• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM TATA NEGARA INDONESIA Perubahan Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM TATA NEGARA INDONESIA Perubahan Ke"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM TATA NEGARA INDONESIA: Perubahan Kekuasaan MPR

Selama Periodesasi Konstitusi Indonesia

(sebelum dan sesudah amandemen UUD RI)

Disusun oleh:

TRI AYU DAMAI YANTI

Nim. 02011281621135

Kelas: Konstitusi B

FAKULTAS HUKUM

UNIVESITAS SRIWIJAYA

(2)

PENDAHULUAN

Konstitusi sudah dikenal sejak zaman Yunani kuno, dimana konstitusi Athena yang ditulis oleh seorang Xenophon (abad 425 SM) merupakan konstitusi pertama. Konstitusi pada saat itu hanya diartikan secara materiil, namun perbedaan antara kontitusi dengan hukum biasa sudah tergambar dalam pembedaan yang dilakukan oleh Aristoteles terhadap pengertian kata politeia (konstitusi) dan nomoi (undang-undang biasa). Dalam bahasa Latin, istilah konstitusi disebut dengan constitu, dalam bahasa Belanda dikenal dengan sebutan grondwet

(wet berarti undang-undang dan grond berarti dasar). Dalam bahasa Prancis dikenal sebagai

constituer (membentuk)1

Konstitusi sering disamakan dengan UUD, Sri Soemantri menyamakan arti keduanya sebagai praktik ketatanegaraan di bagian besar dunia, termasuk Indonesia. Namun, Konstitusi juga sering dibedakan, L.J. Apeldoorn membedakan bahwa konstitusi adalah muatan peraturan tertulis dan tidak tertulis, sedangkan UUD adalah muatan tertulis dari konstitusi.2 Negara yang konstitusinya tidak tertulis adalah negara Inggris karena tidak berbentuk suatu naskah. Negara yang konstitusinya tertulis contohnya Indonesia memiliki UUD yang dibukukan. Konstitusi dibuat sesingkat mungkin tetapi mencangkup seluruh kepentingan, dan pada hakekatnya mengandung 3 hal.

1. Pengaturan tentang HAM,

2. Pengaturan tentang Struktur Negara, 3. Pengaturan tengang kekuasaan Negara.

Konstitusi dapat mengalami perubahan sesuai dengan klasifikasi konstitusi yang digunakan setiap negara baik itu konstitusi rigid (kaku) dan/atau konstitusi flexible. Indonesia terkualifikasi konstitusi rigid karena untuk melakukan perubahan pada konstitusi harus melewati serangkaian prosedur yang terbilang rumit yang diatur dalam UU yang berlaku, tepatnya perubahan UUD diatur dalam Pasal 37 UUD 1945, “(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya. (3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis

1 Sukerdja, Ahmad, HUKUM TATA NEGARA & HUKUM ADMINISTRASI NEGARA, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2014), hlm. 64 & 65.

(3)

Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.” Tetapi walaupun dianggap rumit, Indonesia pernah mengalami beberapa kali perubahan konstitusi, yaitu:

1. UUD 1945 (I) [sejak 18 Agustus 1945-] 2. Konstitusi RIS [sejak 27 Desember 1949-] 3. UUDS 1950 [sejak 17 Agustus 1950-] 4. UUD 1945 (II) [sejak 5 juli 1959-]

Masa Orde Lama (Pemerintahan Soekarno)

Masa Orde Baru (Pemerintahan Soeharto)

5. UUD 1945 era Reformasi

Amandemen 1 (diterapkan 29 Oktober 1999)

Amandemen 2 (diterapkan 18 Agustus 2000)

Amandemen 3 (diterapkan 9 November 2001)

Amandemen 4 (diterapkan 10 Agustus 2002)3

Menurut George Jellinek terdapat dua metode perubahan konstitusi. Pertama, yang disebut “verfassungs-anderung”, yakni cara perubahan konstitusi yang dilakukan dengan sengaja dengan cara yang ditentukan dalam konstitusi. Kedua, melalui prosedur yang disebut “verfassungs-wandelung” yakni perubahan konstitusu yang dilakukan tidak berdasarkan cara formal yang ditentukan dalam konstitusi sendiri, melainkan melalui jalur istimewa seperti, revolusi, kudeta, dan konvensi.4

PEMBAHASAN

UUD 1945 berisikan 3 bagian yaitu, pembukaan, batang tubuh (16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan), dan penjelasan. UUD 1945 mengatur tugas dan wewenang Lembaga Negara, menurut teori klasik hukum negara meliputi,

3 Heydir, Laurel, HUKUM KONSTITUSI INDONESIA,

https://www.academia.edu/19263600/Hukum_Konstitusi_Indonesia, diakses 11 november 2017, jam 3:00 WIB.

(4)

legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Terkhusus pada tugas MPR memiliki perubahan sebelum dan sesudah amandemen UUD RI.

Sebelum perubahan UUD 1945, Republik Indonesia (RI) menganut prinsip supremasi MPR sebagai salah satu bentuk varian sistem supremasi parlemen yang dikenal di dunia.5 Lembaga MPR disebut sebagai pelaku tertinggi kedaulatan rakyat bahkan dalam Pasal I ayat (2) UUD 1945 sebelum perubahan dirumuskan dengan kalimat: “Kedaulatan di tanggan rakyat dan dilakukan sepenuhkan oleh Majelis Pemusyawaratan Rakyat.” Sekarang, isi pasal tersebut diubah menjadi, “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” Hal ini sangat mempertegas bahwa kedaulatan tersebut dilaksanakan menurut konstitusi yang berlaku di RI dan pelaku pelaksananya tidak hanya dari Lembaga MPR tapi mencangkup seluruh Lembaga Negara. Hal ini juga memperjelas bahwa MPR bukanlah Lembaga Negara tertinggi lagi melainkan setara dengan yang lainnya. Adapun perubahan lembaga negara sebelum dan sesudah amandemen UUD RI, yaitu:

1. Sebelum amandemen.

Lembaga tertinggi negara adalah MPR. Lembaga tinggi negara adalah Presiden, DPR, MA, DPA, BPK.

2. Sesudah amandemen.

Lembaga Negara sesudah amandemen UUD 1945 terbagi menjadi 3 lembaga negara yaitu:

Lembaga Negara Utama: - legislatif: MPR, DPR, DPD.

- eksekutif: Pres/Wapres, Kementrian negara. - yudikatif: MA dan MK.

Lembaga Negara Pendukung, BPK, KY, KPU, dll.

Lembaga Negara Tambahan, dibentuk dengan UU dan PP/Perpres/Keppres.6

Sebelum perubahan UUD 1945, MPR berwenang memilih Presiden dan Wakil Presiden hal ini dikarenakan penjelasan pada pasal 3 UUD 1945, “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar daripada haluan Negara.” Karena adanya penataan ulang sistem ketatanegaraan secara teoritis terjadi perubahan fundamental, yaitu sistem yang vertical hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi horizontal fugsional dengan prinsip check and balances dimana terdapat proses mengawasi dan saling mengimbangi antarlembaga negara dalam kedudukan yang setara.7 Hal ini menunjukan bahwa MPR tidak lagi menjadi haluan Negara karena diperkuatnya kelembagaan DPR, pembentukan lembaga-lembaga baru untuk menunjang kelangsungan pemerintahan

5 Huda, Ni’matul, HUKUM TATANEGARA INDONESIA, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 149.

6 Heydir, Laurel, op. cit.

(5)

untuk mencapai tujuan negara dan terkhusus pada wewenang MPR untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dan MPR. Maka perubahan pasal 3 UUD 1945 menjadi tiga ayat yaitu, “(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar. (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.

Pada masa sekarang tugas dan wewenang MPR sudah diatur dalam Undang-Undang Nasional yaitu terdapat dalam UU RI No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Tepatnya MPR dimuat tersendiri pada BAB II yaitu bagian kesatu mengenai susunan dan kedudukan, bagian kedua mengenai tugas dan wewenang, bagian ketiga mengenai keanggotaan, bagian keempat mengenai hak dan kewajiban anggota, bagian kelima fraksi dan kelompok anggota MPR, bagian keenam mengenai alat kelengkapan, bagian ketujuh mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang, bagian kedelapan mengenai pelaksaan hak anggota, dan bagian kesepulun mengenai penggatian antarwaktu.

PENUTUP

Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap bangsa dan negara untuk mencerminkan sistem ketatanegaraan setiap masing-masing negara. Sesuai dengan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa konstitusi akan tetap dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada baik dapat dipengaruhi melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, budaya dan lain sebagainya. Setiap terjadinya perubahan pada konstitusi dapat memberikan dampak pada masyarakat baik itu positif maupun dampak negatif.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Heydir, Laurel. 2017. “HUKUM KONSTITUSI NDONESIA”.

https://www.academia.edu/19263600/Hukum_Konstitusi_Indonesia, diakses 11 November 2017, jam 3:00 WIB.

Huda, Ni’matul. 2010. “HUKUM TATANEGARA INDONESIA”. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rahayu, Minto. 2007. “PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”. Jakarta: Grasindo.

Sukerdja, Ahmad. 2014. “HUKUM TATA NEGARA & HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”. Jakarta Timur: Sinar Grafika.

Syahuri, Taufiqurrohman. 2011. “TAFSIR KONSTITUSI BERBAGAI ASPEK HUKUM”.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah memilih game di dalam tampilan Menu Pulau, pemain akan dibawa menuju tampilan dialog antara tokoh utama Arjuna dengan satu tokoh yang berasal dari

Penelitian ini dilaksanakan juga untuk menganalaisis kemampuan siswa dalam menemukan pola alternatif dari perpangkatan dua digit dengan satuan satu dan mengetahui kecepatan juga

Nilai konversi ransum pada perlakuan E yang lebih tinngi dari perlakuan A, B, C dan D, hal ini menunjukkan bahwa kualitas ransum kurang baik dengan meningkatnya jumlah

DePorter dan Hernacki (2002) menyatakan bahwa gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana cara menyerap informasi dengan mudah dan mengatur,

Agar soal yang disiapkan oleh setiap peserta diklat guru mata pelajaran IPS MTs ketika mengajar harus menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal, maka harus

Seberapa jauh citra satelit ALOS/AVNIR-2 dan SPOT-4 dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan tutupan lahan, perubahan garis pantai, serta perubahan tingkat

Dapatan kajian tentang faktor yang mempengaruhi kecenderungan minat positif terhadap bahasa Melayu antara murid Melayu bandar dengan luar bandar ini menunjukkan

Belajar yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan,