• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MENTORING PERIODE SATU Materi Pedagogik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN MENTORING PERIODE SATU Materi Pedagogik"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MENTORING PERIODE SATU

Nama Peserta :

NUPTK :

Nomor Peserta PLPG : Bidang Studi Sertifikasi :

Sekolah Asal :

A. Ringkasan Materi

1. Karakteristik Peserta Didik

Penting bagi guru untuk memahami karakteristik anak didiknya, sehingga tujuan pembelajaran, materi yang disiapkan dan metode yang dirancang untuk menyampaikan materi benar- benar sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Perbedaan karakteristik anak, salah satunya dapat dipengaruhi oleh perkembangannya. Ada dua metode untuk meneliti perkembangan manusia, yaitu: longitudinal dan cross sectional. Dalam metode longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usianya dalam waktu yang lama. Sementara, pada metode cross sectional, peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama.

Beberapa teori perkembangan yang menjadi acuan dalam bidang pendidikan, antara lain:

a. Jean Jacques Rousseau

(2)

remaja (15- 25 tahun). Pada masa ini terjadi perkembangan pesat pada aspek seksual, sosial, moral dan nurani.

b. Stanley Hall

Menurut Stanley Hall, cepat lambatnya perkembangan psikologis manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Stanley Hall membagi masa perkembangan manusia menjadi empat tahap, yaitu: 1) masa kanak- kanak (0- 4 tahun); 2) masa anak (4- 8 tahun). Pada masa ini, anak mulai mempelajari lingkungan sekitarnya; 3) masa puber (8- 12 tahun). Pada masa ini, anak mulai belajar pada aspek sosial, emosi, moral dan intelektual; 4) masa remaja (12- dewasa). Anak sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah. c. Robert J. Havigurst

Robert J. Havigurst menyusun tahap- tahap perkembangan menjadi lima tahap berdasarkan problema yang harus

dipecahkan dalam setiap fase, yaitu: masa bayi (0- tahun),

masa anak awal ( tahun), masa anak ( tahun – pubesen),

masa adolesense awal (pubesen- pubertas), dan masa adolesence (pubertas- dewasa).

d. Jean Piaget

(3)

menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; 4) tahap operasional formal (11- 15 tahun). Pada tahap operasional formal, anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah.

e. Lawrence Kohlberg

Menurut Kohlberg, perkembangan moral kognitif anak terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1) Preconventional moral reasoning, meliputi: obidience and paunisment orientation (berorientasi pada konsekuensi fisik dari perbuatan benar-salahnya/ hukuman dan kepatuhan) dan Naively egoistic orientation (berorientasi pada perbuatan yang menguntungkan/ memuaskan keinginan sendiri); 2) conventional moral reasoning, meliputi: good boy orientation (anak berorientasi pada perbuatan yang baik, adalah yang menyenangkan, membantu/ disepakati oleh orang lain) dan authority and social order maintenance orientation (anak berorientasi pada aturan dan hukum); 3) Post conventional moral reasoning, yaitu: contranctual legalistic orientation (anak peduli pada hak azasi individu, dan menganggap bahwa segala sesuatu yang baik adalah yang disepakati oleh mayoritas masyarakat) dan conscience or principle orientation (berorientasi pada prinsip-prinsip etika yang bersifat universal)

f. Erick Homburger Erickson

(4)

Initiative vs guilt; 4) industry and inferiority (masa sekolah). Anak cenderung mudah mengendur mentalnya saat mereka mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu; 5) Identity vs role confusion (remaja). Anak dihadapkan pada proses pencarian jati diri, yang amat dipengaruhi lingkungan; 6) intimacy vs isolation (dewasa awal). Dari segi komunikasi dengan orang lain, anak sudah mulai bisa memilah sesuatu yang bersifat pribadi dan umum; 7) Generativity vs stagnation (pertengahan dewasa). Ditandai munculnya rasa tanggung jawab, melalui bentuk perhatian dan kepedulian terhadap orang lain; 8) Ego integrity vs despair (dewasa akhir ), merupakan tahap akhir pada siklus kehidupan, dimana individu akan melakukan introspeksi dan mereview kembali perjalanan kehidupan yang telah dilaluinya.

2. Teori Belajar

a. Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik (tingkah laku), belajar adalah perubahan dari tingkah laku sebagai akibat dari hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon. Tokoh-tokoh pada aliran behavioristik diantaranya: Edward Lee Thorndike, Skinner, Ivan Petrovich Pavlov dan Alberta Bandura. Thorndike mengemukakan bahwa, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Lebih lanjut, Thorndike menyatakan bahwa, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan dari diri seseorang. Dimana, perilaku belajarnya diawali dengan proses trial dan error (mencoba salah – mencoba sampai benar). Selain ditentukan oleh interaksi stimulus dan respon, perilaku belajar seseorang juga ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri seseorang, baik kognitif, emosi, sosial maupun psikomotornya.

(5)

melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami dengan menghubungkan situasi baru tersebut dengan situasi lama yang pernah dialami, sehingga terjadi proses perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Proses perpindahan ini, juga dapat dilakukan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur lama. Sedangkan Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (pengkondisian). Agar diperoleh respon yang diinginkan, perlu dilakukan rangsangan secara berulang-ulang sehingga akan membentuk suatu kebiasaan.

Lebih lanjut, Skinner berpendapat bahwa penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar seseorang. Karena, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus- respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bentuk, yaitu penguatan positif (hadiah, pujian) dan penguatan negatif (teguran, peringatan). Tokoh aliran behavioristik yang lain (Bandura), berpendapat bahwa seseorang (siswa) belajar melalui meniru. Bandura memandang, tingkah laku manusia bukan semata- mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif berbicara tentang bagaimana mengembangkan fungsi kognitif agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Tokoh- tokoh pada aliran kognitif diantaranya: David Ausubel dan Jerome Bruner.

1. Teori Belajar dari Ausubel

(6)

penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada informasi yang telah ada pada struktur kognitifnya (belajar bermakna) dan dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru, tanpa menghubungkannya pada konsep/ informasi yang telah ada pada struktur kognitifnya (belajar hapalan).

Oleh karenanya, pembelajaran dapat dikatakan bermakna, apabila memenuhi prasyarat berikut. (1) Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial; yang berarti materi tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat pada struktur kognitif siswa. (2) Siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan pembelajaran bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.

(7)

memperlihatkan secara eksplisit, bagaimana arti- arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti- arti sebelumnya yang lebih sempit, dan bagaimana konsep- konsep yang tingkatannya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru. 2. Teori Belajar dari Bruner

Jerome Bruner memandang belajar sebagai proses kognitif, dimana dalam belajar ini melibatkan tiga proses yang berlangsung secara bersamaan. Tiga proses tersebut meliputi: 1) memperoleh informasi baru, 2) transformasi informasi, dapat dilakukan dengan cara ekstrapolasi maupun dengan mengubah menjadi bentuk lain, 3) menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan.

Lebih lanjut Bruner mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem ketrampilan untuk menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna, yang lebih dikenal dengan tiga cara penyajian (modes of present), yaitu: 1) cara penyajian enaktif. Cara penyajian enaktif merupakan bentuk representasi sensori motor yang dibentuk melalui aksi, gerakan atau tindakan. Anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi benda- benda konkrit; 2) Cara penyajian ikonik. Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal, yang berkaitan dengan persepsi (tanggapan atau penerimaan dari sesuatu) dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar- gambar atau grafik; 3) Cara penyajian simbolik. Pada tahap ini anak mulai memanipulasi simbol- simbol atau lambang- lambang tertentu.

c. Teori Belajar Vygotsky

(8)

(guru) maupun dengan teman sejawat yang kemampuannya lebih tinggi disebut potential development. Area atau jarak antara actual development dan potential developmen dikenal dengan istilah zone of proximal development (ZPD).

Siswa bekerja dalam ZPD, manakala siswa tidak dapat memecahkan masalah secara mandiri, tetapi dapat memecahkan masalah tersebut setelah mendapatkan bantuan (scaffolding) dari guru/ teman sejawatnya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, memberikan contoh dan tindakan- tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Dalam pembelajaran, guru dapat memberikan bantuan sementara kepada siswa kemudian mengurangi bantuan tersebut dan pada akhirnya menghilangkan sama sekali, sehingga mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuannya secara mandiri.

d. Teori Belajar Van Hiele

(9)

antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi dan teorema.

Menurut Van Hiele, semua siswa mempelajari geometri dengan melalui tahap- tahap tersebut secara hierarkis. Akan tetapi, kapan seorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama, antara siswa yang satu dengan lainnya. Proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.

3. Model – model pembelajaran

a. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari- hari yang bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh peserta didik, yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan berpikir, ketrampilan menyelesaikan masalah, ketrampilan sosial, ketrampilan untuk belajar mandiri dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Prinsip- prinsip PBM antara lain: penggunaan masalah nyata, berpusat pada peserta didik (student centered), guru berperan sebagai fasilitator, kolaborasi antar peserta didik, menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.

Adapun langkah- langkah PBM adalah sebagai berikut.

Langkah Deskripsi

Langkah 1 Klarifikasi Permasalahan

 Guru menyajikan fenomena yang mengandung masalah yang sesuai dengan KD atau indikator. Bentuknya bisa berupa gambar, teks, video, vignettes, fenomena riil, dan sebagainya.

 Peserta didik melakukan identifikasi terhadap fenomena yang ditampilkan guru untuk menemukan masalah dari fenomena yang ditampilkan.

(10)

terhadap masalah yang ditemukan Langkah 2

Brainstorming

 Peserta didik mengidentifikasi masalah dan melakukan brainstorming dengan fasilitasi guru

 Guru memfasilitasi peserta didik untuk mengklarifikasi fakta, konsep, prosedur dan kaidah dari masalah yang ditemukan.  Peserta didik melakukan brainstorming

dengan cara sharing information, klarifikasi informasi dan data tentang masalah yang ada, melakukan peer learning dan bekerjasama.

 Peserta didik mendapatkan deskripsi dari masalah, apa saja yang perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah, deskripsi konsep yang sudah dan belum diketahui, menemukan penyebab masalah, dan menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah

 Peserta didik mengembangkan alternatif penyelesaian masalah

 Peserta didik menyusun dan mengembangkan action plan untuk penyelesaian masalah.

Langkah 3 Pengumpulan informasi dan data

 Peserta didik melakukan kegiatan pengumpulan data dan informasi terkait dengan penyelesaian masalah, perpustakaan, web, dan berbagai sumber data yang lain serta melakukan observasi.  Peserta didik secara mandiri mengolah

(11)

Langkah 4 brainstorming, klarifikasi informasi, konsep dan data terkait dengan permasalahan yang ada dan menemukan solusinya, melakukan peer learning dan bekerjasama (working together).

 Peserta didik mempresentasikan hasil brainstormingnya tentang solusi yang dikemukakan untuk penyelesaian masalah.  Peserta didik mempresentasikan hasil

kerjanya di depan kelas.

 Peserta didik mereviu, menganalisis, mengevaluasi dan refleksi terhadap pemecahan masalah yang ditawarkan beserta reasoningnya dalam diskusi kelas.  Peserta didik melakukan perbaikan  Guru dan siswa memberikan apresiasi atas

partisipasi semua

b. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project- Based Learning)

(12)

dengan menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis, membuat sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.

Tujuan pembelajaran berbasis proyek ini adalah sebagai berikut: 1) Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran; 2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek; 3) Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang/ jasa; 4) Mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber/ bahan/ alat untuk menyelesaikan tugas/ projek; 5) Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya yang bersifat kelompok.

(13)

pada langkah penyusunan laporan dan presentasi hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil projek.

Langkah- langkah pembelajaran berbasis projek dijelaskan pada didik menentukan tema/topik projek untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya

Langkah -3

Penyusunan jadwal pelaksanaan projek

Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan rancangan projek yang telah dibuat

Langkah -5

Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek

Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil karya

Langkah -6

Evaluasi proses dan hasil projek

Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek

c. Pembelajaran Inquiry/ Discovery

Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pembelajaran inquiry disebut bersama dengan discovery. Hal ini dikarenakan, pembelajaran ini memiliki dua proses utama, yaitu melibatkan siswa dalam mengajukan pertanyaan (to inquire) dan peserta didik menemukan (to discover) jawaban atas pertanyaan mereka melalui serangkaian kegiatan penyelidikan dan kegiatan sejenis.

(14)

pembelajaran Inquiry/ Discovery yakni: membantu peserta didik berpikir secara analitis, mendorong siswa agar semakin berani dan kreatif imajinasi.

Lima langkah pembelajaran Inquiry/ Discovery, nampak pada tabel berikut.

1. Merumuskan

pertanyaan Merumuskan pertanyaan, masalahatau topik yang akan diselidiki 2. Merencanakan Merencanakan prosedur atau langkah- langkah pengumpulan data dan analisis data

3. Mengumpulkan dan menganalisis data

Kegiatan mengumpulkan informasi, fakta, maupun data, dilanjutkan dengan kegiatan menganalisanya 4. Menarik simpulan Menarik simpulan- simpulan

5. Aplikasi dan Tindak lanjut

Menerapkan hasil dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan lanjutan untuk dicari jawabnya.

4. Evaluasi hasil belajar

Berdasarkan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan informasi/ bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan aspek ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.

(15)

dan menginterpretasi bukti- bukti hasil pengukuran) dan evaluasi (proses mengambil keputusan berdasarkan hasil- hasil penilaian).

Pada kurikulum 2013, lingkup penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik mencakup tiga aspek, yaitu:

a. Aspek sikap

Merujuk pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016, sikap spiritual yang dimaksud meliputi keimanan dan ketakwaan. Sementara itu, sikap sosial mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesantunan, kepercayaan diri, kepedulian (toleransi, kerjasama dan gotong-royong) serta rasa tanggung jawab. Namun demikian, sekolah dapat menambah butir- butir nilai sikap sosial dan spiritual tersebut sesuai dengan visi misi sekolah sebagaimana tercantum dalam KTSP sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya, dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn memiliki KD- KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI- 2. Oleh karena itu, penilaian perolehan butir- butir nilai sikap spiritual dan sikap sosial pada kedua mata pelajaran tersebut selalu dikaitkan pada substansi yang dipelajarinya. Hal ini berbeda dengan mata pelajaran lainnya selain Pendidikan agama dan Budi pekerti, penilaian sikap diperoleh berdasarkan hasil pembelajaran tidak langsung (indirect teaching).

b. Aspek pengetahuan

(16)

menerapkan dikategorikan sebagai kecakapan/ kemampuan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/ LOTS). Sementara, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta dikelompokkan dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS). Penilaian harus mencakup semua dimensi pengetahuan dengan seluruh tingkatan kecakapan berpikir tersebut sesuai dengan tuntutan indikator pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dari KD.

c. Aspek ketrampilan

Penilaian ketrampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan yang meliputi aspek berpikir dan bertindak sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.

(17)

memfasilitasi peserta didik. Assessment of learning dapat berbentuk tugas, presentasi, proyek dan kuis; 3) Assessment as learning, memiliki fungsi yang hampir sama dengan Assessment of learning. Perbedaannya, Assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses penilaian, seperti merumuskan prosedur penilaian, kriteria dan pedoman/rubrik penilaian. Sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal. Assessment as learning dapat berupa penilaian diri dan penilaian antar teman.

Agar hasil penilaian akurat dan dapat diterima oleh semua pihak, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) sahih. Penilaian harus dilakukan berdasar pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2) Objektif. Penilaian didasarkan pada kriteria dan prosedur yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai; 3) Adil. Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, status ekonomi, gender dan hal lain; 4) Terpadu. Penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; 5) Terbuka. Prosedur dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas dan dapat diketahui oleh siapapun; 6) Menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian memncakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik; 7) Sistematis. Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah- langkah baku; 8) Beracuan kriteria. Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; 9) Akuntabel. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.

(18)

instrumen berupa lembar observasi atau jurnal. Hasil penilaiannya disampaikan dalam bentuk deskriptif. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, yang disesuaikan dengan karakteristik KD, indikator atau tujuan pembelajaran yang akan dinilai. Teknik penilaiannya dapat berupa tes tertulis, tes lisan dan penugasan.

Sedangkan penilaian ketrampilan dapat dilakukan dengan teknik penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek dan penilaian portofolio. Teknik penilaian ketrampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI- 4.Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan ketrampilan dinyatakan dalam bentuk predikat dan deskripsi.

(19)

nilai akhir ketrampilan pada setiap mata pelajaran. Penulisan capaian pengetahuan dan ketrampilan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 – 100, predikat (A, B, C atau D) dan deskripsi. Hasil analisis penilaian pengetahuan berupa informasi tentang peserta didik yang telah mencapai KKM dan belum mencapai KKM. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM perlu ditindaklanjuti dengan program remidial, sedangkan bagi peserta didik yang telah mencapai KKM diberikan pengayaan.

Pelaporan hasil penilaian dapat berupa rekap nilai peserta didik maupun dalam bentuk rapor untuk tiap semester. Hasil penilaian dapat digunakan untuk: mengetahui materi yang sudah/ belum dikuasai sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk belajar lebih sungguh- sungguh, mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik, serta dapat digunakan untuk memberi gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan. Berdasarkan hasil penilaian, kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidik, orang tua, peserta didik maupun pemerintah.

B. Materi yang dianggap sulit

Semua materi dalam kompetensi pedagogik telah diuraikan secara jelas, runtut dengan bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, antara judul dengan isi materi sudah sesuai.

C. Materi Esensial yang tidak ada dalam sumber belajar

(20)

D. Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran siswa, kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar dan kemampuan melakukan penilaian. Semua materi yang ada dalam sumber belajar merupakan materi yang esensial/ mendasar sehingga perlu dipelajari supaya pendidik menguasai kompetensi pedagogik seperti yang diharapkan. Salah satunya yaitu materi tentang teori belajar. Teori belajar merupakan salah satu factor yang dapat menjadi pedoman atau tolak ukur bagi seorang guru untuk melakukan proses belajar mengajar yang diingink an. Oleh karena itu, guru sangatlah perlu untuk memahami dan mempelaja ri teori belajar, yang akan digunakan ketika mengajar. Lebih lanjut disebutkan dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.

E. Jawaban soal uraian

Bab 1: Karakteristik Peserta Didik

(21)

sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan kehati-hatian dalam pengambilan kesimpulan, karena perbedaan karakteristik anak juga berpengaruh pada tahapan perkembangannya.

2. Peserta didik SMP (umur 12- 18 tahun) sudah mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol- simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah- kaidah logika formal tanpa memerlukan objek yang bersifat konkrit atau bahkan objek yang visual, seperti: peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, serta kemampuan menarik kesimpulan. Mereka juga telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Meskipun kemampuan kognitifnya telah berkembang dengan cukup baik, namun perkembangan emosionalnya masih cukup bergejolak/ belum stabil. Saat mereka berhasil melakukan sesuatu, mereka akan merasa bangga dan puas. Namun, jika gagal, mereka akan merasa rendah diri. Sebagian besar dari mereka masih belum mampu mengendalikan dan mengelola emosi dengan baik. Sementara, dari segi pertumbuhan fisiknya, organ organ seksualnya telah mampu mempengaruhi perkembangan emosinya dan dorongan baru seperti perasaan cinta.

(22)

matematika. Sementara, waktu efektif dalam proses pembelajaran terbatas.

4. Matematika merupakan suatu pengetahuan yang berkenaan dengan jumlah, ukuran, penghitungan, dan sebagainya, yang dinyatakan dalam simbol dan angka. Selain itu, matematika juga identik dengan pemecahan masalah dan pembuktian. Oleh karena itu, pendekatan/strategi/ metode pembelajaran hendakanya diawali dari konkret ke abstrak, sederhana ke konsep yang kompleks serta dari sesuatu yang mudah ke sulit. Jika dilihat dari usia SMP, metode yang cocok untuk diterapkan, dapat berupa metode pembelajaran dengan bantuan media/ alat peraga, khususnya benda-benda konkrit yang ada di sekitar siswa, sehingga siswa bisa melihat kegunaan/ manfaat mempelajari matematika kaitannya dengan permasalahan yang mereka jumpai di kehidupan sehari-hari. Metode permainan juga dapat diterapkan, untuk menghilangkan kejenuhan dan mengupayakan suasana kelas yang menyenangkan, sehingga dapat memancing kreatifitas dan keaktifan siswa.

Bab 2: Teori Belajar

1. Dalam pembelajaran matematika, ketrampilan berhitung menjadi kemampuan yang mendasar untuk dikuasai siswa. Selain itu, karakteristik matematika itu sendiri yang saling terkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain, satu materi dengan materi yang lain. Dan memandang bahwa matematika, merupakan pengetahuan yang objektif, pasti dan tidak berubah. Berdasarkan cara pandang tersebut, seringkali, kegiatan pembelajaran yang selama ini saya lakukan merupakan penerapan teori belajar behavioristik.

(23)

2. Contoh permasalahan dalam pembelajaran matematika, yaitu permasalahan dalam menentukan KPK dan FPB bentuk aljabar. Scaffolding yang diberikan guru, antara lain: langkah pertama yaitu dengan mengidentifikasi pemahaman siswa, untuk melihat sejauh mana kesulitan siswa dalam memahami permasalahan KPK dan FPB, kemudian diberikan scaffolding disesuaikan dengan tingkat kesulitan pembelajaran. Scaffolding pada pembelajaran KPK dan FPB bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan. Yang pertama, pada tingkat kesulitan dimana siswa mengalami kendala saat mengoperasikan bilangan bulat. Pemberian scaffolding yang dilakukan guru dapat berupa melatih berulang-ulang atau drill operasi hitung bilangan bulat. Pada tahap menentukan operasi KPK dan FPB, terdapat siswa yang kesulitan dalam menentukan faktor yang dikalikan. Pengorganisasian kelas juga perlu dilakukan, yaitu dengan pembentukan kelompok kecil, dengan memilih teman yang mampu berkomunikasi dengan siswa yang kurang pemahamannya. Selanjutnya, pada kondisi dimana siswa kesulitan dalam menggunakan pohon faktor, maka guru dapat menyediakan alternatif lain dalam menentukan KPK dan FPB selain menggunakan pohon faktor.

(24)

iklim belajar yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran.

4. Contoh soal dan jawaban, beserta prediksi jawaban siswa Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut!

...

Alternatif jawaban siswa, antara lain: 

5. Fase- fase dalam pembelajaran Van Hiele merupakan rangkaian yang b erurutan dan hierarki. Geometri merupakan salah satu bidang dalam m atematika yang dianggap sulit oleh siswa. Oleh karenanya, proses pem belajarannya harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Dalam f ase- fase pembelajaran Van Hiele, konsep-konsep yang dipahami secar a implisit pada suatu tingkat menjadi lebih eksplisit pada tingkat beriku tnya. Sehingga pemahaman dan penguasaan siswa pada materi geometr i menjadi lebih baik.

6. Salah satu kegiatan yang sesuai dengan fase integrasi menurut model p embelajaran Van Hiele, yakni peserta didik membuat ringkasan, denga n mengintegrasikan apa yang telah dipelajari.

7. Fase- fase penerapan teori belajar Ausubel dalam pembelajaran:

(25)

awal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: mengaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa, dan mengorganisasikan materi yang dipelajari.

b. Fase Pelaksanaan. Setelah fase perencanaan, guru hendaknya memulai pelaksanaan pembelajaran ini dengan pengaturan awal dan menggunakannya hingga akhir pelajaran. Untuk mempertahankan keaktifan siswa, guru hendaknya menjalin interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh dan sebagainya yang berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu. Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan, maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu: menghubungkan atau membandingkan konsep- konsep itu melalui rekonsiliasi integratif, atau melanjutkan dengan diferensiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas.

8. Contoh implikasi pembelajaran bermakna “Ausubel” pada pembelajaran pokok bahasan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel (PtLSV)

a. Fase perencanaan :

1) Menetapkan tujuan pembelajaran, yaitu: peserta didik menentukan PtLSV, menentukan nilai variabel PtLSV dan mengubah masalah yang berkaitan dengan PtLSV ke dalam model matematika.

2) Mendiagnosis latar belakang pengetahuan peserta didik, latar belakang pengetahuan peserta didik dalam memahami pokok bahasan ini antara lain: Operasi hitung bentuk aljabar, ketidaksamaan, persamaan linier satu variabel

3) Membuat struktur materi

4) Memformulasikan pengaturan awal, untuk mengajarkan pokok bahasan PtLSV kelas VII SMP, pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan dapat digunakan sebagai pengaturan awal

Kalimat matematika

Kalimat terbuka

Kalimat Terbuka

Persamaan

(26)

adalah sebagai berikut: operasi hitung bentuk aljabar, pada operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada suku-suku yang sejenis; ketidaksamaan yaitu kalimat

yang menggunakan tanda hubung atau ; persamaan

dalam bentuk , dengan disebut persamaan linier satu variabel (PLSV). Dikatakan linier karena

pangkat dari variabelnya (yaitu adalah satu; mengingat kembali sifat-sifat yang digunakan dalam menyelesaikan PLSV;

5) Bentuk umum PtLSV adalah dengan

b. Fase Pelaksanaan

Uraian Kegiatan Tahapan yang

dilakukan Guru mengingatkan peserta didik tentang

operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar

Guru mengingatkan peserta didik tentang bentuk ketidaksamaan

Guru mengingatkan peserta didik pada PLSV dan sifat- sifat yang diperlukan dalam menyelesaikan persamaan tersebut Guru memberi problema tentang tentukan penyelesaian

Pengaturan awal

Pengaturan awal

Pengaturan awal

Pengaturan awal

(27)

Dengan menggunakan beberapa contoh, antara lain soal tentukan himpunan

penyelesaian Bilangan bulat

Dengan arahan guru, siswa diminta untuk dapat menyimpulkan cara untuk menentukan himpunan penyelesaian pada garis bilangan

Untuk dapat menentukan penyelesaian-penyelesaian pada garis bilangan, cukup diambil salah satu titik saja yang memenuhi pertidaksamaan tersebut

Rekonsiliasi integratif

Tentukan himpunan penyelesaian dari

bilangan asli

Diferensiasi progresif

9. Pendewasaan pertumbuhan intelektual seseorang menurut Bruner adalah pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus, pertumbuhan intelektual tergantung bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan yang sesuai dengan lingkungan, dan pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukan atau apa yang dilakukan.

(28)

a. Guru merencanakan pelajaran, sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah- masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b. Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan kesangsian yang merangsang siswa untuk menyelidiki masalah tersebut, menyusun hipotesis- hipotesis dan mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah tersebut.

c. Guru dapat menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambi l melakukan (learning by doing). Ikonik didasarkan atas pikiran int ernal. Pengetahuan disajikan oleh gambar- gambar yang mewakili s uatu konsep. Simbolik adalah dengan menggunakan kata-kata atau bahasa- bahasa.

Bab 3: KURIKULUM 2013

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan sejumlah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan. SKL digunakan sebagai acuam utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian, standar PTK, standar sarpras, standar pengelolaan dan standar pembiayaan.

2. Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar (KD).

(29)

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran.

4. Indikator Adalah penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. IPK dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan IPK perlu mempertimbangkan: (a) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (b) karakteristik mata pelajaran, siswa, dan sekolah; (c) potensi dan kebutuhan siswa, masyarakat, dan lingkungan/daerah.

5. Cara penyusunan Indikator dari Kompetensi Dasar

Indikator dalam kurikulum 2013 dikenal ada indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang terdapat dalam RPP dan indikator penilaian yang menjadi penentu dalam menyusun kisi-kisi penulisan soal. Penetapan indikator keduanya harus mengacu ke rumusan kompetensi dasar. Cara menentukan indikator dari Kompetensi dasar (KD) suatu mata pelajaran adalah sebagai berikut:

a. Cermati masing-masing rumusan kompetensi dasar, yakni KD yang berkenaan dengan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan atau keterampilan. Dalam KD ini setiap mata pelajaran ada beberapa hal yang berbeda khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta mata pelajaran PPKn. Untuk selain mata pelajaran tersebut, maka KD tentang sikap spiritual dan sikap sosial merupakan pencapaian kompetensi tidak melalui pembelajaran secara langsung (indirect teaching).

(30)

c. Sesuaikan karakteristik mata pelajaran, peserta didik dan sekolah dalam menetapkan indikator.

d. Sesuaikan juga potensi atau kebutuhan peserta didik, masyarakat atau lingkungan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penyusunan indikator setidak-tidaknya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Khusus untuk aspek pengetahuan, penentuan tingkat kompetensi dapat mengacu pada ranah kognitif taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu pada ranah afektif taksonomi Bloom, juga aspek keterampialn dapat mengacu pada ranah psikomotorik taksonomi Bloom.

Bab 4: Desain Pembelajaran 1. –

2. Catatan- catatan berkaitan dengan model pembelajaran Inquiry/ Discovery, yaitu: anak usia SMP pada umumnya, belum mampu untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan melalui penemuannya sendiri. Terlebih lagi, dalam aspek menciptakan ide atau gagasan yang belum ada. Terkadang, saat guru menerapkan model pembelajaran ini, yang peserta didik tangkap justru aktivitas-aktivitasnya. Mereka belum mampu mengaitkan antara aktivitas yang dilakukan dengan tujuan yang diharapkan oleh guru.

3. Kompetensi Dasar: Menganalisis aritmetika sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto, neto, tara)

No Model

Pembelajaran

Langkah- langkah Pembelajaran

1 Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah 1: Klarifikasi Masalah

 Guru menyajikan tayangan audiovisual tentang masalah-masalah yang melibatkan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli

(31)

melakukan identifikasi terhadap fenomena yang ditampilkan guru  Peserta didik membaca petunjuk

pada LK dan mengamati LK  Guru memotivasi peserta didik

untuk menuliskan dan menanyakan permasalahan/ hal-hal yang belum dipahami dari masalah yang disajikan pada LK, guru mempersilahkan peserta dalam kelompok lain untuk memberikan tanggapan

Langkah 2: Brainstorming

 Peserta didik melakukan diskusi berdasarkan petunjuk dalam LK, dalam kelompok masing-masing.  Peserta didik dalam kelompok

melakukan brainstorming dengan cara sharing information dan klarifikasi informasi tentang permasalahan yang terdapat pada tanyangan video tersebut

Langkah 3: Pengumpulan Informasi dan Data

 Peserta didik melakukan eksplorasi, dimana mereka juga diharapkan mengaitkan dengan dunia nyata.

Langkah 4: Berbagi Informasi dan Berdiskusi untuk Menemukan Solusi Penyelesaian Masalah

(32)

mendiskusikan cara yang digunakan untuk menemukan semua kemungkinan pemecahan masalah terkait masalah yang diberikan

 Peserta didik dalam kelompok masing- masing dengan bimbingan guru untuk dapat mengaitkan, merumuskan dan menyimpulkan tentang nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli serta memberikan bantuan untuk menyajikan hasil pemecahan masalah yang telah diperoleh.

 Peserta didik dalam kelompok menyusun laporan hasil diskusi penyelesaian masalah yang diberikan.

Langkah 5: Presentasi Hasil Penyelesaian Masalah

 Beberapa perwakilan kelompok menyajikan secara tertulis dan lisan hasil pembelajaran berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan

(33)

informasi atau tanggapan lainnya Langkah 6: Refleksi

 Peserta didik melakukan refleksi, resume dan membuat kesimpulan secara lengkap dengan bantuan guru, dari materi yang telah dipelajari.

 Guru memberikan apresiasi atas partisipasi semua peserta didik. 2 Pembelajaran

Inquiry/ Discovery

Langkah 1: Merumuskan Pertanyaan  Peserta didik merumuskan

bagaimana cara menemukan untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi melalui LK dengan bimbingan guru

Langkah 2: Merencanakan

 Guru memberikan informasi terkait langkah- langkah pengumpulan dan menganalisis data terkait untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi.

 Peserta didik mengidentifikasi dan menganalisis LK berdasarkan instruksi yang ada di LK

Langkah 3: Mengumpulkan Data dan Menganalisis Data

(34)

 Guru mengajukan pertanyaan terkait dengan pembuktian pertama dan mengarahkan serta memotivasi peserta didik untuk membuktikan kembali dengan bahan model lain yang berbeda.  Peserta didik dalam kelompok

melakukan pengujian dan mengolah data kembali dengan model peraga lain.

Langkah 4: Menarik Simpulan

 Peserta didik memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya tentang pembuktian penemuan tentang rumus untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi.

 Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan konsep, teori, aturan melalui contoh- contoh dalam kehidupan sehari- hari.

Langkah 5: Aplikasi dan Tindak Lanjut

 Perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan dengan membuat kesimpulan dari hasil penemuan dalam hasil pembuktian tentang untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi

(35)

tanggapan hasil presentasi dengan bimbingan guru, meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya.

Bab 5: Media Pembelajaran

1. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu (dapat berupa cara atau alat) yang digunakan sebagai perantara/penyampai pesan sehingga dapat membantu siswa dalam mendapat/ membangun informasi ataupun pengetahuan. Sedangkan alat peraga merupakan bagian dari media yang berupa seperangkat alat/ benda yang dirancang, dibuat, disusun secara sengaja untuk membantu siswa dalam membangun atau mengembangkan konsep atau prinsip- prinsip dalam pembelajaran. 2. Macam media berdasarkan fungsinya, yaitu:

a. Pembawa informasi, seperti: papan tulis, LCD, OHP, dan sebagainya

b. Alat untuk menanamkan konsep, seperti: alat peraga, Lembar kerja, dan sebagainya.

3. Ciri- ciri alat peraga manipulatif:

- Didesain seperti benda nyata yang dekat dengan lingkungan sekitar peserta didik

- Mampu menyajikan konsep yang abstrak menjadi lebih konkret - Berupa benda tiga dimensi yang menarik, sederhana dan mampu

membantu siswa dalam membangun konsep yang diharapkan - Mengandung hubungan yang jelas dengan suatu konsep

matematika.

4. Media pembelajaran sederhana untuk pembelajaran kelas VII semester 1 pada pokok bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat.

-. Membuat model lingkaran kecil dengan menggunakan kertas, yang d iberi tanda + dan - . Kertas + untuk menunjukkan bilangan positif, dan kertas bertanda – untuk menunjukkan bilangan negatif.

(36)

Bab 6: PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N 2 BANJARNEGARA Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VII/I (Satu) Materi Pokok : Aritmetika Sosial Alokasi Waktu : 2 JP (1 Pertemuan) A. Kompetensi Inti

KI- 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI- 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli

(toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam Berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. KI- 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan

prosedural)

Berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI- 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.9 Mengenal dan Menganalisis berbagai situasi terkait aritmetika sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto,

3.9.1 Menentukan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli 3.9.2 Mengidentifikasi hubungan nilai

(37)

neto,tara) 3.9.3 Menghitung untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi

3.9.4 Mengidentifikasi hubungan untung, rugi, persentase untung dan rugi

3.9.5 Menentukan besar diskon (rabat, bruto, netto dan tara)

3.9.6 Mengidentifikasi hubungan diskon, bruto, netto dan tara

3.9.7 Menentukan besar bunga tunggal dan pajak

4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmetika social (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase, bruto, neto, tara)

4.9.1 Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang melibatkan nilai keseluruhan, unit, sebagian, harga jual dan harga beli 4.9.2 Menyelesaikan permasalahan yang

melibatkan untung, rugi, persentase untung dan persentase rugi

4.9.3 Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang melibatkan diskon, bruto, netto dan tara

4.9.4 Menyelesaikan permasalahan yang melibatkan tentang bung tunggal dan pajak

C. Tujuan Pembelajaran

Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok peserta didik dapat:

1. Menentukan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli

2. Mengidentifikasi hubungan nilai keseluruhan, nilai unit, harga jual dan harga beli.

3. Menyelesaikan permasalahan sehari- hari yang melibatkan nilai keseluruhan, nilai unit, harga jual dan harga beli.

D. Materi Pembelajaran

1. Materi pembelajaran regular  Nilai suatu barang

 Harga penjualan dan pembelian Materi pembelajaran pengayaan

(38)

E. Metode Pembelajaran

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning F. Media dan Bahan

1. Media

Media audiovisual tentang aritmetika sosial Koperasi Sekolah

1. Bahan Model uang

Bungkus mie instan, bungkus permen kopiko G. Sumber Belajar:

 Buku Guru Matematika, Kelas VII Edisi Revisi 2016, Kemdikbud, Hal 332-335

 Buku Siswa Matematika, Kelas VII Edisi Revisi 2016, Kemdikbud, Hal

(39)

I. P menyiapkan perlengkapan peralatan yang diperlukan

3. Peserta didik menerima informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan dengan materi sebelumnya.

4. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, metode penilaian yang akan dilaksanakan

5. Guru bertanya mencari informasi tentang penerapan aritmetika sosial dengan kehidupan sehari- hari dan peserta didik

Inti Langkah 1. Klarifikasi Masalah

1. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang

2. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan yang diberikan guru yang terkait dengan permasalahan yang melibatkan aritmetika sosial secara umum 3. Peserta didik dalam kelompok mengamati

tanyangan audio visual tentang masalah yang melibatkan nilai keseluruhan, nilai unit, harga jual dan harga beli

4. Guru memberikan LK dan peserta didik membaca petunjuk, mengamati LK

5. Guru memotivasi peserta didik dalam kelompok untuk menuliskan dan menanyakan permasalahan/ hal-hal yang belum dipahami dari masalah yang disajikan dalam LK, serta guru mempersilahkan peserta didik dalam kelompok lain memberikan tanggapan, bila diperlukan guru memberikan bantuan komentar secara klasikal

Langkah 2. BrainStorming

6. Peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing berdasarkan petunjuk yang ada dalam LK

7. Peserta didik dalam kelompok melakukan brainstorming dengan cara sharing information, dan klarifikasi informasi tentang permasalahan yang terdapat tayangan video tentang “Perdagangan yang ada di pasar/kantin” dan ‘Proses Penjualan dan Pembelian”

Langkah 3. Pengumpulan Informasi dan Data

(40)
(41)

n mampu mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remidial dalam bentuk:

a. Bimbingan perorangan jika peserta didik yang belum tuntas

b. Belajar kelompok jika peserta didik yang belum tuntas antara 20% dam 50 %

c. Pembelajaran ulang jika peserta didik yang belum tuntas

3. Pembelajaran Pengayaan

Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan untuk mempelajari soal PAS

Banjarnegara, 11 Agustus 2017 Mengetahui

Kepala SMPN 2 Banjarnegara Guru Mata Pelajaran

Akhmad, S.Pd, M.Pd Nurbaety Ningrum, M.Pd

NIP.19680308 199702 1001 NIP.19831102 201001 2022

(42)

Nama Kelompok : ... Kelas : VII ...

Anggota : 1 ...… 4 ... 2 ...… 5 ... 3 ...

A. PETUNJUK UMUM:

1. Amati Lembar Kerja ini dengan seksama

2. Baca dan diskusikan dengan teman kelompokmu dan tanyakan kepada guru jika ada hal yang kurang dipahami,

3. Setiap kelompok akan mengerjakan permasalahan yang berkaitan dengan:

a. Menentukan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga beli

b. Mengidentifikasi hubungan nilai keseluruhan, nilai unit, harga jual dan harga beli

c. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang melibatkan nilai keseluruhan, unit, sebagian, harga jual dan harga beli

B. TUGAS/LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:

1. Andi membeli tiga kilogram apel dengan uang sebesar Rp. 110.000,00 dan memperoleh kembalian sebesar Rp. 5.000,00.

a. Berapakah harga keseluruhan apel yang dibeli Andi? b. Berapakah harga satu kilogram apel?

c. Berapakah harga yang harus dibayar jika Andi hendak membeli 2,5 kg?

d. Berapa kilogram apel yang diperoleh, jika Andi membayar Rp.140.000,00?

2. Suatu ketika Bety berbelanja ke beberapa toko.

Toko A menawarkan harga selusin buku seharga Rp.24.000,00

Toko B menawarkan harga dua lusin buku dengan model yang sama dengan toko A Rp.44.000,00

Toko C menawarkan buku yang sama dengan kedua toko tersebut dengan harga satuan Rp. 2.250,00.

(43)

Untuk membantu Ani, manakah toko yang menawarkan harga buku yang paling murah? Coba jelaskan!

3. Pak amin seorang pedagang buah jeruk di Ketawis. Pada saat panen besar, Pak Amin membeli 3 keranjang jeruk dengan harga Rp. 90.000,00. Tiap keranjang berisi 10 kg jeruk. Pak amin bermaksud menjual 1 kg jeruk tersebut ke kota lain dengan harga Rp 6.500,00. Jika biaya transportasi yang dikeluarkan sebesar Rp.50.000,00. Berapa harga beli dan jual keseluruhan?

Bab 7

1. Pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran matematika

Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan hasil pengamatan baik melalui tes atau non tes dengan suatu kriteria atau aturan.

Penilaian adalah proses mengumpulkan dan mengolah bukti/informasi yang telah dilakukan melalui pengukuran,untuk mengukur pencapaian peserta didik.

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan itu tercapai atau tidak, berhasil atau tidak.

Apa yang dapat kamu simpulkan dari Kegiatan 1 dan 2?

Nilai keseluruhan = ...

Nilai per Unit = ...

Coba identifikasi bagaimana cara kalian menentukan harga beli dan harga jual keseluruhan.

(44)

2. Jenis penilaian hasil belajar oleh pendidik dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif dilakukan untuk memantau kemajuan belajar dan mendeteksi kebutuhan perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan penilaian sumatif untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi dan menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi.

Bentuk penilaian hasil belajar oleh pendidik, diantaranya: ulangan, pengamatan/ observasi, penugasan, dan sebagainya

3. Tujuan penilaian antara lain untuk:

a. Memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. b. Menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua

mata pelajaran.

c. Menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu

(45)

teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik; 7) Sistematis. Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah- langkah baku; 8) Beracuan kriteria. Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; 9) Akuntabel. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.

4. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014, ketuntasan belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan, meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu tingkat penguasaan atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau diatasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran dan tingkat satuan pendidikan.

5. Teknik penilaian proses dan hasil belajar pada kompetensi sikap spiritual dan sosial pada pembelajaran matematika

Jawab:

Penilaian sikap spiritual dan sosial pada pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan teknik observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran, yang ditulis dalam jurnal. Jurnal berisi catatan anekdot, catatan kejadian tertentu dan informasi lain yang valid dan relevan. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antar teman dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.

6. Jenis instrumen dan teknik penilaian proses dan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan dan ketrampilan

Jawab:

(46)

Bentuk instrumennya berupa pilihan ganda, isian, benas-salah, menjodohkan dan uraian; 2) Tes lisan. Bentuk instrumennya berupa tanya jawab; dan 3) Penugasan. Sementara pada kompetensi ketrampilan, teknik penilaiannya dapat dilakukan dengan penilaian praktik, penilaian produk, penilaian projek dan penilaian portofolio Bab 8: Refleksi Pembelajaran dan PTK

1. Pengertian tindakan reflektif dalam pembelajaran. Sejauhmana ruang lingkup tindakan reflektif tersebut. Jawab:

Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan evaluasi diri bagi seorang guru dalam melihat kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi diri guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat berupa (1) penilaian tertulis maupun lisan oleh peserta didik (siswa) terhadap gurunya, (2) penilaian atau observasi pelaksanaan pembelajaran oleh teman sejawat, dan (3) evaluasi diri guru dengan melakukan analisis hasil tes tertulis, lisan maupun penugasan terhadap siswa yang diampunya.

Ada beberapa pengertian kegiatan reflektif dalam pembelajaran, (1) Kegiatan refleksi pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berupa penilaian tertulis maupun lisan (umumnya tulisan) oleh anak didik kepada guru, berisi ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik membangun atas pembelajaran yang diterimanya, (2) Kegiatan refleksi pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar pada prinsipnya merupakan kegiatan menilai pendidik oleh peserta didik, (3) Kegiatan refleksi pembelajaran merupakan kegiatan penilaian (evaluasi) proses dan hasil belajar siswa dalam rangka untuk memperoleh balikan terhadap proses belajar mengajar, dan (4) Kegiatan refleksi pembelajaran merupakan kegiatan mendiagnosis kesulitan belajar siswa dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. 2. Tujuan melakukan tindakan reflektif

(47)

dilaksanakan. Dengan mengetahui kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat memperbaiki pembelajaran berikutnya.

Mengapa refleksi itu penting dan seharusnya dilakukan oleh guru? Karena melalui refleksi dapat diperoleh informasi positif tentang bagaimana cara guru meningkatkan kualitas pembelajarannya sekaligus sebagai bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran itu tercapai. Selain itu, melalui kegiatan ini dapat tercapai kepuasan dalam diri peserta didik yaitu memperoleh wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif dengan guru.

3. Teknik atau bentuk tindakan reflektif dalam pembelajaran? Teknik kegiatan refleksi pembelajaran antara lain meliputi : (1) penilaian guru oleh peserta didik, (2) evaluasi proses dan hasil belajar, (3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4) penilaian guru oleh teman sejawat.

4. Peran evaluasi pembelajaran dalam melakukan tindakan reflektif antara lain :

a. alat pengukur pencapaian tujuan pembelajaran b. alat mendiagnostik kesulitan belajar siswa.

c. alat penempatan siswa sesuai minat dan bakat siswa

5. Jenis PTK yang sering dilakukan oleh guru adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas Partisipan. Hal ini dikarenakan guru yang melaksanakan penelitian terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa penyusunan laporan. Sejak perencanan penelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

6. Jenis-jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) menurut model pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

(48)

Berikut ini adalah skematis model penelitian tindakan kelas manurut Kurt Lewin.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin b. Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & McTaggart

Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect).

Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang- ulang, sampai tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:

(49)

c. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut John Elliot

Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci.

Gambar 3. Model PTK menurut John Elliot 7. Struktur dan isi sebuah proposal PTK yang baik

Jawab:

Struktur proposal Penelitian Tindakan Kelas Judul PTK, Misalnya :

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF

TIPE STAD BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANJARNEGARA

Disusun oleh : Nurbaety Ningrum SMP Negeri 2 Banjarnegara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(50)

kedua mendeskripsikan permasalahan nyata di kelas terkait dengan prestasi belajar matematika rendah, dan ketiga mendeskripsikan bagaimana solusi dari permasalahan pada bagian kedua.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan kalimat pertanyaan yang terdiri dari (1) pertanyaan bagaimana menerapkan solusi dalam pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah, dan (2) pertanyaan apakah dapat diselesaikan masalah tersebut dengan solusi terpilih. C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah peningkatan mutu pembelajaran yang akan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini harus sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Untuk itu tujuan penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas tidak bisa digeneralisasi, maka manfaat penelitian ini hanya ada manfaat praktis, tidak ada manfaat teoritis yang pada umumnya hanya ditulis sebagai manfaat manfaat penelitian. Diharapkan penelitian bermanfaat bagi siswa sebagai subyek penelitian, bagi guru/teman sejawat sebagai acuan guru lain dalam menulis penelitian, dan bagi lembaga dalam hal ini sekolah. BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

Teori yang dikaji dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari (1) teori dari variabel masalah dan (2) teori dari variabel solusi.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan dari awal , proses pelaksanaan, hingga akhir. Kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk kalimat-kalimat atau digambarkan sebagai sebuah diagram. Cara menulis kerangka berpikir dalam bentuk rumusan kalimat-kalimat, meliputi berikut ini.

(51)

 Rumuskan tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.  Rumuskan hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.  Susun ketiga komponen di atas dalam sebuah paragraf yang padu. C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan mencerminkan dugaan sementara atau prediksi perubahan yang akan terjadi pada subyek penelitian apabila dikenai suatu tindakan. Hipotesis tindakan pada PTK umumnya dalam bentuk kecenderungan atau keyakinan pada proses dan hasil belajar yang akan muncul setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan berupa kalimat pernyataan yang seolah-olah menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian

Seting penelitian terdiri dari tiga komponen yaitu: (1) tempat penelitian, (2) waktu penelitian, dan (3) subyek penelitian. Tempat penelitian menyebutkan/ mendeskripsikan kelas dan satuan pendidikan dimana penelitian dilakukan, waktu penelitian menyebutkan mulai dan sampai bulan apa penelitian dilakukan, dan subyek penelitian menyebutkan jumlah siswa yang menjadi sasaran/subyek penelitian.

B. Prosedur Penelitian

Yang perlu dideskripsikan dalam prosedur penelitian adalah (1) jenis dan model PTK, dan (2) siklus penelitian.

1. Jenis dan Model Penelitian

Jenis penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan kelas partisipan yaitu peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa penyusunan laporan. Misal model penelitian yang diambil adalah model Kurt Lewin.

2. Siklus Penelitian

(52)

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan pada penelitian ini terdiri dari (1) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tiga kompetensi dasar (KD), yaitu KD 1 tentang ……, KD 2 tentang …. Dan KD 3 tentang, (2) lembar kerja siswa (LKS), dan (3) instrumen tes, observasi kegiatan belajar siswa dan instrumen observasi kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan (acting)

Penelitian dilaksanakan minimum tiga siklus dengan satu siklus minimum tiga kali pertemuan, siklus pertama KD 1, siklus kedua KD 2, siklus ketiga KD 3 dan seterusnya. c. Pengamatan (observing)

Pengamatan dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrumen sebagai berikut : (1) instrumen observasi kegiatan belajar siswa, yang dilaksanakan oleh peneliti selama proses belajar berlangsung dengan sasaran siswa, (2) instrumen observasi kegiatan pembelajaran, dilaksanakan oleh kolaborator (teman sejawat) selama proses pembelajaran berlangsung dengan sasaran guru (peneliti), dan (3) instrumen tes, dilaksanakan setiap akhir siklus.

d. Refleksi (reflecting)

Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk menemukan kekurangan dan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Kegiatan refleksi berupa diskusi antara peneliti dengan kolaborator dengan memperhatikan hasil analisis data hasil pengamatan kolaborator saat pembelajaran, dan juga hasil pengamatan peneliti terhadap proses belajar siswa serta hasil tes.

(53)

Pada bagian ini perlu dideskripsikan (1) instrument penelitian yang akan dipakai untuk memperoleh data, dan (2) jenis data yang akan diperoleh.

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari (1) instrumen pengamatan proses belajar siswa dengan skala penilaian (1-4), (2) instrumen pengamatan kegiatan pembelajaran dengan skala penilaian (1-4), dan (3) intrumen tes berupa tes pilihan ganda dan uraian dengan skala penilaian (1-100).

2. Data Penelitian

Mengacu instrument penelitian di atas, maka data penelitian terdiri dari (1) data kualitatif hasil pengamatan menggunakan instrumen (1) dan (2) di atas, dengan ketentuan bahwa : 4 : sangat baik, 3 : baik, 2 : cukup dan 1 : kurang dan (2) data kuantitatif hasil tes hasil belajar siswa dengan skala penilaian (1-100).

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif terhadap data penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data (memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yg disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya).

E. Indikator Kinerja

(54)

ingin diselesaikan/ditingkatkan, misalnya masalah yang ingin diselesaikan dan ditingkatkan dalam penelitian adalah motivasi belajar, maka indikator kinerja yang ditetapkan menunjukkan persentase minimal yang yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran. Misalnya: indikator kinerja dalam penelitian ini adalah (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal 70 %, dan (2) jumlah siswa yang mencapai KKM minimal 75 %.

F. Jadwal Penelitian

Berbeda dengan waktu penelitian yang hanya disebutkan rentang waktu awal sampai akhir penelitian, maka jadwal penelitian disebutkan secara rinci mulai minggu keberapa bulan apa mulai menyusun proposal sampai akhir penyusunan laporan penelitian. 8. Dalam perumusan masalah PTK harus berbeda dari penelitian jenis

lainnya, diantaranya PTK fokus pada bagaimana melakukan tindakan. Jawab:

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian tindakan. Penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana upaya peneliti menyelesaikan atau mengatasi permasalahan. Tolok ukurnya adalah indikator keberhasilan penelitian bukan sekedar menguji hipotesis sebagaimana pada penelitian non PTK. Fokus pelaksanaan penelitian adalah menjawab rumusan masalah. Penyelesain masalah sebagaimana dirumuskan dalam rumusan masalah menjadi fokus peneliti dalam melaksanakan penelitian. Langkah demi langkah dalam melaksanakan penelitian harus dicatat secara lengkap dan dianalisis dengan seksama sehingga apabila indikator keberhasilan belum tercapai, peneliti harus melakukan refleksi untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab atau kendala belum berhasilnya penelitian yang dilakukan. Hasil refleksi sebagai salah satu faktor penentu, apa saja yang harus diperbaiki dan apakah tindakan untuk siklus berikutnya harus dilakukan kembali atau bisa dicukupi pada siklus yang telah terlaksana.

(55)

Gambar

tabel berikut.
Gambar 2. Model PTK menurut Kemmis & McTaggart
Gambar 3. Model PTK menurut John Elliot

Referensi

Dokumen terkait

16.Penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan adalah:.. penilaian

Pada Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan

Setelah mempelajari modul fasilitatoran dan pelatihan, peserta dapat memahami konsep penilaian pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menerapkan pada pembelajaran

adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.. adalah

memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat

Rancanglah contoh nilai proses dan hasil belajar seorang peserta didik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk mata. pelajaran Matematika selama

Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek

peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian untuk