• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang memperngaruhi Motivasi kerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang memperngaruhi Motivasi kerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Prakata

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT atas berkah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Penelitian ini yang

berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi kerja Perawat Ruang Rawat

inap Di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku

Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Erniyati, S.Kp,

MNS selaku Pembantu dekan satu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Iwan

Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen Pembimbing 2. Serta penguji ibu Liberta

Lumbantoruan,SKp, M.Kep dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada beliau yang telah meluangkan banyak waktu untuk

membimbing penulis, memberikan ilmu dan memberi masukan serta arahan yang

begitu berharga dalam pembuatan skripsi ini. Begitu pula kepada seluruh staf

pengajar dan administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Maryan Suhadi, M.Kes selaku

direktur RSUD Kabupaten Aceh Tamiang yang telah memberi banyak dukungan

dalam penelitian ini dan juga kepada rekan-rekan sejawat di RSUD Kabupaten Aceh

Tamiang yang telah banyak berpartisipasi langsung dalam penelitian ini, terima kasih

(4)

telah memberi dorongan emosional yang sangat berarti sehingga penulis mampu

menyelesaikan penelitian ini.

Semoga ALLAH SWT selalu mencurahkan berkah dan anugerah kepada semua

pihak yang telah membantu penulis. Harapan penulis semoga karya ini bermanfaat

bagi kemajuan pendidikan dan pengetahuan keperawatan.

Medan, Januari 2011

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL……… i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PRAKATA ... … iii

DAFTAR ISI ... … v

DAFTAR TABEL ... … viii

DAFTAR SKEMA. ... … ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

ABSTRAK ... … xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Berlakang ... …. 1

2. Perumusan Masalah ... … 4

3. Tujuan Penelitian ... …. 4

4. Manfaat Penelitian ... …..5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Motivasi ... … 7

1.1 Pengertian Motivasi ... … 7

1.2 Proses Motivasi ... … 8

1.3 Jenis-jenis Motivasi ... … 9

(6)

1.5 Tujuan Motivasi ... … 11

1.6 Teori Motivasi ... … 12

2. Konsep Kinerja ... … 19

2.1 Pengertian Kinerja ... … 19

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... … 20

2.3 Karakteristik Motivasi Kerja ... … 21

3. Konsep Motivasi Kerja. ... … 22

3.1 Pengertian Motivasi Kerja... … 22

3.2 Peran Manajer Untuk Menciptakan Motivasi ... … 23

3.3 Self Motivation Untuk Manajer ... … 26

3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dan Kepuasan Kerja ... ….27

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep ... … 30

2. Definisi Operasional ... … 31

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... ….36

2. Populasi dan Sampel ... … 36

3. Lokasi dan Tempat Penelitian ... … 37

4. Pertimbangan Etik ... … 37

5. Instrumen Penelitian ... … 37

(7)

7. Pengumpulan Data ... … 40

8. Analisa Data ... … 41

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... … 44

2. Pembahasan ... … 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan ... … 57

2. Saran ... … 57

DAFTAR PUSTAKA………... 59 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden

2. Instrumen Penelitian

3. Uji Realiabelitas Instrumen

4. Hasil Uji Hipotesa

5. Surat Izin Penelitian dari Direktur RSUD Kabupaten Aceh Tamiang

6. Curriculum Vitae

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Perawat Pelaksana ... … 45

Tabel 2. Distribusi Faktor Motivasi Kerja ... … 46

Tabel 3. Distribusi sub variable Motivasi Kerja ... … 47

Tabel 4. Distribusi Motivasi Perawat ... … 48

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Motivasi Dasar ... … 9

(11)

Judul : Faktor-faktor yang memperngaruhi Motivasi kerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang

Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong seseorang berbuat untuk menyelesaikan tujuan yang diinginkan, motivasi diartikan juga sebagai keadaaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan motivasi kerja. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasi, dengan pengambilan sampel seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 60 orang perawat pelaksana yang berstatus PNS yang bertugas diruang rawat inap RSUD Kabupaten Aceh Tamiang, pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Pebruari 2010 sampai dengan 30 Agustus 2010. Berdasarkan analisa data didapatkan bahwa untuk faktor-faktor motivasi yang berdasarkan kebutuhan Maslow terdiri dari lima sub variabel, hasilnya didapat hanya satu faktor yang yang pengaruhnya signifikan yaitu kebutuhan merealisasi diri dalam motivasi kerja, untuk motivasi kerja pada perawat pelaksana di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang pada umum nya rendah. Berdasarkan uji korelasi

dengan analisis chi square menunjukkan hasil pada: komponen kebutuhan fisiologi

terhadap motivasi kerja pV=1,00, keamanan terhadap motivasi kerja pV=0,728,

sosialisasi terhadap motivasi kerja pV=0,304, penghargaan terhadap motivasi kerja

pV=0,532, aktualisasi diri terhadap motivasi kerja pV=0,048. Peneliti menyarankan

kepada pihak manajemen RSUD Kabupaten Aceh Tamiang hendaknya peningkatan motivasi dengan cara-cara yang baik terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar personal terus dikembangkan demi menumbuhkan motivasi kerja yang tinggi pada perawat sehingga terciptanya peningkatan kinerja yang baik di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.

(12)

Judul : Faktor-faktor yang memperngaruhi Motivasi kerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang

Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong seseorang berbuat untuk menyelesaikan tujuan yang diinginkan, motivasi diartikan juga sebagai keadaaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan motivasi kerja. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasi, dengan pengambilan sampel seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 60 orang perawat pelaksana yang berstatus PNS yang bertugas diruang rawat inap RSUD Kabupaten Aceh Tamiang, pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 Pebruari 2010 sampai dengan 30 Agustus 2010. Berdasarkan analisa data didapatkan bahwa untuk faktor-faktor motivasi yang berdasarkan kebutuhan Maslow terdiri dari lima sub variabel, hasilnya didapat hanya satu faktor yang yang pengaruhnya signifikan yaitu kebutuhan merealisasi diri dalam motivasi kerja, untuk motivasi kerja pada perawat pelaksana di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang pada umum nya rendah. Berdasarkan uji korelasi

dengan analisis chi square menunjukkan hasil pada: komponen kebutuhan fisiologi

terhadap motivasi kerja pV=1,00, keamanan terhadap motivasi kerja pV=0,728,

sosialisasi terhadap motivasi kerja pV=0,304, penghargaan terhadap motivasi kerja

pV=0,532, aktualisasi diri terhadap motivasi kerja pV=0,048. Peneliti menyarankan

kepada pihak manajemen RSUD Kabupaten Aceh Tamiang hendaknya peningkatan motivasi dengan cara-cara yang baik terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar personal terus dikembangkan demi menumbuhkan motivasi kerja yang tinggi pada perawat sehingga terciptanya peningkatan kinerja yang baik di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan unsur dasar semua organisasi dan hubungan-hubungan

sosial yang menyatukannya, oleh sebab itu pengaturan dan pemberdayaan sumber

daya manusia secara efektif dan efesien menjadi sangat penting untuk meningkatkan

produktifitas organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi, setiap organisasi baik organisasi

pemerintah maupun swasta, baik yang bergerak dibidang jasa maupun industri pasti

mempunyai tujuan yang hendak dicapai, berangkat dari asumsi demikian, maka jika

suatu organisasi ingin maju dan berkembang secara dinamis, sangatlah diperlukan

orang-orang yang tepat dan berkemampuan tinggi serta sistem kebijakan organisasi

yang mendukung efektivitas dan efesiensi organisasi (Handoko, 1998).

Pada dasarnya setiap instansi pemerintah maupun swasta, bukan saja

mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting

mereka mau bekerja giat dan berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal. Untuk

itu pimpinan hendaknya berusaha agar karyawan mempunyai motivasi tinggi untuk

(14)

Motivasi berprestasi karyawan dalam kerja organisasi yang baik akan

membawa keberhasilan yang menunjang pada kinerja individu. Untuk itu agar

karyawan memiliki sikap yang positif terhadap organisasi, haruslah diciptakan dan

dipelihara kondisi kerja yang bagus. Mewujudkan suatu keberhasilan organisasi tidak

terlepas dari tantangan, baik tantangan untuk mengusahakan supaya karyawan

bekerja sama secara efektif maupun tantangan untuk mendorong karyawan supaya

mereka mau melaksanakan pekerjaan dengan semangat dan antusias (Kadir, 2009).

Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap

karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang

tinggi. Motivasi akan memberikan inspirasi, dorongan, semangat kerja bagi

karyawan sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara karyawan dan pimpinan

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal (Hasibuan, 1996).

Begitu juga motivasi berkaitan erat dengan usaha, kepuasan pekerja dan

performance pekerjaan (Gomes, 1995). Motivasi sangat penting dalam meningkatkan

semangat kerja dan produktifitas karyawan, tugas pimpinan adalah memberikan

motivasi atau dorongan kepada karyawan agar bias bekerja sesuai dengan yang

diharapkan oleh organisasi.

Motivasi kerja adalah proses mempengaruhi atau mendorong seseorang berbuat

untuk menyelesaikan tujuan yang diinginkan, motivasi diartikan juga sebagai keadaan

dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

(15)

yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan

suatu perilaku guna mencapai kepuasan dirinya.

Seseorang yang sangat termotivasi yaitu orang yang melaksanakan upaya

substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi

dimana ia bekerja. Seseorang yang termotivasi hanya memberikan upaya minimum

dalam hal bekerja motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi kerja

individu (Winardi, 2001).

Menurut Adreani (2000), ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi pada karyawan yaitu meliputi faktor internal yang terdiri dari tingkat

kecerdasan, kepribadian, pengalaman kerja, jenis kelamin dan usia, sementara faktor

eksternal terdiri dari hubungan pimpinan dengan bawahan, hubungan antar rekan

sekerja, sistem pembinaan dan pelatihan serta sistem kesejahteraan dan hubungan

fisik tempat kerja.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Habibi (2005), menunjukkan

bahwa faktor eksternal dan internal memiliki pengaruh terhadap pola motivasi kerja

karyawan. di PT. Askes Regional VI Jawa Tengah dan D.I.Y bagian sumber daya

manusia & umum Semarang. Kesejahteraan karyawan, penghargaan, lingkungan

kerja, masa kerja, serta pendidikan dan latihan memiliki pengaruh yang cukup

dominan pada motivasi kerja karyawan. Tetapi semua itu tidak bersifat mutlak, terkait

dengan sifat dan karakteristik tiap individu karyawan di PT. Askes Regional VI Jawa

Tengah dan D.I.Y bagian sumber daya manusia & umum Semarang sangat heterogen.

(16)

memang dominan mempengaruhi motivasi kerja karyawan, tetapi tidak semuanya

mutlak berlaku untuk semua karyawan, hal ini lebih karena alasan yang bersifat

internal pribadi personal yang bersangkutan (Habibi, 2005).

Demikian juga yang terjadi pada perawat yang berkerja di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Aceh Tamiang yang terdiri dari pegawai negeri sipil, tenaga honor

daerah dan tenaga bakti sukarela khusus nya di ruang rawat inap yang setiap saat

melayani masyarakat, maka motivasi menjadi sangat penting dan menjadi masalah

pokok dalam mencapai tujuan. Melihat kondisi tersebut, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan mengenai

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja perawat di ruang rawat inap

RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain adalah:

(17)

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi dan motivasi kerja perawat

pelaksana yang berstatus pegawai negeri sipil di ruang rawat inap RSUD Kabupaten

Aceh Tamiang.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1. Mengidentifikasi faktor motivasi berdasarkan kebutuhan Maslow yang

terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan

sosial, kebutuhan untuk merealisasikan diri dan kebutuhan untuk

aktualisasi diri sesuai dengan status kepegawaian.

3.2.2. Mengidentifikasi motivasi kerja perawat yang berstatus pegawai negeri

sipil yang terdiri dari kebutuhan akan pencapaian prestasi, kebutuhan

akan kekuasaan dan kebutuhan akan afiliasi.

3.2.3 Mengkaji hubungan antara faktor-faktor motivasi dengan motivasi

kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada

berbagai pihak yaitu:

(18)

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

fikiran untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat yang berstatus pegawai negeri

sipil.

4.2Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar

bagi pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja perawat yang berstatus pegawai negeri sipil di ruang

rawat inap.

4.3 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi peserta didik di

institusi pendidikan keperawatan sehingga institusi pendidik ilmu keperawatan dapat

menciptakan metode baru atau langkah-langkah yang baik dalam memotivasi

perawat khusus nya perawat yang berstatus pegawai negeri sipil diruang rawat inap.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Motivasi 1.1Pengertian motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan

pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan

seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1989) dan sebagai suatu

kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran, dengan kesiapan sebagai bukti

dari motivasi (Redman, 1993). Menurut Kort (1987), motivasi adalah hasil faktor

internal dan faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang tersirat dari

motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu

tujuan.

Setiap pimpinan perlu memahami proses-proses psikologikal apabila

berkeinginan untuk membina karyawan secara berhasil dalam upaya pencapaian

sasaran-sasaran keorganisasian. Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari

dalam diri individu berdasarkan mana dari berperilaku dengan cara te rtentu untuk

(20)

pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk

mencapai tujuan organisasional (Silalahi, 2002).

Menurut Supriyono (2003), motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu

sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan untuk berbuat sesuatu.

Motivasi seseorang di pengaruhi oleh stimuli kekuatan, intrinsik yang ada pada

individu yang bersangkutan. Stimuli eksternal mungkin dapat pula mempengaruhi

motivasi tetapi motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli

tersebut. Rumusan lain tentang motivasi yang diberikan oleh Robbins dan Coulter

(2006), yang dimaksud motivasi karyawan adalah kesediaan untuk melaksanakan

upaya tinggi, untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisi oleh

kemampuan upaya demikian, untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.

Definisi lain tentang motivasi menurut Gray et-al (dalam Winardi, 2001)

menyatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal

atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap

antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

1.2Proses Motivasi

Motivasi merupakan sebuah predisposisi untuk bertindak dengan cara yang

khusus dan terarah pada tujuan tertentu sekalipun rumusan tentang rumusan motivasi

(21)

Winardi (2001) menggambarkan proses mekanisme dasar sebagai berikut:

Gambar 1. Proses motivasional dasar (winardi,2001:134).

Gambaran mekanisme diatas menggambarkan manusia sebagai mahluk sosial

berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan expektansi. Kebutuhan,

keinginan dan expektansi tersebut menimbulkan ketegangan-ketegangan pada para

manajer, yang di anggap mereka kurang menyenangkan. Dengan anggapan bahwa

perilaku khusus tertentu dapat mengurangi perasaan yang dimiliki, maka hal tersebut

menyebabkan orang yang bersangkutan berperilaku. Perilaku tersebut diarahkan

kepada tujuan untuk mengurangi kondisi ketegangan tersebut. Dimulainya perilaku

tersebut menyebabkan timbulnya petunjuk-petunjuk yang memberikan umpan balik

(informasi) kepada orang yang bersangkutan tentang dampak perilaku. Umpan balik

(feed back) kebutuhan, keinginan expectancy perilaku tujuan.

Kebutuhan, keinginan Expectancy

Perilaku Tujuan

Umpan Balik

(22)

1.3Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Marquis dan Huston (2000), motivasi terbagi menjadi dua yaitu

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik berasal dari dalam

individu, merupakan dorongan bagi individu untuk menjadi produktif. Motivasi

instriksik berhubungan langsung dengan cita-cita individu, sedangkan motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang ditingkatkan melalui lingkungan pekerjaan atau

penghargaan diberikan setelah pekerjaan sempurna.

Abraham dan Shanley, (1997) mengatakan bahwa memang sulit untuk

mengukur keseimbangan motivasi instrinsik dan ekstrinsik dalam keperawatan.

Barret (1989, dalam Abraham dan Shanley, 1997) mengkaji motivasi perawat untuk

tetap bekerja didepartemen kesehatan di Inggris mengidentifikasi empat alasan yang

berkaitan dengan kerja, kepuasan dengan pekerjaan mereka, suasana kerja yang baik,

dukungan manajerial yang baik, dan tersedianya pendidikan berkelanjutan serta

pengembangan professional.

1.4 Fungsi Motivasi

1.4.1 Menurut Sardiman (2007, dalam Qym, 2009), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor

(23)

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,

sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

1.4.2 Sedangkan menurut Hamalik (2000, dalam Qym, 2009) ada tiga fungsi

motivasi, yaitu:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak

akan timbul perbuatan seperti belajar.

b. Sebagai pengarah, artinya mengarahlkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya

motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjan.

1.5 Tujuan Motivasi

Menurut Taufik (2002) secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi

adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

(24)

mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang perawat, tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau memacu individu, kelompok, dan masyarakat agar timbul

keinginan dan kemauannya untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat, sehingga

tercapai tujuan yang diharapkan dalam upaya meningkatkan peran, fungsi, dan

kemampuan individu dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan.

Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan, makin jelas tujuan yang

diharapkan atau yang akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan

memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila

tujuan jelas dan didasari oleh yang di motivasi. Oleh karena itu setiap orang yang

akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar

belakang kehidupan, kebutuhan serta keribadian orang yang akan dimotivasi. (Taufik,

2002).

1.6. Teori Motivasi

Robbins dan Coulter (2007) menjelaskan bahwa motivasi dapat digunakan

sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan atau bawahan. Sebab

efektifitas karyawan dengan asumsi mereka memiliki peluang untuk kinerja yang

baik dan memiliki kemampuan yang diperlukan tergantung pada motivasi. Jadi untuk

menjelaskan motivasi dapat digunakan teori motivasi yang dibedakan kedalam dua

kategori utama, yaitu”Teori hierarki kebutuhan”. Teori ini membantu pimpinan untuk

memahami bagaimana kebutuhan manusia dan bagaimana orang dengan kebutuhan

(25)

yang serba berkeinginan, ia senantiasa menginginkan sesuatu dan senantiasa

menginginkan lebih banyak. Tetapi apa yang di inginkanya tergantung pada apa yang

sudah dimiliki olehnya. Segera setelah salah satudiantara kebutuhan manusia

dipenuhi munculah kebutuhan lain.

Pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak

(bersemangat kerja) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan (inner needs) dan

kepuasannya. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang di inginkan maka

semakin giat orang itu bekerja. Para teori menganggap bahwa individu berkelakuan

dengan cara tertentu untuk berusaha mencapai tujuan didorong oleh keinginan untuk

memenuhi kebutuhanya. Jadi analisis teori ini lebih menekankan pada faktor-faktor

kebutuhan yang membangkitkan perilaku individu yang bersumber dari dalam diri

seseorang. Artinya teori isi tentang motivasi menggunakan kebutuhan individual

untuk menjelaskan perilaku dan sikap orang dalam bekerja. Ada tiga teori kebutuhan

yang utama dari motivasi. Teori tingkat kebutuhan Abraham Maslow, teori dua faktor

Frederick Herzberg, dan teori motivasi prestasi David MC.Clelland (Hasibuan, 1996).

Selanjutnya penulis menggunakan teori kebutuhan (needs) dari Abraham

Maslow sebagai bahan untuk mengembangkan data dari variabel motivasi, pada

Robbins dan Coulter (2007) dijelaskan bahwa teori hierarki kebutuhan dikembangkan

oleh psikolog Abraham Maslow pada tahun 1935. Abraham maslow meneliti bahwa

motivasi manusia itu berasal dari dalam diri seseorang dan sifatnya tidak dapat

dipaksakan, teori ini menekankan bahwa manusia terdorong untuk melakukan usaha,

(26)

manusia itu sendiri yaitu terdiri dari, Kebutuhan fisiologis, Kebutuhan akan

keamanan, Kebutuhan Sosial, Kebutuhan Akan penghargaan dan Kebutuhan akan

aktualisasi diri

Teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa motivasi seseorang didasarkan

pada dua anggapan yaitu: kebutuhan seseorang tergantung pada apa yang sudah di

milikinya dan dilihat dari pentingnya, dan kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu,

keadaan dan pengalaman yang bersangkutan.

Robbins dan Coulter (2007) menjelaskan lima tingkat kebutuhan dalam hierarki

maslow tersebut diatas adalah sebagai berikut:

Kebutuhan Aktualisasi diri

Kebutuhan akan

Penghargaan Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Akan Keamanan

Kebutuhan fisiologis

(27)

1.6.1. Kebutuhan fisiologikal

Berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan utama, dasar dan esensial yang

harus dipenuhi oleh tiap manusia untuk mempertahankan diri sebagai makhluk,

kebutuhan ini mencakup misalnya: udara, makan. minum, pakaian, tempat tinggal

atau penginapan, istirahat, pemenuhan seksual. Faktor-faktor khusus yang harus

diperhatikan oleh orang mencakup misalnya: Pengkondisian udara dan cahaya, gaji

dan upah, (sama atau lebih besar dibanding upah minimal regional, (UMR), kafetaria

(penyediaan makanan dan minuman), kondisi kerja. Kebutuhan-kebutuhan

fisiologikal memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :

a. Mereka relatif independen satu sama lainya

b. Dalam banyak kasus mereka dapat di identifikasikan dengan sebuah lokasi

khusus di dalam tubuh

c. Pada sebuah kultur berkecukupan (an affluent Culture), kebutuhan kebutuhan

demikian bukan merupakan motivator-motivator tipikal, melainkan

motivator-motivator yang tidak biasa.

d. Akhirnya dapat di kaitkan bahwa mereka harus dipenuhi secara

berulang-ulang dalam periode waktu yang relatif singkat, agar dapat terpenuhi.

Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologikal tidak terpenuhi maka mereka akan

lebih terasa dibandingkan dengan kebutuhan lainya. Maka lebih dikatakan bahwa

seseorang individu, yang tidak memiliki apa-apa dalam kehidupan mungkin sekali

akan termotivasi oleh kebutuhan fisiologikal.

(28)

Apabila kebutuhan fisiologikal cukup dipenuhi, maka kebutuhan pada tingkatan

berikut yang lebih tinggi yakni kebutuhan akan keamanan, mulai mendominasi

kebutuhan manusia. Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya

dalam arti keamanan fisik akan tetapi keamanan fisiologi dan perlakuan adil dalam

pekerjaan atau jabatan seseorang. Karena pemuasan kebutuhan ini terutama dikaitkan

dengan kekayaan seseorang, kebutuhan keamanan itu berkaitan dengan tugas

pekerjaanya.

Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman dan proteksi diri,

ancaman atau gangguan dari luar. Kebutuhan ini mencakup misalnya: keamanan,

keselamatan, kesehatan, perlindungan, kompetensi, stabilitas. Faktor- faktor khusus

yang harus diperhatikan oleh orang mencakup misalnya : keselamatan kerja,

kesejahteraan, peningkatan gaji dan upah, kondisi kerja. Pentingnya memenuhi

kebutuhan ini jelas terlihat pada organisasi modern tempat pimpinan organisasi

mengutamakan keamanan dan keselamatan dengan mempergunakan alat-alat canggih

atau pengawalan. Bentuk lain dari pengawasankebutuhan ini dengan memberikan

perlindungan asuransi tenaga kerja (Astek) kepada karyawan.

1.6.3. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia untuk menjadi bagian dari

kelompok, mencintai dan dicintai orang lain dan bersahabat. Manusia pada dasarnya

selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin hidup

menyendiri ditempat terpencil. Karena manusia adalah makhluk sosial sudah jelas

(29)

a. Kebutuhan sebagai anggota suatu kelompok atau rasa diterima dalam

kelompoknya

b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya

penting

c. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorangpun menyenangi

kegagalan

d. Kebutuhan akan rasa ikut serta

Faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan oleh organisasi mencakup misalnya:

Mutu supervisi, kelompok kerja yang kompetibel, kemitraan profesional.

1.6.4. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan ini berkaitan dengan keinginan manusia, untuk dihormati dan

dihargai orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan ingin punya

status, pengakuan serta penghargaan prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi

tidak selamanya demikian. Prestasi dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang

digunakan sebagai simbol status. Kebutuhan ini artinya adalah respek diri dan respek

orang lain, mencakup misalnya: penghargaan, pengakuan, Status, prestise, kekuasaan

dan, perasaan dapat menyelesaikan sesuatu.

Faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan oleh organisasi mencakup

misalnya: gelar (nama) tugas, kreatifitas, kemajuan dalam organisasi, prestise dalam

pekerjaan. Keinginan atau hasrat kompetitif untuk menonjol, untuk melampaui

prestasi orang lain lebih dikatakan merupakan sebuah sifat universal manusia.

(30)

menyebabkan timbulnya kinerja keorganisasian yang luar biasa. Kebutuhan akan

penghargaan ini jarang sekali terpenuhi secara sempurna bahkan kita dapat

mengatakan bahwa mereka kiranya tidak pernah terpuaskan.

1.6.5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang sehingga

membutuhkan penyaluran kemampuan dan potensi diri dalam bentuk nyata. Artinya

tiap orang ingin tumbuh membangun pribadi dan mencapai hasil.

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang menggunakan kecakapan,

kemampuan, ketrampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang

sangat memuaskan yang sulit dicapai orang lain. Faktor-faktor khusus yang harus

diperhatikan oleh organisasi mencakup misalnya: tugas yang menantang, kreatifitas,

kemajuan dalam organisasi, Prestai dalam pekerjaan.

Maslow mengatakan bahwa lima kebutuhan tersebut secara hierarki dari tingkat

yang sangat dasar hingga tingkat yang tinggi. Artinya bila kebutuhan tingkat dasar

telah terpenuhi barulah seseorang akan memenuhi kebutuhan pada tingkat diatasnya

yang lebih tinggi dan seterusnya yang mengarah pada kebutuhan tingkat tinggi. Jika

suatu tingkatan kebutuhan belum terpenuhi maka motiv bekerja seseorang ditunjukan

untuk memenuhi tingkatan kebutuhan tersebut dan kebutuha pada tingkat yang lebih

tinggi belum menimbulkan motivasi.

Lima kebutuhan yang tersusun secara hierarki tersebut dibedakan menjadi dua

kelompok tipe kebutuhan yaitu: kebutuhan tingkat rendah (lower order needs) yang

(31)

kebutuhan tingkat tinggi (higher orderneeds) yang terdiri atas kebutuhan pengakuan

dan aktualisasi diri. Perbedaan dari kedua tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan

tingkat rendah merupakan kebutuhan yang dipuaskan secara eksternal (satisfied

externally) sedangkan kebutuhan tingkat tinggi merupakan kebutuhan yang dipuaskan

secara internal (satisfied internally) (Robbins dan Coulter, 2007)

Dengan demikian ada beberapa hal untuk dicatat: pertama, hierarki adalah

didasarkan pada kebutuhan (needs), bukan keinginan (wants). Kedua, mengadakan

pada skala menaik artinya jika kebutuhan yang lebih bawah terpenuhi maka individu

menemukan kebutuhan pada level diatasnya yang belum terpuaskan (unsatis field).

Ketiga, jika individu mengalami hambatan untuk memahami kebutuhan yang lebih

tinggi, maka ia akan kembali pada kebutuhan tingkat yang lebih rendah sebagai

kompensasi (Robbins dan Coulter, 2007).

2. Konsep Kinerja

2.1.Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidak nya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, para atasan atau manajer sering

tidak memperhatikan kecualil sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.

Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruk nya kinerja telah merosot

sehingga perusahaan atau instansi menghadapi krisis yang serius, kesan- kesan

(32)

adanya kinerja yang merosot, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya seseuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2003).

Kemudian menurut Sulistiyani (2003) kinerja seseorang merupakan kombinasi

dari kemampuan usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Hasibuan (2001) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut

Witmore (1997 dalam Wikipedia Indonesia, 2009) kinerja adalah pelaksanaan

fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu

pameran umum ketrampilan, kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui

dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil

suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisai atau

perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan

operasional.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

2.2.1 Menurut Mathis dan Jackson

Menurut Mathis dan Jackson (2001) faktor-faktor yang mempengaruh kinerja

individu tenaga kerja yaitu:

a. Kemampuan mereka

(33)

c. Dukungan yang diterima

d. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan

e. Hubungan mereka dengan organisasi.

2.2.2 Menurut Mangkunegara

Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja yaitu:

a. Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan pegawai terdiri dari

kemampuan potensi dan kemampuan realita (pendidikan), oleh karena itu

pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya.

b. Faktor motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja.

Motivasi kerja merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah

untuk mencapai tujuan kerja, sikap mental merupakan kondisi mental yang

mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. Mc

Cleland (1997 dalam Mangkunegara, 2001) berpendapat bahwa ada hubungan yang

positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah

dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan

sebaiknya agar mampu mencapai prestasi kerja dengan predikat terpuji.

(34)

Mc Cleland (1997 dalam Wikipedia Indonesia, 2009) mengemukakan enam

karakteristik dari seseorang yang memilliki motivasi kinerja yang tinggi yaitu:

2.3.1 Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2.3.2 Berani mengambil resiko

2.3.3 Memiliki tujuan yang realistis

2.3.4 Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi

tujuan.

2.3.5 Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja

yang dilakukan

2.3.6 Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

3. Konsep Motivasi Kerja

3.1 Pengertian Motivasi Kerja

Bekerja adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan

kepuasan, bekerja melibatkan baik aktifitas fisik maupun mental (As ad, 2001/

Gilmer 1971 dalam Suarli dan Bahtiar, 2009) menyatakan bahwa bekerja itu

(35)

kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan

dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja

(Mangkunegara, 2004).

Mc Clelland dalam Robbins dan Coulter (2007) menjelaskan ada tiga

kebutuhan yang menjadi motif utama dalam pekerjaan, ketiga motif kebutuhan itu

meliputi.

3.1.1. Kebutuhan akan pencapaian prestasi (need for achievement)

yakni dorongan untuk unggul, untuk berprestasi menurut serangkaian

standar, untuk berusaha keras supaya berhasil.

3.1.2. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)

Kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara

yang sebenarnya tidak akan mereka lakukan jika tidak dipaksa.

3.1.3 Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)

Keinginan akan hubungan antar pribadi yang bersahabat erat.

3.2 Peran Manajer dalam Menciptakan Motivasi

Manajer memegang peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai

tujuan organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut manajer harus

(36)

memberikan tugas sebagai suatu strategik dalam memotivasi staf (Suarli dan Bahtiar,

2009).

3.2.1 Peran Manajer Menurut Suarli dan Bahtiar

Hal yang perlu dilaksakan manajer dalam menciptakan suasana yang

memotivasi adalah:

a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan

mengkomunikasikan harapan tersebut kepada para staf.

b. Bersikap adil dan konsisten terhadap semua staf dan karyawan .

c. Mengambil keputusan dengan tepat dan sesuai.

d. Mengembangkan konsep kerja tim kerja.

e. Mengakomodasi kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan

organisasi.

f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer memahami perbedaan dan

keunikan dari masing-masing staf.

g. Menghindari terbentuknya kelompok-kelompok yang mempertajam

perbedaan antar staf.

h. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyelesaikan tugasnya

dan melakukan tantangan-tantangan yang akan memberikan

pengalaman yang bermakna.

i. Meminta tanggapan dan masukan dari staf terhadap keputusan yang

(37)

j. Memastikan bahwa staf mengetahui dampak dari keputusan dan

tindakan yang akan dilakukan.

k. Memberi kesempatan pada setiap orang untuk mengambil keputusan

seseuai dengan tugas yang diberikan.

l. Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.

m. Memberikan kesempatan kepada staf untuk mengoreksi dan

mengawasi tugas.

n. Menjadi role model bagi staf.

o. Memberikan dukungan yang positif.

3.2.2 Peran Manajer Menurut Darling

Peran manajer keperawatan sebagai mentor (Darling, 1984 dikutip oleh

Marquis dan Huston, 1998) yaitu sebagai:

a. Model: seseorang yang perilakunya dapat menjadi contoh dan panutan

b. Envisioner: seseorang yang dapat melihat dan mengkomunikasikan arti

keperawatan profesional dan keterkaitannya dalam pratik keperawatan

c. Energizer: manajer yang selalu dinamis dan dapat menstimulasi staf

untuk berpartisipasi terhadap program kerjanya

d. Investor: manajer yang menginvestasikan waktu dan tenaganya dalam

pengembangan profesi dan organisasi

e. Supporter: manajer yang memberikan dukungan emosional dan

(38)

f. Pemegang prosedur standar : manajer yang selalu berpegang pada

standar yang ada dan menolak aktifitas yang kurang atau tidak

memenuhi kriteria standar

g. Teacher-coach : manajer yang mengajarkan kemampuan interpersonal

atau cara berpolitik yang penting bagi pengembanngan diri stafnya

h. Feedback giver : manajer yang memberikan umpan balik, baik secara

tulus positif atau negatif dalam pengembangan diri

i. Eye-opener : manajer yang selalu memberikan wawasan /pandangan

yang luas tentang situasi terbaru yang terjadi

j. Door-opener : manajer yang selalu membuka diri dan memberikan

kesempatan kepada staf untuk berkonsultasi

k. Idea bouncer : manajer yang bisa selalu mendengar dan berdiskusi

mengenai pendapat stafnya

l. Problem solver : manajer yang akan membantu staf dalam

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

m. Career counselor : manajer yang membantu staf dalam pengembangan

karier (cepat atau lambat)

n. Challenger : manajer yang mendorong staf untuk menghadapi

perubahan/tantangan secara kritis dan pantang menyerah

(39)

Motivasi diri sendiri dari manajer merupakan variabel yang menentukan

motivasi pada semua tingkatan, khususnya kepuasan kerja bagi staf, sehingga

menimbulkan keinginan untuk tetap bertahan pada institusi tersebut. Sikap yang

positif, bersemangat, produktif dan melaksanakan kegiatan dengan baik merupakan

faktor utama yang harus dimiliki oleh manajer. Terjadinya burn-out salah satunya

disebabkan oleh sikap manajer yang kurang positif. Oleh karena itu secara kontinyu

manajer selalu memantau tingkat motivasinya dan menjadikan motivasinya sebagai

panutan bagi staf.

Hal penting yang harus dilaksanakan oleh manajer keperawatan adalah

perawatan diri. Untuk mempertahankan self care ini ada beberapa strategi (Summers,

1994), yaitu:

3.3.1 Mencari masukan dari kelompok pendukung yang memungkinkan

manajer untuk selalu memperhatikan dan mendengarkan keinginan staf

3.3.2 Mempertahankan diet dan aktifitas

3.3.3 Mencari aktifitas yang membantu manajer untuk dapat merasa santai

3.3.4 Memisahkan urusan pekerjaan dan kehidupan dirumah

3.3.5 Menurunkan harapan yang terlalu tinggi dari diri sendiri dan orang lain

(40)

3.3.7 Menyadari bahwa bukan hanya dirinya sendiri yang dapat

menyelesaikan semua pekerjaan, tetapi berusaha dan belajar untuk

menghargai kemampuan staf

3.3.8 Berani mengatakan tidak kalau memang merasa tidak dapat

melaksanakan

3.3.9 Bersantai, tertawa dan berkumpul dengan teman-temannya

3.4 Faktor yang Mempengaruhi kinerja dan Kepuasan Kerja

Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), dua faktor yang mempengaruhi kinerja dan

kepuasan kerja, yaitu motivasi dan lingkungan.

3.4.1 Motivasi

Menurut Rowland (1997, dalam Suarli dan Bahtiar, 2009) fungsi manajer

dalam meningkatkan kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor-faktor motivasi,

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi:

a. Keinginan akan adanya peningkatan

b. Rasa percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi

c.Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilam dan nilai-nilai yang

diperlukan

d. Adanya umpan balik

e. Adanya kesempatan untuk mencoba pendekatan baru dalam melakukan

(41)

f. Adanya instrumen kinerja promosi, kerja sama dan peningkatan penghasilan

Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan kunci dalam motivasi

dan kepuasan kerja. Jika seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan, pencapaian

prestasi tersebut bisa berubah, biasanya sebagai dampak dari berbagai faktor dalam

organisasi, misalnya program pelatihan, pembagian dan jenis tugas yang dberikan,

tipe supervisi yang dilakukan dan perubahan pola motivasi (Suarli dan Bahtiar,

2009).

Seseorang memilih suatu pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan

ketrampilan yang dimilliki tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksakan

tugasnya. Dalam keadaan ini, persepsi seseorang memegang peranan penting sebelum

melaksakan atau memilih pekerjaan. Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka

diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari hasil

yang diberikan. Oleh karena itu penghargaan psikis dalam hal ini sangat di perlukan

agar seeseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta dibimbing manakala

melakukan suatu kesalahan (Suarli dan Bahtiar, 2009).

3.4.2Lingkungan

Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam motivasi, faktor

lingkungan tersebut meliputi:

a. Komunikasi

Penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan, pengetahuan tentang

(42)

b. Potensi pengembangan

Kesempatan untuk berkembang, meningkatkan karier dan mendapatkan

promosi, dukungan untuk tumbuh dan berkembang seperti pelatihan, beasiswa dan

melanjutkan pendidikan, pelatihan manajemen bagi staf yang di promosikan,

kebijakan individual yaitu tindakan untuk mengakomodasi kebutuhan individu seperti

jadwal kerja, liburan, cuti sakit, serta pembiayaannya, ketenangan dalam bekerja,

loyalitas organisasi terhadap staf, penghargaan staf sesuai dengan agama dan latar

belakang nya, keputusan organisasi yang adil dan konsisten, upah atau gaji yang bisa

mencukupi kebutuhan hidup, kondisi kerja yang kondusif.

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian tinjauan kepustakaan dalam penelitian ini maka yang

ingin dilihat adalah faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat ruang

rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten aceh Tamiang. Penulis

menggunakan teori kebutuhan (need) dari Abraham Maslow sebagai bahan untuk

mengembangkan data dari variabel motivasi. Teori Hierarki kebutuhan

dikembangkan oleh psikolog Abraham Maslow pada tahun 1935, Abraham Maslow

meneliti bahwa motivasi manusia itu berasal dari dalam diri seseorang dan sifatnya

tidak dapat dipaksakan, teori ini menekankan bahwa manusia terdorong untuk

melakukan usaha untuk memuaskan lima kebutuhan yang belum terpuaskan yang

melekat pada diri manusia itu sendiri diantaranya kebutuhan fisiologikal, kebutuhan

akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan untuk

aktualisasi diri.

Konsep motivasi pada penelitian ini menggunakan konsep motivasi menurut

Mangkunegara (2000), ada beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai yaitu:

prinsip partisipasi, prinsip komunikasi, prinsip pengakuan, prinsip pendelegasian

(44)

Berikut kerangka konsep penelitian yang digambarkan dalam skema berikut

2. Definisi Operasional

Variabel bebas (independen variable) dalam penelitian ini adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi motivasi dan sebagai variabel terikat (dependen variabel) adalah

motivasi kerja. Definisi operasional dari masing-masing variabel pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

Kebutuhan Aktualisasi diri

Kebutuhan akan pencapaian prestasi (need for achievement)

Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)

Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) Faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi (Maslow, 1935)

Motivasi kerja (Mc Clelland dalam Robbins dan Coulter,

(45)

Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala

nomor 1 sampai

(46)
(47)
(48)

2.3 Kebutuhan kerja dan atasan yang terjalin

3. Hipotesa penelitian

Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara

(49)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi

yang bertujuan untuk melihat bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

kerja perawat pelaksana ruang rawat inap di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang berstatus

pegawai negeri sipil RSUD Kabupaten Aceh Tamiang yang bertugas

diruang rawat inap sebagai populasi, jumlah perawat pelaksana sebagai

populasi dalam penelitian ini adalah 60 orang (Data Kepegawaian RSUD

Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2010).

2.2 Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah total populasi dari jumlah

populasi (Arikunto, 2006), sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah

(50)

3. Lokasi dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 7 ruangan rawat inap di RSUD Kabupaten Aceh

Tamiang, penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2010 sampai dengan 20

Agustus 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mendapatkan izin dari Direktur

RSUD Kabupaten Aceh Tamiang, setelah mendapatkan izin, peneliti mulai

mengumpulkan data dengan memberikan lembaran persetujuan kepada responden

yang akan diteliti, sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

lengkap responden tetapi mencantumkan kode pada masing-masing lembar kuesioner.

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti setelah proses penelitian

selesai dilaksanakan, data-data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan

(51)

5. Instrumen penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupaya kuesioner. Kuesioner terdiri dari tiga bagian : pertama data

demografi, kedua kuesioner faktor yang mempengaruhi motivasi dan

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja.

5.1 Data Demografi Responden

Kuesioner data demografi responden meliputi nomor responden, umur,

pendidikan terakhir, tempat/ruang tugas dan lama bertugas.

5.2 Kuisioner Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

menggunakan kuesioner yang digunakan untuk melihat lima indikator yang

mempengaruhi motivasi perawat, yang terdiri 27 item pertanyaan yang bersifat positif

dengan bentuk pilihan jawaban tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3) dan

selalu (4). Variabel terdiri dari 5 sub variabel, untuk sub varibel 1 yaitu kebutuhan

fisiologis pada pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4 dan 5, sub variabel 2 kebutuhan akan

rasa aman pada pertanyaan nomor 6, 7, 8, dan 9 untuk sub variabel 3 yaitu kebutuhan

sosial pada pertanyaan nomor 10,11, 12, 13, dan 14, pada sub variabel 4 yaitu

(52)

sub variabel 5 kebutuhan akan aktualisasi pada pertanyaan nomor 21, 22, 23, 24, 25,

26, dan 27.

Skala penilaian menggunakan skala likert dengan jawaban pertanyaan positif

dan negatif, untuk pertanyaan positif tidak pernah (TP) bernilai 1, kadang-kadang

(KD) bernilai 2, sering (SR) bernilai 3 dan selalu (SL) bernilai 4. Dan untuk

pertanyaan negatif tidak pernah (TP) bernilai 4, kadang-kadang (KD) bernilai 3,

sering (SR) bernilai 2, dan selalu (SL) bernilai 1, katagori ini dibuat berdasarkan

rumus sudjana (1992).

5.3Kuesioner Motivasi Kerja

Untuk mengetahui bagaimana hubungan motivasi kerja menggunakan

kuesioner yang digunakan untuk melihat tiga indikator motivasi kerja perawat yang

terdiri dari 11 item pertanyaan yang bersifat positif dengan bentuk pilihan jawaban

tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3) dan selalu (4). Variabel terdiri dari 3

sub variabel, untuk sub variabel 1 yaitu kebutuhan akan pencapaian prestasi pada

pertanyaan nomor 1, 2, 3 dan 4, pada sub variabel 2 yaitu kebutuhan akan kekuasaan

pada pertanyaan nomor 5, 6, 7 dan 8, untuk sub variabel 3 kebutuhan akan afiliasi

pada pertanyaan 9, 10, dan 11.

(53)

6. Validitas dan Realibilitas Instrumen

6.1 Uji Validitas

Uji validitas berkaitan dengan keabsahan suatu kuesioner, dimana uji validitas

ini dapat mengukur butir-butir pertanyaan dalam prinsip mengukur apa yang hendak

diukur. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan oleh ibu Liberta Lumban

Toruan,SKp,M.Kep di ruang keperawatan RSUP H.Adam Malik Medan pada tanggal

28 Juli 2010, (lampiran 3).

Hasil uji validitas isi terdapat beberapa pertanyaan yang masih harus

diperbaiki, diantaranya pertanyaan no 8, 12, 13 dan 16 yang selanjutnya diganti

dengan pertanyaan yang lebih mudah untuk di mengerti dan di pahami oleh

responden nantinya, pada pilihan jawaban juga di perbaiki dari bentuk ya dan tidak

menjadi bentuk pilihan selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah, pada awal

pembuatan kuesioner terdiri dari 42 pertanyaan tetapi setelah uji validitas hanya 38

pertanyaan yang layak digunakan untuk melihat bagaimana faktor-faktor motivasi

dan motivasi kerja.

6.2 Uji Reabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reabilitas) instrument sebelumnya dilakukan

uji realibitas instrument. Instrument disebut realibel jika instrument tersebut sudah

baik, dapat dipercaya dan dapat di handalkan (Arikunto, 2006).

Pada penelitian ini dilakukan uji reabilitas dengan menggunakan responden

(54)

reabilitas dengan menggunakan responden sebanyak 30 responden dan dilakukan di

RSUD Langsa pada tanggal 12 Agustus 2010. Dengan perhitungan menggunakan

rumus Koefisien Reabilitas Cronbach Alpha dimana suatu instrument dikatakan

reabel jika mempunyai nilai alpha 0,5 atau lebih dan menggunakan bantuan SPSS.

Pada uji reabilitas ini mendapatkan nilai alpha 0,850 sehingga dikatakan realibel.

hasil uji realibilitas dapat dilihat pada lampiran 3.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner

kepada responden, prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut

:

7.1Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7.2Mengirimkan surat izin penelitian dari fakultas ke tempat

penelitian (Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh

Tamiang).

7.3Setelah mendapatkan izin dari pihak rumah sakit, peneliti

menjelaskan pada responden tentang tujuan, manfaat dan proses

pengisian kuisioner.

7.4Setelah mendapatkan persetujuan responden, pengumpulan data

(55)

Pembagian kuesioner dilakukan oleh peneliti sendiri pada tanggal 16 Agustus

2010 dengan membagikan kuesioner kepada responden yang terpilih secara acak

berdasarkan proporsi sampel yang telah ditentukan dan merupakan perawat pelaksana

serta sesuai dengan keinginan peneliti. Responden diberikan waktu selama 40 menit

untuk menjawab 38 soal, selama proses pengisian kuesioner peneliti tetap berada

diruangan tempat responden berada agar apabila kalimat yang tidak dimengerti,

peneliti dapat menjelaskan kembali tanpa mengarahkan jawaban responden.

8 Analisa Data

Setelah data terkumpul analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan, antara

lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun

data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap

kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk

mempermudah pada saat mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga ialah

processing yaitu memasukkan data dari kuisioner kedalam komputer. Tahap keempat

adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry atau

mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima saving yaitu penyimpanan data

untuk siap dianalisis.

Untuk kuesioner faktor-faktor motivasi terdiri dari 27 pertanyaan yang

keseluruhan merupakan pertanyaan positif dan negatif, adapun pilihan jawaban yang

diberikan adalah tidak pernah bernilai 1, kadang-kadang bernilai 2, sering bernilai 3

dan selalu bernilai 4 dan untuk kuisioner motivasi kerja terdiri dari 11 pertanyaan

(56)

bersifat negatif nilai yang diberikan adalah jawaban tidak pernah bernilai 4,

kadang-kadang bernilai 3, sering bernilai 2 dan selalu bernilai 1.

8.1 Statistik Univariat

Bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian (Polit & Hungler, 1999). Pada

penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk

menganalisa variabel independent dan akan ditampilkan dalam tabel distribusi

frekuensi, yang merupakan variabel independent pada penelitian ini adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi sedangkan yang merupakan variabel

dependennya adalah motivasi kerja, jenis data yang akan diperoleh adalah jenis

katagorik dengan skala pengukuran yang digunakan adalah jenis skala ordinal, untuk

menampilkan data ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tendensi sentral.

8.2 Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa hubungan antara

variabel, pada penelitian ini kedua variabel menggunakan data katagorik sehingga uji

analisa yang digunakan adalah uji chi square, pada uji chi square akan melihat ada

atau tidaknya hubungan antara kedua variabel dan tanpa harus melihat seberapa erat

hubungan keduanya dan dikatakan signifikan apabila pValue lebih kecil dari angka

0,05 dan dikatakan tidak signifikan apabila angka pValue diatas 0,05 (Lukmanul

(57)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan

pengumpulan data pada tanggal 16 Agustus 2010 sampai dengan tanggal 21 Agustus

2010 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang, jumlah responden

yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari perawat

pelaksana di ruang rawat inap. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara

membagikan kuesioner yang terdiri dari 38 item pertanyaan, kuesioner tersebut

mengukur faktor-faktor apa saja yg mempengaruhi motivasi kerja bagi perawat

diruang rawat inap.

1.1Karakteristik Responden

Adapun karakteristik hasil penelitian dijabarkan mulai dari data demografi

responden, variabel faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan variabel motivasi

(58)

Tabel 1. Distribusi karakteristik perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010

No Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) 1

Berdasarkan tabel 1 maka dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden

yang terbanyak adalah perempuan yaitu 46 orang (76%), selanjutnya karakteristik

responden ditinjau dari umur di ketahui bahwa responden yang terbanyak berumur

lebih dari 30 tahun yaitu 45 orang atau (70%), karakteristik responden di tinjau dari

(59)

keperawatan yaitu 55 orang atau (91,6%), berikutnya frekuensi responden menurut

status perkawinan yaitu terdapat 20 orang atau (35%) responden yang berstatus belum

menikah, berikutnya frekuensi responden menurut masa kerja terdapat 40 orang atau

(65%) responden yang bekerja kurang dari 3 tahun di RSUD kabupaten Aceh

Tamiang

1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk variabel faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi yang terdiri dari lima sub variabel dapat dilihat pada tabel

distribusi frekuensi dibawah ini.

Tabel 2 Distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat pelaksana berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar di ruang rawat inap RSUD kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010

No Sub variable Frekuensi Persentase

1

Kebutuhan penghargaan Tinggi

Rendah Total

(60)

Rendah Total

12 60

20,0 100

Berdasarkan tabel diatas terdapat kebutuhan akan fisiologis yang tinggi yaitu

sebanyak 16,7% atau 10 orang, sedangkan yang rendah sebanyak 83,3% atau

sebanyak 50 orang, untuk sub variabel kebutuhan akan keamanan yang tinggi

sebanyak 36,7% atau 22 orang, sedangkan yang rendah 63,3% atau 38 orang, pada

sub variabel kebutuhan sosial terdapat 60,0% atau 36 orang yang mempunyai

kebutuhan sosial tinggi dan 40,0% atau 24 orang yang memiliki kebutuhan sosial

rendah, pada sub variabel kebutuhan akan penghargaan penghargaan tinggi sebanyak

46,7% atau 28 orang dan yang rendah sebanyak 53,3% atau 32 orang, sedangkan

untuk kebutuhan aktualisasi diri mempunyai nilai yang tinggi yaitu 80% atau 48

orang dan sebanyak 20% atau 12 orang responden mempunyai kebutuhan yg rendah.

1.3 Motivasi Kerja

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk variabel motivasi kerja yang terdiri

(61)

Tabel 3. Distribusi sub variabel motivasi kerja perawat pelaksana di RSUD kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010

No Sub variable Frekuency Persentase

1

2

3

Pencapaian prestasi Tinggi

Kebutuhan akan afiliasi Tinggi

Berdasarkan tabel diatas terdapat 66,7% atau 40 orang yang mempunyai

kebutuhan akan prestasi tinggi dan sebanyak 33,3% atau 20 orang yang mempunyai

kebutuhan akan prestasi yang rendah, pada sub variabel kebutuhan akan kekuasaan

terdapat 93,3% atau 56 orang yang mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang

tinggi dan 6,7% atau 4 orang mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang rendah,

pada sub variabel kebutuhan akan afiliasi terdapat 80,0% atau 48 orang yang

mempunyai kebutuhan akan afiliasi yang tinggi sedangkan 20% atau 12 orang yang

(62)

Tabel 4. Distribusi Motivasi Perawat pelaksana di RSUD kabupaten Aceh Tamiang tahun 2010.

No Variabel F P

Sesuai dengan tabel diatas yang menunjukkan bahwa terdapat 96,7% atau 58

orang perawat memiliki motivasi yang tinggi dan terdapat hanya 3,3% atau hanya 2

orang dengan motivasi rendah.

Tabel 5. Distribusi tabulasi silang antara kebutuhan motivasi dengan motivasi kerja

Fisiologis Tinggi

(63)

Sosialisasi Tinggi

Aktualisasi diri Tinggi

Rendah

Hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa dari 50 perawat yang

pemenuhan kebutuhan fisiologisnya rendah 96% nya memiliki motivasi kerja tinggi,

dan dari 38 parawat yang pemenuhan kebutuhan keamanannya rendah 94,7% nya

memiliki motivasi kerja tinggi, selain itu terdapat 36 perawat yang kebutuhan

sosialisasinya terpenuhi dan 28 orang perawat dengan kebutuhan penghargaan

terpenuhi serta terdapat 48 perawat yang aktualisasinya terpenuhi, seluruhnya

(64)

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik faktor-faktor Motivasi berdasarkan kebutuhan Maslow pada perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Aceh Tamiang. 2.1.1 Kebutuhan Fisiologis

Adapun faktor-faktor motivasi menurut Maslow yang terdiri dari beberapa

kebutuhan utama, dasar dan essensial yang harus dipenuhi oleh tiap manusia untuk

mempertahankan diri sebagai mahluk, (Robbins, 2006). Berdasarkan analisa

penelitian menunjukkan bahwa, pada sub variabel kebutuhan fisiologis, hasil

penelitian menunjukkan lebih dari 83,3% perawat pelaksana merasa bahwa

kebutuhan fisiologisnya rendah. Apabila dilihat dari analisa korelasi yang diperoleh

angka pValue 1,000, ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara faktor-faktor kebutuhan fisiologis dengan motivasi kerja, hal ini tidak sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Robbins (2006), yang menjelaskan bahwa apabila

kebutuhan-kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi maka mereka akan lebih terasa

dibandingkan dengan kebutuhan lainnya, maka lebih dikatakan bahwa seseorang

individu yang tidak memiliki apa-apa dalam kehidupan mungkin sekali akan

termotivasi oleh kebutuhan fisiologis, meskipun demikian jika dilihat berdasarkan

analisa tabulasi silang diperoleh dari 50 perawat pelaksana yang memiliki motivasi

rendah, 96% nya memiliki motivasi kerja yang tinggi.

(65)

Pada sub variabel kebutuhan akan keamanan hasil penelitian menunjukkan

lebih dari 63,3% perawat pelaksana merasa bahwa pemenuhan kebutuhan akan

keamanan dan perlakuan yang adil dalam pekerjaan atau jabatan seseorang dalam

kategori rendah. Sementara dilihat dari angka pValue menunjukkan 0,728, hasil ini

menggambarkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebutuhan

akan keamanan dengan motivasi kerja, ini tidak sesuai dengan apa yg disampaikan

Robbin, (2006) yang mendiskripsikan pemuasan kebutuhan keamanan itu berkaitan

dengan tugas dan pekerjaannya. Meskipun demikian analisis tabulasi silang diketahui

bahwa dari 38 perawat pelaksana yang merasa keamanan tidak terpenuhi, 94,7% nya

memiliki motivasi kerja yang tinggi di sebabkan karena belum adanya aturan yang

jelas dari manajemen mengenai perlindungan bagi perawat pelaksana diruang rawat

inap dalam melakukan tindakan keperawatan yang sering berhubungan dengan ranah

hukum.

2.1.3 Kebutuhan akan Sosial

Selanjutnya pada sub variabel kebutuhan sosial, hasil penilaian menunjukkan

bahwa 60% perawat pelaksana menilai pentingnya kebutuhan sosial dalam katagori

tinggi, disebabkan karena selain lingkungan kerja dan hubungan sesama perawat

yang terjalin dengan baik juga sarana dan prasarana tersedia sehingga perawat dapat

lebih leluasa dalam bekerja, apabila dilihat dari pValue menunjukkan 0,304 yang

berarti bahwa tidak signifikannya hubungan antara kebutuhan sosial dengan motivasi

(66)

mengatakan bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia untuk menjadi

bagian dari kelompok, mencintai dan dicintai orang lain dan bersahabat. Manusia

pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia ingin

hidup menyendiri ditempat terpencil. Karena manusia adalah makhluk sosial sudah

jelas menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari empat kelompok

yaitu, Kebutuhan sebagai anggota suatu kelompok atau rasa diterima dalam

kelompoknya, kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa

dirinya penting, kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorangpun

menyenangi kegagalan, kebutuhan akan rasa ikut serta. Faktor-faktor khusus yang

harus diperhatikan oleh organisasi mencakup misalnya: mutu supervisi, kelompok

kerja yang kompetibel dengan kemitraan profesional.

2.1.4 Kebutuhan akan Penghargaan

Untuk sub variabel kebutuhan akan penghargaan menunjukkan hasil lebih dari

93,8% perawat pelaksana menginginkan penghargaan yang tinggi untuk

meningkatkan kinerjanya, apabila dilihat dari angka pValue menunjukkan 0,532 ini

berarti bahwa tidak signifikannya hubungan antara kebutuhan akan penghargaan

dengan motivasi kerja dan hal ini juga tidak sesuai dengan teori menurut Robbins

(2006), bahwa faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan oleh organisasi

mencakup misalnya: gelar (nama) tugas, kreatifitas, kemajuan dalam organisasi,

prestise dalam pekerjaan. Keinginan atau hasrat kompetitif untuk menonjol, untuk

Gambar

Gambar 1. Proses motivasional dasar (winardi,2001:134).
Gambar 2 Hierarki kebutuhan dari maslow (Robbins, 2006)
Tabel 1. Distribusi karakteristik perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010
Tabel 2 Distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat   pelaksana berdasarkan pemenuhan kebutuhan dasar di ruang rawat inap RSUD kabupaten Aceh Tamiang  Tahun 2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

throughput , packet loss , delay , dan jitter yang merupakan parameter performansi jaringan. Kemudian akan dilakukan analisis untuk setiap parameter tersebut pada seluruh

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Pada tabel 3 terlihat pertumbuhan produksi telur burung puyuh tertinggi diperoleh pada perlakuan jumlah pintu makan 100% (E), sama banyak dengan. jumlah burung

Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ , (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap