• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesediaan Ibu Bersalin Untuk Pemasangan Iud Pada Kala Iv Persalinan Di Klinik Bersalin Di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesediaan Ibu Bersalin Untuk Pemasangan Iud Pada Kala Iv Persalinan Di Klinik Bersalin Di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BkkbN,

2014).

Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga. Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi (BkkbN, 2014).

(2)

2.1.1. Jenis-jenis IUD

Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai berikut:

1. IUD CuT-380 A

Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)

Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

a. Lippes Loop

IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.

(3)

Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops

Macam Loop Panjang Berat Warna Benang

LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam

LL B 27,5 cm 526 mgr Biru

LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning

LL D 30,0 cm 709 mgr Putih

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).

b. Cu T 380 A

IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing-masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2. Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.

c. Multiload 375

(4)

sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi.

d. Nova – T

IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.

e. Cooper-7

(5)

Gambar 2.1. Jenis-Jenis IUD

(6)

Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.

1. IUD Non-hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2:

1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-ring.

b. Menurut Tambahan atau Metal

1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal.

(7)

dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).

1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.

2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg progesteron setiap hari.

3) Tabung insersinya berbentuk lengkung. b. Mirena

Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 ฀g/hari pada awalnya dan

menurun menjadi sekitar 10 ฀g/hari setelah 5 tahun) melalui membran

(8)

rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).

Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma untuk bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium. Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan segera (Rosa, 2012)

2.1.2. Keuntungan IUD

Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010) 1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)

(9)

7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil 8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A). 9. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI

10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir) 12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

13. Mencegah kehamilan ektopik 2.1.3. Kerugian IUD

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati dkk, 2010)

1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

2. Haid lebih lama dan banyak

3. Perdarahan (spotting antar menstruasi) 4. Saat haid lebih sedikit

2.1.4. Indikasi/Persyaratan Pemakaian IUD

Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut: 1. Usia reproduktif

2. Keadaan multipara

(10)

5. Tidak menyusui bayinya

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 7. Risiko rendah dari IMS

8. Tidak menghendaki metode hormonal

9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari 2.1.5. Waktu Pemasangan IUD

IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih tinggi dibandingkan ekspulsi ≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi dapat diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit setelah ekspulsi plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan dikerjakan oleh tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam pasca persalinan telah lewat, insersi IUD ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan. IUD 4 minggu pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD copper T, sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.

(11)

kontrasepsi bawah kulit. 2) pelayanan tersebut hanya dapat diberikan oleh bidan yang terlatih (Kemenkes RI, 2014b).

2.1.6. Cara Kerja IUD

Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan :

1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari spermatozoa atau ovum dan blastokista.

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.

3. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2008).

Menurut Saifuddin, dkk (2006) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai berikut:

(12)

c. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan utnuk mencegah implantasi telur dalam uterus. 2.1.7. Pemasangan IUD

IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut : 1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :

a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek.

b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.

c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.

d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada. Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :

a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid. b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid -

siklus (Hartanto, 2008). 2. Sewaktu pasca salin

(13)

postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar. 3. Sewaktu post abortum

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi.

4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005).

Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T 380 A, adalah:

a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya

(14)

c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi d. Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya

e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks

f. Masukkan sonde uterus

g. Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A

h. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi

i. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.

j. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD (dengan menggunakan model yang tersedia.

k. Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah pemasangan IUD. 2.1.8. Pencabutan IUD

Menurut Saifuddin (2006) langkah-langkah pencabutan IUD sebagai berikut: 1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien

untuk bertanya.

2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD

3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali

(15)

a. Pencabutan normal

Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.

b. Pencabutan sulit

(16)

2.2. Persalinan Kala IV

Kala IV adalah persalinan setelah plasenta sudah dilahirkan, ibu biasanya masih beristirahat di ruang persalinan 1 – 2 jam setelah melahirkan. Gunanya agar dokter/bidan bisa mengawasi kondisi ibu agar tidak timbul komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsi post partum. Selama kala IV pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta

lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:

1. Tingkat kesadaran

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan 3. Kontraksi uterus

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.

(17)

1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.

2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.

3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.

4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.

2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemasangan IUD pada Kala IV Ibu Bersalin

1. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari pada orang yang belum tinggi tingkat kedewasaannya (Wawan, 2011).

(18)

Umur menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD. Semakin meningkatnya umur seseorang dan telah tercapainya jumlah anak ideal akan mendorong pasangan untuk membatasi kelahiran, hal ini meningkatkan peluang responden untuk menggunakan IUD. Sesuai dengan hasil penelitian di India bahwa IUD Cu T 380A digunakan oleh wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan wanita yang telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan (Pastuti dan Siswanto, 2007). 2. Jumlah Anak

Tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan IUD (Dewi, 2012).

Menurut Suratun (2008) sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang paling cocok disarankan adalah IUD. 3. Pendidikan

(19)

kontrasepsi, namun berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap akses dan status wanita dalam meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi.

4. Agama

(20)

Berdasarkan hasil penelitian Permatasari, dkk (2013) tentang determinan penghentian penggunaan IUD di Indonesia menunjukkan bahwa agama tidak berhubungan dengan penghentian penggunaan. Selain itu, akseptor IUD yang beragama selain Islam cenderung untuk melanjutkan penggunaan kontrasepsinya daripada akseptor IUD yang beragama Islam. Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustiana (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada variasi yang terjadi dalam hal penghentian kontrasepsi karena adanya perbedaan agama. Umumnya hal ini dikarenakan program KB di Indonesia telah menyebar ke semua bagian negara dan diterima oleh semua kelompok agama yang ada di Indonesia. Pandangan agama terhadap program KB telah berubah, terutama bagi agama Islam bahwa mereka telah memahami program tersebut dengan baik dan mendukungnya dengan fatwafatwa dari para ulama yang sudah beredar luas dan diterima baik di kalangan umat Islam.

5. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan dipengaruhi oleh factor pendidikan formal, pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya, akan tetapi bukan berarti orang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah (Wawan, 2011).

(21)

dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2012). Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2009).

Perilaku berubah karena adanya rangsangan dalam bentuk fisik, psikis dan sosial, yang dapat melibatkan banyak orang (kelompok atau masyarakat). Arah perubahan bergantung pada besarnya pengaruh kekuatan-kekuatan pendorong dan penahan yang berarti dapat positif atau negatif. Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan yang paling besar pengaruhnya dari proses interaksi dari lingkungan. Seseorang mampu berperilaku positif tidak selalu didasarkan pada pengetahuan dan sikap yang positif (Maulana, 2009).

(22)

6. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely physic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.

Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Wawan & Dewi, 2010).

Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi (2007) menyatakan sikap sebagai kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologis. Obyek psikologis disini meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologis apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikap (unfavorable) terhadap obyek psikologis.

7. Persepsi

(23)

merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan yang diterimanya tersebut.

Persepsi sebagai salah satu sumbangan pemikiran yang berasal dari masyarakat merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus melalui alat indera. Namun proses itu tidak hanya berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi terbagi atas dua bagian, yaitu secara sempit dan secara luas. Secara sempit berarti penglihatan atau bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan secara luas merupakan pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu (Walgito, 2010).

8. Ketersediaan IUD

Ketersediaan alat adalah tersedianya sarana dan peralatan untuk mendukung tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan. Prosedur ketersediaan alat meliputi: tersedia peralatan sesuai dengan standar, ada mekanisme keterlibatan, ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang, ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu, ada prosedur permintaan dan penghapusan alat. (BkkbN, 2012)

9. Ketersediaan petugas kesehatan

(24)

sumber daya tersebut meliputi kompetensi pelayanan, ketersediaan petugas di puskesmas, ketersediaan pedoman dan Standar Prosedur Operasional (SPO) dan bimbingan teknis (Kemenkes RI, 2014b).

10. Keterjangkauan klinik

Depkes RI (2012) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau, tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses budaya).

Hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) 2011, kegiatan pelayanan KIA/KB telah dilaksanakan di 97,5% puskesmas. Pelayanan KIA dan KB termasuk 6 (enam) pelayanan wajib puskesmas, maka seharusnya setiap puskesmas menyediakan layanan tersebut. Namun, masih ada puskesmas yang belum memberikan pelayanan KIA dan KB, seperti di Provinsi Papua terdapat 18,4% puskesmas yang belum memberikan layanan KIA dan KB, Papua Barat 5,8% dan Maluku 3,1%.

11. Dukungan/ Peran Suami

Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan. Dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri dan alat kontrasepsi yang cocok digunakan istri akan membawa dampak positif bagi hubungan dalam perkawinan (Dagun, 2008).

(25)

banyak istri yang meminta izin kepada suami bahwa dirinya menggunakan alat kontrasepsi tersebut, tetapi setelah suami mengetahui bahwa istri menggunakan alat kontrasepsi maka sang suami menganjurkan untuk menghentikan pemakaian tersebut (Hartanto, 2008).

12. Peran Petugas Kesehatan

Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam masyarakat tertentu kata-kata tokoh masyarakat yang melibatkan ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan. Tergantung pada jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan. Dalam masalah kesehatan, petugas kesehatan mempunyai peran yang besar dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya kesehatan tidak sepenuh hati.

(26)

2.4. Landasan Teori

IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam rahim. IUD mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan uterus. Efektifitas IUD dalam mencegah kehamilan sampai 99,4% dan dapat dipasang langsung pada ibu pasca salin dengan jenis IUD copper T 380o selama 5-10 tahun (BkkbN, 2014).

Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut teori Lawrence Green (1980), yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012) adalah :

1. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana. Misalnya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit.

(27)

bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan.

Gambar 2.2. Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012)

Sebagai contoh kesediaan ibu dalam pemasangan IUD pasca persalinan, akan dipermudah jika ibu mengetahui keuntungan IUD. Penerimaan perilaku baru atau adopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Pemasangan IUD pasca persalinan perlu dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan, juga

Faktor Predisposisi : - Pengetahuan - Sumber-sumber yang

Tersedia / Ketersediaan Fasilitas

- Fasilitas

(28)

diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mendukung ibu menggunakan IUD pasca persalinan.

2.5. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan pada bagan berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Predisposisi:

1. Karakteristik (Umur, Jumlah Anak, Pendidikan) 2. Ketersediaan Petugas

Kesehatan

3. Keterjangkauan klinik

Faktor Penguat: 1. Dukungan Suami 2. Dukungan Petugas

Kesehatan

Gambar

Gambar 2.1. Jenis-Jenis IUD
Gambar 2.2. Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012)
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN KEGIATAN,BIAYA PENGADAAN DAN CARA PENGADAAN BARANG / JASA SATKER RUMKIT BHAYANGKARA DENPASAR.

B. Kebutuhan Pengadaan Barang / Jasa Satker Rumkit Bhayangkara Denpasar DIPA Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. Kebutuhan Pengadaan

Pengenalan internet merupakan salah satu cara memberikan informasi yang di tujukan untuk masyarakat khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan SD untuk pengenalan

Perangkat keras yang dibutuhkan oleh user untuk menjalankan game Marble Pongo adalah sebuah iPhone yang dikeluarkan oleh Apple Inc, dengan spesifikasi sebagai

Skala ekonomis dapat tercapai ketika output dapat digandakan dengan biaya ( cost per unit ) kurang dari dua kali lipat atau perusahaan yang memproduksi dalam skala

Jenis-jenis kerajinan logam yang berdasarkan cara pembuatannya dapat dibedakan menjadi sebagai berikut kecuali…..

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Waktu Tanggap Perawat Pada Penanganan Asma Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul, Jurnal Keperawatan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa informasi tentang penyakit cerebral palsy dapat lebih mudah diperoleh dengan dibuatnya suatu sistem pakar yang berbasis