• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buruh di Indonesia 2.1.1 Pengertian Buruh

Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau Pengusaha atau majikan(http://www.wikipedia.org diakses pada 21 Januari 2015 pukul 11:20 WIB)

Pada dasarnya, Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. Sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.

Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui.

Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu:

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja. b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak

(2)

c. Buruh musiman buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu (misalnya buruh tebang tebu).

d. Buruh pabrik buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. e. Buruh tambang buruh yang bekerja di pertambangan.

f. Buruh tani buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain

g. Buruh terampil buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu. h. Buruh terlatih buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.

2.1.2 Standar Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia

Di Indonesia yang menjadi dasar dalam penetapan upah minimum adalah standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan.

Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam pasal 88 ayat 4.

Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) merupakan komponen-komponen pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang dibutuhkan oleh seorang pekerja lajang selama satu bulan.

Sebelumnya menetapkan Upah Minimum Provinsi, Dewan Pengupahan yang terdiri dari perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi akan melakukan survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

(3)

1. Makanan dan Minuman 2. Sandang

3. Perumahan 4. Pendidikan 5. Kesehatan 6. Transportasi

7. Rekreasi dan Tabungan

Tabel 2.1

Selengkapnya mengenai komponen-komponen standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 :

No Komponen Kualitas/Kriteria Jumlah

Kebutuhan

I MAKANAN DAN MINUMAN

1 Beras Sedang Sedang 10 kg

2 Sumber Protein :

a. Daging Sedang 0.75 kg

b. Ikan Segar Baik 1.2 kg

c. Telur Ayam Telur ayam ras 1 kg

3 Kacang-kacangan : tempe/tahu Baik 4.5 kg

4 Susu bubuk Sedang 0.9 kg

5 Gula pasir Sedang 3 kg

6 Minyak goreng Curah 2 kg

7 Sayuran Baik 7.2 kg

8 Buah-buahan (setara pisang/pepaya)

Baik 7.5 kg

9 Karbohidrat lain (setara tepung terigu)

(4)

10 Teh atau Kopi Celup/Sachet 2 Dus isi 25 = 75 gr

11 Bumbu-bumbuan Nilai 1 s/d 10 15%

JUMLAH

II SANDANG

12 Celana panjang/ Rok/Pakaian muslim

Katun/sedang 6/12 potong

13 Celana pendek Katun/sedang 2/12 potong

14 Ikat Pinggang Kulit sintetis, polos, tidak branded

1/12 buah 15 Kemeja lengan pendek/blouse Setara katun 6/12 potong

16 Kaos oblong/ BH Sedang 6/12 potong

17 Celana dalam Sedang 6/12 potong

18 Sarung/kain panjang Sedang 1/12 helai

19 Sepatu Kulit sintetis 2/12 pasang

20 Kaos Kaki Katun, Polyester, Polos,

Sedang

4/12 pasang

21 Perlengkapan pembersih sepatu

a. Semir sepatu Sedang 6/12 buah

b. Sikat sepatu Sedang 1/12 buah

22 Sandal jepit Karet 2/12 pasang

23 Handuk mandi 100cm x 60 cm 2/12 potong

24 Perlengkapan ibadah

a. Sajadah Sedang 1/12 potong

b. Mukena Sedang 1/12 potong

c. Peci,dll Sedang 1/12 potong

JUMLAH

(5)

25 Sewa kamar dapat menampung jenis KHL lainnya

1 bulan

26 Dipan/ tempat tidur No.3 polos 1/48 buah

27 Perlengkapan tidur

a. Kasur busa Busa 1/48 buah

b. Bantal busa Busa 2/36 buah

28 Sprei dan sarung bantal Katun 2/12 set

29 Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48 set

30 Lemari pakaian Kayu sedang 1/48 buah

31 Sapu Ijuk sedang 2/12 buah

32 Perlengkapan makan

a. Piring makan Polos 3/12 buah

b. Gelas minum Polos 3/12 buah

c. Sendok garpu Sedang 3/12 pasang

33 Ceret aluminium Ukuran 25 cm 1/24 buah

34 Wajan aluminium Ukuran 32 cm 1/24 buah

35 Panci aluminium Ukuran 32 cm 2/12 buah

36 Sendok masak Alumunium 1/12 buah

37 Rice Cooker ukuran 1/2 liter 350 watt 1/48 buah

38 Kompor dan perlengkapannya

a. Kompor 1 tungku SNI 1/24 buah

b. Selang dan regulator SNI 10 liter

c. Tabung Gas 3 kg Pertamina 1/60 buah

39 Gas Elpiji masing-masing 3 kg 2 tabung

(6)

41 Gayung plastik Sedang 1/12 buah

42 Listrik 900 watt 1 bulan

43 Bola lampu hemat energi 14 watt 3/12 buah

44 Air Bersih Standar PAM 2 meter kubik

45 Sabun cuci pakaian Cream/deterjen 1.5 kg

46 Sabun cuci piring (colek) 500 gr 1 buah

47 Setrika 250 watt 1/48 buah

48 Rak portable plastik Sedang 1/24 buah

49 Pisau dapur Sedang 1/36 buah

50 Cermin 30 x 50 cm 1/36 buah

JUMLAH

IV PENDIDIKAN

51 Bacaan/radio Tabloid/4 band 4 buah/ (1/48)

52 Ballpoint/pensil Sedang 6/12 buah

JUMLAH

V KESEHATAN

53 Sarana Kesehatan

a. Pasta gigi 80 gram 1 tube

b. Sabun mandi 80 gram 2 buah

c. Sikat gigi Produk lokal 3/12 buah

d. Shampo Produk lokal 1 botol 100 ml

e. Pembalut atau alat cukur Isi 10 1 dus/set

54 Deodorant 100ml/g 6/12 botol

(7)

56 Potong rambut Di tukang cukur/salon 6/12 kali

57 Sisir Biasa 2/12 buah

JUMLAH

VI TRANSPORTASI

58 Transportasi kerja dan lainnya Angkutan umum 30 hari (PP)

JUMLAH

VII REKREASI DAN TABUNGAN

59 Rekreasi Daerah sekitar 2/12 kali

60 Tabungan (2% dari nilai 1 s/d 59) 2%

JUMLAH

JUMLAH (I + II + III + IV + V + VI + VII)

Mekanisme Proses Penetapan Upah Minimum Berdasarkan Standar KHL

a. Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota membentuk tim survey yang anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi.

b. Standar KHL ditetapkan dalam Kepmen No. 13 tahun 2012, berdasarkan standar tersebut, tim survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur Provinsi masing-masing.

(8)

d. Nilai KHL ini akan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari satu tahun. Upah bagi pekerja dengan masa kerja satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.

e. Berdasarkan nilai harga survey tersebut, Dewan Pengupahan juga mempertimbangkan faktor lain : produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha yang paling tidak mampu, kondisi pasar kerja dan saran/pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kotamadya.

f. Gubernur nantinya akan menetapkan besaran nilai upah minimum. Penetapan Upah Minimum ini dilakukan 60 hari sebelum tanggal berlakunya yaitu setiap tanggal 1 Januari (http://www.gajimu.com/main/gaji/gaji-minimum/komponen-khl diakses pada 02 Maret 2015 pukul 10:43 WIB).

2.1.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Perburuhan di Indonesia

Negara Indonesia adalah negara yang sistem ketatanegaraannya menitik beratkan pada kesejahteraan warga negaranya yang disebut dengan Walfare State atau negara kesejahteraan yang secara langsung mengurusi kesejahteraan rakyatnya mulai dari bidang pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan sosial dan sebagainya yang mengupayakan untuk memperkecil jurang pemisah antara mereka yang kaya dan yang miskin melalui berbagai uasaha pelayanankesejahteraan warga negaranya.

(9)

kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung kerja dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja.

Sehingga gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal . terutama menampung angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan negara Republik Indonesia dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha

Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU

No. 11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi :

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial; 2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang

menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5. Mendorong dan menfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya;

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial;

(10)

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan;

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11.Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional; 13.Melestaikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial; 14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2.1.4 Sejarah Peringatan Hari Buruh

Peringatan Hari Buruh sudah mulai dilakukan tanggal 1 Mei tahun 1920 di Indonesia. Bahkan tercatat sebagai negara Asia pertama yang merayakan 1 Mei sebagai hari buruh. Melalui UU Tenaga Kerja No. 12 Tahun 1948 pada pasal 15 ayat 2, dinyatakan bahwa “Pada tanggal 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban kerja”.

Berdasarkan peraturan tersebut, kaum buruh di Indonesia, selalu memperingati MayDay setiap tahunnya. Ini berarti sudah sejak lebih dari 90 tahun yang lalu MayDay telah diakui sebagai harinya kaum buruh di Indonesia.

(11)

Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan MayDay masuk kategori aktivitas subversif atau upaya pemberontakan dalam merobohkan struktur kekuasaan termasuk negara, karena MayDay selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak tepat, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Orde Baru kemudian melarang buruh untuk memperingati MayDay, karena Orde Baru memiliki ketakutan tersendiri terhadap kesolidan buruh di Indonesia, terutama perayaan MayDay yang bisa mengkonsolidasikan ribuan buruh.Namun pada tanggal 1 Mei 1994, Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) kembali merayakan MayDaydi Medan, walaupun di bawah represifitas pemerintahan Orde Baru. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) dalam merayakan MayDay pada tahun 1995.Aksi yang digalang oleh SMID dan PPBI ini ditujukan ke

Kantor Departemen Tenaga Kerja dan kantor Gubernur Jawa Tengah, sebagai simbol pusat kekuasaan.

(12)

Yang terjadi justru, tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan MayDay adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.

Sepanjang tahun 1998-2012, aksi-aksi peringatan MayDay banyak di lakukan di pusat-pusat kekuasaan, seperti Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Gubernur, Istana Negara, Depnaker, Disnaker, Gedung DPR/MPR, dan lain-lain.

Namun menariknya, direntang waktu tersebut terjadi perubahan tujuan aksi dari pusat kekuasaan ke kawasan industri, yakni pada rentang tahun 1997-2000.Pada rentang waktu tersebut, aksi-aksi MayDay banyak dilakukan di kawasan-kawasan industri, seperti kawasan industri Tandes Surabaya, kawasan Industri di Sidoarjo, Gresik, Ungaran Jawa Tengah, dan Sukoharjo.

Perubahan pola aksi ke kawasan industri ini dilakukan karena kawasan industri merupakan jantung kapitalisme. Dengan dilakukannya aksi di kawasan industri, maka produksi di pabrik akan berhenti dan pemilik modal akan mengalami kerugian besar.Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan kembali marak terjadi pada kurun waktu 2001-2007. Namun isu MayDay yang diangkat pada rentang waktu ini mulai menjadi sangat politis karena mengusung lawan neoliberalisme dan kapitalisme.

Isu MayDay pada tahun-tahun ini pun bukan hanya mengangkat isu normatif

saja. Isu tersebut masih didominasi dengan isu MayDay sebagai hari libur nasional dan kenaikan upah 100 persen.

(13)

mulai ikut aksi memperingati MayDay. Pada tahun-tahun ini, isu yang mendominasi adalah isu upah, tolak PHK, hapus sistem kerja kontrak dan outsourcing.

Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan ini, pada awalnya ditanggapi sangat keras oleh rezim penguasa. Upaya untuk melarang kaum buruh untuk aksi ke pusat kekuasaan sangat gencar dilakukan oleh rezim penguasa melalui aparat keamanan. Bahkan sempat muncul pelarangan dan intimidasi terhadap pengemudi truk agar tidak mengangkut buruh aksi ke pusat-pusat kekuasaan.

Namun seiring dengan waktu, respons dari rezim penguasa semakin melunak terhadap aksi-aksi buruh ke pusat kekuasaan. Dalam akhir-akhir tahun ini, pihak penguasa hanya mengimbau agar aksi buruh tidak rusuh serta mengawal secara ketat aksi-aksi yang dilakukan oleh buruh ke pusat kekuasaan.

Selama tahun 2012, selain peringatan MayDay, buruh kembali banyak melakukan aksi di kawasan industri. Pada periode Oktober-November saja, aksi yang dilakukan di berbagai kawasan industri ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengusaha

(https://helmysyamza.wordpress.com/2014/03/31/ironis-menelusuri-sejarah-may-day-di-indonesia-01/ diakses pada 03 Maret 2015 pukul 10:35 WIB).

(14)

Dan yang lebih menarik pada tahun 2014, dimana tahun ini dijuluki dengan istilah tahun politik. Karena semua moment bisa dikaitkan dengan politik, diantaranya pemilihan presiden, pemilihan anggota DPR yang akan menempati 560 kursi jabatan, dan tak luput juga adalah hari buruh. Yang istimewa dari demo buruh yang dikoordinir KSPI (Konfederasi Serikat pekerja Indonesia) kali ini, adalah agenda diumumkannya calon presiden RI pilihan kaum buruh. ada 10 kriteria Presiden RI pilihan buruh, diantaranya : mampu membangkitkan ekonomi Indonesia, mampu menjadikan Indonesia sebagai negara mandiri yang bebas dari tekanan dan dominasi asing, serta berani menghapus sistem kerja alih daya.

Yang jelas, kaum pekerja mencoba merilis pesan untuk disampaikan pada para calon penghuni Senayan yang baru dan calon pemimpin negeri ini. Siapapun nanti yang akan diumumkan KPU pada 9 Mei 2014 menjadi pemilik sah 560 kursi DPR, siapapun nanti yang dipilih rakyat pada 9 Juli 2014, mereka hendaknya mulai memikirkan mana dari 10 tuntutan itu yang kira-kira akan jadi program kerjanya, sehingga tak melulu hanya memberi janji namun gagal mewujudkan bukti (http://metro.kompasiana.com/2014/05/01/yang-istimewa-pada-peringatan-hari-buruh-2014-hari-ini-652950.html diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:42 WIB).

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Pengertian Kemiskinan

(15)

tertentu sebagai kebiasaan suatu masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonominsnya sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. (Soerjono 2006: 320)

Konsep kemiskinan pada jaman perang akan berbeda dengan konsep kemiskinan pada jaman merdeka dan modern sekarang ini. Seseorang dikatakan miskin atau tidak miskin pada zaman penjajahan dahulu akan berbeda dengan saat ini. Demikian juga dari sisi tempat, konsep kemiskinan di negara maju tentulah berbeda dengan konsep kemiskinan di negara berkembang dan terbelakang. Mungkin keluarga yang tidak memiliki televisi atau kulkas, seseorang yang tidak dapat membayar asuransi kesehatan, anak-anak yang bermain tanpa alas kaki, seseorang yang tidak memiliki telepon genggam, akses internet dan lainnya di negara-negara Eropa dapat dikatakan miskin. Namun tidak demikian di negara kurang berkembang seperti negara-negara di Afrika.

Kemiskinan di sebahagian negara justru ditandai dengan kelaparan, kukurangan gizi, ketiadaan tempat tinggal, mengemis, tidak dapat sekolah, tidak punya akses air bersih dan listrik. Defenisi kemiskinan biasanya sangat bergantung dari sudut mana konsep tersebut dipandang.

(16)

Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: a) Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

b) Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatann (http://www.repository.usu.ac.id diakses pada tangaal 21 Januari 2015 pukul 11: 12 WIB).

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

(17)

1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.

d. Spritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin. e. Sosial psikologis, seperti kurang motovasi, kurang percaya diri.

depresi, stres, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja.

g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu dan keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal.

(18)

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian program struktural (structural adjusment program).

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi Geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah

bencana.

j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

2.2.3 Ciri- Ciri Kemiskinan

Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menytakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang yang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan yaitu:

(19)

meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi faktor-faktor produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan komsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau danatidak digunakan untuk investasi melainkan hanya untuk komsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal.

b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi karena kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan hanya untuk komsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi.

c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkahsehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai ekonomis.

(20)

sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.

e. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu, kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang semakin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya, Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakukan migrasi ke kota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib (Siagian, 2012: 20).

2.2.4 Aspek - Aspek Kemiskinan

Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu: a. Kemiskinan bersifat multidimensi

(21)

yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.

b. Aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekwensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan secara agregat. menganalisis kemiskinan secara parsial akan membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan, kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan interdisiplinear.

c. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

(22)

Karena kemiskinan adalah fakta yang terukur, maka kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012: 14), seperti: 1. Miskin

2. Sangat miskin 3. Sangat miskin sekali

Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti:

1. Prasejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2

Berbagai klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa, kemiskinan merupakan fakta yang terukur.

a. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara an sich. Kondisi desa atau kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah.

Sementara itu menurut Drewnoski (dalam Siagian, 2012) mengemukakan adanya sembilan komponen yang harus disertakan dalam kajian kebutuhan pokok dalam rangka penentuan indikator kemisinan. kesembilan indikator tersebut adalah:

(23)

2. Sandang

3. Tempat berlindung 4. Kesehatan

5. Pendidikan 6. Waktu terluang 7. Ketenagan hidup 8. Lingkungan sosial 9. Lingkungan fisik

Dengan indikator kemiskinan tersebut juga merupakan indikator kesejahteraan sosial ekonomi suatu masyarakat. Pendekatan terbaru, yaitu pendekatan yang dilakukan BPS terhadap sekelsi 30 variabel kemiskinan yang menghasilkan delapan variabel sensitif dalam mengidentifikasi kemiskinan, yaitu:

1. Luas lantai perkapita <8m persegi. 2. Jenis lantai dari tanah (tanah terluas).

3. Air minum dari air hujan atau sumur tak terlindung. 4. Tidak memiliki jamban atau WC sendiri.

5. Tidak memiliki aset.

6. Tidak mengomsumsi lauk pauk (daging, ikan, ayam, telur) dalam seminggu yang lalu atau tidak bervariasi.

7. Setiap anggota rumah tangga tidak pernah beli pakaian (bukan pakaian seragam) minimal satu stel setahun yang lalu.

8. Tidak hadir dalam rapat RT/Desa, arisan, undangan maupun acara sosial dalam tiga bulan terakhir (BPS, dalam Siagian, 2012).

(24)

kriteria keluarga miskin. Adapun 14 kriteria yang juga disebut ciri-ciri rumah tangga miskin tersebut adalah:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m² per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tana/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dingding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri/ kepemilikan fasilitas buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/telur satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya perobatan di puskesmas/poliklinik. 12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas

lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.

(25)

14.Tidak memiliki tabungan/ barang yang muda dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya (BPS, dalam Siagian, 2012).

2.3 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtera berarti aman, sentosa, maknur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman dan keselamatan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus ilmu kesejahteraan sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja.

Dalam undang-Undang No.11 tahun 2009 tentang Kesejateraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

(26)

Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan, rekreasi semua individu dan masyarakat. Kesejahteraan sosial berupaya meningkatkan keberfungsian semua kelompok usia, tanpa memandang status sosial setiap individu. Ketika institusi lain dalam masyarakat, seperti ekonomi pasar atau keluarga pada suatu waktu gagal memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok masyarakat, maka dibutuhkan bentuk pelayanan sosial untuk membantu mereka.

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan indonesia. Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kenutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang meyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.

(27)

Kesejahteraan sosial dalam arti luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi, dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spritual. Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari empat sudut pandang yaitu:

1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan (kondisi).

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi, kesejahteaan sosial dapat dilihat dari rumusan Undang-Undanng No. 11 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohanian dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu.

Sebagi suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik dari level mikro, mezzo, maupun makro dengan mengembangkan metode intervensi termasuk didalamnya aspek strategi dan teknik.

3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan.

Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat dilihat antara lain dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander “Kesejahteraan sosial

(28)

kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu atau kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan”. Pengertian ini

sekurang-kuranya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yanng dikemukakan Friedlander secara eksplisif menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlander juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.

4. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan

Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia sehingga menjadi gerakan tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksamaoleh masyarakat dunia, baik secara global maupun parsial. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam gerakan dalam wujud organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha menangani isu kesejahteraan sosial ini (Adi, 2013: 40).

Okamura (2005) menjabarkan tujuh karakteristik di dalam kesejahteraan sosial, diantaranya:

1. Ekonomi yang stabil 2. Pekerjaan yang layak 3. Keluarga yang stabil 4. Jaminan kesehatan 5. Jaminan pendidikan

(29)

Hal-hal di atas menjadi tuntutan dasar dalam masyarakat sosial. ketika semua karakteristik atau tuntutan dasar dalam kehidupan bermasyarakat sudah terpenuhi, secara otomatis kesejahteraan sosial juga sudah didapat (Lubis, Suwardi. 2013 Program Sumut Sejahtera GusMan: Waspada, hal 20).

Selain kesejateraan secara umum, kesejateraan keluarga juga sangat penting dalam masyarakat. Karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat luas. Ole karena itu dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluaraga Sejahtera memberikan batasan mengenai keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan material dan spritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan sembang antara anggota dan anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan sosial dapat dilihat dari ukuran-ukuran berikut ini:

1. Economical well-being, yaitu kesejahteraan ekonomi. Indikator yang digunakan adalah pendapatan yaitu, pendapatan per bulan, nilai asset. 2. Social well-being, yaitu kesehajteraan sosial. Indikator yang digunakan

yaitu prestasi pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, pendidikan non formal paket A, B, C, melek aksara atau buta aksara), jenis pekerjaan (white collar = elit/ profesional dan blue collar = proletar/ buruh pekerja, memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran).

3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik. Indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan (Puspitawati, 2012:7).

(30)

minimum. Suatu keluarga yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan material sehingga digolongkan pada keluarga miskin. BPS menghitung angka kemiskinan lewat tingkat komsumsi penduduk atas kebutuhan dasar.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat suatu kriteria kesejateraan sosial keluarga yang didasarkan atas:

a. Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan.

b. Kebutuhan Sosial psikologis (social psyhological needs) yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, ttransportasi, interaksi sosial internal dan eksternal.

c. Kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri dari variabl tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap imformasi.

Sedangkan klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (2011), yaitu : a. Keluarga pra sejahtera (pra-KS) sering dikelompokkan sebagai “sangat

miskin”, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih

indikator yang meliputi: 1. Indikator ekonomi:

a. Makan dua kali atau lebih dalam sehari

b. Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan bepergian).

c. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah 2. Indikator non-ekonomi:

a. Melaksanakan ibadah

(31)

b. Keluarga sejahtera I (KS-I) sering dikelompokkan sebagai “miskin”, adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator, meliputi:

1. Indikator ekonomi:

a. Paling sedikit sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telur b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang

satu stel pakaian baru

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni 2. Indikator non-ekonomi:

a. Ibadah teratur

b. Sehat tiga bulan terakhir c. Mempunyai penghasilan tetap

d. Usia 10-6- tahun dapat baca tulis huruf latin e. Usia 6-15 tahun bersekolah

f. Mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

c. Keluarga sejahtera II (KS-II) adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

1. Memiliki tabungan keluarga

2. Makan bersama sambil komunikasi 3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat 4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 5. Meningkatkan pengetahuan agama

6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah

(32)

d. Keluarga sejahtera III (KS-III) adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator yang meliputi:

1. Memiliki tabungan keluarga

2. Makan bersama sambil komunikasi 3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat 4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 5. Meningkatkan pengetahuan agama

6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah

7. Menggunakan sarana transportasi

Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:

1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

e. Keluarga sejahtera III Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang sudah memenuhi beberapa indikator meliputi:

1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

(http://mediaedukasi.com/ketahanan-dan-kesejahteraan-keluarga diakses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 17.12 WIB).

2.4 Strategi Bertahan Hidup

(33)

secara sosial ekonomi. Dengan strategi ini seorang individu berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas barang dan jasa.

Dalam defenisi lain strategi bertahan hidup Bungara (dalam Setia, 2005) merupakan cara individu dan rumah tangga “biasa” (ordinary) mengatur dirinya

untuk hidup. Dalam konteks keluarga biasa, stategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola segenap asset yang dimilikinya. Bisa juga disamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan.

Lebih jauh Bungara menjelaskan, hal penting yang harus dilihat dari siasat menangulangi persoalan adalah keterkaitannya dengan perubahan kegiatan-kegiatan yang menambah penghasilan (income generating activities), atau bisa disebut multiple survival strategies (strategi bertahan jamak). konsep ini diartikan adanya kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber daya yang berbeda, karena sumber buruh sebagai kemauan dan keteribatan buruh dalam sebuah organisasi seperti serikat buruh.

Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam stuktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian memobilisasi sumber daya yang ada. Tingkat keterampilan(skill), jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi.

(34)

a. Aset tenaga kerja (labour asset), misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk membantu ekonomi rumah tangga. b. Aset modal manusia (human capital asset), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang atau bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau hasil kerja terhadap tenaga kerja yang dikeluarkannya.

c. Aset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation asset), misalnya memanfaatkan jaringan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”.

d. Aset modal sosial (sosial capital asset), misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan, dan pemberi kredit dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.

e. Aset produktif (productive asset), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.

Selanjutnya Suharto (2002) juga mengatakan strategi bertahan hidup (coping strategies) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya).

(35)

3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembangaan (misalnya: meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya.

2.5 Kerangka Pemikiran

Manusia bekerja untuk berusaha meningkatkan status sosial dan status ekonominya. Akan tetapi tidak semua orang bisa melakukannya, terkadang bagi sebagian orang, bekerja hanyalah untuk mencukupi kebutuhan minimal sehari-hari atau untuk bertahan hidup. Karena pendapatan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka tidaklah banyak atau mungkin jauh dari kata cukup.

Salah satunya adalah buruh, yang umumnya memiliki pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan biaya pendidikan yang terbatas bagi anak-anaknya. Jika ingin menabung atau berinvestasi sangatlah kecil kemungkinan bagi mereka.

Dari segi pendapatan, buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tidak jauh berbeda dengan buruh pada umumnya. Dengan pendapatan yang sedikit dan tanpa jaminan sosial sudah dapat dipastikan bahwa sosial ekonomi keluarga merekapun rendah.

Akan tetapi dengan upah yang sedikit, buruh harian kemenyan harus tetap bekerja demi mempertahankan hidup serta membiayai pendidikan anak-anak mereka. Disisi lain, yang mereka lakukan bukanlah hanya berdiam diri. Untuk menambah pendapatan mereka yang memiliki lahan juga melakukan aktivitas pertanian seperti mananam padi, kopi, jagung, kacang, dan tanaman-tanaman holtikultura.

(36)

mereka beralih menjadi buruh tani bagi tetangga dan kerabat mereka. Bahkan, mereka yang memiliki lahanpun kadang kala ikut beralih menjadi buruh tani demi menambah penghasilan.

Kondisi yang sebaliknya, ketika pasokan kemenyan banyak atau permintaan pasar yang tinggi, para buruh tersebut dengan semangat membawa pulang kemenyan dengan jumlah yang lebih banyak, terkadang mencapai 150 Kg atau lebih dengan anggapan untuk menambah pendapatan, dan kemenyan tersebut dikerjakan bersama setelah pulang dari gudang milik toke sampai selesai, bahkan untuk menyelesaikan kemenyan tersebut mereka rela tidak tidur pada malam harinya atau hanya tidur dalam 2 atau 3 jam saja. Semua itu mereka lakukan dengan harapan agar keesok harinya bisa membawa kemenyan dalam jumlah yang banyak pula.

Bukan hanya memperpanjang jam kerja dimalam hari saja, mereka juga bekerja pada hari libur, seperti hari minggu dan hari libur lainnya. Justru saat-saat seperti itulah kesempatan mereka untuk membawa banyak kemenyan untuk disortir dirumah bersama anggota keluarga lainnya jika pasokan kemenyan mencukupi.

Selain itu, untuk bertahan hidup mereka menekan biaya komsumsi perhari baik secara individu maupun biaya komsumsi keluarga secara menyeluruh. Dengan frekuensi makan tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk yang apa adanya. Misalnya dengan memanfaatkan hasil tanaman sendiri maupun tumbuhan liar yang ada disekitar tempat tinggal mereka. Karena selain uang yang tidak mencukupi, pada umumnya mereka hanya berbelanja satu kali dalam seminggu walaupun jarak antara tempat tinggal mereka dengan pasar tradisional tempat berbelanja mudah dijangkau.

(37)

kepada anak-anak mereka. Karena selain hemat biaya, juga hemat waktu, anak-anak mereka sudah diharuskan untuk membantu orangtuanya untuk menyortir kemenyan setelah pulang sekolah.

Kehidupan mereka juga tidak jauh dari program kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), Raskin, jamkesmas, karena mereka memang tergolong dalam kategori keluarga miskin. Selain untuk program pengentasan kemiskinan strategi tersebut juga merupakan strategi individu maupun keluarga buruh harian kemenyan bertahan hidup.

(38)

Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir

UPAH RENDAH

SOSIAL EKONOMI

BURUH RENDAH

BURUH DENGAN STRATEGI MEMPERTAHANKAN HIDUP: 1. Strategi Aktif, mengoptimalkan

segala potensi keluarga. 2. Strategi Pasif, mengurangi

pengeluaran keluarga.

3. Strategi Jaringan, menjalin relasi baik formal maupun informal

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI BURUH HARIAN

KEMENYAN:

1. Peningkatan asset 2. Perubahan pola

konsumsi dan pengeluaran

(39)

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.2 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Sebagai konsekwensi logis dari salah pengertian yang terjadi dalam memaknai suatu konsep, maka terbuka pula kemungkinan salah penggunaan atas konsep tersebut. Seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.

Secara sederhana, defenisi ini diartikan sebagai batasan arti. Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti, dengan kata lain peneliti berupaya membawa para pembaca hasil penelitian tersebut untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136).

Peneliti memberikan batasan konsep untuk memfokuskan penelitian ini sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan strategi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dilakukan secara keseluruhan yang berkaitan dengan suatu pelaksanaan gagasan atau perencanaan yang akan dicapai.

(40)

3. Yang dimaksud dengan mempertahankan hidup dalam penelitian ini adalah cara yang dilakukan oleh indivivu, kelompok, atau masyarakat untuk tetap melangsungkan hidupnya.

2.6.3 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari defenisi konsep. Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis, jika konsep itu sudah bersifat dinamis maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terkandung dalam kosep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Buruh harian kemenyan, dengan indikator: a. Curahan jam kerja per hari

b. Total keseluruhan pendapatan utama keluarga 2. Strategi Aktif

a. Anggota keluarga yang terlibat untuk bekerja b. Jenis pekerjaan tambahan

c. Frekuensi waktu bekerja dalam sehari d. Kontribusi pekerjaan tambahan

(41)

3. Strategi Pasif

a. Frekuensi makan sehari

b. Keseimbangan gizi dalam makanan c. Frekuensi membeli pakaian

d. Kualitas pakaian e. Tingkat pendidikan f. Kualitas pendidikan

g. Akses mendapatkan pelayanan kesehatan 4. Strategi Jaringan

a. Terlibat dalam aktivitas sosial

b. Menerima program kemiskinan yang diterima

c. Kontribusi program kemiskinan terhadap individu atau keluarga d. Frekuensi meminjam uang dari rentenir

e. Kontribusi uang pinjaman dari rentenir f. frekuensi mengutang di warung

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku..

The identification of the same boulder at two different epochs that allows to perform automatic 3D or even 2D matching may be The International Archives of

[r]

70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti Proses pemilihan penyedia untuk pekerjaan Pengerasan/Paving Blok Jalan dan Halaman Pos

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep rancangan combination tool yang merupakan alat bantu pembuatan produk menggunakan bahan dasar lembaran pelat

1. Anak sah, yaitu mereka yang lahir didalam suatu perkawinan, pengertian ini berdasarkan Pasal 250 KUHPerdata, yakni : “ Tiap- tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan

[r]

Adapun Bpk/Ibu/Sdr/i diminta untuk membawa semua kelengkapan Dokumen Asli yang telah diupload pada tahap pemasukan dokumen penawaran, serta dokumen-dokumen lain yang