• Tidak ada hasil yang ditemukan

14 BAB 04 - KAK-ZONASI RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "14 BAB 04 - KAK-ZONASI RAYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 1 dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN

PAMATANG RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ruang dilihat sebagai wadah interaksi sosial, ekonomi dan budaya antara manusia dengan manusia lainnya, ekosistem dan sumber daya buatan. Interaksi ini tidak dengan sendirinya berlangsung secara seimbang dan saling menguntungkan berbagai pihak karena adanya perbedaan kemampuan, kepentingan serta perkembangan ekonomi yang dinamis dan akumulatif. Oleh karena itu ruang perlu ditata agar dapat memelihara keberlanjutan lingkungan dan memberikan dukungan terhadap kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Sesuai pasal 59 PP 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang dan peraturan zonasinya. Bagian dari wilayah yang akan disusun rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota, atau kawasan strategis kabupaten.

Kawasan perkotaan pada hakekatnya adalah pusat kegiatan ekonomi yang berfungsi mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, dengan demikian maka kawasan perkotaan perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan ruang

Berdasarkan RTRW Kabupaten Simalungun , Kawasan Perkotaan Pamatang Raya adalah bagian yang perlu diperinci penataan ruangnya. Pada tahun anggaran 2011 telah disusun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, maka dalam upaya pengendalian pembangunan yang lebih terinci perlu disusun Peraturan Zonasinya.

Oleh karena dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun disebutkan bahwa Kawasan Perkotaan Pamatang Raya adalah kawasan perkotaan yang akan cepat mengalami pertumbuhan dan perkembangan, maka setelah disusun rencana detail tata ruang perlu dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan ini adalah menyiapkan perwujudan ruang dan menjaga keserasian perkembangan kawasan perkotaan, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah:

- Menciptakan keseimbangan dan keserasian penggunaan ruang

(2)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 2 dari 11 - Meningkatkan daya guna dan hasil pelayanan

- Mengarahkan pembangunan kota yang lebih tegas dalam rangka upaya pengendalian pengawasan pelaksanaan pembangunan.

- Menetapkan pedoman bagi tertib bangunan dan tertib pengaturan ruang

Sementara manfaat tersusunnya Peraturan Zonasi ini, bagi Pemerintah Daerah adalah:

- Sebagai pedoman untuk memberikan Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR);

- Sebagai pedoman untuk mengesahkan site plan (Rencana Tapak);

- Sebagai pedoman bagi pengaturan intensitas bangunan setempat;

- Sebagai pedoman bagi pelaksanaan program pembangunan.

3. Sasaran

Terwujudnya kawasan perencanaan yang berkualitas, serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan, kondisi sosial masyarakat yang mengacu pada RTRW Kabupaten dan RDTR Kawasan Perkotaan Pamatang Raya, pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

4. Lokasi

Lokasi pekerjaan adalah pada kawasan perkotaan Pamatang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun .

5. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan kegiatan ini berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Simalungun TA. 2012.

6. Nama dan Organisasi Pengguna Barang/Jasa

Nama dan Organisasi Pengguna Barang/Jasa adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Simalungun.

II. DATA PENUNJANG

7. Data Dasar

Kawasan Perkotaan Raya merupakan salah satu kecamatan dari 5 (lima) kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun. Letak geografis Kawasan Perkotaan Raya terletak antara koordinat 98053’28”-305’58” Lintang Utara dan 98044’27”-9900’23” Bujur Timur. Luas wilayah administrasi kawasan Perkotaan Raya berjumlah 1.678,84 Ha (16,78 km2) yaitu sekitar 0,38% dari luas wilayah Kabupaten Simalungun. Kawasan Perkotaan Raya memiliki 3 (tiga) Nagori yaitu terdiri dari Nagori Dalig Raya, Nagori Pamatang Raya dan Nagori Sondi Raya.

Kawasan Perkotaan Raya memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Raya Kahean/Silou Kahean

Sebelah Selatan : Kecamatan Dolog Pardamean

Sebelah Barat : Kecamatan Purba dan Dolog Silou

Sebelah Timur : Kecamatan Panombean Panei.

8. Standar Teknis

Beberapa standar teknis yang digunakan dalam menyusun rencana tata ruang ini adalah: 1. Peraturan Manteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

(3)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 3 dari 11 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

7. Permen PU No.11/PRT/M Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya.

8. Permen PU No. 41 / PRT / M Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.

9. Permen PU No. XX / PRT / M Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

9. Studi Terdahulu:

1. Penyusunan RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2029. 2. RTRW Kabupaten Simalungun

3. RDTR Kawasan Perkotaan Pamatang Raya.

10. Referensi Hukum

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

- Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

- Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

- Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

- Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kab./Kota;

- Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan;

- Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

(4)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 4 dari 11

III. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

11. Lingkup Pekerjaan Penyususunan Peraturan Zonasi

Ruang lingkup perencanaan dalam penyusunan Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Pamatang Raya meliputi wilayah yang mencakup kawasan yang mencirikan areal perkotaan, sedangkan diliineasi wilayah perencanaan adalah bagian dari wilayah perkotaan tersebut yang telah ditetapkan dalam RDTR Kawasan Perkotaan Pamatang Raya.

Peraturan Zonasi berfungsi sebagai: a. kelengkapan rencana detail tata ruang;

b. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;

c. rujukan teknis dalam pengembangan/ pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat;

d. acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;

e. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang; serta f. acuan dalam pengenaan sanksi.

Peraturan Zonasi bermanfaat dalam:

1. menjamin dan menjaga kualitas lokal minimum yang ditetapkan;

2. menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan kegunaan/penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; serta

3. meminimalkan gangguan/dampak negatif terhadap zona.

a. Komponen Materi Peraturan Zonasi

Peraturan Zonasi memuat ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimum, ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, teknik pengaturan zonasi, ketentuan pelaksanaan dan ketentuan perubahan peraturan zonasi.

b. Pengelompokkan Materi

Pengelompokan materi terdiri atas materi wajib dan materi optional. Materi wajib adalah materi yang harus ada dalam peraturan zonasi. Materi optional adalah materi yang dapat dimasukkan dalam peraturan zonasi apabila dianggap perlu.

Komponen dari materi wajib berupa:

o Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan; o Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; o Ketentuan tata masa bangunan;

o Ketentuan prasarana dan sarana minimum;

o Ketentuan pelaksanaan;

o Ketentuan perubahan peraturan zonasi. Komponen dari materi optional berupa:

o Ketentuan tambahan;

o Ketentuan khusus;

o Standar teknis;

o Tenik pengaturan zonasi.

b.1 Komponen dari materi wajib yaitu:

a.Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

(5)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 5 dari 11 Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan dirumuskan berdasarkan ketentuan maupun standar yang terkait dengan pemanfaatan ruang, ketentuan dalam

peraturan bangunan setempat dan ketentuan khusus bagi unsur

bangunan/komponen yang dikembangkan, misalnya pompa bensin, base transceiver station dan sebagainya.

Komponen Ketentuan Teknis Zonasi, terdiri dari :

Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan Sifatnya sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah Kabupaten/Kota terhadap pemanfaatan tersebut.

Klasifikasi T = Pemanfaatan Bersyarat secara Terbatas Pemanfaatan bersyarat secara terbatas mengandung arti bahwa pemanfaatannya mengandung batasan-batasan sebagai berikut:

1) pembatasan pengoperasian,baik dalam bentuk pembatasan waktu

beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu yang diusulkan;

2) pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, atau pun ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan pemerintah kota/ kabupaten dengan menurunkan nilai maksimum dan meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang dalam peraturan zonasi;

3) pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada serta mampu melayani dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah zona perumahan yang telah cukup jumlah fasilitas peribadatannya) maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diijinkan atau diijinkan terbatas dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.

Klasifikasi B = Pemanfaatan Bersyarat Tertentu Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan bersyarat tertentu, berarti untuk mendapatkan ijin, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini berupa bersyarat umum dan bersyarat spesifik.

Contoh untuk bersyarat umum antara lain:

1) penyusunan dokumen AMDAL;

2) penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemanmantauan Lingkungan (UPL);

3) penyusunan Analisis Dampak Lalu-lintas (ANDALIN)

4) mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan/atau aturan disinsentif lainnya.

Contoh untuk bersyarat spesifik yaitu mendapatkan persetujuan dari tetangga sekitarnya/ketua RT dan lain sebagainya.

Klasifikasi X = Pemanfaatan yang Tidak Diperbolehkan Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan disekitarnya.

Penentuan I,T,B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zonasi didasarkan pada:

1) Pertimbangan Umum

(6)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 6 dari 11 dampak terhadap peruntukan yang ditetapkan, kesesuaian dengan kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota diluar rencana tata ruang yang ada.

2) Pertimbangan Khusus

Pertimbangan Khusus berlaku untuk masing-masing karakteristik guna lahan,kegiatan atau komponen yang akan dibangun dan dapat disusun berdasarkan rujukan terhadap ketentuan maupun standar yang berkait dengan pemanfaatan ruang, rujukan terhadap ketentuan dalam peraturan bangunan

setempat dan rujukan terhadap ketentuan khusus bagi unsur

bangunan/komponen yang dikembangkan.

b.Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona berdasarkan batasan:

1) Koefisien Dasar bangunan Maksimum (KDB Maksimum)

Penetapan Koefisien Dasar Bangunan Maksimum didasarkan pada pertimbangan tingkat pengisian/peresapan air (KDH Minimum), kapasi sitas drainase, jenis Penggunaan Lahan.

2) Koefisien Lantai Bangunan Maksimum (KLB Maksimum)

Penetapan besar KLB Maksimum didasarkan pada pertimbangan harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan) dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan serta ekonomi dan pembiayaan.

3) Ketinggian Bangunan Maksimum

4) Koefisien Dasar Hijau Minimum (KDH Minimum)

Koefisien dasar Hijau Minimum adalah koefisien yang dapat digunakan untuk mewujudkan Ruang Terbuka Hijau dan diberlakukan secara umum pada suatu zonasi. Pertimbangan besar KDH Minimum didasar kan pada pertimbangan tingkat pengisian/peresapan air, kapasitas drainase.

Beberapa aturan lain dapat ditambahkan dalam Intensitas Pemanfaatan Ruang, antara lain :

1) Koefisien Tapak Basement Maksimum (KTB Maksimum)

Koefisien Tapak Basement Maksimum didasarkan pada batas KDH Minimum yang ditetapkan

2) Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum (KWT Maksimum)

Prinsip penetapan KWT sama dengan penetapan KTB tetapi dalam unit blok (bukan persil)

3) Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum

Kepadatan Bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan faktor kesehatan (ketersediaan air bersih, sanitasi, sampah, cahaya mata hari, aliran udara dan ruang antar bangunan), faktor sosial (ruang terbuka privat, privasi, perlindungan dan jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan), faktor teknis (resiko kebakaran dan keterbatasan lahan untuk bangunan/rumah), faktor ekonomi (biaya lahan, ketersedi aan dan ongkos penyediaan pelayanan dasar)

4) Kepadatan Penduduk Minimum

c.Ketentuan Tata Masa Bangunan

Ketentuan tata masa bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan dan tampilan bangunan pada suatu zonasi.

(7)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 7 dari 11 teknologi,estetika dan parasarana dan jarak bebas antar bangunan minimum yang harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukkan dan ketinggian bangu nan serta tampilan bangunan (optional) yang mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan,tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan serta keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

d.Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum

Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman dengan menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.

Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, bongkar muat, dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan serta kelengkapan prasarana lainnya yang dianggap perlu untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.

Materi aturan merujuk pada ketentuan prasarana yang diterbitkan oleh instansi teknis terkait.

e.Ketentuan Pelaksanaan

Ketentuan pelaksanaan terdiri dari:

1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan kelu wesan aturan yaitu yang mengatur kelonggaran yang diberikan untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan tanpa perubahan berarti pada peraturan zonasi. 2) ketentuan insentif/ disinsentif yaitu ketentuan yang memberikan insentif bagi

pembangunan yang sejalan dengan tata ruang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas serta ketentuan disinsentif bagi pembangunan yang menyimpang dan memberikan dampak nega tif bagi masyarakat luas.

Altenatif bentuk insentif antara lain adalah kemudahan izin,keringanan pajak, kompensasi, imbalan, pola pengelolaan, subsidi prasarana, pengalihan hak membangun dan ketentuan teknis lainnya,sedangkan alternatif bentuk disinsentif antara lain adalah perpanjangan prosedur, perketat persyaratan, pajak tinggi, restribusi tinggi, denda,pembatasan prasarana dan lain sebagainya.

3) ketentuan untuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi dimana penggunaan lahan tersebut sudah ada sebelum peraturan zonasi ditetapkan.

Ketentuan ini dapat diberlakukan bila penggunaan lahan yang tidak sesuai tersebut terbukti memiliki izin yang sah, diperbolehkan untuk tidak sesuai untuk jangka waktu tertentu atau dibatasi perkembangannya atau ditarik izinnya dengan memberikan ganti rugi sesuai dedengan peraturan perundangan yang berlaku.

b.2 Komponen dari materi optional yaitu:

a. Ketentuan Tambahan

Ketentuan tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu zonasi dan belum terakomodasi dalam aturan dasar yang ditujukan untuk melengkapi aturan dasar yang sudah disusun.Ketentuan tamba han berfungsi memberikan penyelesaian pada kondisi yang spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.

(8)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 8 dari 11 Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.

Komponen Ketentuan Khusus dapat terdiri dari : 1) Zona Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP); 2) Zona Cagar Budaya/Adat;

3) Zona Rawan Bencana; 4) Zona Militer;

5) Zona Pusat Penelitian; 6) Zona Pengembangan Nuklir; 7) Zona PLTA, PLTU;

8) Zona Gardu Induk Listrik; 9) Zona Sumber Air Baku; 10) Zona BTS.

Aturan khusus terkait komponen diatas merujuk pada aturan teknis yang diterbitkan oleh instansi terkait atau peraturan daerah setempat.

c. Standar Teknis

Standar teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/ standar/ ketentuan teknis yang berlaku dan berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan standar teknis adalah memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona. Standar Teknis dirumuskan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau ketentuan-ketentuan lain yang bersifat sektoral dan lokal serta berdasarkan hasil penelitian untuk aspek yang belum diatur dalam standar.

d. Teknik Pengaturan Zonasi

Teknik pengaturan zonasi adalah varian dari zonasi konvensional yang dikembangkan untuk memberikan keluwesan dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dilapangan dan penerapan peraturan zonasi dasar.

Teknik pengaturan zonasi berfungsi dalam memberikan keluwesan pada penerapan peraturan dasar yang disesuaikan dengan karakteristik, tujuan pengembangan dan permasalahan yang dihadapi pada zona tertentu dan memberikan pilihan penanganan pada lokasi tertentu sesuai dengan karakteristik dan tujuan pengembangan zona.

Ketentuan yang diberlakukan harus merujuk kepada referensi, literatur, kesepakatan dan penelitian khusus sesuai kebutuhan. Teknik pengaturan zonasi ini bersifat optional dalam penyusunannya tergantung oleh kebutuhan daerah masing-masing.

12. Keluaran

Keluaran dari kegiatan ini adalah berupa Dokumen Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Pamatang Raya, yang mengacu kepada Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun .

(9)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 9 dari 11 a. Keluaran kegiatan-kegiatan sebelumnya berupa hasil studi, perencanaan, peta dasar,

serta program yang terkait dengan kegiatan ini.

b. Ruang Diskusi

c. Staf pengawas / Staf Teknis

Dalam pelaksanaan tugas, penyedia jasa akan diawasi dan didampingi oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau staf yang diangkat oleh PPTK dalam pelaksanaan jasa konsultasi.

14. Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultan

a. Instrumen Survey

b. Alat-alat Presentasi

c. Data dan Peta Dasar

15. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa Konsultan

1. Persiapan

Pada tahap ini pelaksanaan pekerjaan melakukan persiapan yang berkaitan dengan pekerjaan. Persiapan yang dilakukan meliputi:

 Persiapan Administrasi

Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah kelengkapan administrasi yang harus disediakan sesuai dengan kebutuhan administrasi pekerjaan baik berupa dokumen pekerjaan maupun surat menyurat.

 Persiapan Teknis

Pada tahapan ini yang perlu dilakukan adalah persiapan yang berkaitan dengan teknis pekerjaan termasuk pembuatan jadwal pekerjaan dan mobilisasi tenaga pelaksana pekerjaan.

2. Survey

Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan mulai melakukan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan pekerjaan yang akan dilaksanakan baik dari instansi terkait maupun peninjauan ke lapangan.

Metoda yang dapat dipergunakan dalam tahapan ini dapat berupa survey guna mendapatkan data primer atau dengan menggunakan studi literatur baik dari produk sejenis yang sudah ada maupun bahan bacaan lainnya sehingga dapat mempertajam hasil pekerjaan.

3. Kompilasi Data

Pada tahap ini kegiatan pekerjaan merupakan pekerjaan studio dimana pelaksana pekerjaan melakukan pemilihan dan pemilahan data yang telah didapat dilapangan dan merupakan data terbaru hasil survey yang telah dilakukan.

4. Tahap Analisa

(10)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 10 dari 11 Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya.

5. Penyusunan Peraturan Zonasi

16. Perkiraan Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama 60 (Enam Puluh) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

17. Personil

Posisi Tenaga Ahli Kualifikasi

Pendidikan

Pengalaman (Tahun)

Team Leader/Perencanaan Wilayah & Kota S2. Planologi 7

Ahli Prasarana & Infrastruktur S1 Sipil 5

Ahli Kelembagaan/Hukum S1. Hukum 5

18. Jadwal setiap Tahapan Pekerjaan

No Tahapan Pekerjaan Bulan I Bulan II

1 Persiapan

2 Penyusunan Lap. Pendahuluan

3 Survey dan Kompilasi Data

4 Penyusunan Lap. Data dan Analisa

5 Penyusunan Lap. Draft Peraturan Zonasi

6 Penyusunan Lap. Peraturan Zonasi

IV. LAPORAN

19. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan merupakan laporan awal yang memuat gambaran awal kegiatan serta metodologi pelaksanaan pekerjaan. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 7(tujuh) buku.

20. Laporan Data dan Analisis (Laporan Sementara)

(11)

KAK ZONASI PEMATANGRAYA , Halaman 11 dari 11 21. Laporan Peraturan Zonasi

Laporan Peraturan Zonasi merupakan penyempurnaan dari Laporan Sementara setelah dilakukan presentasi atau diskusi. Laporan disajikan dalam kertas ukuran A4 dan album gambar warna uk. A1. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku.

Semua Laporan dan peta dimasukan ke format DVD/CD, yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan Sementara, Laporan Akhir (Peraturan Zonasi), Data-data hasil survey dan data lainnya. DVD/CD harus diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kelendar sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buah.

V. HAL-HAL LAIN

23. Produksi Dalam Negeri

Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan kak ini harus dilakukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 kak dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

24. Persyaratan Kerjasama

Karena ruang lingkup pekerjaan merupakan pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan tekologi tinggi maka tidak ada persyaratan kerjasama.

25. Pedoman Pengumpulan Lapangan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Pedoman Observasi (Pengamatan)

- Data Dokumentasi

- Data Lainnya

26. Alih Pengetahuan

Penyedia jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil Kuasa Pengguna Anggaran Bidang Penataan Ruang.

27. Tambahan

- Dalam penyusunan Laporan, acuan utama adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Simalungun dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Pamatang Raya.

- Laporan dituliskan pada kertas ukuran A4, dengan Spasi 1,5 dan margin 3 cm.

- Ditulis dengan menggunakan jenis tulisan standart (mudah dibaca).

- Demikian kerangka acuan kerja (Term of Reference) ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Pamatang Raya, .,...2012

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Simalungun

Pejabat Pembuat Komitmen

Ir. JAN WANER SARAGIH, M.Si HENRY TAMPUBOLON, SH

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga didukung penelitian Primantara (2015), Rustiarini dan Sugiarti (2013). Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh variabel kompleksitas operasi

Berdasarkan rumus Sabine, dapat dikembangkan suatu persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung berapa luasan absorber dengan nilai koefisien serap bunyi tertentu

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penelitian itu disatukan dengan kata lain sehingga

Qawlan layyina ini adalah etika komunikasi yang diimbangi dengan sikap dan perilaku yang baik, lemah lembut, tanpa emosi dan caci maki, atau dalam bahasa

Berdasarkan Tabel 2, hasil pengujian menunjukkan bahwa secara bersama-sama orientasi kepemimpinan, inovasi proses, inovasi produk, implementasi inovasi, dan size mempunyai pengaruh

Pada penelitian ini juga dilakukan pengkondisian ekstrim terhadap jumlahmetanol nisbah (1:10) dan katalis yang digunakan (1,4% NaOH) untuk melihat apakah hal tersebut

Perancangan sistem aplikasi SPMB berbasis SMS Gateway dan WAP ini, maka dapat memudahkan penyampaian informasi hasil kelulusan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

Kalau Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi penuh kemunafikan, maka itu tidak perlu disang- sikan oleh siapapun karena Tuhan adalah pribadi yang