• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Penerapan Kode Etik Jurnalistik pada Wartawan Siber di SuaraMerdeka.com T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Penerapan Kode Etik Jurnalistik pada Wartawan Siber di SuaraMerdeka.com T1 BAB V"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

43 BAB V

PRAKTIK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK PADA WARTAWAN SIBER Di SuaraMerdeka.com

5.1. Media Siber SuaraMerdeka.com

Setelah melakukan penelitian , peneliti mendapatkan berbagai arsip dokumen dan temuan hasil penelitian tentang media siber SuaraMerdeka.com . Media siber SuaraMerdeka.com merupakan sebuah portal berita yang dinaungi oleh media surat kabar Suara Merdeka. SuaraMerdeka.com menjadi sebuah ruang pemberitaan dari surat kabar dan jurnalisme siber. Berita yang diunggah ke media cetak akan diunggah pula secara ringkas di SuaraMerdeka.com . Munculnya portal media SuaraMerdeka.com dari surat kabar ini, secara tidak langsung menunjukan bahwa dunia surat kabar telah menyadari bahwa mereka perlu melakukan inovasi-inovasi dan mengikuti perkembangan yang ada saat ini.

(2)

44

pemerintah melarang menebang pohon untuk dijadikan kertas jadi koran.

Maka kita harus siapkan dari sekarang.”1

Selain itu, wartawan media siber pun tetap menggunggah berita terbaru secara langsung melalui portal berita SuaraMerdeka.com . SuaraMerdeka.com mampu menjadi solusi terhadap kendala jarak dan waktu untuk pembaca berita cetak Suara Merdeka. SuaraMerdeka.com menyajikan aspek kecepatan sehingga berita selalu diperbaharui. Jurnalisme siber menjadi pilihan baru masyarakat dengan kemudahan akses melalui komputer dan ponsel cerdas , cepat, murah, dan fitur lengkap yang tersedia di portal berita SuaraMerdeka.com ditambah lagi dapat berinteraksi dengan sesame pembaca melalui kolom komentar.

SuaraMerdeka.com menyajikan portal berita yang menarik. Segmen berita yang disajikan seperti Hiburan, Pilkada Serentak, Otomotif, Olahraga, Bisnis, Pringgitan, Mancanegara, Travel, Ekspresi, Liputan Khusus, SM Cetak, dan SMTV. Segmen SuaraMerdeka.com yang membedakan portal berita siber lainnya adalah Pringgitan, Ekspresi dan SM Cetak. Pringgitan sendiri berisikan berita bernuansa tradisional atau budaya jawa yang dikemas dan disajikan untu k masyarakat jawa tengah dan nasional. Ekspresi merupakan ruang khusus yang berisikan segmen tersendiri bagi anak muda untuk mendapatkan informasi seputar selebritis, artikel-artikel yang bermanfaat dan berbagai liputan acara anak muda.

Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa “Suara Merdeka memang memposisikan sebagai media perekat warga Jawa Tengah . maka kami lebih menonjolkan segmen berita-berita Jawa Tengah. Meskipun kami tidak meninggalkan isu-isu nasional dan internasional yang memang sedang

(3)

45

besar diberitakan. Kami memiliki fokus utama yaitu berita jawa tengah. Jika SuaraMerdeka.com memilih dengan berita berita besar maka kami akan kalah bersaing dengan media siber seperti detik.com, kompas.com dan sebagainya. Mereka memang buat nasional dengan jaringan nasional , kelemahan mereka

adalah jaringan lokalnya. Maka kami ambil celah disitu.” Jelasnya.2

Selain, membahas profil SuaraMerdeka.com , Pimpinan Redaksi juga menjelaskan kriteria seorang wartawan siber SuaraMerdeka.com . Beliau menyampaikan bahwa ”Untuk wartawan SuaraMerdeka.com ialah jangan gaptek, mereka mampu untuk menggunakan media siber dan ponsel cerdas sesuai dengan teknologi masa kini. Sehingga, ketika melihat peristiwa yang ada segara melaporkan dan meliput dengan cek and ricek fakta lapangan, konfirmasi yang pasti. Saya suka wartawan siber yang aktif di sosial media,mereka tahu perkembangan, selain itu, mereka harus mengetahui perkembangan media siber lainnya. Sehingga, medapatkan banyak informasi yang mungkin belum diketahui. Kita harus melakukan komparasi dengan media lainnya maka kita mengetahui keunggulan media lain dan kita tahu kekurangan media yang kita geluti setiap harinya. Secara umum, wartawan harus paham Kode Etik Jurnalistik, mereka juga harus responsif. Ponsel cerdas saat ini harus mereka manfaatkan untuk tulis berita. Semua wartawan

SuaraMerdeka.com menggunakan piranti ponsel cerdas untuk liputan.”

Jelasnya.3

Kriteria yang diutamakan adalah seorang wartawan yang mengikuti perkembangan zaman, memahami rivalitas perkembangan portal berita media siber lainnya, serta mampu menjalankan dasar-dasar profesinya, seperti

2 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

(4)

46

Hukum Pers, Kode Etik Jurnalistik dan Pedoman Media Siber serta Konvergensi Media.

5.2. Pedoman Media Siber sebagai Landasan resmi berjalannya SuaraMerdeka.com

Media siber cepat berkembang seiring dengan minat masyarakat

terhadap teknologi internet yang semakin tinggi. Kondisi tersebut terjadi

karena akses masyarakat untuk menggunakan internet semakin mudah. media

siber belum memiliki aturan main yang memadai. Media siber masih

membuntuti aturan main yang dimiliki media massa yang telah hadir lebih

dulu. Hal tersebut sepenuhnya tidak salah. Walaupun begitu, aturan main

tersendiri bagi media siber sangat dirasa perlu. Hal itu karena setiap media

massa memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga, aturan yang ada harus

sesuai dengan karakteristik tersebut

Setiawan Hendra Kelana menyampaikan pendapatnya bahwa “Saya selalu menyampaikan kepada wartawan, di dalam pedoman media siber itu banyak hal yang mengatur dan membatasi namun memberikan keleluasaan juga dalam menjalankan profesi sebagai wartawan siber. Misalnya, berita yang aktual dan baru saja terjadi bisa langsung diunggah ke media bila memang belum ada konfirmasi dari pihak-pihak yang berwenang berita tersebut bisa naik lagi sebagai berita terkait. Wartawan sangat dimudahkan dengan hadirnya pedoman media siber tersebut. pedoman ini juga disusun oleh dewan pers dan para pengelola sehingga tetap menjadi salah satu

pegangan wartawan”4

(5)

47

PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER

Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan

kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers.

Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai berikut;

1. Ruang Lingkup

a. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta

memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.

(6)

48 2. Verifikasi dan keberimbangan berita

a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.

b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.

c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:

1) Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak;

2) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel dan kompeten;

3) Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai;

4) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan menggunakan huruf miring.

d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang belum terverifikasi.

3. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)

a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara terang dan jelas.

(7)

49

c. Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan:

1) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;

2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan;

3) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.

d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c).

e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c). Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses pengguna.

f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima.

g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c).

(8)

50 4. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab

a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers.

b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab.

c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut.

d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain, maka:

1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya;

2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu;

3) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu.

(9)

51

5.3. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang Dilakukan SuaraMerdeka.com

5. Pencabutan Berita

a. Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers.

b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut.

c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik.

6. Iklan

a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan iklan.

b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib mencantumkan keterangan 'advertorial', 'iklan', 'ads', 'sponsored', atau kata lain yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi tersebut adalah iklan.

7. Hak Cipta

Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Pencantuman Pedoman

Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang dan jelas.

9. Sengketa

Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers.

Jakarta, 3 Februari 2012

(Pedoman ini ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta, 3

(10)

52

5.3. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang Dilakukan SuaraMerdeka.com Berikut ini merupakan salah satu kasus yang diperoleh dari Arsip Dokumen Suara Merdeka.com , tanggal 31 Mei 2017 yang menjerat SuaraMerdeka.com secara rinci melalui arsip dokumen perusahaan yang diberikan pada peneliti, sebagai berikut :

Myra dan Ktut Tolak Disebut Diberhentikan Tidak Hormat

JAKARTA, SuaraMerdeka.com - Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa, mantan anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa membantah pemberitaan yang menyebutkan keduanya diberhentikan dengan tidak hormat seperti yang diberitakan SuaraMerdeka.com tanggal 30 Oktober 2010 lalu, dengan judul "Lima dari Delapan Calon Anggota LPSK Bermasalah".

Dewan pers pun menggelar mediasi pihak redaksi SuaraMerdeka.com dengan Myra dan Ktut terkait pemberitaan tersebut, Rabu (11/1), di kantor Dewan Pers. "Faktanya adalah tidak benar kami diberhentikan secara tidak hormat," kata Myra di hadapan Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Agus Sudibyo, Leo Batubara, dan Bekti Nugroho.

Myra dan Ktut juga meminta SuaraMerdeka.com memuat hak jawab, sebagaimana telah dilakukan sejumlah media siber lainnya yang juga memuat

(11)

53

Berikut Surat Hak Jawab dari Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa:

Terkait pemberitaan media siber www.SuaraMerdeka.com berjudul “Lima dari

Delapan Calon Anggota LPSK Bermasalah” edisi 30 Oktober 2011 yang menyangkut nama saya, Myra Diarsi dan Ktut Sudiharsa yang sama sekali tidak berdasarkan fakta yang benar dan dimuat tanpa melakukan verifikasi ataupun klarifikasi kepada kami sebagaimana seharusnya menjadi kaidah etik kerja jurnalisme seperti yang tercantum di dalam Kode Etik Jurnalistik 2006. Tindakan pemberitaan dan pemuatan di media siber SuaraMerdeka.com telah melanggar etik profesi jurnalistik mengenai keberimbangan sumber berita, dan memuat opini yang bersifat menghakimi.

Faktanya adalah tidak benar kami diberhentikan secara tidak hormat, hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden No.39/P 2010 tentang Pemberhentian Anggota LPSK Tgl 5 April 2010, an. I Ktut Sudiharsa, SH, MSi dan Dra. Myra Diarsi, MA. Selain itu perlu diketahui bahwa proses pemberhentian kami tidak mengikuti prosedur pasal 23 dan pasal 25 UU No. 13/ 2006 tentang Perlindungan Saksi Korban. Untuk pemberhentian anggota LPSK ditentukan dengan menyelenggarakan Sidang Paripurna yaitu bersidangnya 7 orang anggota LPSK untuk membuat Keputusan yang bersifat institusional sesuai dengan Peraturan Presiden No. 30 tahun 2009 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota LPSK. Faktanya, LPSK tanpa dua orang anggotanya (Dra. Myra Diarsi, MA dan I Ktut Sudiharsa, S.H, Msi) membentuk Majelis Pemeriksa - -yang pembentukannya tidak memiliki dasar hukum-- yang mengeluarkan Putusan Majelis yang bersifat non institusional, namun dianggap sebagai Keputusan Sidang Paripurna LPSK.

Pemberitaan tanpa uji informasi (verifikasi) tersebut telah kami adukan kepada Dewan Pers pada 10 November 2011, dan pada tanggal 11 Januari 2012 Dewan Pers telah memfasilitasi proses mediasi. Pertemuan berlangsung baik dengan pembahasan

yang mengedepankan fairness dan kebenaran informasi publik sebagaimana

dimandatkan KODE ETIK JURNALISTIK 2006, serta menyepakati penyelesaian yang lazim dilakukan yakni hak jawab dan permintaan maaf.

Jakarta, 11 Januari 2012

(12)

54

KRONOLOGIS FAKTA

TIM ETIK

1. Tanggal 3 November 2009 diperdengarkannya rekaman percakapan

antara I Ktut Sudiharsa dan Anggodo Widjoyo di Mahkamah Konstitusi.

2. Tanggal 5 November 2009 LPSK menggelar Rapat Paripurna guna

meminta klarifikasi I Ktut Sudiharsa dan Myra Diarsi (namanya disebut dalam percakapan dan rekaman tersebut)

3. Tanggal 23 November 2009 LPSK menggelar Rapat Paripurna

memutuskan membentuk tim Etik berdasarkan hasil temuan Tim 8.

4. Tanggal 30 November 2009 LPSK menggelar Rapat Paripurna dan

mengeluarkan Surat Keputusan LPSK Tentang Pembentukan Tim Etik LPSK dan Surat Keputusan LPSK Tentang Pembebastugasan Sementara atas jabatan Nama I Ktut Sudiharsa dan Myra Diarsi tertanggal 1 Desember 2009.

5. Dasar rapat paripurna dan pengeluaran SK pada point 4, yakni:

a. ketentuan Pasal 26 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 yang

menyebutkan bahwa keputusan LPSK diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dicapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak

b. Desakan dari masyarakat untuk segera membentuk Dewan Etik

terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan IKS dan MD dalam rekaman tersebut.

c. Surat pernyataan sikap dari masing-masing Anggota LPSK terhadap

dugaan pelanggaran yang dilakukan IKS dan MD dalam rekaman tersebut..

6. Tim Etik LPSK yang terdiri dari Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH,

MA, Ph.D., Abdul Hakim Garuda Nusantara, SH, LL.M, Prof. Drs. Adrianus Eliasta Meliala, MSi, MSc, Ph.D, DR. Teguh Soedarsono, S.IK, SH, MSi, dan RM. Sindhu Krishno, Bc. IP, SH, MH mulai bekerja sejak 1 Desember 2009 sampai 21 Januari 2010.

7. Hasil Rekomendasi Tim Etik:

a. Tim etik menyimpulkan bahwa IKS dan MD telah melakukan

(13)

55

c. Sangat patut disesalkan sikap IKS yang tidak mengakui

kesalahannya, selalu membela diri dengan menggunakan dasar hukum serta merasa diri benar sendiri.

d. MD sebagai Penanggungjawab Bidang Perlindungan LPSK

secara sadar melakukan pembenaran dan pengesahan semua tindakan-tindakan yang dilakukan IKS sebagai lingkup tanggung jawabnya.

e. Tindakan IKS dan MD termasuk perbuatan tercela dan dapat

berimplikasi mencemarkan keberadaan LPSK sebagai lembaga yang seharusnya dijunjung martabat dan reputasi, ekmandirian, serta kredibilitas sesuai norma Pasal 24 huruf e UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dan Pasal 4 huruf e Perpres Nomor 30 Tahun 2009.

MAJELIS PEMERIKSA DAN SIDANG PARIPURNA

1. 26 Januari 2010 LPSK menggelar rapat Paripurna untuk

membahas hasil rekomendasi tim etik. Hasil dari Rapat Paripurna memutuskan menyetujui rekomendasi Tim Etik dan menindaklanjuti dengan membentuk Majelis Pemeriksa sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jo Peraturan LPSK Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Pemberhentian Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

2. Dasar hukum pembentukan Majelis Pemeriksa yakni

ketentuan Pasal 2 Peraturan LPSK Nomor 5 Tahun 2009 tentang

Tatacara Pemeriksaan dan Pemberhentian Anggota Lembaga

Perlindungan Saksi dan Korban dimana menyebutkan Ketua dan/atau Wakil Ketua wajib menyelenggarakan Rapat Paripurna yang membahas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota LPSK berdasarkan temuan Tim yang berindikasi kuat telah terjadi pelanggaran.

3. 2 Februari 2010, LPSK membentuk Majelis Pemeriksa yang

(14)

56

4. Putusan Majelis Pemeriksa:

a. Menyatakan IKS dan MD terbukti secara sah

dan meyakinkan telah melakukan perbuatan tercela berupa tindakan yang mencemarkan martabat dan reputasi serta mengurangi kemandirian dan kredibilitas LPSK.

b. Menyatakan tindakan IKS dan MD telah

terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 24 huruf e UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindunagn Saksi dan Korban dan Pasal 4 huruf e Perpress Niomor 30 tahun 2009.

c. Menyatakan IKS dan MD harus diberhentikan

sebagai Anggota LPSK.

5. 4 Maret 2010, LPSK menggelar rapat paripurna guna

membahas putusan Majelis Pemeriksa dan Rapat Paripurna menyepakati hal-hal sebagaimana berikut:

a. Menyepakati untuk setuju atas Putusan Sidang

Paripurna pada tanggal 3 Maret 2010.

b. Menyepakati segera menindaklanjuti hasil

Putusan Majelis Pemeriksa tentang Pemberhentian I Ktut Sudiharsa, SH, MSi dan Dra. Myra Diarsi, MA sebagai Anggota LPSK kepada Presiden RI.

c. Menyepakati Pembebastugasan Sementara atas

nama I Ktut Sudiharsa dan Dra. Myra Diarsi, MA pada jabatannya berdasarkan Surat Keputusan Nomor: KEP-035/I/ LPSK/12/2009 telah berakhir.

d. Membebastugaskan I Ktut Sudiharsa dan Myra

Diarsi dalam jabatannya sesuai ketentuan Peraturan LPSK Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tatacara Pemeriksaan dan Pemberhentian Anggota LPSK.

6. 10 Maret 2010 LPSK telah menyampaikan surat

usulan pemberhentian I Ktut Sudiharsa dan Myra Diarsi kepada Presiden.

(15)

57

Beberapa Pasal Kode Etik Jurnalistik yang terkait atau dituduhkan kepada SuaraMerdeka.com dengan hal ini adalah :

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang

akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Berita yang diangkat oleh SuaraMerdeka.com menimbulkan persepsi bahwa wartawan SuaraMerdeka.com tidak menghasilkan berita yang akurat dan beritikad buruk terhadap I Ktut Sudiharsa dan Dra. Myra Diarsi, MA. Padahal, wartawan SuaraMerdeka.com memiliki bukti yang kuat melalui rekaman percakapan antara I Ktut Sudiharsa dan Anggodo Widjoyo di Mahkamah Konstitusi. sehingga, permasalahan ini dapat diselesaikan oleh Iwan kelana selaku Pimpinan Redaksi media siber.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara

berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi,

serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Wartawan SuaraMerdeka.com dianggap melanggar pasal ke 3 yaitu tidak menguji informasi, tidak memberitakan secara berimbang dan memasukan opini terhadap berita yang terkait dengan Myra Diarsi dan I Ktut

Sudiharsa membantah pemberitaan yang menyebutkan keduanya

diberhentikan dengan tidak hormat atau dipecat. Namun, wartawan sebelum menulis berita tersebut telah melakukan kroscek dilapangan.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara

(16)

58

Pasal ini diberlakukan oleh SuaraMerdeka.com dengan memasukan surat hak jawab Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsake portal berita dan surat kabar Suara Merdeka. Proses mediasi dan hukum juga dijalankan oleh SuaraMerdeka.com . banyak sekali media siber lokal dan nasional yang tersandung kasus pelanggaran ini karena penggunaan kata ‘dipecat’. Contohnya saja, Kompas.com.

5.4. Data Pribadi Dua Wartawan Media Siber SuaraMerdeka.com Setelah meminta ijin melakukan penelitian di Suara Merdeka.com, Setiawan Hendra Kelana selaku pimpinan redaksi memilih kedua wartawan yang beliau anggap berkompetensi untuk di teliti oleh peneliti. Kedua wartawan tersebut memiliki jenjang karir atau pengalaman kerja di media sebelumnya. Selain itu Pimpinan Redaksi memilih kedua wartawan yang segmen berita yang dicari sangat berbeda.

Data Pribadi Adib Auliawan Herlambang Nama : Adib Auliawan Herlambang Jenis Kelamin : Pria

Tempat/Tanggal Lahir : Tegal / 4 November 1988 Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Menikah Agama : Islam

Hobi : Olahraga (basket dan lari)

Nomor HP : 0856-4126-4743, 0882-1530-8491

E-Mail : adibauliawan@gmail.com

Riwayat Pendidikan

(17)

59

Tahun 2003-2006 SMA Negeri 4 Tegal Tahun 2006-2010 Program Studi Diploma

(D-3),Jurusan Hubungan Masyarakat / Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang,

Tahun 2010-2012 Program Studi Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang

Pengalaman Kerja

Tahun 2008 Magang di Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah Semarang, sebagai Humas.

Tahun 2010 – 2011 Bekerja di Olga! Magazine Semarang,

sebagai Repoter.

Tahun 2011 – Sekarang Bekerja di Suara Merdeka Siber

(SuaraMerdeka.com ), sebagai Repoter / Editor.

Data Pribadi Phutut Ami Luhur.

Nama : Phutut Ami Luhur

Jenis Kelamin : Pria

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang / 21 Januari 1980

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

(18)

60 Hobi : Nonton Film

Nomor HP : 0821-3375-7824

E-Mail : phutut.ami.luhur@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun 1986-1992 SD Kalibanteng Kidul 1 Semarang

Tahun 1992-1995 SMP Negeri 19 Semarang

Tahun 1995-1998 SMA Negeri 7 Semarang

Tahun 1999-2003 Program Studi Diploma

(D-3),Jurusan Hubungan Masyarakat / Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang

Tahun 2005-2010 Program Studi Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang

Pengalaman Kerja

Tahun 2004 Radio channel 99 sebagai Program Officer

Tahun 2009 Wartawan Harian Semarang

Tahun 2009-2014 Wartawan Tribun Jojga dan Tribun Jateng (ikut mendirikan)

Tahun 2014 sampai sekarang Wartawan di media siber

(19)

61

5.5. Penerapan Kode Etik Jurnalistik dan Wartawan

SuaraMerdeka.com

Hasil penelitian yang didapat, wartawan SuaraMerdeka.com telah menjalankan keempat kriteria profesional tersebut. Wartawan SuaraMerdeka.com membebaskan kedua wartawan yang peneliti pilih untuk melakukan kegiatan liputan sesuai dengan keinginan hati Nurani mereka memilih topik yang akan dijadikan sebuah karya jurnalistik, jika memang hasil liputan tidak disetujui berita tidak diunggah ke media siber. Kebebasan Pers sudah berlaku bagi kedua wartawan tersebut. seperti yang dilakukan Phutut dalam kesehariannya mencari 3 berita dengan topik yang berbeda. Mulai dari politik,ekonomi dan pendidikan. Meskipun demikian, kebebasan di sini dibatasi dengan kewajiban dan mempertimbangkan secara matang, bertukar pikiran dengan pimpinan redaksi juga sering dilakukan.

KODE ETIK JURNALISTIK

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna

memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga

menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers

menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai

pedoman operasional dalammenjaga kepercayaan publik dan menegakkan

(20)

62

Setiawan Hendra kelana selaku Pimpinan redaksi menyampaikan

aktivitas yang dilakukan para wartawan siber di SuaraMerdeka.com bahwa “:

(21)

63

untuk rivalitas dengan organisasi yang ada. Memang yang Serikat lebih ke PWI dan Asosiasi lebih ke AJI.”5

Akibat terparah dari bertukar pikiran dengan pimpinan redaksi ialah para wartawan harus tunduk pada kepentingan pemilik atau setidaknya pada visi, misi, dan rubrikasi media tersebut. pengubahan atau penghapusan berita yang mengancam stabilitas kinerja SuaraMerdeka ataupun judul yang diubah menjadi hal biasa bagi kedua wartawan ini.

Tentunya, seorang wartawan siber SuaraMerdeka.com memiliki tanggung jawab pemberitaan. Hal itu disampaikan oleh Setiawan Hendra Kelana bahwa “Sebenarnya, saya menggunakan birokasi yang sederhana saja, siber butuh kecepatan dan aktualitas. Waktu adalah hal yang sangat penting di media siber. Ketika kami mendistribusikan tugas sebagai tugas harian. Seorang pimpinan redaksi yang dibawahnya ada redaktur pelaksana, editor dan wartawan jika ada liputan saya langsung ke redaktur dan wartawannya. Sehingga, semua harus cepat. Kita tidak perlu sistem yang ribet, yang mudah saja tidak selalu sesuai jabatan tapi langsung pada yang bersangkutan sehingga berita sangat cepat diunggah.semua rencana peliputan redaktur yang mengkondisikan” .6

Jam kerja wartawan siber SuaraMerdeka.com adalah 24 jam sehari karena peristiwa yang harus diliputnya sering tidak terduga dan bisa terjadi kapan saja. Secara profesional, wartawan harus terjun ke lapangan meliputnya. Itulah panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan sebagai wartawan. Bahkan, wartawan kadang-kadang harus bekerja dalam keadaan

5 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

(22)

64

bahaya. Mereka ingin –dan harus begitu– menjadi orang pertama dalam

mendapatkan berita dan mengenali para pemimpin dan orang-orang ternama.

Wartawan SuaraMerdeka.com memiliki keahlian tertentu, yakni keahlian mencari, meliput, dan menulis berita secara cepat melalui ponsel cerdasnya. Termasuk juga, keahlian dalam berbahasa tulisan dan Bahasa Jurnalistik yang mereka asah dengan rajin membaca buku. Hal tersebut

disampaikan kedua wartawan tersebut pada peneliti. “saya lebih banyak

membaca referensi tentang konten-konten yang sering saya buat. Kalau saya, tertarik sekali membaca majalah Rolling Stone, Hai, dan sebagainya. Keuntungan dari sering membaca adalah menambah “ Bank Kata “ untuk kita sendiri. Kosa kata kita jadi bertambah.” Tutur Adib.7

Menurut hasil penelitian, kedua wartawan yang diteliti memang sudah mempelajari secara utuh Kode Etik Jurnalistik melalui berbagai pembekalan yang diselenggarkan Dewan Pers. Ternyata, saat praktik profesinya Adib dan Phutut telah mengamalkan tanpa mereka sadari. Adib menyampaikan bahwa: ”Saya mengerti, tapi saya gak hafal dan mengerti setiap butirnya. Namun, yang pasti secara umum saya menjalani dan mempelajari tapi secara tidak sadar saya terapkan seperti hak jawab, hak koreksi dan lain-lain. Kode etik bagi saya adalah dasar pijakan profesi yang saya geluti sehingga tetap berjalan sesuai alurnya.”8

Dua wartawan yang diteliti telah menjalankan profesi mereka sesuai dengan tata cara professional seperti menghargai hak asasi narasumber yang

diwawancarai, melakukan sistem off the record, dan menyesuaikan dengan

fakta dilapangan. Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa

(23)

65

“Sebenarnya, embrio organisasi kan belum sampai kesana tetapi orang-orang ini kan mereka sudah ikut PWI dan AJI, baik wartawan cetak,radio atau siber ketika akan menjadi anggota PWI pun harus mengikuti orientasi kewartawanan ini, disitu akan ada 3 hal utama yaitu Hukum Pers, Kode Etik Jurnalistik dan tentang konvergensi media. Konvergensi media adalah salah satu yang paling mendekati perihal media siber yang kami geluti sehingga, mereka pembekaln yang penting 3 itu. Keterkaitan pedoman siber juga ada. Meskipun mereka ada yang tidak tahu saya akan sampaikan karena sekarang ini masyarakat belum tahu betul kehadiran pedoman media siber yang

didalamnya berisikan hal-hal yang harus ditaati media siber itu sendiri.”

Jelasnya.9

Adib menyampaikan bahwa: “Kami disekolahkan lagi untuk pendidikan jurnalistik oleh kantor media Suara Merdeka. Seminar- seminar untuk para wartawan dengan materi yang sudah ditentukan oleh media yang menaungi kami (para wartawan). Ada juga dari PWI ,saya juga ikut disekolahkan dengan PWI kebetulan saya sudah Wartawan Madya. Nah, ada ujiannya untuk mendapatkan kartu identitas wartawan. Hal-hal professional inilah yang harus ditempuh wartawan media siber ataupun media yang lainnya.itu semua dilakukan untuk meningkatkan mutu wartawan dan kualitasnya serta akreditasi diri wartawan tersebut. Tanda pengenal ini sangat penting karena narasumber kini tidak akan mau diwawancarai jika

wartawannya tidak memiliki tanda pengenal tersebut.” 10

Phutut menyampaikan bahwa : “Tentunya, memang harus melindungi narasumber, namun harus ada catatan tentang data identitas yang kita simpan. Jika sampai bermasalah sampai ke dewan pers kita punya identitas mereka.

9 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

(24)

66

Gitu sih. Untuk off the record ya haruslah menghargai privasi narasumber dan

gak ada niatan buat membeberkan sesuatu yang lain dari berita yang mau diangkat.”11

Berita yang dibuat oleh wartawan harus berimbang, akurat dan tidak beritikad buruk hal tersebut rentan terjadi pada kasus yang menyangkut konflik dan polemik yang melibatkan dua pihak bahkan lebih. Berita berimbang memerlukan verifikasi, klarifikasi dan konfirmasi dari narasumber. Menurut Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers

Dewan Pers, Agus Sudibyo, berita tidak berimbang merupakan masalah

utama media siber (media siber).

Media siber (portal berita siber) yang memprioritaskan kecepatan

dinilai cenderung tidak berimbang dalam menyajikan

laporannya. “Pelanggaran kode etik jurnalistik oleh media siber ini paling

banyak di kategori ketidakberimbangan sebanyak 30 kasus,” kata Agus

Sudibyo seperti dimuat Berita Satu (23/2).

11 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017 Pasal 1

(25)

67

Hasil penelitian yang dilakukan pada wartawan Suara Merdeka.com, wartawan merasa mereka tidak independen karna dinaungi oleh sebuah perusahaan. Sehingga, mereka harus menyesuaikan diri dengan visi misi perusahaan. Saat peneliti melakukan penelitian terhadap kedua wartawan tersebut, Adib dan Phutut telah melakukan penafsiran pasal kedua yaitu akurat dalam menulis berita, berimbang, akurat dan tidak beretikad buruk. Segala berita yang diunggah mereka selalu dikoreksi oleh Pimpinan Redaksi melalui grup Whatsapp tim editor dan wartawannya. Ketika suatu berita tidak sesuai dengan pedoman penafsiran pasal 1 , berita bisa langsung diedit atau dihapus.

Adib merasa keakuratan dan keberimbangan berita adalah hal yang penting. Media siber satu langkah lebih maju dari media cetak sehingga jika di siber saja tidak akurat , bisa saja mempengaruhi persepsi orang dengan media cetak kami karna berita siber mampu membentuk opini publik.

Berbeda halnya dengan independen. Mereka berdua saat diteliti serempak mengatakan semua kepentingan berita pasti bercampur aduk dengan kewenangan perusahaan. Jika berita tersebut mengancam perusahaan, tidak berkenan bagi para pimpinan maka wartawan di media tersebut segera menghindari demi kepentingan bersama.

Adib menyampaikan bahwa : “kalau independen sih sudah tidak karna sudah bercampur dengan kepentingan politik dan bisnis. Berimbang pasti,

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta

sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

(26)

68

saya selalu buat berita dari dua sisi kalau di media siber satu berita bisa satu narasumber dan narasumber lain bisa di berita terkaitnya, akurat pasti juga saya jalankan tapi kalau beretikad buruk tidak akan saya lakukan karna liputan dan berita saya suguhkan untuk masyarakat” 12

Para wartawan yang berada di setiap media harus mengikuti perubahan ke arah peningkatan kompetensi. Perusahaan SuaraMerdeka.com mendorong wartawan melakukan uji kompetensi guna mendapatkan sertifikat menjadi wartawan yang berkompeten dengan profesinya. Dalam kesepakatan perusahaan pers nasional itu ada enam hal yang disetujui. Khusus untuk butir satu, yang disetujui adalah melaksanakan sepenuhnya Kode Etik Jurnalistik , Standar Perusahaan Pers (SPS), Standar Perlindungan Wartawan (SPW) dan

Standar Kompetensi Wartawan (SKW).13

Dalam melaksanakan tugasnya wartawan harus memiliki standar kompetensi yang memadai dan disepakati oleh masyarakat pers. Standar kompetensi itu menjadi alat ukur profesionalitas wartawan. SKW ini diperlukan untuk melindungi kepentingan publik dan hak pribadi masyarakat guna menjaga kehormatan pekerjaan wartawan. Jadi, bukan untuk membatasi hak-hak warga negara menjadi wartawan. Melalui SKW ini pula wartawan akan diuji kemampuan intelektual dan pengetahuan umumnya. Sebab, SKW itu melekat pemahaman tentang pentingnya kemerdekaan berkomunikasi, berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Kemampuan untuk memahami etika dan hukum pers, konsepsi berita, penyusunan dan penyuntingan berita, serta bahasa tidak dapat dilepaskan dari kaita kompetensi wartawan. Hal ini juga menyangkut kemahiran melakukan

12 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 13 Wawancara dengan Pimpinan Redaksi Online Bapak Iwan Kelana, tanggal 6 Mei 2017

Pasal 2

(27)

69

kemampuan yang bersifatteknis. Di sinilah dapat diketahui tentang profesionalitas wartawan dalam mencari, memperoleh, menyimpan, memiliki, mengolah, membuat dan menyiarkan berita. Seorang wartawan harus mengikuti uji kompetensi guna mencapat SKW tersebut. Dewan Pers sudah menetapkan lembaga yang diverifikasi sebagai pelaksana uji kompetensi itu. Selain organisasi wartawan dan perusahaan pers, juga dapat dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan lembaga pendidikan jurnalistik.

Cara-cara professional ini telah ditempuh oleh kedua wartawan SuaraMerdeka.com hal tersebut terbukti dalam percakapan saya dengan adib, beliau menyampaikan bahwa :

Penafsiran

Cara-cara yang profesional adalah:

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b. menghormati hak privasi; c. tidak menyuap;

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

(28)

70

“ Kami disekolahkan lagi untuk pendidikan jurnalistik oleh kantor media Suara Merdeka. Seminar- seminar untuk para wartawan dengan materi yang sudah ditentukan oleh media yang menaungi kami (para wartawan). Ada juga dari PWI ,saya juga ikut disekolahkan dengan PWI kebetulan saya sudah Wartawan Madya. Nah, ada ujian kompetensinya untuk mendapatkan kartu identitas wartawan. Hal-hal professional inilah yang harus ditempuh wartawan media siber ataupun media yang lainnya. Semua dilakukan untuk meningkatkan mutu wartawan dan kualitasnya serta akreditasi diri wartawan tersebut. Tanda pengenal ini sangat penting karena narasumber kini tidak akan mau diwawancarai jika wartawannya tidak memiliki tanda pengenal tersebut.”

jelasnya.14

Hal yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan Phutut, beliau menyampaikan bahwa :

”Saya kira setiap wartawan yang mendapat pelatihan dan tergabung

dalam media resmi menempuh cara-cara profesional dalam melaksanakan tugas jurnalismenya.” 15

Adib dan Phutut selalu membawa tanda pengenal saat melakukan liputan, namun sering kali mereka tidak menunjukan. Relasi yang mereka bangun dengan narasumber diawal karier sehingga mereka sudah dikenal sebagai wartawan walaupun media siber SuaraMerdeka.com belum banyak diketahui masyarakat.

Hak privasi juga telah mereka lakukan saat melakukan liputan. Jika narasumber meminta off the record, Adib dan Phutut sangat menghargai informasi yang tidak akan diangkat di media sehingga narasumber juga

(29)

71

berhak melaporkan jika para wartawan tidak sesuai dengan perjanjian awal wawancara.

Adib pernah melakukan pelanggaran pada pasal ini, terkait dengan kesalahan tidak mencantumkan sumber pada foto yang ada di berita liputannya. Adib menyampaikan pelanggaran yang pernah ia lakukan.

“saya pernah meliput suatu event di solo, saya menulis artikel berita

tersebut tapi saya lupa ambil foto. Sampai disini, saya ambil foto di google. Namun, saya lupa mencantumkan sumber dan setiap berita masuk ke siber langsung diunggah di Twitter dan sosial media SuaraMerdeka.com . nah, si pemilik foto komentar di twitter kenapa SuaraMerdeka.com mencantumkan foto yang dia miliki tanpa ijin. Lalu saya urus semuanya secara kekeluargaan , saya telepon lalu saya tawarkan mau berita ini di hapus atau foto yang diambil dari google di beri sumber atas nama pemilik foto tersebut. Akhirnya, pemilik foto hanya minta dicantumkan sumbernya.” Jelas Adib.16

Salah satu buku yang membahas mengenai asas praduga tak bersalah

adalah “Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan Dan

Penuntutan” yang ditulis M. Yahya Harahap, S.H. Dalam buku tersebut, mengenai penerapan asas praduga tak bersalah, Yahya Harahap menulis sebagai berikut (hal. 34):

16 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 Pasal 3

(30)

72

“Tersangka harus ditempatkan pada kedudukan manusia yang memiliki hakikat martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek, bukan objek. Yang diperiksa bukan manusia tersangka. Perbuatan tindak pidana yang dilakukannyalah yang menjadi objek pemeriksaan. Ke arah kesalahan tindak pidana yang dilakukan pemeriksaan ditujukan. Tersangka harus dianggap tidak bersalah, sesuai dengan asas praduga tak bersalah sampai diperoleh putusan pengadilan yang telah berkekuatan tetap.”17

Phutut menyampaikan bahwa : “Sangat setuju tetapi terkadang batasan

trial by the press dan membeberkan informasi ke publik tipis. Menerapkan asas praduga tak bersalah harus tetapi untuk kasus anak di bawah umur, identitas si terduga pelaku perlu dibeberkan terlebih Kode Etik Jurnalistikahatan luar biasa, perlu dibeberkan.” Tuturnya. 18

17 M. Yahya Harahap, S.H. , Pe bahasa Per asalaha Da Pe erapa KUHAP Pe yidika Da Pe u tuta , Jakarta : “i ar Grafika, 006 , hal.

18 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017 Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

(31)

73

Sedangkan Adib menyampaikan bahwa : “semisal orang tersebut memang bersalah namun belum diputuskan menjadi tersangka saya tidak pernah menuliskan hal yang melenceng saya cari kata-kata yang lebih pantas seperti saksi ata terduga saja. Saya mengecamkan ke diri saya sendiri bahwa jangan pernah menggiring opini publik hanya karena berita ingin dibaca masyarakat.”19

Berita yang mengandung unsur bohong, fitnah, sadis dan cabul sangat tidak layak dipublikasikan oleh seorang wartawan yang menganggap bahwa Kode Etik Jurnalistik sebagai panduannya. Berita yang akan diunggah ke media siber harus berisikan fakta yang dikroscek oleh wartawan yang meliput. Berita fitnah, hal ini seringkali menjadi tuduhan utama yang mampu menjerat seorang wartawan. Namun, wartawan tidak mudah diakali bila memliki bukti rekaman, catatan bahkan identitas lengkap narasumbernya.

Berita sadis mampu melihatkan sisi kekejaman tanpa

memperhitungkan perasaan seseorang yang akan melihat bahkan korban dari peristiwa yang naas. Misalnya, peristiwa bencana alam yang terjadi disuatu daerah dengan keadaan korban terlihat di lokasi Kode Etik Jurnalistikadian dalam kondisi yang berdarah-darah, mengambang di lautan atau tercerai berai organ tubuhnya. Hal ini masih sering menjadi konsumsi masyarakat yang melek media. Peristiwa diatas tidak seharusnya diliput dalam bentuk gambar,video, suara atau fasilitas multimedia lainnya. Kemungkinan besar

19 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 Pasal 4

(32)

74

keluarga korban peristiwa tersebut sedang mencari berita tentang keadaan anggota keluarganya yang ada di peristiwa tersebut. Sedangkan, berita cabul yaitu berita yang berisikan hal senonoh yang tidak layak dikonsumsi oleh masyarakat.

Kedua wartawan SuaraMerdeka.com selalu melakukan cek dan ricek dengan fakta yang berhembus di lapangan. Mereka mampu memastikan fakta yang ada dilapangan adalah akurat dan tidak berunsur kebohongan. Begini pendapat Phutut, “Setuju, berita tidak boleh bohong, berisikan fitnah dan cabul. Kadang berita kita bisa saja dituduh sebagai fitnah padahal kita ada bukti. Kalau tentang sadis, ada beberapa media malah menjual berita seperti itu. Mempertunjukan kesadisan dan kekejaman. Sehingga saya tidak melakukan hal tersebut.” 20

“Kalau sadis sudah banyak media melakukan hal tersebut yang gak

sesuai dengan kode etik. Mungkin ada media yang seringkali

20 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017 Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti Kode Etik Jurnalistikam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk

membangkitkan nafsu birahi.

(33)

75

mendokumentasikan peristiwa yang kurang pas di mata pemirsanya seperti berdarah-darah, atau kecelakaan. Kasarnya, berita tersebut saya sebut bencana jurnalistik padahal hal tersebut tidak layak di tayangkan. Namun, wartawan seringkali mempergunakan hal tersebut untuk kepentingan sendiri. Jurnalistik bencana menjadi hal yang sangat rentan dengan pelanggaran kode etik jurnalistik.” Tutur Adib.21

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) berharap pada setiap pemberitaan soal kejahatan seksual harus lebih diorientasikan kepada usaha penyelamatan korban, mengurangi jumlah kasus, atau memberikan pencegahan tindak

kejahatan seksual. “ Dengan menyebutkan identitas korban, wartawan secara

tidak langsung telah ikut menyebarluaskan informasi yang merusak nama baik korban dan secara tidak langsung telah merusak korban asusila itu sendiri," ujar Kordinator Divisi Perempuan AJI Indonesia Rach Alida Bahaweres, dalam diskusi Etika Perlindungan Privasi dalam Peliputan Kejahatan

Seksual di Komnas Perempuan, Jakarta, Rabu (11/1/2012).22

Menjadi korban kejahatan seksual akan menimbulkan trauma yang mendalam. Korban kejahatan seksual juga akan mengalami kehilangan privasi, kepercayaan, dan merasa dirinya menjadi tak berharga lagi karena telah 'ternoda'.

21 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 22

http://news.okezone.com/read/2012/01/11/337/555181/media-diharamkan-sebut-nama-korban-Kode Etik Jurnalistikahatan-susila diakses tanggal 20 Juni 2017, pukul 7 :29 WIB

Pasal 5

(34)

76

Phutut berpendapat bahwa “Misalnya, berita kriminal, semua ditulis sesuai dengan faktanya, jika memang tersangka, kami tidak menghakimi dong dan kami pastinya menuliskan nama dan kasus secara jelas dan detail. Bila kasus tersebut digelar oleh Kode Etik Jurnalistikaksaan harus nama lengkap. Saya masih menerapkan hal tersebut. ”23

Adib berpendapat bahwa : “Sama halnya dengan investigasi banyak hal yang harus diperhatikan dalam menuangkan segala informasi yang terkait dengan privasi.”24

Phutut menyampaikan bahwa Ia pernah mewawancarai keluarga korban pemerkosaan dibawah umur. “ Pernah, jadi saya mewawancarai korban pemerkosaan oleh aparat kepolisian saya mewawancarai keluarga korban dan menginisialkan nama korban yang kebetulan tidak berada disana.” Jelasnya.25

Berbagai penyalahgunaan profesi bisa dilakukan oleh wartawan tersebut, baik sengaja maupun tidak disengaja. Beberapa contoh penyalahgunaan profesi seperti menggunakan Tanda Pengenal Wartawan

23 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017 24 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 25 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

(35)

77

untuk lolos dari razia tilang polisi, memanfaatkan data korban untuk

disebarluaskan, tidak memberlakukan off the record, tidak memperhitungkan

kredibilitas narasumber melalui berita yang tayang, bahkan wawancara fiktif untuk memaparkan berita palsu. Wartawan juga tidak seharusnya menerima suap dari pihak manapun.

Wartawan SuaraMerdeka.com merasa tidak pernah diberi suap secara materiil ataupun dana, mereka hanya disuguhkan hidangan makanan dan minuman saja. Saat melakukan penelitian, peneliti tidak menemukan tanda-tanda kedua wartawan memiliki niat atau perilaku demikian di lapangan.

Phutut menyampaikan bahwa “Secara tidak sengaja dan keadaan terpaksa saat mau liputan, saya ketilang tapi langsung lolos karna terdesak untuk liputan. Mungkin itu menyalahgunakan profesi saya tanpa disadari. Jika saat itu memang ditilang saya siap saja mengikuti jalurnya.” 26 Saat itu, phutut memberikan tanda pengenalnya kepada polisi yang sedang razia. Sehingga, tidak melalui proses hukum atau aturan lalu lintas. Begitu pula dengan Adib , ia menyampaikan bahwa “ID card pasti dipake saat liputan, dan tanda pengenal wartawan juga bermanfaat kalo ketilang”27

(36)

78

Adib merasa tidak pernah disuap untuk memberitakan sebuah peristiwa. Adib menyampaikan bahwa ” Tidak pernah. Tapi di beri jamuan makanan pasti dan gak bermasalah.”28

Kedua wartawan yang peneliti teliti sangat menghargai hak privasi

narasumber. Mereka menjalankan system off the record, informasi yang

sekiranya tidak perlu dipublikasikan mereka mampu untuk menahan diri, kesepakatan dengan narasumber adalah hal yang penting.

Kata Embargo dalam kamus KBBI adalah larangan menyiarkan berita sebelum waktu yang telah ditentukan. Phutut selalu memilih berita yang akan di muat di media siber SuaraMerdeka.com , dia akan menyampaikan dulu kepada Pimpinan Redaksi yaitu bapak Iwan Kelana untuk mempertimbangkan berita yang akan diambil dan dimuat di portal berita. Sehingga, Embargo telah menjadi salah satu rambu bagi Phutut.

28 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 Pasal 7

(37)

79

Phutut menyampaikan tentang pasal ini bahwa “Tentunya, memang harus melindungi narasumber, namun harus ada catatan tentang data identitas yang kita simpan. Jika sampai bermasalah hingga ke dewan pers kita punya identitas mereka. Gitu sih. Untuk off the record ya haruslah menghargai privasi narasumber dan gak ada niatan buat membeberkan sesuatu yang lain

dari berita yang mau diangkat.29

Phutut membagikan pengalamannya tentang hak tolak ,

narasumbernya pernah meminta hak tolak saat diwawancarai. ” Pernah, jadi

saya mewawancarai korban pemerkosaan oleh aparat kepolisian saya mewawancarai keluarga korban dan menginisialkan nama korban yang kebetulan tidak berada disana.” 30Jelasnya.

Adib beranggapan pasal ini sama halnya ketika Ia melakukan Investigasi. Banyak hal yang bersifat privasi. “saya pernah melakukan liputan investigasi dengan tema berita ‘ Prostitusi dikalangan anak sekolah’ disitu

29 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017 30 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

(38)

80

saya dalam bentuk tim dengan wartawan lainnya. Kami menggunakan teknik sebagai pemakai jasa prostitusi tersebut. sangat menegangkan, karna kami harus banyak menguak informasi dari narasumber secara langsung. Walaupun pada akhirnya ketahuan , narasumber hanya minta identitasnya disamarkan.”

31Tutur Adib.

Dalam menyampaikan sebuah berita yang cukup sensitif menyangkut hal tersebut, menyiasatinya adalah dengan permainan kosakata yang pas. Kedua wartawan ini membekali dirinya dengan membaca buku untuk menambah kosa kata yang pantas dan seharusnya dipakai untuk mengungkapkan kekurangan seseorang bahkan hal- hal yang menyinggung perasaan demikian. Tidak mudah bagi mereka menceritakan atau menyampaikan berita yang sensitif bahkan Phutut lebih memilih tidak meliput berita yang berkaitan dengan SARA.

31 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan

prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan

martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

(39)

81

Bagi Adib, Prasangka merupakan hal tidak terpakai dalam menjalankan profesinya. Segala sesuatu yang terjadi dilapangan harus diungkapkan secara jujur dan akurat dengan faktanya. Adib menyampaikan “kita sudah menebak duluan itu gak boleh, jadi tulislah sesuai dengan faktanya saja.” 32

Bagi Phutut , Diskriminasi tidak dapat dilakukan oleh seorang wartawan. Ia menyampaikan bahwa “Untuk perbedaan suku, agama , ras aku lebih baik tidak menyiarkan dan menghindari hal tersebut karena hal itu sangat sensitif. Saya sangat menghargai perbedaan. Sedangkan, para penyandang cacat saya ambil sisi lain yaitu kelebihan atau talentanya. Intinya, hal itu membuat pembaca bangga dengan para penyandang disabilitas.”

Jelasnya.33

Wartawan dan lembaga media harus melindungi narasumbernya. Hak narasumber untuk tidak mencampur adukan privasi harus dihormati oleh wartawan. Disini, wartawan diharapkan untuk memilah informasi dan berita yang harus di publikasikan kepada publik. Sehingga, berita tersebut memiliki bobot penuh terhadap kepentingan publik. Melihat saat ini , banyak sekali hal-hal privasi diungkap oleh media. Kedua wartawan SuaraMerdeka.com mampu memilah kepentingan publik dari narasumber dan hal privasi saat menjalankan

profesinya. Khususnya, adib saat melakukan liputan infotainment dan

entertainment

32 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 33 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

Pasal 9

(40)

82

Adib menyampaikan bahwa “Aku selalu menargetkan apa yang mau aku ambil tentang narasumberku, aku akan lebih fokus ke situ. Ketika malah muncul statement menarik. Aku biasakan untuk mencari dulu kebenaran baru ku tuangkan ke berita terkait atau selanjutnya. ”34

Phutut menyampaikan bahwa “saya tidak rekam dan tidak ada catatan tentang hal tersebut ( privasi yang tidak dibeberkan ke publik) . kalau sudah kenal saya langsung sampaikan apa yang ingin kita ketahui. Kalau belum kenal ya aku perkenalkan diri dan sampaikan materi beritaku jadi teratur.”

jelasnya35

Pelanggaran yang dilakukan oleh Adib saat tidak mencantumkan sumber foto pada beritanya, hal ini sampai ke pimpinan redaksi yang mengharuskan Adib menyelesaikan secepatnya. Pelanggaran ini tercium melalui media siber Twitter, ketika berita liputan yang dilakukan Adib diunggah via akun promosi twitter SuaraMerdeka.com kala itu. Setelah berita naik, seorang fotografer yang ada di event liputan Adib me-retweet berita tersebut dan menuliskan “ kok SuaraMerdeka.com pakai foto saya tanpa ijin

dengan pemilik foto? “. Setelah sampai ke telinga pimpinan redaksi, Adib

34 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 35 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

Pasal 10

(41)

83

langsung mencari kontak fotografer tersebut. Adib menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan via telepon. Ia menyampaikan permintaan maaf dan meminta si pemilik foto memilih untuk mencabut berita tersebut atau menambahkan sumber foto. Akhirnya , pemilik foto memberikan ijin menggunakan foto tersebut dan menambahkan sumber.

Hal ini membuat Adib lebih fokus dalam menjalankan liputan dan tak lupa mendokumentasikan liputannya sendiri. Pelanggaran ini memberikan contoh yang pas untuk pasal 10. Adib menyampaikan bahwa “itu harus diberlakukan, salah ya diperbaiki, narasumber berhak mengkoreksi dan hak jawab juga berhak bagi kami. Semua harus sesuai dengan jalurnya dan diberlakukan sewajarnya” 36jelasnya. Wartawan harus melakukan berbagai upaya untuk membenahkan kesalahan yang dilakukan sehingga berita layak

dikonsumsi masyarakat. Phutut menyampaikan bahwa “kalau memang sesuai

data dan fakta, menurut saya wartawan tidak harus langsung dicabut dan ralat. Sebisa mungkin, berita yang sampai di pembaca adalah berita benar sehingga tidak muncul masalah.”37

36 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 37 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

Penafsiran

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

(42)

84

Peneliti memiliki contoh pada pasal ini, wartawan Phutut memiliki pengalaman tentang hak hak jawab dan hak koreksi yang pernah terjadi di media yang sebelumnya. Phutut memeperlihatkan bahwa dia memiliki sifat idealis dan sangat cermat dalam menghadapi kasus ini.

Phutut menyampaikan bahwa “Saya sangat setuju dengan hak jawab jika memang diperlukan untuk menangani somasi dan permasalahan lainnya. Saya pernah punya pengalaman meliput berita tentang kasus cebongan yaitu persidangan mengenai anggota KOPASUS yang dibunuh di kafe Hugos Jogjakarta. Ada 5 tersangka salah satunya Polisi. Mereka semua di tangkap dan dititipkan di Lapas. Malamnya dibunuh. Nah, ternyata yang membunuh tersangka adalah KOPASUS. Lalu, muncul saksi di persidangan bilang tidak mengenal di persidangan pertama tersebut. saat persidangan kedua, saksi bilang dia mengenali setelah persidangan pertama. Kata mengenali ini saya kutip dan saya jadikan judul. Berita tidak diganti. KOPASUSnya, gantian nyari saya. Namun saya merasa saya benar. Saya tidak memanipulasi. Hal ini

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan

kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

(43)

85

bisa dipermasalahkan di Dewan Pers dan mungkin malah merugikan saya karna tidak ada rekaman dan data bahwa berita itu dapat divalidasi kebenarannya. Beberapa kali, anggota KOPASUS mencari saya. Saya hanya bilang cari saja pimpinan redaksi di kantor saya.Begitu.” 38

Pekerjaan seorang wartawan dengan profesionalitas tinggi bisa saja mengancam dirinya sendiri. Namun, phutut memang sangat yakin yang dilakukan benar. Segala sesuatu ia lakukan sesuai prosedur, tetapi Phutut tidak bisa mengelak dari rintangan yang ada dan permasalahan seperti dengan KOPASUS. Hal ini dianggapnya sebagai resiko pekerjaannya.

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian ini adalah memberikan manfaat praktis dan teoritis untuk masyarakat maupun seniman khususnya seni tari tentang bentuk penyajian dan proses

Dengan demikian, pengaruh luas permukaan terhadap kinerja biosensor mengacu pada kepekaan yang ditunjukkan oleh biosensor dengan luas permukaan 5 mm 2 yang merupakan luas

 Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan betadine Mengolesi gusi pada daerah gigi yang akan dicabut dengan7. gerakan searah

Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Himpunan. Lokasi MTsN Karangrejo MTsN Ngantru MTsN

Perwakilan Kelompok (class action) pengaturannya sangat sumir, hakim dalam memeriksa gugatan perwakilan kelompok, khusus dalam proses awal/atau sertifikasi perlu melakukan

individu atau kelompok. Jika struktur kesempatan politik tertutup dalam memilih kelompok hal tersebut sulit menciptakan sebuah perubahan inovatif. Jika struktur bersifat terbuka

penyiapan RPP yang cenderung bersifat formalitas. Bukan menjadi komponen utama untuk sebagai acuan dalam proses pembelajaran, sehingga ketika otonomi pendidikan

6) Menuliskan hasil bacaan di buku tulis Siswa dapat menyebutkan bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga Lisan • Secara lisan pada saat proses perdati Tertulis