• Tidak ada hasil yang ditemukan

Narasi Renja 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Narasi Renja 2015"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), menjelaskan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dijelaskan bahwa Rencana Kerja-Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2015 merupakan penjabaran dan ekstraksi dari Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat 2014-2019. Renja ini memuat prioritas pembangunan kesehatan kabupaten, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Proses penyusunan Renja SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2015 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(2)

2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas 2015; 3. Perumusan fokus dan arah kegiatan program pembangunan

kesehatan kabupaten; 4. Rakerkesda;

5. Penyempurnaan draft Renja; 6. Finalisasi Dokumen Renja.

Dokumen Rencana Kerja (Renja - SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2015, memuat visi-misi, tujuan dan sasaran, serta strategi untuk mencapai tujuan, dengan prioritas pembangunan bidang kesehatan. Upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan, menetapkan 20 (dua puluh) program pokok dan 84 (delapan puluh empat) kegiatan dengan memadukan aspek-aspek pembangunan kesehatan lintas program dan sektoral terkait menjadi perencanaan yang komprehensif dan terkoordinasi. Rencana Kerja (Renja - SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat merupakan acuan dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA – SKPD).

Seiring dengan perkembangan otonomi daerah, dengan bertam-bahnya jumlah desa dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Barat, maka didalam penyusunan Renja Kabupaten Lombok Barat ini telah dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang menyangkut di bidang pelayanan, pola penganggaran dan lain sebagainya.

B. LANDASAN HUKUM

Landasan Hukum penyusunan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, adalah:

(3)

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 7. Undang–undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);

(4)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 205 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 210 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4028);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang pelaporan penyelenggaraan pemerintah daerah (Tambahan Lembaran Negara Nomor 4124);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

(5)

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelak-sanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Ren-cana Pembangunan Daerah

21. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 – 2020 (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Barat Seri E Nomor 10 Tahun 2008).

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan rencana kerja SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2015 adalah sebagai upaya untuk memadukan berbagai aspek pembangunan kesehatan menjadi perencanaan komprehensif yang besifat lintas program dan lintas sektor terkait dan merupakan upaya pengembangan sistem perencanaan pembangunan bidang kesehatan yang saling bersinergis dan terpadu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Lombok Barat yang setinggi-tingginya.

(6)

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lom-bok Barat Tahun 2015 sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Memuat Latar belakang, landasan normatif, maksud dan tuju-an, dan sistematika penulisan

BAB II : Evaluasi Pelaksanaan Renja 2013

Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu, Capaian Ren-stra SKPD Analisis Kinerja Pelayanan SKPD, Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD, Review Rancan-gan Awal RKPD, Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat

BAB III : Visi, Misi, Strategi, Tujuan dan Sasaran

Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Tujuan dan sasaran Renja SKPD, Program dan Kegiatan

BAB IV : Program, Kegiatan dan Indikator

Indikator kinerja dan kelompok sasaran yang menggambarkan pencapaian renstra SKPD

BAB V : Pembiayaan

Dana indikatif, beserta sumbernya serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif

(7)

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA 2013 A. CAPAIAN PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU

a. Angka Kematian

Untuk mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baik maka harus memperhatikan Umur Harapan Hidup (UHH) masyarakat karena UHH menggambarkan tingkat derajat kesehatan masyarakatnya. Pada tahun 2011 Usia Harapan Hidup di Kabupaten Lombok Barat mencapai 61,28 tahun, meningkat menjadi 61,71 pada tahun 2012. UHH yang tinggi berarti warga masyarakat mendapatkan jaminan hidup yang lebih baik. Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap resiko kesakitan dan kematian sehingga harus men-dapatkan perhatian yang serius adalah bayi, ibu bayi dan Balita. Uku-ran-ukuran yang digunakan untuk menilainya adalah Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu dan Prevalensi Gizi Buruk pada Balita

Berdasarkan laporan surveilans, jumlah kematian bayi dan ibu di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2010 hingga tahun 2013 me-nunjukan penurunan. Tahun 2010 sebanyak 161 orang, tahun 2011 menurun menjadi 144 bayi, tahun 2012 menjadi 139 bayi dan menu-run lagi tahun 2013 menjadi 90 bayi. Sedangkan untuk kematian ibu tahun 2010 sebanyak 17 ibu meninggal, tahun 2011 turun menjadi 12 kasus, tahun 2012 menjadi 8 kasus dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 10 kasus.

(8)

Puskes-mas dan jaringannya terPuskes-masuk swasta dengan mekanisme Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).

Grafik 1.

Trend Kematian Bayi Tahun 2010 – 2013 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013

(9)

10,6 persen, tahun 2012 menurun sebesar 3,47% dan pada tahun 2013 menurun sebesar 35,25%. Jika dikalkulasikan menurut hitungan per 1000 bayi lahir hidup, maka kita akan dapatkan data yang sangat rendah. Angka kematian bayi sementara pada tahun 2010 turun sebe-sar 12,44 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2011 turun sebesebe-sar 10,87 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2012 menurun lagi sebesar 10,06 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2013 menurun sebesar 6,75%. Angka-angka ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan hasil yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Target AKB untuk tahun 2013 dalam RPJMD adalah 27 per 1.000 kelahiran hidup. Perlu menjadi catatan bahwa angka terlapor yang tertera dalam profil ini tidak dapat langsung dibandingkan kepada target RPJMD tersebut, karena bukan merupakan angka resmi dari BPS.

Grafik 2.

(10)

131.39

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013

Grafik 3.

(11)

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2013

Grafik di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa penyebab kematian bayi paling besar adalah BBLR (berat bayi lahir rendah) yai-tu sebanyak 43 kasus (70,49%), kondisi ini menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 53 kasus. BBLR ini terjadi pada usia bayi 0 sampai 28 hari, selanjutnya Asfiksia sebanyak 8 kasus (13,11%), kasus lain-lain sebanyak 5 kasus (8,20%), kelainan neona-tal sebanyak 3 kasus (4,92%) dan sepsis sebanyak 2 kasus (3,28%).

Untuk mengatasi permasalahan ini perlu ditingkatkan kualitas kegiatan kunjungan neonatus yang dalam kebijakan program dilaksanakan sampai 3 kali selama usia neonatal (0 – 28 hari). Sedangkan untuk upaya penurunan kematian bayi yang disebabkan oleh BBLR dilakukan terobosan dengan meningkatkan asupan gizi dan pengetahuan ibu hamil, yaitu dengan memberikan multivitamin pada ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis) serta dengan melaksanakan kelas ibu dan kelas gizi bagi ibu hamil tersebut.

(12)

Grafik 4.

Trend Penyebab Kematin Ibu Tahun 2013 di Kabupaten Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013

Berdasarkan grafik diatas, penyebab kematian ibu paling tinggi tahun ini karena faktor perdarahan, yaitu sebanyak 6 kasus (60%) dan penyebab kematian ibu lainnya adalah kasus eklamsi/pre eklamsi sebanyak 4 kasus (40%).

(13)

kesehatan yang berkompeten cukup meningkat dari cakupan tahun sebelumnya.

b. Angka Kesakitan

Angka kesakitan yang dapat dilaporkan adalah sebagai berikut :

1) AFP Non Polio <15 tahun

AFP (acute flacid paralise) rate non polio pada penduduk berusia <15 tahun adalah jumlah kasus AFP non polio yang dila-porkan dibagi jumlah penduduk usia < 15 tahun dikalikan seratus ribu. Target dalam SPM adalah ≤ 2 per 100.000. Pada tahun 2013 ini, Kabupaten Lombok Barat masih berada pada 2,11 per 100.000 usia < 15 tahun, angka tersebut masih cukup tinggi. Pada tahun 2009 ditemukan sebanyak 3 orang suspect AFP, tahun 2010 meningkat menjadi 10 suspect, tahun 2011 meningkat menjadi 13 suspect, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 5 suspect. Pene-muan suspect kasus ini disebabkan karena sistem surveilans AFP Rumah Sakit (Hospital Based Surveilans / HBS) dan sistem surveilans AFP Masyarakat, (Community Based Surveilans System /CBS) sudah berjalan dengan baik.

Sedangkan tujuan penemuan kasus AFP antara lain :

 Melacak dan menemukan semua kasus AFP yang ada disuatu daerah.

 Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14 hari setelah kelumpuhan, dengan tenggang waktu pengumpulan spesimen I dan II adalah 24 jam.

(14)

2) Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis disebagian besar wilayah Indonesia atau wilayah tropis dengan sumber penularan manusia dan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektornya. Target yang diharapkan dalam penanganan DBD adalah pada upaya mencegah kematian, menekan penyebaran kasus dan penanganan secara keseluruhan penderita DBD.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Lombok Barat tahun 2009 sebanyak 79 kasus dan semua tertangani, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. Tahun 2010 kasus DBD dilaporkan sebanyak 154 kasus yang tersebar di semua wilayah Puskesmas. Sedangkan tahun 2011 dilaporkan sebanyak 39 kasus berdasarkan laporan W1, dan dilaporkan 3 orang meninggal yaitu, di wilayah kerja Puskesmas Penimbung, Narmada dan Lingsar. Jumlah kasus tertinggi tahun 2011 terdapat di Puskesmas Narmada sebanyak 16 kasus, Puskesmas Gunung Sari dan Dasan Tapen masing-masing sebanyak 8 kasus.

Sementara itu, untuk kasus DBD pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 69 kasus. Kasus tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari, yaitu sebanyak 25 kasus (36,2%). Dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2011 mengalami peningkatan kasus sebesar 76,9%. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 88 kasus. Kasus tertinggi di Puskesmass Narmada (31 kasus) dan tidak terdapat kasus meninggal.

(15)

Pem-berantasan Sarang Nyamuk (PSN) juga bisa menjadi penyebab meningkatnya kasus DBD. Tindakan preventif yang dapat di-lakukan dalam upaya mencegah peningkatan kasus DBD adalah dengan meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungannya untuk tetap bersih dan sehat. 3) Kasus Diare yang Ditangani

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek, cair bahkan seperti air yang frekuensinya lebih sering dari bi-asanya, pada umumnya 3 kali atau lebih dalam sehari.

Kasus diare biasanya terjadi peningkatan pada musim ke-marau disebabkan karena terbatasnya air bersih dan pada saat bulan pertama musim hujan karena sumber air bersih yang dige-nangi air hujan atau air tanah permukaan ikut tercemar. Target cakupan penemuan penderita Diare, yaitu 411 per 1000 dikali jumlah penduduk dikali 10 %, dimana:

 Target cakupan penemuan penderita Diare oleh SARKES adalah : 40% dari taget penemuan dan diupayakan tidak ditemukan kematian akibat Diare (CFR = 0 %).

 Target cakupan penemuan penderita Diare oleh Kader Diare adalah : 60% dari target penemuan dan diupayakan tidak ditemukan kematian akibat Diare (CFR = 0 %).

(16)

pelaksana program lainnya agar meningkatkan promosi kesehatan tentang hidup bersih dan sehat.

Kasus diare terbanyak tahun 2013 ini terdapat di Puskesmas Gunungsari yaitu mencapai 3.271 menurun dari tahun sebelumnya yaitu 3.556 kasus, dan terendah pada puskesmas Banyumulek. Karena faktor lingkungan saja namun juga karena perilaku hidup dari masyarakat. Oleh karena itu dalam penanganannya harus melibatkan program dan lintas sektor yang terkait, agar kasus diare ini tidak terus meningkat.

Grafik 5.

Jumlah Kasus Diare Pada Balita Menurut Puskesmas di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013

0 200 400 600 800 1,000 1,200

Laki-laki Perempuan

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2013 4) Angka Kesakitan Malaria

(17)

230 kasus positif) sedangkan yang tidak diberikan ACT adalah penderita positif malaria yang hamil pada trimester I.

Pemantauan kasus malaria menggunakan API (Annual Paracyte Incidence) yaitu jumlah kasus positif dalam 1.000 orang penduduk setiap tahun. Kasus malaria positif terbanyak masih ditemukan di daerah kawasan pantai dan pegunungan yaitu wilayah Puskesmas Meninting, Gunung Sari dan Penimbung. Angka kesakitan dihitung berdasarkan standar API (Annual Parasite Incidence) mencapai angka 0,37. Dengan demikian Kabupaten Lombok Barat berada pada kategori LCI (Low Case Incidence), yaitu pada range < 1 ‰. Akan tetapi angka API ini kurang bermakna jika tidak didukung angka ABER yang mencapai 10% dimana tahun 2012 ini, ABER sebesar 3,32%. ABER adalah

Annual Blood Examination Rate yaitu prosentase jumlah penduduk yang diperiksa sediaan darahnya.

5) Kusta

a. Prevalensi (Kusta Terdaftar) target < 1/10.000 penduduk

Prevalensi kusta tahun 2013 adalah 0,2 per 10.000 penduduk, terjadi sedikit penurunan dari tahun 2012 yaitu 0,3 per 10.000 penduduk, dan Kabupaten Lombok Barat sudah termasuk dalam kelompok Low Endemik Kusta (Prevalensi < 0,5/10.000 penduduk). Kasus kusta terdaftar per 31 Desember tahun 2013 sebanyak 14 orang tersebar di Puskesmas Gerung (5 orang), Kediri (2 orang), Labuapi (2 orang), Perampuan (1 orang), Jembatan Kembar (3 orang), Dasan Tapen (1 orang). Dengan klasifikasi kusta terdiri dari Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering 1 kasus, Multi Basiler (MB)/Kusta Basah 13 kasus.

(18)

RFT Rate PB tahun 2013 adalah 100% yaitu dari 3 orang tipe PB yang berobat pada tahun 2012 dinyatakan RFT 3 orang. RFT Rate MB tahun 2013 adalah 88,3% yaitu dari 6 orang tipe MB yang berobat pada tahun 2011 dinyatakan RFT sebanyak 5 orang dan 1 orang DO.

6) TBC (Tuberculosis)

a. Angka CDR /Case Detection Rate (target >70%)

Angka penjaringan suspek pada tahun 2013 sebanyak 4.952 orang dari perkiraan suspek sebesar 13.180 orang (37,6 % dari target > 50 %), sedangkan angka penemuan kasus TB Paru BTA (+) adalah 543 kasus dari perkiraan sebanyak 1.318 ka-sus. Dengan demikian angka CDR pada tahun 2013 adalah 41,2 %.

Pencapaian angka CDR ini meningkat dari tahun 2012 yaitu 38,5%. Hal ini disebabkan karena upaya untuk meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru TB Paru BTA(+) terus dilakukan baik melalui pemeriksaan kontak serumah maupun kegiatan CBA di masyarakat.

Namun pencapaian tersebut masih kurang dari target CDR cara nasional yaitu menemukan kasus TB Paru BTA (+) se-banyak 70% dari perkiraan, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mencari akar permasalahan serta mene-mukan kegiatan-kegiatan inovatif dalam upaya meningkatkan penemuan kasus TB Paru BTA (+) di masyarakat.

b. Angka Success Rate (SR yaitu angka keberhasilan pengobatan dengan target >85%)

(19)

walaupun masih terdapat penderita yang mengalami default/DO (31 orang), gagal (2 orang), pindah (6 orang) dan meninggal (20 orang).

7) HIV / AIDS

Untuk data HIV dan AIDS merupakan data kumulatif dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2012, dan ini merupakan kebijakan dari Provinsi agar mengetahui jumlah secara keseluruhan pen-derita HIV-AIDS. Kasus baru 2013 di Lombok Barat sebanyak 1 kasus HIV dan 2 kasus baru AIDS. Maka secara kumulatif dila-porkan sampai saat ini di Kabupaten Lombok Barat terdapat 50 orang kasus HIV dan 52 kasus AIDS.

Jumlah kasus HIV-AIDS yang ada di Kabupaten Lombok Barat bagaikan fenomena gunung es yang tampak diidentifikasi sedikit namun dalam kenyataannya di masyarakat terdapat banyak kasus yang belum terdeteksi.

8) Pneumonia Balita Ditangani

Penanganan untuk balita dengan kasus pneumonia adalah 100 % artinya semua balita pneumonia mendapat penanganan yang in-tensif di Puskesmas maupun di rumah sakit.

Pada tahun 2013 kasus pneumonia pada balita ditemukan se-banyak 7.237 orang dan semuanya telah ditangani. Jumlah kasus ini mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,5% bila dibandingkan dengan tahun 2012 tersebut.

Grafik 6.

Kasus Pneumonia Balita

(20)

- 50 100 150 200 250 300 350 400

Laki-laki Perempuan

Sumber : Profil Kesehatan, 2013

Berdasarkan tabel diatas, kasus terbesar terjadi di Puskesmas Gerung yakni balita laki-laki sebanyak 870 dan balita perempuan sebanyak 919. Sedangkan kasus terendah terjadi di Puskesmas Sekotong. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, balita laki-laki lebih rentan (52,32%) daripada balita perempuan (47,67%).

9) Infeksi Menular Seksual (IMS) Ditangani

Selama 3 tahun terakhir perekaman data untuk IMS tidak dapat di-akses atau diperoleh karena pencatatan dan pelaporan yang ku-rang optimal baik di level Puskesmas maupun kabupaten. Padahal semua Puskesmas telah didukung dengan komputerisasi yang telah dilengkapi dengan software SIMPUSLOBAR. Hanya saja pe-manfaatannya yang masih kurang optimal. Dengan demikin perlu ditindaklanjuti mengenai entry data dan pemanfaatannya, agar data yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan evaluasi.

(21)

Oleh sebab itu sangat mendesak untuk segera melakukan pengumpulan data pada klinik/tempat praktek swasta/pribadi. Data yang lengkap akan menjamin penyusunan program yang lebih baik untuk memberantas penyakit tersebut.

10) Jumlah Kasus Campak

Jumlah kasus campak di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 ini dilaporkan tidak ada kasus, berbeda dengan tahun se-belumnya (2011) dimana tercatat ada 9 kasus, yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Gunungsari 3 orang, Penimbung 5 orang dan Perampuan 2 orang.

11) Jumlah Kasus Polio

Pada tahun 2013 ini, tidak ada kasus polio di Kabupaten Lombok Barat. Karena semua suspect AFP yang diketemukan (6 kasus) dinyatakan negatif polio.

12) Jumlah Kasus Hepatitis B

Dari tahun 2008 hingga tahun 2013 tidak ditemukan kasus hepatitis B di Kabupaten Lombok Barat.

c. Status Gizi Masyarakat 1. Kunjungan Neonatus (KN3)

Kunjungan neonatus merupakan kegiatan untuk memantau kondisi kesehatan neonatus sekaligus memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu nifasnya, dimana pelayanan ini dilakukan dirumah oleh bidan. Neonatus adalah bayi berumur 0 sampai 28 hari. Kegiatan ini sangat strategis untuk menurunkan kematian bayi terutama usia 0 -7 hari.

(22)

merupakan kerja berat untuk meningkatkan capaian kinerja ini, mengingat banyak upaya yang telah diusahakan guna mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak ini. Misalnya, masalah tenaga yang telah diupayakan semua bidan desa telah berada di desa se Lombok Barat. Demikian pula dengan masalah anggaran, telah diupayakan dalam peningkatan biaya kesehatan terutama dari BOK. Tetapi jika permasalahan hanya diselesaikan oleh satu pihak saja, tentu tidak akan segera selesai, oleh karena itu perlu dilakukan upaya secara bersama-sama agar capaian kegiatan ini tetap naik dan berkualitas.

Grafik 7.

(23)

2011; 98.82 2012; 99.45

2013; 89.20 2011; 96.43 2012; 95.15

2013; 86.40 2011; 87.83 2012; 86.57 2013; 88.20

Cakupan Program KIA (anak)

Kab.Lombok barat tahun 2011-2013

% KN1

% KN3

Cakupan Program KIA (anak)

Kab.Lombok barat tahun 2011-2013

% KN1

% KN3

Cakupan Program KIA (anak)

Kab.Lombok barat tahun 2011-2013

% KN1

% KN3 % Kunj Bayi

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013

2. Kunjungan Bayi

(24)

diperlukan agar pencapaian kualitas dan kuantitas dapat terwujud pada tahun 2013 nanti.

3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Kasus BBLR pada tahun 2013 sedikit menurun dari 2012 yaitu dari 4,73 menjadi 3,9. Dari jumlah kasus sebanyak 530 yang lahir dengan BBLR. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus mengingat kematian bayi usia 0 sampai 28 hari (neonatus) paling banyak disebabkan oleh BBLR. Tentunya untuk penanganannya diperlukan kerjasama antar program yang terkait seperti gizi, promkes dan KIA. Ibu yang melahirkan anak dengan BBLR, salah satunya karena kasus KEK (Kurang Energi Khronis) atau juga dengan anemia. Maka perlu dilakukan penyuluhan dan perubahan perilaku makan si ibu. Namun, tidak menutup kemungkinan hal ini juga disebabkan karena ekonomi si ibu yang kurang mampu. Untuk itu sejak tahun 2010, telah diupayakan untuk membantu ibu dengan KEK, diberikan PMT (pemberian makanan tambahan), sebagaimana dilakukan pada balita dengan gizi buruk. Dan tahun 2011 juga diberikan multivitamin agar tidak terjadi anemi pada ibu hamil.Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menekan kasus ibu dengan KEK dan anemi, sehingga diikuti dengan menurunnya bayi yang lahir dengan berat dibawah 2.500 gram. Selain itu, kegiatan kelas ibu sangat membantu sasaran dalam hal meningkatkan pengetahuan bahkan perilakunya sehingga ibu hamil mengetahui asupan gizi yang mestinya dikonsumsi sehingga tidak terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah.

4. BBLR ditangani

(25)

5. Balita ditimbang

Perbandingan antara jumlah balita yang datang menimbang di posyandu (D) dengan jumlah balita yang ada (S) digunakan sebagai Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat. Semakin tinggi hasil D/S menunjukkan tingginya kepedulian masyarakat untuk datang dan menimbang balitanya di posyandu, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan Cakupan D/S Proyeksi (Balita Ditimbang Berat Badannya dibandingkan sasaran proyeksi) tahun 2013 berada dibawah target indikator kinerja sebesar yaitu 80%, sedangkan D/S Proyeksi rata-rata Kabupaten sebesar 75,14%, tapi jika dibandingkan dengan tahun 2012 D/S Proyeksi mengalami peningkatan sebesar 5,54%,

Adapun beberapa hal yang menyebabkan D/S tidak mencapai target adalah target proyeksi yang tinggi, hal ini disebabkan karena dalam menghitung target masih menggunakan CBR Propinsi NTB, kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat POSYANDU dan masih kurangnya peran lintas sektor sehingga masih adanya anggapan bahwa POSYANDU merupakan milik Dinas Kesehatan. Beberapa hal yang dilaksanakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan diadakannya pendataan Riel dan di update setiap bulan, transport kader melalui ADD, BOK dan PNPM GSC, pemberian multivitamin pada balita yang datang ke Posyandu, PMT Penyuluhan, Penyuluhan melalui media film, bekerjasama dengan CSR, JMS, bulan penimbangan, workshop peduli Posyandu. Disamping beberapa kegiatan tersebut diatas, pertemuan rutin hasil surveilance gizi bersama lintas sektor juga telah dilaksanakan.

Grafik 8.

(26)

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013

7. Balita Berat Badan Naik

Cakupan N/D Kabupaten tahun 2013 : 62,17%, masih berada dibawah target yaitu 80%. N/D mengalami penurunan karena sasaran yang tidak ditimbang pada bulan lalu, ditemukan dan ditimbang pada bulan penimbangan (Februari, Mei, Agustus dan November) sehingga jumlah sasaran yang tidak datang bulan lalu, datang dan ditimbang bulan ini sehingga jumlahnya lebih banyak dan ini yang mempengaruhi penurunan tersebut. Perbandingan antara jumlah balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah balita yang datang menimbang (D) digunakan sebagai Indikator Keberhasilan Program. Semakin tinggi angka cakupan balita yang naik berat badannya menunjukkan keberhasilan program kesehatan yang dilaksanakan oleh suatu daerah. Indikator ini dipengaruhi oleh aktifitas petugas kesehatan dan sektor lain, aktifitas motivator, sosial ekonomi, kejadian penyakit serta penyuluhan oleh petugas dan kader. Jika dilihat trend Balita dengan berat badan naik dalam kurun waktu 3 tahun adalah menurun. 8. Bawah Garis Merah (BGM)

(27)

cakupan balita BGM di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 rata-rata sebesar 1,76%. Hal ini menunjukkan masih ada balita yang mengalami malnutrisi, meskipun hasil cakupan tersebut sudah di bawah batas target yaitu 3%. Kondisi ini menandakan telah dilakukan berbagai upaya seperti kelas gizi, pemberian PMT dan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.

9. Balita Gizi Buruk

Penanggulangan gizi buruk dilaksanakan mulai dari penjaringan, pelacakan sampai dengan perawatan gizi serta pengobatan penyakit penyerta yang diderita oleh balita gizi buruk. Jumlah balita gizi buruk yang terjaring tahun 2013 sebesar 103 balita yang semuanya (100%) telah ditangani baik dengan perawatan dirumah sakit maupun di Puskesmas perawatan serta dengan pemberian PMT Pemulihan. Kasus balita gizi buruk menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 148 menjadi 103 kasus di tahun 2013. Dari 103 kasus yang ditemukan dan ditangani, 87 menjadi normal, 6 menjadi gizi kurang (kurus) 1 tetap gizi buruk (sangat kurus) dan 9 meninggal, dimana penyebab meninggal karena adanya penyakit peryerta dan kelainan bawaan.

B. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2013 1. Pelayanan Kesehatan Dasar

(28)

tepat serta menyeluruh untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang ada. Berikut ini diuraikan beberapa indikator yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar.

Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu isu penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi fokus program pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Indikator untuk menilai kinerja program ini adalah dengan melihat K1 (kontak pertama ibu hamil pada trimester I dengan petugas kesehatan), K4 (kontak ke 4 ibu hamil yang dilakukan pada trimester ke 3 dengan petugas kesehatan), Linakes (persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan), KN (kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 0 – 28 hari), Kunjungan Bayi (kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 29 hari s.d 1 tahun), Kunjungan Balita dan lain seba-gainya. Berbagai indikator kesehatan ibu dan anak pada tahun 2012 ada yang menunjukkan peningkatan ada juga penurunan. Penurunan disini bisa disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pencatatan oleh petugas yang belum optimal. Berikut gambaran cakupan program KIA khusus untuk pelayanan ibu hamil.

Grafik 9.

Cakupan K1, K4, dan Linakes

(29)

% Cakupan K1 % Cakupan K4 % Cakupan Linakes

96.6596.26 89.290 87.783.8 95.3

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013 Cakupan K1 dan K4 adalah indikator kunci pelayanan hatan ibu hamil. Kunjungan ini sangat penting untuk memantau kese-hatan ibu hamil dan pertumbuhan janin. Kunjungan K-1 pada tahun 2013 mencapai 95,29%. Sementara cakupan K-4 mencapai 84,32% dari taget 90% pada tahun 2013. Di Kabupaten Lombok Barat jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dokter spesialis) tahun ini meningkat dari tahun 2012 (83,84%), yaitu mencapai 85,6% tahun 2013.

Kelas ibu dan kelompok peduli kesehatan ibu dan anak meru-pakan salah satu wadah tepat untuk penyuluhan bagi ibu hamil. Kedua kegiatan tersebut merupakan wadah yang efektif digunakan untuk memberikan peningkatan pengetahuan baik bagi ibu hamil, suami dan juga orang tua. Diketahui bahwa pengambil keputusan di tingkat keluarga di masyarakat Kabupaten Lombok Barat adalah orang tua si ibu hamil atau mertua, sehingga perlu dilakukan pula pendekatan kepada keduanya. Kegiatan kemitraan dengan dukun yang telah dirintis sebelumnya juga memberikan andil yang cukup besar dalam mengurangi persalinan di dukun.

(30)

ini terjaring melalui kader maupun petugas kesehatan. Penanganan yang adekuat harus dilakukan mengingat kondisi ibu hamil yang beresiko tinggi ini berpotensi menyumbang kasus kematian maternal. Selain itu, upaya-upaya preventif seperti kelas ibu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada semua sasaran ibu hamil dan keluarganya.

Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Lombok Barat sedikit menurun jika dilihat dari Pasangan Usia Subur yang di perki-rakan yaitu dari 16,79% (tahun 2012) menjadi 16% (tahun 2013). Meskipun demikian capaian berdasarkan target sasaran KB Baru mencapai 100%. Demikian pula dengan cakupan peserta KB aktif mencapai 75%. Jika dilihat dari wilayah kecamatan, paling tinggi cakupan KB aktif adalah Kecamatan Kediri (85,7%) padahal jika dibandingkan dengan jumlah PUS (pasangan Usia Subur ) paling tinggi terdapat di Kecamatan Narmada. Sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Batulayar (68,0%). Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB Suntik (70,01%) dan cakupan penggu-naan alkon terendah yang terlaporkan adalah MOP (0,04%).

(31)

dalam data penyuluhan ini. Sehingga secara keseluruhan penyuluhan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 mencapai 13.653 kali, kunjungan rumah 4.763 dan penyebaran informasi sebanyak 63 kali. Untuk kunjungan rumah ini dihitung dari jumlah kasus yang di Perkesmas, kemudian jumlah KN dan kunjungan rumah tangga pada survei PHBS.

Untuk pencatatan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan lanjut usia di tingkat kabupaten sulit didapatkan karena adanya data yang tidak dikirim oleh Puskesmas, sehingga data kabupaten menjadi tidak lengkap. Demikian pula untuk kegiatan UKGS dan kesehatan re-maja, meskipun ada beberapa Puskesmas telah melaksanakan pro-gram tersebut dengan cukup baik, namun, karena propro-gram ini meru-pakan program penunjang dan tidak semua Puskesmas mampu melaksanakan semua program, maka dari pihak kabupaten tidak memaksakan program penunjang ini untuk dilaksanakan. Penjaringan kesehatan siswa SD/MI merupakan indikator SPM yang bertujuan menjaring siswa SD/MI yang mengalami gangguan kesehatan antara lain status gizi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tenggorokan, anemia, kebugaran dan lain sebagainya. Untuk siswa yang perlu rujukan ke Puskesmas akan diberikan kartu rujukan tersendiri agar mendapat perawatan. Kasus yang paling sering ditemukan adalah status gizi yang tidak normal yaitu kurus sekali dan kurus. Untuk kegiatan penjaringan kesehatan tahun 2013 telah tercapai 90,07 dari 11.777 siswa kelas I yang ada. Kendala yang ditemui pada saat penjaringan tersebut adalah adanya siswa yang tidak masuk sekolah pada hari pelaksanan penjaringan.

(32)

Kabupaten Lombok Barat. Kepesertaan Jamkesmas (Pusat) tahun 2013 didasarkan atas hasil pendataan masyarakat miskin yang dilakukan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang diketuai oleh Bapak Wakil Presiden RI dan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Kuota Jamkesmas (Pusat) untuk Kabupaten Lombok Barat dari Kementerian Kesehatan RI berjumlah 348.356 jiwa. Jamkesmasda Provinsi NTB dilaksanakan berdasarkan hasil kesepakatan (MoU) antara Gubernur dan Bupati/Walikota, dimana biayanya ditanggung bersama, dimulai tahun 2009 sampai dengan saat ini. Jumlah kepesertaan Jamkesmasda Provinsi NTB yaitu 56.338 jiwa.

Dalam pelaksanaan Program Jamkesmas (Pusat) dan Jamkesmasda Provinsi NTB tidaklah berjalan mulus, karena ternyata masih ditemukan adanya masyarakat miskin dan kurang mampu yang tidak terkaver dalam kepesertaan Jamkesmas (Pusat) dan Jamkesmasda Provinsi NTB. Selain itu juga, diselenggarakan program Jamkesmasda Kabupaten Lombok Barat yang kepesertaannya berasal dari masyarakat miskin yang tidak masuk dalam Jamkesmas (Pusat) maupun Jamkesmasda Provinsi NTB. Kepesertaan Jamkesmasda Kabupaten Lombok Barat juga diperluas dengan mencakup kepesertaan dari Tokoh Agama/Masyarakat, Aparat Desa dan Kader Kesehatan. Jumlah Kepesertaan Program Jamkesmasda Kabupaten Lombok Barat adalah 4.931 jiwa.

Gambar 1.

(33)

Pada peta diatas menggambarkan bahwa jumlah peserta jam-inan kesehatan masyarakat di Kabupaten Lombok Barat, terbanyak di Kecamatan Sekotong dan Kuripan, sedangkan terendah di Keca-matan Batulayar. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra ba-yar tahun 2013 telah mencapai 69,71% dari target 80%, yang terdiri dari Jamkesmas (Pusat) 55,50%, Jamkesmasda Provinsi NTB 8,98%, Jamkesda Lombok Barat 0,79%, Askes Sosial 4,09% dan Jamsostek 0,35%.

(34)

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

Sistem rujukan di Kabupaten Lombok Barat sebetulnya cukup berjalan dengan baik, meskipun masih adanya keluhan terhadap ruju-kan balik yang belum terlaksana optimal. Sistem ini telah dilakuruju-kan pembinaan dan koordinasi antara Puskesmas dan Jaringannya, Puskesmas dengan Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Provinsi ba-hkan sampai ke Rumah Sakit di luar daerah, yang terkait dengan ruju-kan Jamkesmas. Bahruju-kan pembagian rayon dalam rujuruju-kan juga telah disepakati, hal ini terkait dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah Lombok Barat yang terletak di ibukota Kabupaten, sehingga untuk kecamatan yang berada dekat dengan Rumah Sakit Provinsi, diberi-kan kebijadiberi-kan untuk dapat merujuk langsung ke RS Provinsi.

Desa Siagamerupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat baik masalah kesehatan, ataupun bencana. Dalam desa siaga, juga diupayakan salah satunya ambulan desa, yang merupakan salah satu bentuk penunjang dalam sistem rujukan.

(35)

Berdasarkan data dalam tabel lampiran profil ini, jumlah kunjungan Rawat Inap di puskesmas perawatan tercatat tahun 2012 adalah 4.694, sementara tahun 2013 adalah 5.656. Sedangkan Rumah Sakit Tripat tahun 2012 mencatat sebanyak 7.605 kunjungan dan untuk tahun 2013 sebanyak 8.987, sehingga cakupan kunjungan menjadi 2,3 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.

Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laborato-rium Kesehatan telah mencapai 100%. Dan sejak pertengahan tahun 2009, telah dibentuk pula UPTD Laboratorium Kabupaten yang melayani pemeriksaan sample air dan terus dikembangkan pelayanannya hingga saat ini.

3. Pemberantasan Penyakit Menular

Penurunan Penyakit berpotensi wabah merupakan salah satu program yang menjadi fokus di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Hal ini disebabkan karena tingginya kasus penyakit menular yang terjadi. Untuk kasus Demam Berdarah saja, tahun 2013 ini men-galami peningkatan dari tahun 2012 yaitu 88 kasus.

Upaya pencegahan penyebaran penyakit berpotensi wabah juga terus dilakukan misalnya dengan komunikasi dan edukasi (KIE), surveilans penyakit. Penanganan kasus sesuai dengan protap juga menjadi hal penting, karena dapat menghambat penyebaran penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit juga melalui imunisasi dimana persentase desa yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) tahun 2012 sebanyak 90,20% desa, meningkat menjadi 95,08% di tahun 2013 ini.

(36)

tetap ada, karena adanya faktor perbedaan ketahanan tubuh seseorang.

4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Persentase Rumah Sehat tahun 2013 menjadi 70% dari tahun 2012 (74 %). Perubahan ini disebabkan karena pada tahun 2013 dilakukan Total Survey pada seluruh rumah yang ada di Kabupaten Lombok Barat, sementara tahun 2012 hanya dilakukan survey pada 75% rumah yang ada.

Akses air bersih meningkat menjadi 83% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 (81,7 8%). Peningkatan ini karena adanya pembangunan Sarana Air Bersih bantuan Pemerintah Pusat (PAM-STBM) ini berkaitan dengan rehabilitasi sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat di 10 Desa di Kabupaten Lombok Barat.

Untuk Sarana Sanitasi (Jamban) meningkat dari 61% di tahun 2012 meningkat menjadi 71,22% pada tahun 2013. Peningkatan ini dsertai juga dengan peningkatan jumlah Desa ODF di Kabupaten Lombok Barat dari 29 Desa pada tahun 2012 meningkat menjadi 47 desa di tahun 2013. Peningkatan akses jamban berkaitan juga dengan instruksi Bupati Lombok Barat kepada seluruh Camat, Kepala Desa untuk mendukung kegiatan STBM serta kebijakan Kepala Dinas Kesehatan tentang kewajiban setiap Puskesmas untuk mentargetkan minimal 1 desa yang ODF diwilayah kerjanya masing-masing.

Grafik.10.

(37)

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013

Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS berdasarkan hasil survey tingkat kabupaten adalah 53, 91 % dari 3.360 responden Tahun 2013. Responden yang disurvey tahun 2013 ini dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menggunakan dana BOK. Sehingga, setiap Puskesmas diwajibkan melakukan survey PHBS dengan responden 210 responden. Namun, karena hal ini merupakan data survey cepat dimana responden yang dipantau juga berbeda dari tahun ke tahun, maka hal yang wajar jika terjadi peningkatan. Survey ini bertujuan memperoleh data perubahan perilaku RT terhadap pembinaan dan penyebaran informasi yg telah dilaksanakan. Upaya penyuluhan melalui media cetak yang terus gencar dilakukan oleh petugas selain metode penyuluhan lainnya (film, kelompok, keliling dsb) yang juga memberikan andil pada peningkatan pengetahuan sampai perubahan sikap dan perilaku masyarakat.

(38)

penyuluhan juga dilakukan. Kriteria sebuah Posyandu dikatakan strata purnama dan mandiri adalah Posyandu paling tidak mempunyai 4-5 kader aktif dan mempunyai dana sehat bagi posyandu mandiri. Dalam petunjuk teknis,dikatakan Posyandu Aktif adalah penjumlahan dari dua strata yaitu purnama dan mandiri yang saat ini mencapai 65,71%.

Sedangkan UKBM lainnya seperti Poskesdes, dimana salah satu syaratnya harus memiliki kader yang telah dilatih desa siaga, mencapai 116 Poskesdes, jika dibandingkan untuk setiap desa memi-liki Poskesdes, maka, kekurangannya sebanyak 6 Poskesdes. Sedangkan untuk desa siaga aktif tahun 2013 mencapai 73 desa (59,84%) menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 122 desa (100%), ini disebabkan karena perbedaan standar, tahun sebelumnya menggunakan pedoman desa siaga tahun 2006, sedangkan untuk tahun 2013 menggunakan pedoman tahun 2010, dimana ada 8 indikator yang menjadi persyaratannya.

5. Perbaikan Gizi Masyarakat

Untuk kasus kekurangan vitamin A pada tahun 2013 tidak ditemukan, kemungkinan hal ini dipengaruhi dari hasil cakupan dis-tribusi vitamin A pada tahun sebelumnya yang cukup tinggi. Saat ini, distribusi vitamin A, dilakukan secara langsung diteteskan kepada sasaran di posyandu, sehingga kemungkinan untuk tidak tertelan cukup kecil.

(39)

Pemberian tablet Fe pada Ibu Hamil juga merupakan salah satu protap pelayanan ibu hamil yang diberikan bidan dalam kunjungan 1 sampai 4. Pencatatan dilakukan adalah ibu hamil menerima tablet Fe-nya, terlepas dari apakah tablet tersebut di minum atau tidak. Untuk cakupan Fe3 tahun 2013 sebesar 84,21% menurun dari tahun se-belumnya. Sedangkan capaian pelayanan imunisasi pada ibu hamil TT2 plus mencapai 85,5% untuk capaian pada tahun 2013 ini.

Cakupan ASI Eksklusif 0 (AE0) sama dengan cakupan ASI Eksklusif 6 (AE6) dan dicatat lulus AE6. Sedangkan jika ada satu kali saja diberikan makanan pendamping, maka tidak lagi masuk dalam pencatatan cakupan ASI Eksklusif selanjutnya. Untuk cakupan ASI Ek-sklusif tahun 2012 yaitu 58,22% meningkat menjadi 88,89% pada tahun 2013. Peningkatan ini cukup baik sehingga perlu menjadi catatan tersendiri bagi pelaksananya, karena tentunya memperta-hankan kondisi ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan mencapainya.

6. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Berdasarkan penggunaan obat di Puskesmas, dapat diketahui 10 item yang paling banyak digunakan yaitu parasetamol tablet 500 mg yaitu 1.743.842 mengalami penurunan sebanyak 28.94% diband-ingkan tahun 2012 (2.248.454). Hal ini dikarenakan mekanisme E-Catalog yang terlambat, pengadaan terlambat, sehingga obat juga ter-lambat datang, sehingga banyak obat yang mengalami kekosongan. Berikut tabel 10 penggunaan obat terbanyak tahun 2013:

Tabel. 1.

(40)

NO NAMA OBAT JUMLAH

1 Paracetamol 1.743.842

2 Amoxicillin 500 mg 1.631.853

3 Tablet Tambah Darah Komb 1.059.118

4 Vitamin B. Complex Tablet 823.626

5 CTM 4 mg Tablet 690.541

6 Gliseril Guaiokolat 100 mg 596.881

7 Antasida DOEN Tablet 501.275

8 Asam Mefenamat 500 mg 440.768

9 Thiamin HCL 50 mg Tablet 423.277

10 Ambroxol 30 mg Tablet 310.068

Sumber : UPTD IFK Kabupaten Lombok Barat, 2013

Dari tabel di atas menunjukan ada korelasi antara 10 macam penyakit terbanyak dimana Infeksi Saluran Pernafasan Akut (42.972), Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas (18.884), Infeksi Kulit (18.314), Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat (17.659), Gasteritis (14.775 ), Diare (Termasuk Tersangka Kolera) (9.990). Penyakit Kulit Alergi ( 8.828 ), Penyakit Darah Tinggi Primer (8.530), Asma (5.959), Kecelakaan dan Ruda Paksa (5.723).

(41)

Dari sisi ketersedian obat sesuai ketentuan pada tahun 2011 sebesar 99,3 %, tahun 2012 sebesar 95,7 % dan tahun 2013 sebesar 96% hal ini disebabkan :

 Perubahan pamakaian obat setiap tahunnya mempengaruhi jumlah stok obat yang tersedia.

 Jumlah anggaran yang tersedia, setiap tahunnya

 Bantuan obat baik dari Program Pusat atau Buffer Provinsi

 Jumlah obat kadaluarsa ED.

7. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana

(42)

C. GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Ka-bupaten Lombok Barat didukung oleh sarana dan prasarana yang terdiri dari 11 unit Puskesmas non Perawatan dan 5 unit Puskesmas Perawatan, 57 unit Puskesmas Pembantu, 116 Poskesdes. Dukungan partisipasi ma-syarakat dalam bentuk Posyandu berjumlah 802 buah.

1. Keadaan Sarana Kesehatan

Berdasarkan rasio jumlah puskesmas dengan jumlah penduduk di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 dibandingkkan dengan standar pada Indikator Indonesia Sehat 2010, masih membutuhkan minimal 4 unit Puskesmas lagi. Untuk memenuhi hal tersebut, pada tahun 2013, telah dibangun 1 Puskesmas lagi diwilayah kecamatan Kediri, sehingga kurang 3 Puskesmas lagi baru akan memenuhi standar ideal tersebut.

Gambar 2.

Peta Letak Puskesmas di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013

(43)

penamba-han 1 Puskesmas diwilayah Kecamatan Kediri. Untuk fasilitas kese-hatan lain yaitu Poskesdes yang sebenarnya sebuah UKBM, terdapat beberapa penambahan menjadi 116 pada tahun ini.

Kondisi puskesmas rata-rata cukup baik, namun berbeda den-gan tahun sebelumnya, tahun 2013 ini ada 6 Puskesmas yang kondisinya cukup parah (rusak sedang dan rusak berat) yang mau tidak mau harus dilakukan rehabilitasi dalam waktu dekat yaitu Puskesmas Kuripan, Jembatan Kembar, Meninting, Perampuan, Sedau, dan Penimbung.

Jika pada Puskesmas rata-rata kondisinya cukup memadai, tidak demikian dengan kondisi Puskesmas Pembantu. Terdapat beber-apa puskesmas pembantu yang memerlukan rehabilitasi segera, mengingat kondisi dari bangunan Puskesmas Pembantu tersebut yang sudah tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai tempat untuk melakukan pelayanan. Namun demikian, untuk rehabilitasinya direncanakan secara bertahap, dan peta dibawah da-pat dijadikan bahan pertimbangan untuk perencanaan rehab puskesmas pembantu ke depannya, sehingga pelayanan dapat di-lakukan dengan baik. Berikut ini gambaran kondisi Pustu yang tersebar di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan data tahun 2013.

Gambar 3.

(44)

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013

Jika dilihat dari peta diatas, terdapat bulatan berwarna biru yang menandakan Pustu dengan kondisi rusak ringan, bulatan dengan warna kuning menandakan Pustu dengan kondisi rusak sedang, sedangkan bulatan dengan warna merah dengan bentuk yang lebih besar adalah Pustu dengan kondisi rusak berat yang perlu menjadi bahan pertimbangan perencanaan untuk rehab pada tahun berikut-nya.

Pembangunan Poskesdes tahun 2013 yang berasal dari Dana alokasi Khusus terdapat 8 Poskesdes, 6 diantaranya pembangunan baru, sedangkan 2 dantaranya yaitu Poskesdes Sigerongan dan Golong bukan pembangunan baru namun merupakan kategori rekonstruksi karena kondisi bangunan sebelumnya rusak berat dan ini bersumber dari dana DAK. Dengan rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

(45)

No Uraian Lokasi

Desa Kecamatan

1 Pembangunan Poskesdes Pusuk Lestari Pusuk Lestari Batu Layar

2 Pembangunan Poskesdes Saribaye Saribaye Lingsar

3 Pembangunan Poskesdes Taman Ayu Taman ayu Gerung

4 Pembangunan Poskesdes Mekar Sari Mekar Sari Narmada 5 Pembangunan Poskesdes Kediri Selatan Kediri Selatan Kediri 6 Pembangunan Poskesdes Kuripan Timur Kuripan Timur Kuripan 7 Pembangunan Poskesdes Mareje Timur Mareje Timur Lembar

8 Pembangunan Poskesdes Blongas Buwun Mas Sekotong

9 Pembangunan Poskesdes Taman Sari Taman Sari Sekotong

10 Pembangunan Poskesdes Pelangan Pelangan Sekotong

11 Pembangunan Poskesdes Gili Genting Gili Genting Sekotong Sumber : Sub Bagian Program, 2013

2. Tenaga Kesehatan

Dalam profil kesehatan tahun 2013 ini, kami mengambil sumber data tenaga berdasarkan jumlah Tenaga kesehatan yang tercatat se-bagai PNS, CPNS, kontrak dan swasta yang bersumber dari profil PPSDM Kabupaten Lombok Barat, sehingga kemungkinan akan ter-jadi perbedaan dengan data tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kesehatan tahun ini (termasuk rumah sakit dan praktek swasta) men-galami peningkatan yang cukup banyak yaitu 18,98% atau meningkat sebanyak 315 orang dari 1003 menjadi 1318 orang. Jika dibandingkan dengan target rasio yang ditetapkan dalam Indikator Indonesia Sehat 2010, maka Kabupaten Lombok Barat masih jauh kekurangan tenaga kesehatan terutama dokter umum. Sedangkan untuk tenaga bidan telah dapat dipenuhi baik tenaga kontrak maupun PTT Pusat. Jika berdasarkan beban kerja idealnya, 1 Puskesmas terdiri dari 2 sampai 3 dokter umum, dan kondisi ini cukup mendekati, meski distribusinya masih belum merata.

(46)

Gambar 5.

Peta Sebaran Dokter Gigi di Puskesmas se-Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013 Dengan melihat peta diatas, kondisi kekurangan tenaga ini jika dibreakdown lagi ke kecamatan atau Puskesmas, akan terlihat tidak tersebar dengan baik, karena terdapat daerah pinggiran kota yang cukup banyak tenaganya, sementara yang letaknya jauh dari kota kabupaten kekurangan tenaga, minimal Puskesmas Perawatan memiliki 3 orang dokter umum.

(47)

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013

Gambar 7. Peta Sebaran Tenaga Bidan di Puskesmas Tahun 2013

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013

(48)

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013 Sama dengan tahun sebelumnya, yang masih menjadi kendala dalam ketenagaan Gizi ini, adalah masalah penyebaran yang belum merata. Meskipun pernah dilakukan pengukuran analisa beban kerja, idealnya 1 Puskesmas mempunyai 3 sampai 4 tenaga gizi, tetapi hal tersebut belum juga bisa disesuaikan mengingat jumlah tenaga yang kurang sedangkan perekrutan juga masih belum di-lakukan. Sementara itu, selain beban kerja sebagai petugas gizi, dalam kenyataannya sehari-hari, mereka merangkap sebagai tenaga administrasi, perencana serta keuangan, bahkan sampai ada yang merangkap sebagai bendahara material, sehingga tugas pokok mungkin akan sedikit terabaikan. Hal ini perlu menjadi bahan pertim-bangan khusus untuk mengatasinya.

(49)

Tenaga Kesehatan Masyarakat sebenarnya bukan hanya Sar-jana Strata 1 saja tetapi juga termasuk yang telah melanjutkan pen-didikan Strata 2. Sehingga, terjadi sedikit perubahan jumlah pada tenaga kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan. Untuk tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas tahun 2013, terdapat 6 Puskesmas yang tidak memiliki tenaga kesehatan masyarakat.

Tahun 2013 ini tenaga analis kesehatan tersebar diseluruh puskesmas, dengan jumlah bervariasi antara 1 sampai 3 orang. Tenaga analis ini berpengaruh pada ketersediaan pelayanan penunjang laboratorium di Puskesmas.

Gambar 9. Peta Sebaran Tenaga Farmasi di Puskesmas Tahun 2013

(50)

BAB III

VISI, MISI, STRATEGI, TUJUAN DAN SASARAN

Dalam penyusunan RPJMD memerlukan satu filosofi pembangunan yang mampu menjadi pedoman bagi daerah untuk menentukan visi, misi dan arah pembangunan. Filosofi pembangunan Kabupaten Lombok Barat digali dari filosofi luhur yang mempunyai nilai dan arti yang tinggi, yaitu “ PATUT PATUH PATJU” dengan pengertian sebagai berikut:

1. PATUT : baik, terpuji hal yang tidak berlebih lebihan 2. PATUH : rukun, damai, toleransi, harga menghargai 3. PATJU : rajin, giat, tak mengenal putus asa

A. VISI

Visi merupakan cita-cita dan citra yang ingin dicapai. Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2014 dari Kepala Daerah terpilih adalah “Terwujudnya Masyarakat Lombok Barat yang Maju, Mandiri dan Bermartabat dengan Dilandasi Nilai-nilai Patut Patuh Patju“.

Selain itu, Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat juga harus memperhatikan visi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia yaitu “Tercapainya Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat juga tidak terlepas dari keinginan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat untuk melaksanakan berbagai program dalam rangka pencapaian “Millenium Development Goals (MDG’s)” khususnya point 1, point 4, point 5 dan point 6.

Adapun tujuan dari “Millenium Development Goals (MDG’s)”

selengkapnya adalah :

1. Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan;

(51)

4. Mengurangi angka kematian anak; 5. Meningkatkan kesehatan ibu; 6. Memerangi HIV / AIDS;

7. Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup;

8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Mempertimbangkan berbagai hal di atas, maka ditetapkan visi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010-2014, yaitu “TERWUJUDNYA MASYARAKAT LOMBOK BARAT YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT DENGAN DILANDASI NILAI NILAI PATUT PATUH PATJU“

Visi Pembangunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat periode 2010-2014 tersebut, memiliki makna:

1. Masyarakat Kabupaten Lombok Barat, yakni seluruh masyarakat Kabupaten Lombok Barat yang ada di wilayah Kabupaten Lombok Barat;

2. Kata Mandiri, mengandung arti mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri;

3. Kata Hidup Sehat, mengandung arti mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;

(52)

B. MISI

Misi merupakan upaya dalam rangka meraih visi atau cita-cita dan citra yang hendak dicapai. Misi pembangunan daerah Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 - 2014 adalah sebagai berikut :

1. Mendorong dan Meningkatkan Kemandirian Masyarakat dalam Bidang Kesehatan Serta Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Faktor perilaku dan konsep determinan masalah kesehatan menurut H.L Bloom, mempunyai pengaruh yang sangat dominan diantara faktor penyebab lainnya. Perilaku masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, kebiasaan dan kondisi sosial budaya serta lingkungannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Lombok Barat, perilaku dan kemandirian masyarakat terutama dalam pemahaman konsep sehat perlu ditingkatkan.

2. Menggerakkan dan Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dan Lintas Sektor dalam Rangka Mendukung Pembangunan yang Berwawasan Kesehatan

Pembangunan kesehatan secara komperehensif bukan hanya merupakan tanggung jawab sektoral kesehatan saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh sektor terkait dan juga peran serta masyarakat secara luas. Oleh karena itu diperlukan keterpaduan pelaksanaan program kesehatan oleh pemerintah di semua sektir terkait dengan melibatkan dan menggali peran dan potensi yang ada di masyarakat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas, Adil, Merata dan Terjangkau oleh Seluruh Lapisan Masyarakat

(53)

memperhatikan prinsip keadilan (equity) untuk semua masyarakat baik menurut golongan, gender serta kewilayahan.

4. Memelihara dan Meningkatkan Derajat Kesehatan Individu, Keluarga dan Masyarakat Beserta Lingkungannya

Kesehatan masyarakat yang optimal dapat terwujud jika seluruh komponen masyarakat mulai dari individu, keluarga dan lingkungannya berada dalam kondisi yang sehat. Oleh karena itu intervensi pembangunan kesehatan dilaksanakan secara paripurna dengan penekanan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

C. STRATEGI

Untuk mewujudkan visi-misi sebagaimana telah dirumuskan di atas, maka telah ditetapkan strategi, pembangunan kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2014, yaitu:

1. Optimalisasi dan revitalisasi peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan;

2. Optimalisasi kualitas lingkungan sehat dan budaya hidup sehat; 3. Optimalisasi dan revitalisasi akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang berkualitas;

4. Intensifikasi sistem surveilance, monitoring dan informasi Kesehatan;

5. Intensifikasi dan diversifikasi pembiayaan kesehatan.

D. TUJUAN

Tujuan pembangunan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Membentuk dan meningkatkan fungsi Upaya Kesehatan bersumberdaya masyarakat;

(54)

3. Meningkatkan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat;

4. Meningkatkan kualitas lingkungan sehat;

5. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat;

6. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan;

7. Meningkatkan sistem surveilens, monitoring dan sistem informasi kesehatan di institusi kesehatan serta masyarakat;

8. Meningkatkan adekuasi, efektifitas dan efisiensi biaya kesehatan per kapita;

9. Mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan di masyarakat.

E. SASARAN

Sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Terbentuk dan meningkatnya fungsi Upaya Kesehatan bersumberdaya masyarakat di seluruh desa;

2. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di seluruh desa;

3. Tercapainya kebiasaan hidup sehat yang tercermin pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di semua tatanan;

4. Tercapainya cakupan air bersih pada sebagian besar rumah tangga; 5. Meningkatnya akses pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh

lapisan masyarakat;

6. Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh sarana pelayanan kesehatan;

7. Terbentuk dan berfungsinya sistem surveilens di seluruh desa siaga; 8. Tercapainya pencegahan dan pengendalian penyakit yang berpotensi

(55)

9. Tersedianya sistem informasi yang berkualitas di seluruh sarana pelayanan kesehatan;

10. Terlaksananya sistem monitoring pelayanan kesehatan di seluruh tingkatan institusi pelayanan kesehatan;

11. Tercapainya anggaran kesehatan per kapita sesuai standar WHO; 12. Terbentuk dan berfungsinya sistem pembiayaan kesehatan di

(56)

BAB IV

PROGRAM, KEGIATAN, DAN INDIKATOR A. PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013, Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat akan melakukan berbagai program dan kegiatan yang nomenklaturnya merujuk kepada Permendagri Nomor 59 tahun 2008.

Adapun Program dan Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

A. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat;

2. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik; 3. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/

Operasional;

4. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan; 5. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor; 6. Penyediaan Jasa Perbaikan Alat Kerja; 7. Penyediaan Penyediaan Alat Tulis Kantor;

8. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan;

9. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor;

10. Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor;

11. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan; 12. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam/ Luar Daerah; 13. Penyediaan Jasa Tenaga Kerja Administrasi / Teknis Perkantoran. B. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1. Pembangunan Gedung Kantor;

2. Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional; 3. Pengadaan Meubelair;

(57)

5. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor;

6. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional; C. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

1. Pengadaan Mesin/Kartu Absensi;

2. Koordinasi Peningkatan Disiplin Pegawai;

3. Koordinasi Penegakan/Peningkatan Disiplin PNS dan Justisi. D. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

1. Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan; 2. Bimbingan dan Pelatihan Teknis.

E. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

1. Penyusunan Laporan Realisasi Bulanan SKPD dan Pendapatan SKPD;

2. Penyusunan Profil/Monografi;

3. Penyusunan Database, Pemutakhiran Data dan Pengolahan Data Statistik;

4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

5. Penyusunan KUA PPAS, RKA, DPA dan DPPA;

6. Penyusunan Laporan Rencana Kerja Program / Kegiatan; 7. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP).

F. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan 1. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan;

2. Peningkatan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan; 3. Peningkatan Keterjangkauan Harga Obat dan Perbekalan

Kesehatan Terutama untuk Penduduk Miskin;

4. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit;

(58)

G. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 1. Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan;

2. Pelayanan Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan; 3. Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah

Kesehatan;

4. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan; 5. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

6. Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan. H. Program Pengawasan Obat dan Makanan

1. Peningkatan Pemberdayaan Konsumen/Masyarakat di Bidang Obat dan Makanan;

2. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.

I. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat; 2. Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat;

3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. J. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Penyusunan Peta Informasi Masyarakat Kurang Gizi;

2. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya;

3. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi;

4. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

(59)

L. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 1. Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular; 2. Pelayanan/Pemeriksaan Kesehatan Haji;

3. Peningkatan Imunisasi;

4. Peningkatan Surveillance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah;

5. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.

M. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 1. Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan;

2. Evaluasi dan Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan; 3. Pembangunan dan Pemutakhiran Data Dasar Standar Pelayanan

Kesehatan;

4. Penyusunan Standar Analisis Belanja Pelayanan Kesehatan; 5. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

6. Pelayanan dan Pengembangan Laboratorium Klinik. N. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

1. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

O. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya 1. Pembangunan Puskesmas;

2. Pembangunan Puskesmas Pembantu; 3. Pengadaan Puskesmas Keliling;

4. Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Puskesmas; 5. Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Pembantu/Polindes; 6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan;

7. Rehab Sedang/Berat Puskesmas.

(60)

1. Pembangunan Rumah Sakit.

Q. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita 1. Penyuluhan Kesehatan Anak Balita;

2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

R. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia 1. Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan;

2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

S. Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan 1. Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan

Makanan Restaurant.

T. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 1. Penyuluhan Kesehatan Bagi Ibu Hamil dari Keluarga Kurang

Mampu;

2. Pertolongan Persalinan Bagi Ibu Melahirkan dan Anak.

B. INDIKATOR KINERJA

Berikut ini kami juga sampaikan gambaran cakupan Standar Pelayanan Minimal untuk Kabupaten Lombok Barat sesuai dengan KepMen 741/2008 kondisi tahun 2011 s.d 2013.

Tabel 3. Cakupan Standar Pelayanan Minimal

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 - 2013

Indikator 2011 2012 2013 Target

1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. 89.15 90.03 84.21 95

2 Cakupan Ibu hamil dengan komp-likasi yang ditangani. 98.55 104.24 111.81 80

3 Cakupan pertolongan persalinan olehbidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

87.61 83.84 85.57 90

4 Cakupan pelayanan Ibu Nifas 89.03 81.48 82.20 90

5 Cakupan neonatal dengan komplikasiyang ditangani 36.32 51.88 49.87 80

6 Cakupan kunjungan bayi. 94.18 97.77 88.24 90

(61)

Indikator 2011 2012 2013 Target

8 Cakupan pelayanan anak balita. 42.56 54.35 55.00 90

9 Cakupan pemberian makanan pen-damping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.

#VALUE! 2.76 #DIV/0! 100

10 Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan 100.00 100.00 100.00 100

11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 76.10 88.09 89.98 100

12 Cakupan peserta KB Aktif 76.74 74.48 75.00 70

13 Cakupan Penemuan dan penan-ganan penderita penyakit

A. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per100.000 penduduk < 15 tahun 6,57 2,63 3,14 100

B. Penemuan Penderita Pneumonia Balita 26.63 89.66 108.25 100

C. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 43.81 38.52 41.20 100

D. Penderita DBD yang Ditangani 100.00 100.00 100 100

E. Penemuan Penderita Diare 116.03 122.04 224,56 100

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasarmasyarakat miskin 67.78 79.53 85,25 100

15 Cakupan pelayanan kesehatan ru-jukan pasien masyarakat miskin 2.36 2.76 3.30 100

(62)

BAB V PEMBIAYAAN

Untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat, maka telah direncanakan besaran kebutuhan anggaran dan sumber pendanaannya.

A. IDENTIFIKASI BESARAN ANGGARAN

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun sebelumnya, dana untuk kesehatan trennya fluktuatif. Hal ini dipengaruhi oleh kon-disi keuangan Kabupaten Lombok Barat. Pada tahun 2013, tidak lalu jauh berbeda dengan tahun 2012. Namun, meskipun dengan ter-batasnya dana pada tahun ini, pembangunan fasilitas pelayanan ke-sehatan tidak banyak mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya bantuan dana BOK yang cukup besar untuk membantu pelayanan kesehatan di Puskesmas terutama promosi kesehatan.

Gambar

Grafik 1.Trend Kematian Bayi Tahun 2010 – 2013
Grafik 3.Persentase Penyebab Kematian Bayi (0 hari - < 1 tahun) di
Grafik 4.Trend Penyebab Kematin Ibu Tahun 2013
Grafik 5.Jumlah Kasus Diare Pada Balita Menurut Puskesmas
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil uji Chi Square didapatkan nilai χ 2 sebesar 9,111 pada df 1 dengan taraf signifikansi (p) 0,003 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

The portrait of professional knowledge was examined by comparing what student teachers obtained in initial teacher education and the experience they implemented during their study

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Dengan multimedia informasi yang disajikan menjadi lebih variatif dan menarik Aplikasi ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa dalam mempelajari matakuliah Pengantar Sistem

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Oleh karena itu dibuat penulisan ilmiah mengenai pembuatan aplikasi multimedia pariwisata Pulau Bali, dimana akan ditampilkan sajian informasi yang menarik dan interaktif, yang

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Game jaringan Reversi dapat menjadi sarana melatih keterampilan dan kemampuan berpikir, karena selain strategi yang tepat, pemain juga harus memperhitungkan berbagai kemungkinan