• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3. ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KESESUAIAN KAWASAN RESAPAN AIR (STUDI KASUS KOTA KENDARI)

Jufri Karim1) Djafar Mey1, Surianton2) Syamsu Alam3, dan Hasbullah Syaf3 jufrikarim.pjgeo@gmail.com

1) Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo 2) Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo

3) Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo

ABSTRAK

Peran Kota Kendari sebagai pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa serta penyedia fasilitas perkotaan berdampak terhadap perubahan penggunaan lahan yang dapat mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun sehingga akan mempengaruhi fungsi lindung sebagai kawasan resapan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran perubahan penggunaan lahan dan kesesuaian kawasan resapan air pada tahun 2005-2015. Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei-Juli 2016 dan analisis sampel tanah di Laboratorium Terpadu Universitas Halu Oleo. Penelitian ini menggunakan pendekatan reduksionistik dengan metode tumpangsusun (overlay) melalui pendekatan berjenjang bertingkat melalui system informasi geografi.

Perubahan penggunaan lahan di Kota Kendari tahun 2005-2015 menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas penggunaan lahan hutan sebesar 298,53 ha atau 1,11 %, semakbelukar 268,36 ha atau 1,00 %, ladang/kebun 2.870,83 ha atau 10,64 %, sawah 2.79 ha atau 0.01 % dan rawa 7,42 ha atau 0,03 % sedangkan pemukiman mengalami peningkatan luasan sebesar 3.447,89 ha atau 12,78%. Dari hasil analisis kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari Tahun 2005 diperoleh 3 (tiga kelas) yaitu sesuai (5.633,90 Ha atau 20,88%); cukup sesuai (16.373,84 Ha atau 60,69%); Kurang sesuai (4.971,35 Ha atau 18,42%) sedangkan kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari Tahun 2015 diperoleh kelas sesuai (4.423,69 Ha atau 16,40%); cukup sesuai (14.324,78 Ha atau 53,10%); dan kelas kurang sesuai (8.230,61 Ha atau 30,51%). Perubahan kesesuaian kawasan resapan air selama periode 2005-2015 di Kota Kendari menunjukkan adanya penurunan kelas sesuai sebesar 1.211,13 Ha atau 4,49% secara spasial berada pada Kecamatan Abeli; kelas cukup sesuai sebesar 2.754,56 Ha atau 10,21% dan secara spasial meningkatnya penurunan kelas cukup sesuai berada pada Kecamatan Baruga sedangkan untuk kelas Kurang sesuai mengalami peningkatan luasan sebesar 3.259,26 Ha atau 12,08% dan secara spasial terjadi pada semua di wilayah Kota Kendari.

.

(2)

PENDAHULUAN

Urbanisasi mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk dalam suatu perkotaan, berdampak pada bertambahnya jumlah permintaan akan kebutuhan lahan yang digunakan untuk kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial. Implikasi terhadap peningkatan kebutuhan lahan suatu perkotaan dikarenakan beragamnya fungsi kawasan perkotaan seperti pemerintahan, perdagangan, jasa, serta industri karena memiliki keunggulannya dalam ketersediaan fasilitas dan kemudahan aksesibilitas sehingga menarik segala kegiatan untuk beraglomerasi.

Pemanfaatan lahan dalam memenuhi segala kebutuhan dapat mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat oleh berbagai faktor penyebab yang akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan penduduk di suatu daerah dapat berpengaruh posisitf maupun negatif terhadap komponen lingkungan di daerah tersebut seperti lahan, air, flora, dan fauna. Perubahan komponen lingkungan tersebut dapat disebabkan di dalam memenuhi kebutuhan pangan, tempat tinggal, air bersih. Perubahan guna lahan akan berpengaruh pada komponen lain termasuk sumberdaya air, tanah dan terjadinya krisis global biodiversity (Rosyidie. A, 2013; Sala et al. 2000 dalam Surni, et.al. 2015) serta mempengaruhi kemampuan meresepkan air ke dalam tanah (Waryono. T, 2008).

Peran Kota Kendari sebagai pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa serta penyedia fasilitas perkotaan menjadi daya tarik penduduk untuk beraktifitas dan bertempat tinggal sehingga berdampak terhadap perubahan penggunaan lahan yang dapat mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun (Dewi, et.al., 2017). Berdasarkan jumlah penduduk Kota Kendari dari tahun 2013 sebesar 314.126 jiwa dan tahun 2016 meningkat sebesar 359.371 jiwa dengan pertambahan penduduknya sebesar 6.72 jiwa atau 6.72% (BPS, 2017). Meningkatnya pertambahan penduduk dapat mengakibatkan perubahan penggunaan lahan menjadi tidak terhindarkan akibat permintaan lahan akan tempat tinggal meningkat.

(3)

terjadi pada tahun 2013 yang merendam 6.422 rumah yang mengakibatkan banyak kerugian material pada masyarakat dan pemerintah (BPBD, 2013).

Perubahan penggunaan lahan maupun kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) yang dapat memudahkan untuk melakukan analisis spasial, usaha ataupun tindakan untuk meminimalisir dampak negatif dalam pengalihan fungsi kawasan resapan air sebagai informasi dalam pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan yang akan dilakukan terkait pemanfaatan lahan. Pengolahan data fisik lahan menggunakan Sistem Informasi Geografis memiliki kemampuan untuk mempresentasikan unsur-unsur yang terdapat dipermukaan bumi dengan cara mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam (bereferensi geografis) (Aronoff, 1989), sehingga dapat diperoleh hasil yang tepat, akurat, dan pempercepat dalam pengerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui sebaran perubahan penggunaan lahan dan kesesuaian kawasan resapan air pada tahun 2005-2015.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari yang berlangsung pada bulan Mei-Juli 2016, dengan luas 26.979.14 Ha. Secara geografis terletak 30 45’ 30’’- 40 3’11’’ Lintang Selatan dan 1220 23’- 1220 39’ Bujur Timur. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Halu Oleo.

Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan Peta Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015, Peta kemiringan Lereng, Peta Jenis Tanah, Peta Administrasi Kota Kendari, dan Data curah hujan pada stasiun BMKG, Wolter, dan BPTP Kota Kendari selama 10 tahun. Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis data terdiri dari satu unit Laptop, Perangkat lunak SAS.Planet Release 160707, Perangkat lunak ArcGIS 10.2, dan peralatan pengambilan sampel, meliputi: GPS Garmin dan Bor Tanah (Auger), serta kamera dan alat tulis.

(4)

dengan proses digitasi untuk mendapatkan data vector. Pengambilan Data Lapangan menggunakan metode stratified random sampling pada setiap satuan lahan sebagai unit analisis. Teknik analisis data spasial, Analisis data spasial dilakukan untuk pemetaan perubahan penggunaan lahan dan kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari yaitu terdiri dari teknik overlay data spasial, editing, dan analisis tabular melalui fungsi perangkat lunak ArcGIS. Untuk penentuan kawasan resapan air dilakukan dengan pendekatan berjenjang bertingkat (skoring dan pembobotan) terhadap parameter curah hujan, tekstur tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan berdasarkan pedoman penyusun rencana pengelolaan sumberdaya air dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 02 Tahun 2013 serta klasifikasi kondisi kesesuaian daerah kawasan resapan air diperoleh melalui penjumlahan hasil kali antara skor dan bobot setiap parameter (Resubun, et.al., 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015

Perubahan penggunaan lahan sebagai perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke penggunaan lainnya yang dapat bersifat permanen (irreversible) dan juga dapat bersifat sementara (Leonataris, 2012). Perubahan penggunaan lahan tahun 2005 dan 2015 di Kota Kendari sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015 di Lokasi Penelitian

No Penggunaan Lahan

Luas Tahun 2005 Luas Tahun 2015 Luas Perubahan

Ha % Ha % Ha %

1 Hutan 4.296,71 15,93 3.998,18 14,82 (-)298,53 1,11 2 Semak Belukar 6.110,52 22,65 5.842,16 21,65 (-)268,36 0,99

3 Ladang/Kebun 10.475,20 38,83 7.604,41 28,19 (-)2.870,79 10,64

4 Rawa 1.414,94 5,24 1.407.52 5,22 (-)7,42 0,03

5 Sawah 957,65 3,55 954,86 3,54 (-)2,79 0,01

6 Pemukiman 3.724,12 13,80 7.172,01 26,58

(+)3.447,8 9 12,7 8 Jumlah 26.979,1 4 100,0 0 26.979,1 4 100,0 0 6895,78 25,5 6 Sumber: Hasil Analisis Data, 2016

(5)

lahan ladang/kebun seluas 7.604,41 Ha atau 28,19% dan penggunaan lahan terkecil yaitu sawah seluas 954,86 Ha atau 3,54% dari total luas wilayah penelitian.

Jika dilihat perubahan penggunaan lahan selama 10 tahun di Kota Kendari telah terjadi alih fungsi terhadap luasan penggunaan lahan yaitu sebesar 6.895,79 Ha atau 25,56%. Perubahan ini terjadi pada penggunaan lahan seperti hutan seluas 298,53 Ha atau 1,11%, semak belukar seluas 268,36 Ha atau 0,99%, ladang/kebun seluas 2.870,79 Ha atau 10,64%, rawa seluas 7,42 Ha atau 0,03%, dan sawah seluas 2,79 Ha atau 0,01%. Sedangkan pada penggunaan lahan pemukiman terjadi penambahan luasan sebesar 3.447,89 Ha atau 12,78%. Hal ini menunjukkan telah terjadi alih fungsi penggunaan lahan menjadi lahan terbangun yang bersifat permanen sebagai pergerakan perubahan dari struktur ekonomi di Kota Kendari. Secara spasial perubahan penggunaan lahan di Kota Kendari kurun waktu 2005 sampai 2015 dominan terjadi pada wilayah Kota Kendari bagian Barat seperti Kecamatan Puwatu, Wuawua, dan Kecamatan Baruga. Hal ini lebih disebabkan banyaknya pembangunan perumahan oleh sebagian besar developer. Penggunaan lahan di Kota Kendari tahun 2005 dan 2015 disajikan sebagaimana pada Gambar 1.

(6)

2. Analisis Sebaran dan perubahan Kesesuaian Daerah Resapan Air 2005 dan 2015

Analisis kesesuaian kawasan resapan air digunakan untuk mengetahui daerah mana saja di Kota Kendari yang sesuai sehingga dapat difungsikan kawasan resapan air dari segi kondisi fisik lahan. Analisis kesesuaian untuk kawasan resapan air dilakukan dengan analisis pendekatan berjenjang bertingkat (skoring dan pembobotan) dari seluruh parameter yaitu penggunaan lahan, curah hujan, tekstur tanah, dan kemiringan lereng. Berdasarkan hasil perhitungan kelas kesesuaian diperoleh 5 (lima) kelas dari skor total yaitu sangat sesuai (>4,2-5), sesuai (>3,4-4,2), cukup sesuai (>2,6-3,4), kurang sesuai (>1,8-2,6), dan kelas tidak sesuai (1-1,8) sebagai kawasan resapan air. Namun dilihat dari hasil analisis kesesuaian kawasan resapan air di Kota Kendari, didominasi 3 (tiga) kelas yaitu sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai. Kelas kesesuaian kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015 serta perubahan kawasan resapan air di Kota Kendari disajikan sebagaimana pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelas kesesuaian kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015 serta perubahan kawasan resapan air di Kota Kendari

No Kelas Kecamatan

Kesesuaian Kawasan Resapan Tahun 2005 Kesesuaian Kawasan Resapan Tahun 2005 Perubahan Kesesuaian Kawasan Resapan Air 2005-2015

(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)

1 Sesuai

Abeli 1099.09 4.07 372.72 1.38 -726.37 2.69

Baruga 875.00 3.24 802.73 2.98 -72.27 0.27

Kambu 268.42 0.99 268.64 1.00 0.22 0.001

Kendari 728.85 2.70 514.43 1.91 -214.42 0.79

Kendari Barat 1338.87 4.96 1248.92 4.63 -89.96 0.33

Mandonga 532.83 1.97 533.54 1.98 0.71 0.003

Poasia 277.19 1.03 211.16 0.78 -66.03 0.24

Puwatu 414.14 1.54 400.92 1.49 -13.22 0.05

Wua-Wua 99.51 0.37 70.64 0.26 -28.87 0.11

Jumlah 5.633,91 20.88 4423.71 16.40 -1.210.20 -4.49

2 CukupSesuai Abeli 2075.84 7.69 2625.99 9.73 550.15 2.04

Baruga 3515.27 13.03 2855.88 10.59 -659.38 2.44

Kadia 150.16 0.56 4.64 0.02 -145.52 0.54

Kambu 1415.70 5.25 1027.45 3.81 -388.25 1.44

Kendari 356.57 1.32 511.92 1.90 155.35 0.58

(7)

No Kelas Kecamatan Kesesuaian Kawasan Resapan Tahun 2005 Kesesuaian Kawasan Resapan Tahun 2005 Perubahan Kesesuaian Kawasan Resapan Air 2005-2015

(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)

Mandonga 1193.68 4.42 1023.27 3.79 -170.41 0.63

Poasia 3130.88 11.60 2676.48 9.92 -454.39 1.68

Puwatu 3504.56 12.99 2970.37 11.01 -534.18 1.98

Wua-Wua 723.18 2.68 338.73 1.26 -384.45 1.42

Jumlah 16.373,87 60.69 14324.80 53.10 -2049.07 7.60

3 Kurang

Sesuai

Abeli 772.65 2.86 948.82 3.52 176.17 0.65

Baruga 533.32 1.98 1264.99 4.69 731.66 2.71

Kadia 498.14 1.85 643.66 2.39 145.52 0.54

Kambu 514.26 1.91 902.29 3.34 388.03 1.44

Kendari 352.02 1.30 411.09 1.52 59.07 0.22

Kendari Barat 392.17 1.45 500.11 1.85 107.94 0.40

Mandonga 440.16 1.63 609.87 2.26 169.71 0.63

Poasia 814.33 3.02 1334.77 4.95 520.43 1.93

Puwatu 418.09 1.55 965.50 3.58 547.41 2.03

Wua-Wua 236.21 0.88 649.52 2.41 413.31 1.53

Jumlah 4.971,36 18.43 8230.63 30.51 3259.27 12.08

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 2. Menunjukkan bahwa kelas kesesuaian untuk kawasan resapan air di Kota Kendari tahun 2005 sebarannya di kecamatan. Kelas sesuai pada Kecamatan Kendari Barat memiliki luas paling besar dengan luas 1.338,87 Ha atau 4,96 %, kemudian Kecamatan Abeli dengan luas 1.099,09 Ha atau 4,07 %, sedangkan di Kecamatan Wua-Wua memiliki luas paling kecil dengan luas 99,51 atau 0,37 %. Untuk kelas sesuai hampir tersebar ke seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kadia, hal ini lebih disebabkan karena sangat dipengaruhi oleh faktor seperti penggunaan lahan hutan, curah hujan tinggi, dan kemiringan lereng datar.

(8)

Sedangkan kelas kurang sesuai memiliki luas paling kecil yaitu dengan luas 4.971,36 Ha atau 18,43 % dari luas wilayah lokasi penelitian. Sebaran kelas kurang sesuai yang memiliki luas paling besar terdapat di Kecamatan Poasia dengan luas 814,33 Ha atau 3,02 %, selanjutnya Kecamatan Abeli memiliki luas paling besar kedua setelah Kecamatan Baruga dengan luas 772,65 Ha atau 2,86 %, dan kelas kurang sesuai yang memiliki luas paling kecil terdapat di Kecamatan Wua-Wua dengan luas 236,21 atau 0,88 % dari seluruh luas wilayah penelitian. Faktor yang mempengaruhi kelas kurang sesuai yaitu pemukiman dan tekstur tanah lempung serta kemiringan lereng terjal. Faktor yang sangat mempengaruhinya yaitu penggunaan lahan pemukiman, tekstur tanah lempung, kemiringan lereng datar dan curah hujan tinggi dengan perolehan jumlah skor total 2,5 sehingga masuk kelas kurang sesuai untuk difungsikan sebagai kawasan resapan air.

Sebaran kelas sesuai untuk kawasan resapan air di Kota Kendari untuk tahun 2015 tersebar tidak merata atau hanya terdapat pada Kecamatan Baruga, Kendari, Kendari Barat, dan Kecamatan Mandonga. Untuk sebaran kelas cukup sesuai dan kelas kurang sesuai tersebar merata di seluruh Kecamatan Kota Kendari.

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh sebaran kelas kesesuaian lahan untuk kawasan resapan air Kota Kendari didominasi 3 (tiga) kelas yaitu kelas sesuai, kelas cukup sesuai, dan kelas kurang sesuai. Kelas cukup sesuai merupakan kelas paling besar yaitu 14.324,80 Ha atau 53.10 %, kemudian diikuti kelas kurang sesuai dengan luas 8.230,63 Ha atau 30,51 %, sedangkan kelas sesuai memiliki luas paling kecil yaitu 4423,68 Ha atau 16.40 % dari luas wilayah lokasi penelitian.

(9)

Kecamatan Kendari Barat dan Kecamatan Baruga memiliki keunggulan dibandingkan dengan Kecamatan lain sebagai kelas sesuai untuk dijadikan kawasan resapan di Kota Kendari.

Kelas cukup sesuai memiliki kemampuan resapan air cukup tinggi dan mempunyai pembatas agak berat yang mengurangi produktifitas dan keuntungan yang diperoleh pada penggunaan tertentu secara lestari. Sebaran kelas cukup sesuai terdapat diseluruh kecamatan Kota Kendari dengan luas 14.324,74 Ha atau 53,10 %. Sebaran luasan terbesar terdapat di Kecamatan Puwatu dengan luasan yaitu atau 2.970,36 Ha atau 11,01%, kemudian Kecamatan Baruga dengan luasan sebesar 2.855,87 Ha atau 10,59 %, sedangkan pada Kecamatan Kadia memiliki luasan paling kecil dengan luas 0,02 % atau 4,64 Ha dari luas wilayah penelitian. Faktor yang mempengaruhinya adalah penggunaan lahan kebun campuran, kemiringan lereng datar serta curah hujan tinggi dengan perolehan skor total 3,3.

Kelas kurang sesuai memiliki kemampuan resapan air kurang tinggi terhadap daya infiltrasi air kedalam tanah. Kelas kurang sesuai mempunyai pembatas sangat besar untuk difungsikan sebagai kawasan resapan air. Kelas kurang sesuai terdapat di seluruh wilayah lokasi penelitian dengan luas 8.230,63 Ha atau 30,51 %. Sebaran kelas kurang sesuai yang memiliki luas paling besar terdapat di Kecamatan Poasia dengan luas 1.334,77 Ha atau 4,95 %, selanjutnya Kecamatan Baruga dengan luas sebesar 1.264,99 Ha atau 4,69 %, dan kelas kurang sesuai yang memiliki luas paling kecil terdapat di Kecamatan Kendari dengan luas 411,09 atau 1,52 % dari seluruh luas wilayah penelitian. Kurang sesuainya untuk kawasan resapan air lebih disebabkan karena penggunaan lahan pemukiman dan rawa, tekstur tanah berupa lempung serta kemiringan lereng terjal.

Dari hasil overlay (tumpangsusun) kesesuaian kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015 diperoleh 3 (tiga) kelas yaitu kelas sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai. Hasil analisis memperlihatkan sebaran kelas kesesuaian kawasan resapan air dari tahun 2005-2015 tidak mengalami pertambahan kelas tetapi lebih terjadi pada pertambahan dan berkurangnya luasan kelas kesesuaian kawasan resapan air berdasarkan fungsinya.

(10)

pengalihan fungsi lahan hutan yang dijadikan sebagai kebun campuran sehingga lahan yang sebelumnya hutan sesuai untuk kawasan resapan air menjadi kebun campuran.

Untuk perubahan kelas cukup sesuai terhadap kawasan resapan air di Kota Kendari dari kurun waktu 2005-2015 telah terjadi perubahan luasan sebesar 2.049,07 Ha atau 7,60 %. Jika dilihat dari tiap kecamatan, maka Kecamatan Baruga mengalami penurunan luasan paling tinggi sebesar 659,38 Ha atau 2,44 % sedangkan Kecamatan Abeli mengalami pertambahan luasan sebesar 550,15 Ha atau 2,04 % ini dikarenakan penurunan fungsi lahan pada kelas sesuai menjadi kelas cukup sesuai mengakibatkan pada Kecamatan Abeli tidak mengalami penurunan luasan melainkan pertambahan luasan.

(11)
(12)

Gambar 3. Perubahan Kelas Kesesuaian Kawasan Resapan Air Kota Kendari Tahun 2005-2015

KESIMPULAN

1. Penggunaan lahan di Kota Kendari dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015) menunjukkan bahwa terjadi penurunan luas penggunaan lahan yaitu hutan sebesar 298,53 Ha atau 1,11%; Semakbelukar 268,36 Ha atau 1,00%; Ladang/kebun 2.870,83 Ha atau 10,64%; Sawah 2.79 Ha atau 0.01% dan Rawa 7,42 Ha atau 0,03% sedangkan pemukiman mengalami peningkatan luasan sebesar 3.447,89 Ha atau 12,78%.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Kendari. Kendari

Anonim. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air.

Aronoff, S., 1989. Geographic Information System: A Management Perspective Ottawa, Canada: WD 1 Publications.

Badan Pusat Statistik, 2017. Kota Kendari dalam Angka: Kota Kendari

Dewi Ni Komang Rini Ratna, I Wayan Nuarsa, I Wayan Sandi Adnyana. 2017. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Untuk Kajian Banjir di Kota Denpasar. E-Jurnal Agroteknologi Tropika. ISSN:2301-6515 Vol. 6. No. 2.

Lenataris. C, 2012Analisis Pola Perubahan Penggunaan Lahan Dan Perkembangan Wilayah Di Kota Bekasi. Sktipsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Resubun, Tarore, R.Ch dan Takumansang, E.D. 2015. Analisis Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Resapan Air Di Kelurahan Ranomuut Kecamatan Paal Dua Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado

Rosyidie. A, 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm.241 – 249.

Sang, A.A. Kumuru, F.A dan Moniaga, I.L. 2015. Analisis Perubahan Luas Kawasan Resapan Air di Kota Manado. Sabuah Vol.7, No.1: 423 – 430. Manado.

Surni, Sumbangan Baja, Usman Rasyad, 2015. Dinamika perubahan penggunaan lahan, penutupan lahan terhadap hilangnya biodiversitas di DAS Tallo, Sulawesi Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1; 5: 1050-1055

Waryono, Tarsoen, 2008. Peranan Kawasan Resapan dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, Universitas Indonesia, Jakarta

Gambar

Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005 dan 2015 di Lokasi Penelitian
Gambar 1. Perubahan Penggunaan Lahan Kurun Waktu 10 Tahun (2005-2015)
Tabel 2. Kelas kesesuaian kawasan resapan air tahun 2005 dan 2015 serta perubahan kawasan               resapan air di Kota Kendari
Gambar 2. Perubahan Kesesuaian Kawasan Resapan Air Kota Kendari Tahun 2005-2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang bertujuan merancang bangunan hotel wisata yang memanfaatkan potensi alam Kaliurang dan mengekspresikan keselarasan bangunan hotel

Secara normatif , suatu organisasi pelayanan publik seharusnya melakukan pengukuran kinerja secara koprehensif dengan menggunakan parameter seperti efisiensi,

meminimalisir perbedaan-perbedaan antara kedua kelas (kontrol dan eksperimen) yang dibandingkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kemampuan tersebut ia merasa optimis dan yakin akan mampu menghadapi masalahnya dengan baik. Tanggung jawab ; yakni rasa tanggung jawab terhadap apa yang menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk (1) identifikasi varietas beras japonica dan indica premium yang mempunyai palatabilitas tinggi; (2) menguji marka STS terpaut palatabilitas

kami mengundang Saudara untuk hadir dalam tahapan Pembuktian Kualifikasi, pada. Hari/Tanggal : Kamis ,20 Juli

Model pendugaan biomassa bersifat khas untuk setiap kondisi dan keadaan, oleh karenanya perlu dilakukan penyusunan secara khusus untuk daerah dengan keadaan tertentu, tidak

Dengan demikian proses internalisasi nilai-nilai keutamaan bagi anak sangat ditekankan pelaksanaanya, hal tersebut dapat dilakukan melalui contoh-contoh yang