• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Persepsi Dental dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI) pada Siswa SMA Negeri 15 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Persepsi Dental dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI) pada Siswa SMA Negeri 15 Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penampilan

Penampilan gigi merupakan faktor penting dalam meningkatkan daya tarik wajah seseorang dan memerankan peranan penting dalam interaksi sosial. Diantara faktor-faktor signifikan yang mempengaruhi penampilan gigi secara keseluruhan adalah warna, bentuk, dan posisi gigi terutama pada gigi anterior. Senyum yang estetik tergantung pada warna, ukuran, bentuk, dan posisi gigi, posisi bibir atas, visibilitas gigi dan jumlah tampilan gingiva. Meskipun masing-masing faktor dapat dipertimbangkan secara individual namun semua komponen harus bertindak bersama-sama untuk menciptakan sebuah harmonis dan simetris yang akan menghasilkan efek estetik.1-2

Walaupun kurangnya bukti-bukti yang konsisten, bahwa maloklusi bisa berpengaruh terhadap aspek psikosisal dalam jangka waktu yang panjang, hal ini sudah ditegaskan bahwa penampilan wajah, terutama estetik rongga mulut berpotensi mempengaruhi bagaimana seseorang dapat menerima dirinya terutama dalam fase kehidupan yang dimana sudah adanya hubungan sosial dan perhatian dari banyak orang.13

Bagi kaum muda, ketertarikan fisik adalah suatu faktor yang mempengaruhi hubungan sosial. Oleh karena itu, merubah estetik dari wajah dapat meningkatkan penerimaan diri dari seseorang dan juga mempengaruhi kualitas hidup. Sebagai buktinya, di kalangan orang dewasa muda di Finlandia, motivasi utama untuk perawatan ortodontik adalah untuk memperbaiki penampilan gigi dan sikap terhadap maloklusi.13

(2)

keadaan psikologi mereka yang buruk yang disebabkan oleh maloklusi, tetapi ada juga penelitian mengenai pengaruh dari maloklusi serta perawatannya pada orang-orang menghasilkan suatu hasil yang tidak konsisten. Perbedaan dari hasil ini dapat terjadi akibat dari berbagai interpretasi terhadap keadaan fisik, psikologi dan pengaruh sosial yang berbeda – beda serta tidak ada tolak ukur atau standarisasi yang pasti untuk menilai kualitas hidup seseorang.1

2.2 Remaja

(3)

2.3 Oklusi

Menurut Ricketts Dorlands Medical Dictionary, oklusi merupakan “tindakan penutupan atau proses untuk menutup”. Dalam aspek kedokteran gigi, oklusi mengacu pada hubungan gigi rahang atas dan rahang bawah ketika berada dalam kontak fungsional selama aktivitas mandibula. Studi mengenai oklusi yaitu menggabungkan seluruh sistem stogmatonasi, pemahaman mengenai hubungan timbal balik antara gigi, jaringan periodontal, tulang, sendi, otot dan sistem saraf selama pergerakan mandibula yang sama halnya seperti pergerakan fungsional yang normal.15 Oleh karena itu, pada saat oklusi sendi temporomandibular dan struktur lain yang terkait harus berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan rasa sakit. Pada suatu studi epidemiologi, terminologi oklusi mencakup seluruh variasi oklusal, yaitu berupa oklusi normal, oklusi ideal, dan maloklusi.16

Oklusi adalah definisi dari suatu cara dimana interkuspal gigi atas dan gigi bawah berada diantara satu sama lain pada seluruh posisi dan pergerakan mandibula. Oklusi ini dihasilkan dari suatu komponen neutromuskular yang dinamakan sistem mastikasi yang melibatkan sistem pengunyahan antara lain gigi, jaringan periodontal, rahang atas dan rahang bawah, sendi temporomandibular serta otot dan ligamen yang terkait.16

2.3.1 Oklusi Normal

(4)

Gambar 1. Oklusi Normal16 2.3.2 Oklusi Ideal

Oklusi ideal mencakup pada dua hal yaitu estetik dan psikologi. Pada waktu baru-baru ini, emphasis telah berpindah dari estetik dan anatomi standar ke perhatian saat ini seperti fungsi, kesehatan dan kenyamanan. Hal ini telah muncul terutama karena berkembangnya pengetahuan terhadap fisiologi pada pergerakan rahang dan TMJ.12 Oklusi ideal ini secara hipotesis dan teoritis berdasarkan anatomi gigi yang jarang dapat ditemukan di alam. Konsep yang diterapkan dalam kondisi ini adalah ketika rahang atas dan rahang bawah dalam kondisi yang relatif benar terhadap satu sama lain dan gigi-geligi dalam hubungan yang benar pada saat posisi istirahat. Konsep ini mengacu pada segi estetik dan fungsional yang seimbang16-17

Konsep oklusi ideal menurut Houston, dkk., yaitu:16

a) Gigi-geligi pada lengkung rahang harus memiliki inklinasi mesiodistal dan bukolingual yang ideal dan hubungan aproksimal yang tepat pada setiap area kontak interdental.

b) Hubungan antar lengkung yang sedemikian rupa sehingga gigi geligi rahang bawah berkontak dengan gigi-geligi rahang atas (kecuali gigi insisivus sentralis).

(5)

d) Selama pergerakan mandibula, hubungan fungsionalnya harus ideal. Khususnya pada pergerakan lateral, harus ada kontak oklusal pada sisi kerja dengan tidak ada kontak oklusal pada sisi kontralateral, serta pada oklusi protrusi, kontak terjadi pada gigi insisivus, tetapi tidak pada gigi molar.

2.4. Maloklusi

Menurut Dewey maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi normal yang mengganggu fungsi yang sempurna dari gigi-gigi. Angle membagi hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah menjadi 3 kelompok, yaitu : Klas I ,Klas II, dan Klas III. Lisher juga membagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Netroklusi disebut klas I Angle, Distoklusi disebut klas II Angle, dan Mesioklusi disebut klas III Angle.18

a) Klas I Angle

Perubahan pada posisi gigi dimana adanya hubungan anteroposterior yang normal antara rahang atas dan rahang bawah, dimana tonjol cusp mesiobuccal dari gigi molar pertama permanen rahang atas harus berkontak dengan buccal groove gigi molar pertama permanen rahang bawah dan cusp mesiolingual gigi molar pertama permanen rahang atas berkontak dengan fossa gigi molar pertama permanen rahang bawah yaitu pada saat rahang dalam keadaan istirahat dan gigi dalam keadaan oklusi sentrik.15-16

Gambar 2. Klasifikasi Angle Klas I15 b) Klas II Angle

(6)

antara cusp mesiobuccal dari molar pertama rahang bawah lebih ke distal menuju molar kedua. Selain itu, cusp mesiolingual molar pertama rahang atas kontak mesial terhadap cusp mesiolingual molar pertama rahang bawah. Angle membagi maloklusi Klas II menjadi dua divisi berdasarkan angulasi labiolingual dari gigi insisivus rahang atas, yaitu.15-16

Klas II divisi 1

Distoklusi dimana keadaan gigi insisivus sentralis dan lateralis rahang atas lebih ke arah labial.15-16

Gambar 3. Klasifikasi Angle Klas II divisi 115  Klas II divisi 2

Distoklusi dimana keadaan gigi insisivus sentralis rahang atas hampir berada pada posisi anteroposterior yang normal atau mengalami retroklinasi yang sedang, sedangkan insisivus lateralis rahang atas berada pada posisi inklinasi ke arah labial dan mesial.15-16

Gambar 4. Klasifikasi Angle Klas II divisi 216 c) Klas III Angle

(7)

interdental antara aspek distal dari cusp distal molar pertama rahang bawah dan aspek mesial dari cusp mesial molar kedua rahang bawah.15-16

Gambar 5. Klasifikasi Angle Klas III16 2.5 Indeks Oklusal

Indeks oklusal awalnya digunakan sebagai alat epidemiologi untuk menentukan peringkat atau mengklasifikasikan oklusi. Sejumlah besar indeks oklusal mulai muncul pada 1950-an dan 1960-an untuk membantu studi epidemiologi. Indeks kebutuhan perawatan ortodonti adalah bentuk indeks oklusal yang digunakan untuk memprioritaskan kebutuhan perawatan. Seiring berkembangnya permintaan terhadap perawatan ortodonti berbagai macam indeks telah dikembangkan untuk mengklasifikasikan berbagai tipe makoklusi dan menentukan kebutuhan perawatan ortodonti. Indeks-indeks ini bisa digunakan untuk memperkirakan kebutuhan perawatan ortodonti, memprioritaskan kebutuhan perawatan pada pasien yang mengarah pada kebutuhan perawatan ortodonti terutama dimana adanya keterbatasan sumber ortodonti terhadap pelayanan kesehatan umum, dan pengamanan untuk pasien. Seperti yang telah dilaporkan bahwa oklusi pada pasien bisa menjadi buruk apabila pasien dengan maloklusi yang ringan menerima perawatan ortodonti. Indeks maloklusi yang secara umum paling sering digunakan yaitu: Dental Aesthetic Index

(DAI), Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Peer Assesment Rating (PAR),

Handicapping Labio-Lingual Deviation Index (HLD), dan Index of Complexity, Outcome and Need (ICON).7,19

2.5.1. Dental Aesthetic Index (DAI)

Dental Aesthetic Index (DAI) telah diterapkan oleh World Health

(8)

mengidentifikasi ciri maloklusi secara matematis menjadi skor tunggal. Strukturnya terdiri dari 10 karakteristik oklusal maloklusi, yaitu overjet, gigi yang hilang, diastema, openbite anterior, crowding anterior, spacing anterior, penyimpangan yang parah pada anterior (mandibula dan maksila), dan hubungan anteroposterior molar.7,11,15

Skor untuk menilai DAI adalah : (gigi yang hilang x 6) + (crowding x 1) + (spacing x 1) + (diastema midline x 3) + (penyimpangan yang parah pada anterior maksila x 1) + (penyimpangan yang parah pada anterior mandibula x 1) + (overjet anterior maksila x 2) + (overjet anterior mandibula x 4) + (openbite

anterior x 4) + (hubungan anteroposterior molar x 3) + 13.7,11,15 Tabel 1. Standar penilaian DAI.7,11,15,19

Komponen DAI Bobot

Jumlah gigi yang hilang (insisivus, kaninus, dan premolar pada

maksila dan mandibula) 6

Crowding pada segmen insisivus (0 = tidak ada crowding, 1 =

crowding pada satu segmen, 2 = crowding pada kedua segmen) 1

Spacing pada segmen insisivus (0 = tidak ada spacing, 1 = spacing

pada satu segmen, 2 = spacing pada kedua segmen) 1

Diastema midline, dalam millimeter 3

Penyimpangan yang parah pada anterior maksila, dalam millimeter 1 Penyimpangan yang parah pada anterior mandibula, dalam millimeter 1

Overjet anterior maksila, dalam millimeter 2

Overjet anterior mandibula, dalam millimeter 4

Openbite anterior, dalam millimeter 4

Hubungan anteroposterior molar, kedua sisi kiri dan kanan dinilai (0 = normal, 1 = setengah cusp mesial atau distal, 2 = satu cusp penuh atau lebih dari mesial dan distal)

3

Konstan 13

(9)

Tabel 2. Skor tingkat keparahan dan tingkat kebutuhan perawatan maloklusi pada

2 Maloklusi nyata Memerlukan perawatan

sebagai pilihan 26-30 3 Maloklusi parah Sangat memerlukan perawatan 31-35 4 Maloklusi sangat parah Wajib dilakukan perawatan ≥ 36

2.5.2 Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)

Indeks ini mencoba untuk mengukur tingkat keparahan maloklusi dengan mengkategorikan maloklusi dalam berbagai ciri-ciri oklusal yang berkaitan dengan kesehatan gigi individu dan sifat oklusal yang dapat menurunkan nilai-nilai estetik. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi orang-orang yang sangat mungkin memperoleh manfaat dari perawatan ortodonti. Indeks ini memiliki dua komponen, yaitu komponen kesehatan gigi (DHC) dan komponen estetik (AC). Dimana tingkat keparahan ini dipertimbangkan dari estetika dan implikasi kesehatan gigi.7,19

2.5.2.1 Aesthetic Component (AC)

(10)

atau perbandingan warna restorasi dari gigi anterior. Kelompok 1, 2, 3 dan 4 merupakan tidak atau sedikit kebutuhan akan perawatan, kelompok 5, 6 dan 7 merupakan kebutuhan sedang atau batas untuk perawatan, kelompok 8, 9 dan 10 mewakili kebutuhan perawatan ortodonti.7,18-19 Penerapan AC sangat sederhana. Pasien diminta untuk mengatupkan gigi dan pemeriksa membandingkan penampilan gigi pasien dengan skala visual 1 – 10. Kemudian pemeriksa melihat apakah gigi pasien lebih baik atau lebih buruk dari masing-masing skala. Metode ini sangat cocok untuk melakukan konseling pada pasien.18

2.5.2.2 Dental Health Component (DHC)

DHC meliputi fitur yang dapat merusak kesehatan dan fungsi gigi-geligi. Hal ini didasarkan pada Index of the Swedish Medical Health. DHC mencatat berbagai sifat oklusal dari maloklusi yang akan meningkatkan morbiditas dari gigi dan struktur di sekitarnya. Ciri-ciri maloklusi adalah: overjet, reverse overjet, overbite, openbite, crossbite, pergeseran gigi, erupsi gigi yang terhambat, buccal occlusion, hipodonsia serta celah bibir dan langit-langit. Gangguan fungsional termasuk juga inkompetensi bibir, pergeseran mandibula, traumatik oklusi dan kesulitan dalam mengunyah dan berbicara. Hanya fitur oklusal yang terburuk yang dicatat. Ada lima kelompok, kelompok 1 dan 2 mewakili tidak perlu atau sedikit kebutuhan akan perawatan, kelompok 3 merupakan kebutuhan sedang atau batas untuk perawatan, kelompok 4 dan 5 merupakan kebutuhan perawatan ortodonti.7,18-19

2.5.3 Peer Assessment Rating (PAR)

(11)

dan garis median kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing komponen untuk mendapatkan skor total.7,20

2.5.4 Handicapping Labio-lingual Deviation Index (HLD)

Tujuan dari indeks HLD ini adalah untuk mengukur tingkat kelainan yang disebabkan oleh komponen yang berbeda dari maloklusi. Dr. Harry L. Draker mengembangkan indeks HLD ini yang merupakan indeks yang pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk mengidentifikasi handicap maloklusi. Indeks HLD telah dimodifikasi oleh beberapa negara untuk menentukan dan memprioritaskan kelayakan untuk perawatan ortodontik yang didanai negara. Indeks HLD tidak dianjurkan untuk menilai tingkat kebutuhan perawatan ortodonti karena indeks ini tidak mempertimbangkan komponen gigi yang hilang, spacing pada gigi, dan penyimpangan garis midline.19

2.5.5 Index of Complexity, Outcome and Need (ICON)

Index of Complexity, Outcome and Need dikembangkan oleh Charles Daniels dan Stephen Richmond dari Cardiff University. ICON adalah indeks yang digunakan untuk mengevaluasi kompleksitas perawatan ortodonti. Berdasarkan pendapat dari 97 ahli dari 11 negara, indeks ini telah memberikan sebuah metode penilaian tunggal untuk mengukur kebutuhan perawatan ortodonti, kompleksitas maloklusi, dan keberhasilan perawatan ortodonti.7,19

2.6 Hubungan penampilan gigi dengan kebutuhan perawatan ortodontik.

(12)

seperti kesulitan dalam berbicara, makan, menelan, estetik wajah yang buruk dan gangguan psikologis.21

Perawatan ortodontik secara tradisional masih terfokus pada anak-anak dan remaja. Orang dewasa semakin berkeinginan untuk melakukan perawatan ortodontik namun sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan pada kelompok usia ini. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa penelitian mengenai kebutuhan perawatan ortodontik harus dilakukan pada populasi orang dewasa karena telah cukup untuk membentuk penilaian yang baik tentang pentingnya estetik gigi dalam penerimaan sosial dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.17 Maloklusi secara signifikan mempengaruhi penampilan senyum yang estetik yang merupakan bagian dari daya tarik wajah yang penting dan cara yang efektif untuk mengekspresikan emosi. Oleh karena itu, maloklusi dapat mempengaruhi kualitas hidup, merusak interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan psikologis, serta menimbulkan perasaan rendah diri.4

Maloklusi secara signifikan mempengaruhi penampilan senyum yang estetik yang merupakan bagian dari daya tarik wajah yang penting dan cara yang efektif untuk mengekspresikan emosi.4 Pada orang dewasa muda, daya tarik pada fisik merupakan faktor penting yang mempengaruhi hubungan sosial. Dengan demikian, perubahan estetik pada wajah dapat mempengaruhi kualitas hidup.13

(13)
(14)
(15)

2.8 Kerangka konsep

Persepsi Dental Tingkat Kebutuhan

Perawatan Ortodonti berdasarkan DAI

Gambar

Gambar 1. Oklusi Normal16
Gambar 2. Klasifikasi Angle Klas I15
Gambar 3. Klasifikasi Angle Klas II divisi 115
Gambar 5. Klasifikasi Angle Klas III16
+2

Referensi

Dokumen terkait

3. Grade 3 indeks komponen DHC dari IOTN ... Karakteristik responden ... Distribusi Aesthetic Component ... Persentase tingkat kebutuhan berdasarkan pendidikan orang tua

3.a Overjet yang lebih besar dari 3,5 mm tetapi kurang atau sama dengan 6 mm serta bibir yang tidak kompeten. 3.b Reverse overjet yang lebih besar dari 1 mm tetapi kurang atau

3,13 Dental Health Component terdiri dari 5 tingkatberdasarkan tingkat keparahan maloklusi dimana tingkat1 menunjukkan tidak atau sedikit membutuhkan perawatan ortodonti,