• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Usahatani Tebu (Studi Kasus : Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Usahatani Tebu (Studi Kasus : Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian subsektor perkebunan memiliki arti penting terutama di

negara berkembang yang selalu berupaya untuk memanfaatkan kekayaan sumber

daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Subsektor perkebunan mempunyai

peranan penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara, penyedia

lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan

konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri, serta optimalisasi

pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan (Tim Penulis PS, 2008).

Ada beberapa jenis tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia

yang terbagi atas tanaman semusim dan tanaman tahunan. Salah satu tanaman

perkebunan semusim yang dibudidayakan terus-menerus sampai sekarang adalah

tanaman tebu.

Bahan baku untuk pengolahan gula yang paling umum digunakan adalah batang

tanaman tebu. Batang tanaman tebu yang masih segar hampir seluruhnya tersusun

atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan Oksigen (O). Dari sejumlah itu, kira-kira

75% diantaranya dalam bentuk air (H2O) dan sisanya dalam bentuk bahan kering.

Untuk kepentingan pengolahan gula, batang tanaman tebu dianggap tersusun atas

nira tebu dan ampas. Tujuan dari pengolahan tebu adalah untuk memisahkan gula

atau sukrosa yang terkandung didalam batang tebu atau umbi tanaman bit gula

(2)

Program akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional untuk pencapaian swa

sembada telah dilaksanakan sejak 2003 (di pulau Jawa). Di Sumatera Utara

program ini dilaksanakan sejak tahun 2006. Penurunan produktivitas antara lain

disebabkan faktor baku teknik budidaya yang tidak pernah dicapai. Menurunnya

produktivitas lebih banyak disebabkan oleh aktivitas budidaya tebu telah

menyimpang dari baku teknik budidaya mulai dari jarangnya menggunakan bibit

dari sumber bibit sehat dan berkualitas, pengolahan tanah yang kurang sempurna,

pemeliharaan tanaman seadanya, serta kurang baiknya penanganan tebang, muat

dan angkut (Dinas Perkebunan Prov. Sumatera Utara, 2008).

Di dalam kehidupan sehari-hari gula sangat penting sekali, bahkan gula

merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan di Indonesia.

Kebutuhan gula dari tahun ke tahun semakin meningkat terus-menerus, yaitu

seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk sampai sekarang ini. Produksi,

konsumsi dan impor gula dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Produksi, Konsumsi dan Impor Gula Nasional 2010-2013 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Impor (Ton)

2010 2.214.489 4.289.000 2.300.089

2011 2.228.259 4.670.770 2.060.000

2012 2.591.687 5.200.000 2.350.000

2013 2.762.477 5.516.470 2.260.000

Sumber : Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 2014

Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa produksi gula Indonesia

mengalami peningkatan dari tahun 2010-2013. Namun peningkatan konsumsi

gula Indonesia lebih besar setiap tahunnya dibandingkan dengan peningkatan

(3)

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah produksi tebu di Indonesia.

Berikut ini data luas panen, produksi dan produktivitas tanaman tebu perkebunan

rakyat di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun 2011-2013.

Tabel 1.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Tebu Perkebunan Rakyat Tahun 2011-2013 Provinsi Sumatera Utara Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2011 1.576,30 12.258,60 7,78

2012 903,15 4.036,75 4,47

2013 2.468 8.123 3,29

Sumber :Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014

Berdasarkan Tabel 1.2 diperoleh informasi bahwa produksi tebu di Provinsi

Sumatera Utara mengalami fluktuasi pada periode 2011-2013 bahkan cenderung

menurun. Begitu juga pada produktivitas tebu di Sumatera Utara yang mengalami

penurunan setiap tahunnya.

Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah sentra produksi tebu di Sumatera

Utara. Berikut ini data luas panen, produksi dan produktivitas tanaman tebu

perkebunan rakyat di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dalam kurun

2011-2013.

Tabel 1.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Tebu Perkebunan Rakyat Tahun 2011-2013 Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2011 733,60 3.295 4,49

2012 438 1.956,75 4,46

2013 550,10 2.482,17 4,51

Sumber :Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014

Terdapat 3 Kecamatan di Kabupaten Langkat yang merupakan sentra produksi

tebu yaitu Binjai, Stabat dan Secanggang. Pada tahun 2013 produksi tebu tertinggi

terdapat di Kecamatan Stabat. Kecamatan Stabat merupakan Kecamatan dengan

(4)

panen dan produksi tanaman tebu perkebunan rakyat menurut Kecamatan di

Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013.

Tabel 1.4 Luas Panen dan Produksi Tanaman Tebu Perkebunan Rakyat Tahun 2013 Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Kecamatan.

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

Binjai 47,50 199,50

Stabat 492,50 2.068,92

Secanggang 10 213,75

Sumber :Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2014

Efisiensi terbagi menjadi 3 yaitu efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi

ekonomi. Efisiensi teknik tercapai manakala petani mampu mengalokasikan faktor

produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Efisiensi

harga tercapai bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dengan cara

membeli faktor produksi pada harga yang murah dan menjual hasil pada saat

harga tinggi. Efisiensi ekonomi tercapai apabila petani mampu meningkatkan

produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat

menjual produksinya dengan harga tinggi secara bersamaan (Rita Hanafie, 2010).

Badan Ketahanan Pangan Nasional mengatakan sistem produksi, produktivitas

dan efisiensi pada pangan strategis seperti gula masih cukup lemah. Sistem

produksi gula sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari karakter sistem usahatani

tebu skala kecil dan berafiliasi dengan PT Perkebunan Nusantara dengan

persoalan efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Kinerja industri gula nasional

pada dekade terakhir mengalami penurunan baik dari sisi areal, produksi maupun

tingkat efisiensi.

Peningkatan nilai efisiensi (teknik, harga dan ekonomi) dalam usahatani

(5)

untuk dapat memenuhi pertumbuhan permintaan produk pertanian di masa yang

akan datang (Narala dan Zala, 2010).

Penggunaan faktor produksi usahatani tebu yang tidak efisiensi menyebabkan

produksi gula belum maksimal, sehingga mengakibatkan peningkatan produksi

gula tidak dapat mengimbangi peningkatan konsumsi gula satiap tahunnya

sehingga Indonesia harus mengimpor gula setiap tahun untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi gula penduduknya. Hal ini menimbulkan permasalahan

sekaligus memunculkan peluang bagi investor di subsektor perkebunan tanaman

tebu di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat produksi usahatani tebu di Desa Kwala Begumit

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat?

2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani tebu di Desa Kwala Begumit

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat?

3. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani tebu di

Desa Kwala Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten?

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis tingkat produksi usahatani tebu di Desa Kwala

Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan usahatani tebu di Desa Kwala

(6)

3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani

tebu di Desa Kwala Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah dalam

salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan gula Nasional.

2. Sebagai bahan pertimbangan, referensi dan literatur bagi peneliti-peneliti

Gambar

Tabel 1.1 Produksi, Konsumsi dan Impor Gula Nasional 2010-2013 Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Impor (Ton)

Referensi

Dokumen terkait

PPK yang menerbitkan SPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba, serta Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab

To estimate the volume of timber stack its frontal area is measured and some control parts of a stack are used for stacking coefficient (wood density in a stack)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang... selaras dengan prinsip HAM yang berlaku universal, juga

[r]

[r]

- Pembinaan dan penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan, kelurahan dan desa dan masyarakat (koordinasi, bimbingan, supervisi.. dan konsultasi, perencanaan, penelitian,

Indah Mayang Sari P

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN