ANAK GIFTED DAN PERMASALAHANNYA
Orang tua mana yang tidak ingin memiliki anak gifted, atau lebih dikenal sebagai anak superior, genius itu? Namun orang tua mana pula yang ingin memiliki anak yang pemalas; boros, sukar diatur dan tidak sabaran? Kedua pertanyaan di atas memang perlu disajikan secara bersama. Karena memang obyek masalah kita kali ini adalah berpotensi untuk mengungkap kedua pertanyaan di atas.
Anak gifted dengan taraf kecerdasan 140 kie atas, adalah menarik untuk dikenali, baik karakteristik maupun permasalahannya. Bahkan berkaitan dengan ciri serta masalahnya, sering lahir pertanyaan baru, yakni: Benarkah anak gifted adalah satu karunia atau cemas? Adalah satu karunia atau malah bencana?? Pertanyaan yang memang kontradiktif sekali sifatnya ini, kiranya akan menjadi jelas, setelah kita mengenali anak gifted itu.
Karakteristiknya.
Karakteristik anak gifted akan mudah dikenali di dalam klinik-klinik. Termasuk dalam golongan ini adalah anak-anak yang kerap dikatakan “terlalu tua untuk umurnya”. Karena minat serta berkecenderungannya memang membuat mereka tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Mereka berfikir lebih cepat, mahir dan kaya akan perbendaharaan kata-kata, membaca lebih cepat dan jenis bacaannya, macam-macam, termasuk pula kamus; ensiklopedi – sering kebiasaan membaca mereka membuat kekaguman orang di sekelilingnya. Sebagai tambahan mereka suka akan hal-hal yang abstrak.
Di dalam ciri-ciri fisik maka biasanya anak gifted akan lebih tinggi, lebih kuat dari rata-rata seumurnya. Mereka mulai berjalan, berbicara dan mengenali obyek-obyek lebih dahulu pada umur yang lebih muda dari rata-rata. Secara umum anak gifted memiliki kondisi fisik yang lebih baik ketimbang anak-anak biasa, baik melalui pengukuran badan, riwayat kesehatan maupun test medis.
Pengenalan akan lebih dalam lagi, bila memperhatikan pola-pola tingkah laku mereka. Sesuai usia mentalnya, mereka lebih suka teman main yang lebih tua. Mereka sendiri sangat aktif bermain. Seringkali mereka mengambil peranan dan piosisi selaku pemimpin di lingkungan teman-temannya. Secara sosiologis maka mayoritas dari anak figted berasal dari status sosial ekonomi yang menengah sampai atas. Hal ini mudah dimaklumi mengingat kemudahan yang mereka terima, seperti faktor gizi dan pendidikan relatif adalah lebih baik. Namun di Amerika banyak anak-anak gifted berasal dari anak-anak buruh, demikian pula di Eropa. Namun jelas bahwa pada umumnya anak gifted dilahirkan di lingkungan kota-kota besar. Dan sebagai tambahan dapat dikatakan bahwa anak-anak tersebut berasal dari para orang tua yang berstatus mental tinggi dan cenderung dari keluarga yang kecil jumlahnya.
Permasalahannya.
Adalah menarik bahwa ternyata dengan kondisi psikofisik yang menguntungkan itu, tidaklah menjamin kesuksesan anak gifted di masyarakatnya, kesuksesan dalam artian welladjusted/ penyesuaian diri yang baik. Kelebihan yang dimilikinya justru sering diimbangi tingkah laku yang neurotis. Mereka mudah cemas dan sangat tidak sabaran. Ketidak sabaran akan semakin jelas saat menghadapi orang lain yang tidak mampu mengikuti jalan pemikirannya. Selain itu faktor kemalaan dan kurangnya penghargaan akan waktu serta uang adalah ciri negatifnya yang lain. Di dalam masa sekolahnya, mereka kurang memperhatikan pelajaran-pelajaran di sekolah, karena itu sering menjadi biang keladi di kelas. Kemalasannya sering berwujud akibat prestasi yang rendah. Rasa kesal dan bosan kerap menghinggapinya tatkala mendengarkan keterangan gurunya, karena pengetahuannya yang lebih luas membuatnya dapat mengerti terlebih dahulu apa-apa yang hendak diterangkan gurunya. Oleh sebab itu, agak sulit menemukan anak gifted di sekolah. Newton dikenal sebagai anak yang in-aktif, lamban oleh gurunya. Charles Darwin disebut oleh ayah maupun kepala sekolahnya sebagai anak yang tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata. Biasanya baik atau tidaknya prestasi dalam suatu pelajaran akan tergantung dari suka atau tidaknya anak gifted terhadap pelajarannya tersebut.
Dalam pola tingkah lakunya, sangat sering mereka menampakkan tingkah yang indisipliner, sukar diatur dan nonkooperatif, kehidupan emosinyapun umumnya adalah labil.
takut menghadapi genius kecil ini, sehingga orang tua tidak pernah menghukum atau menahan apa-apa dan sebagainya, akhirnya berakibat tingkah laku yang terlalu menuntut, agresif. Pada sisi lain faktor eksplotasi dari orang tua pada anaknyapun akan berakibat buruk. Tuntutan yang terlalu banyak akan kemampuan anak akan berarti sebagai tekanan, hilangnya kebebasan bagi si anak. Dalam beberapa kasus lain maka sering dijumpai guru-guru yang malah bersikap negatif terhadap muridnya yang superior. Akibat y selalu jelas, si murid tidak lagi bersemangat untuk bersekolah.
Banyak lagi contoh-contoh daripada negatifnya anak gifted. Bahkan pada beberapa kasus ekstrim sering ditemukan bahwa “kepala gang” dari kelompok juvenile diliquent adalah anak gifted. Bukan hal yang terlalu aneh bila ada orang tua yang mengeluh di klinik bahwa anaknya tidak bisa diharapkan, pemalas, boros, seenaknya --- ternyata setelah melalui fase pemeriksaan psikologis, ditemukan bahwa mereka tergolong gifted child.