA

(52)

tradisional secara tatap muka (Thorne, 2003). Blended learning merupakan gabungan dari multimedia teknologi, CD Room video streaming, kelas virtual, email dan voicemail. Bhonk dan Graham (2006 dalam Cepi 2012) menjelaskan bahwa blended learning adalah gabungan dari dua sejarah model perpisahan belajar dan mengajar yang mana sistem pembelajaran tradisional dan sistem penyebaran pembelajaran yang menekankan peran dari teknologi berbasis komputer dalam blended learning.

(53)

learning, hanya saja beberapa dari siswa nampaknya belum memahami proses belajar tersebut. Hal ini membuktikan bahwa siswa memiliki sikap yang berbeda terhadap proses belajar blended learning tersebut.

Menurut Thurstone, Likert dan Osgood (dalam Azwar, 2005) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan baik yang mendukung (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif serta nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat yang sangat erat berkaitan dengan sikap (Azwar, 2005). Pertama komponen kognitif yang merupakan persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen kedua adalah komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap suatu objek sikap dan menyangkut masalah emosi dan komponen yang terakhir adalah komponen konatif dimana merupakan tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau beraksi terhadap sesuatu dengan cara tertentu (Mann, dalam Azwar, 2005). Untuk dapat menilai sikap tersebut dapat dijelaskan melalui komponen sikap.

(54)

pembelajaran e-learning yang ada di SMK Tritech Informatika. Komponen ini menjawab pertanyaan mengenai apa yang dirasakan oleh siswa. Misalnya perasaan senang atau tidak senang yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran e-learning di sekolah yang terkait dengan emosional siswa terhadap objek. Komponen ketiga dalam sikap yaitu komponen konatif yang merupakan kecenderungan untuk bertindak sebagai reaksi terhadap penerapan model pemebelajaran e-learning. Pada komponen ini akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan siswa SMK Tritech Informatika untuk bertindak terhadap penerapan dan pelaksanaan model pembelajaran e-learning.

Kemungkinan siswa untuk bersikap positif terhadap pembelajaran e-learning mungkin dikarenakan adanya pengalaman individu terhadap model pembelajaran e-learning yang mereka alami sebelumnya, sedangkan sikap negatif siswa terhadap model pembelajaran e-learning mungkin muncul dikarenakan belum adanya pengetahuan ataupun pengalaman pribadi individu mengenai model pembelajaran e-learning. Selain itu pengaruh dari orang lain juga penting dalam penetuan sikap yang positif maupun negatif.

 

(55)

Metode penelitian merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah

karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000).

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang

dimaksudkan untuk melihat gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran

e-learning di SMK Tritech Informatika Medan.

Metode deskriptif merupakan metode yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data yang ada, menganalisis dan

menginterpretasi data. Jenis penelitian ini tidak mempersoalkan hubungan antar

variabel dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitian berupa

deskripsi mengenai variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka

rata-rata, atau klasifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Tujuan

penelitian deskriptif sebagai pemecahan masalah secara sistematis & faktual

mengenai fakta dan sifat populasi (Narbuko & Achmadi, 2003).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sikap siswa

(56)

B. DEFINISI OPERASIONAL

Sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning dimaksudkan sebagai suatu bentuk evaluasi, kesiapan bereaksi yang didasarkan pada pengetahuan, perasaan,

maupun kecenderungan berperilaku siswa dengan model pembelajaran secara

online dan tatap muka didalam kelas. Bentuk evaluasi dan kesiapan bereaksi tersebut terurai dalam pembelajaran e-learning dengan model blended learning.

Dimana model ini memadukan pembelajaran e-learning dengan pembelajaran

secara tatap muka (konvensional) yang dilakukan di kelas. Adapun unsur dari

blended learning yaitu:

1. Classroom lessons merupakan proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa yang dilakukan melalui tatap muka. Dalam hal ini proses belajar

dilakukan didalam kelas, melakukan diskusi dan tanya jawab antara guru

dan siswa.

2. Online, yaitu proses belajar yang terjadi antara guru dan siswa dilakukan secara online dengan memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech

Informatika Medan diukur dengan menggunakan skala sikap berdasarkan 3

komponen sikap, yaitu :

1. Komponen kogniitif, yaitu persepsi siswa SMK Tritech Informatika

Medan terhadap pembelajaran e-learning.

2. Komponen afektif yaitu hal-hal yang berkaitan dengan apa yang dirasakan

oleh siswa SMK Tritech Informatika Medan, terhadap pembelajaran

(57)

3. Komponen konatif, yaitu kesiapan ataupun kesediaan siswa SMK Tritech

Informatika untuk bereaksi terhadap pembelajaran e-learning.

Dalam penelitian ini, sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning akan diukur dengan menggunakan skala Likert. Skor tinggi yang diperoleh individu dari skala sikap menunjukkan bahwa subjek memiliki sikap yang positif terhadap

pembelajaran e-learning berbasis blended learning. Sedangkan, skor rendah yang diperoleh individu dari skala sikap menunjukkan bahwa subjek memiliki sikap

yang negatif terhadap pembelajaran e-learning berbasis blended learning.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi dan sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi

dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat

yang sama (Hadi, 2000). Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMK Tritech

Informatika Medan. Jumlah populasi siswa SMK Tritech yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 928 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini

sebanyak 281 orang yang diambil secara acak melalui teknik simple random

sampling.

Tabel 2. Data Keseluruhan Jumlah siswa SMK Tritech Informatika Medan

No Kelas Jumlah Siswa

1 X 414 siswa

2 XI 278 siswa

3 XII 236 siswa

Total 928 siswa

(58)

2. Metode pengambilan sampel

Pengambilan sampel atau teknik sampling menurut Kerlinger (2010)

berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta itu. Teknik sampling

adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel populasi dengan

menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar mewakili populasi

tersebut.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

probability, dimana dalam teknik probability setiap unsur (anggota) populasi diberikan peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel (Azwar,

2000). Teknik probability yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Simple random sampling yaitu setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel (Sugiarto,

dkk, 2003). Pengambilan sampel dengan teknik ini menggunakan tabel simple

random sampling yang terdapat pada buku Sudjana (2002) yang dimulai dari kolom pertama baris pertama sebelah kiri atas dengan 3 digit pertama sampai

mendapat jumlah sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tabel krezjcie.

D. ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap.

Menurut Azwar (2005) skala sikap (atttudes scales) merupakan kumpulan

pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada

(59)

seseorang. Dari respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat

disimpulkan arah dan intensitas sikap seseorang.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala sikap, yaitu skala

Likert. Menurut Azwar (2005), skala Likert adalah suatu metode penskalaan

penyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai

skalanya. Skala ini terdiri dari dua kategori aitem yaitu aitem favorable dan aitem

unfavorable. Aitem favorable adalah aitem yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur, sedangkan aitem unfavorable

adalah aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut

yang diukur (Azwar, 2009).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala sikap yang

berisikan pernyataan-pernyataan untuk mengungkapkan bagaimana sikap siswa

terhadap metode pembelajaran e-learning yang ada di SMK Tritech Informatika.

Skala sikap tersebut diuraikan dengan menggunakan dua unsur dari blended

learning yaitu classroom lesson dan online learning. Setiap unsur yang ada didalam skala ini akan dikaitkan dengan ketiga komponen sikap yaitu kognitif,

afektif dan konatif, sehingga nantinya dalam penelitian ini akan terlihat

bagaimana respon siswa terhadap metode pembelajaran e-learning yang ada di

SMK Tritech Informatika terhadap kedua aspek tersebut. Skala berisikan 96 aitem

yang mana masing-masing komponennya berjumlah 24 aitem yang telah dibagi

lagi menjadi 8 aitem pada setiap komponen kognitif, afektif dan konatif.

Masing-masing komponen juga telah dipecah menjadi pernyataan favorable dan

(60)
[image:60.612.110.562.132.686.2]

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala sikap terhadap pembelajaran e-learning Sebelum Uji Coba 

Blended learning

Indikator Perilaku

Kognitif Afektif Konatif Total Bob

ot (%) Fav Unfv Fav Unfv Fav Unfv

1 Classrooms lessons a. Guru sebagai fasilitator dalam belajar b. Guru memberik an materi kepada siswa didalam kelas 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 24 25% 25%

2 Online learning a. Siswa mendapat kan materi pembelaja ran melalui website sekolah b. Siswa berkomun ikasi dengan guru melalui chattroom , email secara synchrono

us dan

asynchron ous 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 24 25% 25%

(61)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat masing-masing unsur classrooms lessons dan online learning diukur dengan menggunakan 24 aitem dengan

[image:61.612.95.547.221.706.2]

blueprint penelitian yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. Blue Print Aitem Skala sikap terhadap pembelajaran e-learning Blended

learning

Indikator Perilaku

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot

(%) Fav Unfv Fav Unfv Fav Unfv

1 Classroom lessons a. Guru sebagai fasilitator dalam belajar b. Guru memberik an materi kepada siswa didalam kelas 1, 24, 26, 43 88, 11, 75, 68 13, 93, 95, 92 71, 5, 45, 67 15, 73, 91, 27 22, 35, 65, 54 90, 37, 14, 87 33, 10, 58, 21 23, 89, 59, 28 56, 47, 86, 49 12, 31, 51, 69 4, 41, 20, 9 24 24 25% 25%

2 Online learning a. Siswa mendapat kan materi pembelaja ran melalui website sekolah 78, 34, 29, 82 19, 57, 66, 53 18, 63, 62, 40

8, 16 , 42, 36 32, 48, 64, 61 72, 83, 38, 7

(62)

Pada pengisian skala sikap ini, subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia. Adapun alternatif jawaban yang

disediakan adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat

Tidak Sesuai (TST). Bobot penilaian untuk pernyataan favorable adalah SS=4,

S=3, TS=2, STS=1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable

adalah SS=1, S=2, TS=3, STS=4. Selain aitem-aitem tersebut, didalam alat ukur

juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri

tersebut meliputi nama, umur, kelas dan jenis kelamin.

E. VALIDITAS DAN REABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu

berkaitan dengan apakah aitem mewakili pengukuran dalam area isi sasaran yang

diukur. Validitas isi merupakan hal utama dalam suatu tes yang biasanya dinilai

dengan menggunakan pertimbangan pakar (Azwar, 2000). Setelah dimensi-b. Siswa berkomun ikasi dengan guru melalui chattroom ,email secara synchrono

us dan

asynchron ous 17, 74, 30, 77 3, 55, 94, 39 79, 96, 85, 81 80, 70, 84, 25 76, 6, 52, 60 50, 44, 46, 2 24 25%

(63)

dimensi yang akan diukur ditentukan, peneliti akan menyusun aitem-aitem

mengacu pada blueprint yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya, peneliti

meminta pertimbangan professional judgement yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti sebelum aitem-aitem mana yang dapat dijadikan alat ukur

sesuai dengan blue-print yang ada.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan,

konsistensi, dan sebagainya. Dapat dikatakan reliabilitas alat ukur itu adalah

sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. “dapat dipercaya” disini

maksudnya adalah dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur di dalam

diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2000).

Reliabilitas alat ukur mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil

ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas dinyatakan

oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai

dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti

semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah

mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar 2000).

3. Uji Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

(64)

atribut yang diukur. Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan

karena melalui daya beda aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur

melakukan fungsinya. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah

dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras dengan fungsi ukur tes

atau memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes

sebagai keseluruhan (Azwar, 2000). Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan

komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu

kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan indeks

daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem

menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0.30, daya pembedanya dianggap baik. Aitem yang memiliki harga rix <

0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda aitem rendah

(Azwar, 2007). Penelitian ini menggunakan batasan rix≥ 0.30.

F. UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba skala sikap terhadap metode pembelajaran e-learning dilakukan pada tanggal 8 Maret 2013 kepada siswa SMK Tritech Informatika. Untuk melihat

daya diskriminasi aitem, dilakukan analisis uji coba dengan menggunakan aplikasi

komputer SPSS version 17 for windows sebanyak 5 putaran. Dari hasil uji coba didapatkan 54 aitem yang diterima dari 96 aitem yang diujicobakan. Indeks

diskriminasi rix ≥ 0,30 dengan realibilitas sebesar 0,921 dengan daya beda aitem

yang bergerak dari 0,312 sampai dengan 0,549. Distribusi aitem yang gugur dan

(65)
[image:65.612.103.560.113.674.2]

Tabel 5. Distribusi aitem yang gugur dan tidak gugur setelah uji coba alat ukur No Blended learning Indikator Perilaku

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot

(%) Fav Unfv Fav Unfv Fav Unfv

1 Classroom lessons a. Guru sebagai fasilitator dalam belajar b. Guru memberik an materi kepada siswa didalam kelas 1, 24, 26, 43 88, 11, 75, 68 13, 93, 95, 92

71, 5,

45, 67

15, 73, 91, 27

22, ,

65, 54, 35 90, 37, 14, 87 33, 10, 58, 21 23, 89, 59, 28 56, 47, 49, 86 12, 31, 51, 69

4, 41, 20, 9

24

24

25%

25%

2 Online learning a. Siswa mendapat kan materi pembelaja ran melalui website sekolah b. Siswa berkomun ikasi dengan guru melalui chattroom , email secara synchrono

us dan

asynchron ous 78, 34, 29, 82 17, 74, 30, 77 19, 57, 66, 53

3, 55, 94, 39

18, 63, 62, 40 79, 96, 85, 81

8, 16,

42, 36

80,

70, 84, 25

32, 48, 64, 61 76, 6, 52, 60 72, 83, 38, 7

50, 44, 46, 2

24

24

25%

25%

  Total   16 16 16 16 16 16 96 100%

(66)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat aitem yang gugur dan aitem

yang akan dipakai dalam skala penelitian. Distribusi aitem yang dapat diterima

[image:66.612.108.560.206.710.2]

dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Distribusi aitem setelah uji coba skala sikap terhadap pembelajaran

e-learning Blended

learning

Indikator Perilaku

Kognitif Afektif Konatif Total Bobot

(%) Fav Unfv Fav Unfv Fav Unfv

1 Classroom lessons a. Guru sebagai fasilitator dalam belajar b. Guru memberik an materi kepada siswa didalam kelas 24, 26, 43 75, 68 93, 95 45, 67 73, 91, 27 35 37, 87

Gambar

Tabel. 1. Hasil Nilai Produktif Kelas X Multimedia 3 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013
Gambar. 1 Model E-learning
Gambar 2. Unsur dari Blended Learning
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala sikap terhadap pembelajaran e-learning Sebelum Uji Coba 
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah unutk menganalisis pemikiran dua tokoh Indonesia masa revolusi kemerdekaan Indonesia yaitu Sutan Sjahrir dan Tan Malaka dalam usaha

 Obyek-obyek persepsi yang berdekatan akan cenderung diamati sebagai suatu kesatuan..

[r]

 Children who display mastery motivation are task- oriented; instead of focusing on their ability, they concentrate on learning strategies and the process of achievement rather

TANDA TERIMA PENCAIRAN TABUNGAN KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG. TAHUN AJARAN 2015/2016

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitihan ini adalah pembelajaran pada materi membaca cerita denan penerapan strategi SQ4R dalam meningkatkan hasil

Triatmojo (2011) menyatakan bahwa pengu- kuran dengan menggunakan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan yaitu tidak mem- perhatikan biaya modal dalam perhitungannya

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: penangas air, tabung reaksi, cawan petri dan erlenmeyer, sedangkan bahan yang digunakan antara lain: