• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah IPU Gangguan Kesehatan Akibat Ko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah IPU Gangguan Kesehatan Akibat Ko"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU PENYAKIT UMUM

Gangguan Kesehatan Akibat

Pola Konsumsi Makanan dan Minuman

Disusun Oleh:

Nurafian Majiid P. 25010113140241

Achmad Rizki Azhari 25010113140258

Adha Triyanto 25010113140274

Ade Yuny Afriyanty 25010113130275

Dhita Ayu Fauziah 25010113130282

Berta Yurezka 25010113130283

Kristian Yudhianto 25010113140312

Lirih Setyorini 25010113140320

Kelas: D2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Gaya hidup sehat adalah suatu pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan. Hidup dengan pola makan,aktivitas, pikiran, kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik bagi tubuh.

Penyakit adalah proses fisik dan patofisiologis yang dapat menyebabkan keadaan tubuh dan atau pikiran menjadi abnormal. Saat terjadi sesuatu yang salah, tubuh cenderung mengirimkan berbagai gejala peringatan. Tapi anehnya bukannya diperhatikan, gejala-gejala ini malah seringkali diabaikan. Padahal sudah banyak studi yang membuktikan bahwa akar dari berbagai masalah kesehatan sebagian besar berasal dari pola atau kebiasaan makan yang buruk sehingga mengakibatkan seseorang mengalami kurang dan kelebihan gizi. Namun masalah ini biasanya tidak muncul dalam waktu singkat, tapi berangsur-angsur dari waktu ke waktu sehingga sulit dideteksi. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan membahas beberapa gangguan kesehatan akibat pola konsumsi makanan/minuman. Sehingga dapat diketahui akibat-akibat yang timbul akibat pola makan dan minum yang salah serta langkah pencegahannya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan bagaimana patofisiologi serta langkah pencegahan dari penyakit Anisakiasis?

2. Apa definisi dan bagaimana patofisiologi, factor risiko, serta langkah pencegahan dari penyakit kanker payudara?

3. Apa definisi dan bagaimana patofisiologi, factor risiko, gejala, serta langkah pencegahan dari penyakit jantung koroner?

(3)

1.3. Tujuan

1. Dapat mengetahui definisi, patofisiologi , dan langkah pencegahan dari penyakit Anisakiasis?

2. Dapat mengetahui definisi patofisiologi, factor risiko, dan langkah pencegahan dari penyakit kanker payudara

3. Dapat mengetahui definisi patofisiologi, factor risiko, gejala, dan langkah pencegahan dari penyakit jantung koroner

(4)

Bab II

Pembahasan

2.1. Penyakit Anisakiasis Akibat Mengkonsumsi Ikan Mentah

A. Definisi

Akhir-akhir ini, konsumsi seafood dan produk makanan hasil laut terutama ikan, makin meningkat. Jenis makanan itu mendapat tempat dihati pencinta kuliner karena alasan tingginya kandungan protein, rasanya yang sedap serta biasanya disajikan dalam keadaan segar. Jepang, Spanyol dan negara-negara Skandinavia dikenal sebagai konsumen nomor satu jenis makananmakanan produk laut. Disisi lain, sering terjadi reaksi alergi pada orang dengan riwayat hipersensitivitas, akibat makan seafood, terutama ikan. Alergi ikan banyak ditemukan pada orang dewasa yang banyak mengkonsumsi ikan/produk laut. Sekali terjadi alergi biasanya akan menetap sehingga menghalanginya untuk mengkonsumsi produk laut dikemudian hari. Hipersensitivitas itu biasanya terjadi pada satu jenis makanan seafood tertentu misalnya udang. Keadaan yang mirip dengan alergi akibat seafoodsering terjadi pada anisakiasis yang sering didiagnosis sebagai alergi akibat makanan laut dan akhirnya menyebabkan salah penanganan. Anisakiasis, pada manusia umumnya bersifat akut dan terjadi akibat mengkonsumsi seafood (terutama ikan yang berasal dari laut dalam) mentah atau dimasak kurang matang.

B. Pafisiologi Anisakiasis

Sensitisasi terhadap antigen A. Simplex merupakan masalah medis yang banyak dilaporkan. Hal itu menjadi masalah, antara lain berkaitan dengan dengan diagnosis yang tidak mudah karena gejala klinisnya sering tidak khas. Pemahaman akan patogenesis larva A. simplex akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanganan gejala klinis pasien.

(5)

cukup kuat dan dapat menimbulkan gejala. Secara umum, infeksi parasitik oleh cacing ditandai dengan respons immunomodulatorik dan reaksi alergi. Agar dapat bertahan dalam tubuh inangnya, cacing

harus dapat ‘mengelabui’ sistem kekebalan inang sebagai bagian

dari sistem pertahanannya, sehingga sistem kekebalan gagal mengenalinya sebagai ancaman bagi inang.

Caranya antara lain dengan berada dalam lokasi yang sulit dijangkau sistem kekebalan inang, memiliki kemiripan molekuler dengan inang (molecular mimicry) atau dengan menekan (down regulation) respons imun dengan mensekresi beragam molekul yang bersifat imunomodulator. Molekul tesebut bisa memperkuat atau sebaliknya menekan respons imun, diantaranya dengan merusak toleransi sel T yang menyebabkan implikasi medis serius, misalnya reaksi autoimun, tidak adanya toleransi terhadap antigen oral, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi sekunder dan menurunkan efektivitas vaksin yang diberikan.

Kemampuan memodulasi respons imun tidak hanya tergantung pada infeksi oleh parasit hidup karena antigen yang berasal dari parasit, apapun stadiumnya dan kondisinya (mati/hidup), ternyata memiliki sifat imunomodulatorik yang sama. Hal itu menjelaskan mengapa ayam yang diberi makan pellet berbahan baku hasil olahan ikan yang mungkin tercemar L3 A. Simplex juga sama alergeniknya dengan makan ikan tercemar yang mentah atau tidak dimasak matang.

(6)

kekebalan inang untuk mempertahankan keberadaan nya dalam tubuh inang.

Respons Protektif Umum Terhadap A. simplex

Secara alamiah, tubuh manusia normal memiliki kemampuan mengatasi kecacingan terutama cacing usus. Pada individu normal, infeksi cacing segera mengaktifkan antigen presenting cell (APC) yang akan merangsang dikeluarkannya T helper O (Th0) sehingga kemudian respons kekebalan akan berkembang ke arah Th2 yang menghasilkan antara lain Interleukin-4 dan -5 (IL-4 dan IL-5). Respons protektif yang dihasilkan dengan dibentuknya sitokin Th2 kemudian menyebabkan timbulnya mastositosis, respons Immunoglobulin E (IgE) dan eosinofilia yang menjadi ciri khas reaksi alergi/hipersensitivitas dan respons imun terhadap cacing.

Di negara dengan konsumsi ikan mentah tinggi, seperti Jepang dan Spanyol, telah dilaporkan tingginya prevalensi reaksi alergi yang dimediasi IgE anti A. simplex sangat tinggi. Konsumsi ikan di Jepang rata-rata mencapai 239 gram per orang perhari, sementara di daerah BasqueSpanyol rata-rata 90 gram ikan/orang /hari dan untuk keseluruhan Spanyol angka ratarata adalah 85 gram.

Kedua negara tersebut jauh melebihi negara manapun dalam hal konsumsi ikan, dan ternyata sebagian besar dikonsumsi dalam keadan mentah dan atau dimasak kurang matang. Itu sebabnya sensitasi terhadap A. simplexsangat tinggi di kedua negara tersebut. Sensitisasi yang dimediasi IgE anti A. simplexditimbulkan oleh antigen yang tidak berhubungan dengan protein ikan dan juga tidak dipengaruhi oleh cara memasak atau cara pendinginan untuk mengawetkan ikan.

(7)

atau cacing dewasa tetap dapat menimbulkan penyakit. Hal itu dibuktikan dengan hasil penelitian Moneo et al.,

Pasien dengan hasil positif pada uji tusuk (skin prick test) terhadap antigen L3 A. simplex yang telah dimasak ternyata juga memberikan hasil yang sama seperti terhadap antigen yang berasal dari larva hidup. Hal itu menjelaskan terjadinya sensitisasi ganda terhadap antigen yang berbeda. Hipotesis Ventura et al., menyatakan respons hipersensitivitas tipe cepat yang dimediasi IgE anti A. simplexterjadi segera setelah penetrasi larva kedalam mukosa lambung yang diikuti oleh kematian larva. Larva yang mati akan melepaskan materi antigenik yaitu antigen somatik. Hal itu menyebabkan sensitisasi dan reaksi alergi/hipersensitifitas tipe cepat segera setelah kontak dengan ikan terinfeksi meskipun telah dimasak matang namun tetap mengandung larva yang sudah mati.

Sensitisasi terjadi segera setelah makan ikan tercemar. Larva yang masih hidup dapat menyebabkan sensitisasi dengan cara mempenetrasi mukosa lambung dan melepaskan protein ekskresi-sekresi, protein alergenik utama yang diproduksi A. simplex.

Alergen yang mungkin berperan dalam adverse reaction adalah alergen yang memiliki resistensi tinggi terhadap pemanasan dan digesti oleh enzim pepsin. Selain respons imunologis terhadap antigen daging ikan, pernah juga dilaporkan kasus dermatitis kontak akibat kontak langsung dengan cacing/larva pada individu yang sering berkontak dengan ikan seperti pada pekerja di perusahaan budidaya dan pengawetan ikan laut bahkan juru masak. Dalam kasus itu, reaksi imunologis yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas yang dimediasi sel (cell mediated hypersensitivity).

C. Pencegahan Penyakit Anisakiasis

(8)

spesies ikan air tawar. Bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh mikroba ini yaitu jenis ikan segar seperti cod, kapur sirih dan haddock, ikan herring, monkfish, makarel, salmon dan jenis ikan yang lain. Namun beberapa spesies juga ada yang mengandung mikroba ini seperti cumi-cumi. Jika ikan dimakan mentah atau kurang matang maka akan menyebabkan infeksi pada manusia sebaliknya jika ikan dibekukkan terlebih dahulu maka larva akan cepat mati.

Karena larva dapat bermigrasi dari jeroan ikan yang terinfeksi ke dalam otot jaringan setelah kematian, adalah penting untuk memastikan bahwa memusnahkan ikan sesegera mungkin setelah penangkapan untuk meminimalkan migrasi ini. Ikan yang akan dimakan mentah atau dimasak sebentar harus dibekukan pada - 200C atau kurang, selama setidaknya 24 jam untuk membunuh larva. Ini juga harus berlaku pada ikan dimaksudkan untuk pengasapan dingin, fermentasi, atau direndam sebelum dikonsumsi. Proses pengasapan panas di mana suhu internal minimal 600C akan menghancurkan larva, seperti memasak dengan suhu 700C selama minimal 2 menit. Namun, dimasak dan dibekukan ikan mungkin masih menyebabkan reaksi alergi, seperti alergen tampaknya cukup stabil terhadap panas.

(9)

2.2. Penyakit Kanker Payudara Akibat Mengkonsumsi Makanan Bersifat

Karsinogen

A. Definisi

Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2009).

Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang tidak terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang berusia 40 tahun (Uripi, 2002). Faktor risiko kanker kolorektal lebih sering terdapat pada gaya hidup masyarakat di perkotaan, diantaranya ialah gaya hidup masyarakat, obesitas, diet tinggi lemak, konsumsi daging merah, konsumsi makanan olahan, kurangnya konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan kurangnya olahraga secara teratur dan terukur. Beberapa penelitian bahkan memaparkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayuran merupakan faktor risiko utama dari kanker kolorektal (Manggarsari, 2013).

(10)

yang disebut tumor. Pada waktu sel yang abnormal tumbuh, pembuluh darah memberi gizi pada tumor untuk menunjang pertumbuhannya. Pada akhirnya tumor menyerang pada bagian yang sehat dan menyebar yang disebut tumor ganas atau kanker. (Tuti Soenardi, 2005)

Faktor makanan yang menjadi inisiator atau awal mulanya berkambang kanker misalnya, makanan yang di asap, makanan yang di asinkan yang menghasilkan nitrosamine yang karsinogenik yang menyebabkan kanker lambung. Selain sebagai inisiator, terdapat makanan yang sebagai promotor yaitu makanan yang mempercepat perkembangan kanker misalnya konsumsi lemak yang berlebihan dan alcohol.

(11)

B. Patofisiologi

Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam tubuh manusia itu sendiri. Kanker kolorektal khususnya, memiliki hubungan terhadap kondisi feses dari individu, serta riwayat penyakit yang diderita, dimana kondisi tersebut merupakan dampak dari faktor risiko yang ada pada individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kanker pada kolon dan rektum dapat diawali dengan adanya riwayat polip pada individu. Polip merupakan massa dari jaringan yang menonjol pada lumen usus. Polip yang tidak diatasi atau dilakukan intervensi, dapat berubah menjadi maligna. Polip yang telah berubah menjadi ganas tersebut akan menyerang dan menghancurkan sel yang normal dan meluas di jaringan sekitarnya (Manggarsari, 2013).

Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker pada tubuh. Efek karsinogen akan semakin meningkat apabila mendapat penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi untuk menyebabkan proliferasi sel kanker. Kurangnya asupan antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan sayuran yang mengandung antioksidan (seperti vitamin E, vitamin C, dan beta karoten) dapat mengurangi perlindungan sel terhadap efek karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki enzim aktif yang dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang sehat (Manggarsari, 2013).

(12)

lemak seperti daging. Feses yang mengandung banyak lemak dapat mengubah flora dalam feses menjadi bakteri Clostrida & Bakteriodes yang mempunyai enzim 7-alfa dehidrosilase yang mencerna asam menjadi asam Deoxycholi dan Lithocholic (yang bersifat karsinogenik) meningkat dalam feses (Manggarsari, 2013).

Massa kanker yang terdapat pada kolon ataupun rektum akan menyebabkan adanya sumbatan atau obstruksi, yang mengakibatkan evakuasi feses yang terhambat atau tidak lengkap setelah defekasi. Akibat lebih lanjutnya ialah konstipasi, distensi atau nyeri abdomen, hingga feses berdarah. Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak dini dan dibiarkan, maka besar kemungkinan sel kanker akanmelakukan metastasis. Metastasis pada sel kanker kolorektal terdiri dari penyebaran langsung, penyebaran limfogen, dan hematogen (Manggarsari, 2013).

C. Faktor Risiko Kanker Payudara

Kanker Payudara dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, antara lain : 1. Diet yang tidak sehat/tidak seimbang

Pola makan yang tidak seimbang yang menyebabkan risiko munculnya penyakit kanker antara lain kebiasaan makanan cepat saji (fast food).

2. Konsumsi alkohol 3. Usia

4. Genetik

5. Hormon Estrogen

6. Rendahnya aktifitas fisik

Aktifitas fisik yang ideal adalah 30-45 menit/hari. 7. Kebiasaan merokok

8. Obesitas

(13)

hubungan yang bermakna antara terjadinya kanker payudara dengan berat badan yang berlebih, diet yang tidak seimbang serta kurangnya aktifitas. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasae Indonesia (RISKESDAS) tahun 2007, kejadian kanker payudara pada obesitas dengan usia > 15 tahun sebanyak 10,3 %, overweight pada wanita 6-14 tahun sebanyak 6,4 %, dan laki-laki 6-14 tahun sebanyak 9,5 %. Sedangkan berdasarkan Data WHO, kejadian obesitas usia 5-17 tahun sebanyak 10 %.

D. Pencegahan Kanker Payudara

1. Menyusui >2 th, ASI ekslusif sampai dengan 6 bulan.

2. Menjaga Indek Masa Tubuh (IMT) pada umumnya berkisar 20-25 kg/m2, cara menghitung IMT = BB/(TB²) dalam meter. World Cancer Research Found tahun 2007 menganjurkan IMT 21-23 kg/m2.

3. Menghindari alcohol.

4. Membuat aktifitas fisik menjadi kegiatan sehari-hari, seperti berjalan di sekitar rumah atau tempat kerja selama 30-45 menit sehari. Olah raga teratur dapat menurunkan produksi hormone estrogen pemicu kanker.

5. Mengurangi kegiatan nonton TV, computer, game, dan internet yang berlebihan.

6. Membiasakan diri mengkonsumsi makanan seimbang (Healthy Diet), yaitu:

a) mengurangi makan padat kalori, seperti cake, biskuit, soft drink, makanan cepat saji, karena cepat menaikan berat badan

b) mengkonsumsi produk nabati,seperti kacang-kacangan c) mengkonsumsi daging merah 3-4 X/minggu

d) mengkonsumsi minimal sayur dan buah sebanyak 5 porsi/hari (Go Green)

(14)

f) mengkonsumsi bahan makanan sumbe kalsium dan vitamin D dalam jumlah cukup

g) dianjurkan untuk menggunakan bumbu bawang putih dan kunyit h) dianjurkan mencukupi zat gizi dari natural food, tubuh tidak

memerlukan suplement bila makanan seimbang dan dikonsumsi sesuai kebutuhan

Faktor makanan dapat juga bersifat antipromotor. Penelitian epidemiologi mengemukakan hubungan antara mengkonsumsi buah-buahan dengan sayur-sayuran dengan rendahnya kejadian kanker. Buah-buahan dan sayuran diketahui banyak mengandung serat, zat antioksidan misalnya beta karoten,vitamin C dan E serta phytokimia. Bila banyak mengkonsumsi banyak serat, maka waktu lewatnya sisa makanan keluar lewat kolon lebih cepat, sehingga mengurangi kemungkinan kontak antara zat karsinogen dengan kolon.

Antionsidan (beta karoten,vitamin C dan E), dapat melindungi kerusakan sel dan jaringan akibat radikal bebas, sehingga mengurangi risiko kanker. Sedangkan phytokimia pada umumnya dapat mengaktifkan enzim yang mampu menghancurkan karsinogen.

Lalu prinsip makanan sehat untuk mencegah kanker adalah dengan menghindari atau menurunkan sekecil mungkin konsumsi bahan-bahan yang bersifat karsinogenik dan mengkonsumsi sebanyak mungkin makanan yang bersifat antikarsinogenik serta menerapkan mengkonsumsi makanan yang seimbang. (Vera Uripi. 2005)

2.3. Penyakit Jantung Koroner (PJK) Akibat Mengkonsumsi Junk Food Berlebih

A. Definisi

(15)

terkena sehingga fungsinya terganggu (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993).

Aterosklerosis adalah suatu kondisi berupa pengumpulan lemak (lipid) di sepanjang dinding arteri. Aterosklerosis dimulai pada masa kanak-kanak dengan akumulasi lipid yang terlokalisasi dalam intima arteri yang disebut fatty streak (garis-garis lemak) (Candra, 2014). Sampai dengan usia paruh baya, beberapa fatty streak ini berkembang menjadi plak aterosklerotik, lesi lokal dimana dinding arteri jelas abnormal (Candra, 2014).

Salah satu kesalahan pola makan adalah lebih suka mengkonsumsi junk food. Secara harfiah, junk food berarti makanan sampah atau makanan rongsokan karena tidak mengandung gizi yang memadai bagi tubuh, bahkan bisa menimbulkan penyakit (Republika, 2011).

Biasanya, yang menjadi sasaran junk food adalah fast food (makanan cepat saji). Namun, banyak ahli gizi yang menyatakan bahwa tidak semua fast food itu termasuk junk food. Sebab, diantara makanan cepat saji ada yang masih mengandung gizi. Adapun yang paling penting adalah pengaturan frekuensi makan agar tidak mengkonsumsinya secara berlebihan. Junk food jika menimbulkan berbagai problem penyakit terutama penyakit jantung koroner lantaran mengandung lemak tinggi dan dikonsumsi secara berlebihan (Republika, 2011).

B. Patofisiologi

(16)

Aliran darah miokardium berasal dari dua arteri koronaria yang berasal dari aorta, biasanya arteri koronaria kanan memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan, dan arteri koronaria kiri sebagian besar memperdarahi ventrikel kiri (Sri, 2011). Saat aktivitas fisik atau stres, kebutuhan oksigen pada mikardium akan meningkat. Untuk memenuhi kebutuhannya maka perfusi dari arteri koronaria dapat ditingkatkan sampai 5 kali dari pefusi saat istirahat keadaan ini disebut coronary reserve. Karakteristik dari penyakit jantung koroner adalah penurunan dari coronary reserve dengan penyebab utama penyempitan arteri coronaria akibat aterosklerosis (Sri, 2011).

Terdapat berbagai hipotesis tentang patogenesis terjadinya aterosklerosis antara lain teori infiltrasi lemak, kerusakan endotel, monoclonal, serta clonal senescence (Sri, 2011). (1) Menurut teori infiltrasi lemak, sebagai akibat kadarlow-density lipoprotein (LDL) yang tinggi didalam plasma maka terjadi peningkatan pengangkutan lipoprotein plasma melalui endotel. Peninggian kadar lemak pada dinding pembuluh darah akan menyebabkan kemampuan sel untuk mengambil lemak melewati ambang batas sehingga terjadi penimbunan. (2) teori trauma endotel terjadi akibat berbagai faktor termasuk hiperlipidemia, hipertensi, disfunsi hormonal, dll. (3) Teori monoclonal menyatakan tiap lesi aterosklerosis berasal dari sel otot polos tunggal yang bertindak sebagai sumber untuk proliferasi sel lain. (4) Teori clonal senescence didasarkan pada hubungan antara pertambahan umur dan berkurangnya aktivitas replikatif sel pada biakan.

(17)

cap diatas deposisi dari jaringan nekrotik, kristal kolesterol, dan pada akhirnya kalsifikasi pada dinding arteri. Lesi yang menebal ini yang menyebabkan infark miokardium akibat peningkatan ukuran dan obstruksi dari lumen arteri atau akibat ruptur, yang menyebabkan pelepasan substansi thrombogenik dari daerah nekrotik (Sri, 2011). Dari beberapa penelitian menunjukkan plak fibrosis pada otot polos cenderung berkembang pada daerah dimana fatty streaks terbentuk saat kanak-kanak. Plak secara umum cenderung berkembang pada arteri koroner terlebih dahulu sebelum timbul pada arteri serebral (Sri, 2011).

C. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Kondisi-kondisi medis tertentu (misalnya, diabetes), gangguan medis, kebiasaan pribadi (misalnya merokok), dan obat-obatan atau kimia diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terutama serangan jantung (Fauzi, 2010). Faktor-faktor semacam itu, yang menjadi landasan untuk masalah jantung, disebut faktor risiko koroner.

Beberapa faktor risiko seperti usia dan gender pria juga merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Riwayat keluarga yang menderita serangan jantung (faktor genetik atau keturunan) adalah faktor risiko sangat kuat, tetapi itu dapat dibatasi pada tingkat tertentu. Sebagai contoh, obesitas (kelebihan berat badan), tekanan darah tinggi, hiperlipidemia (peningkatan kolesterol atau trigliserida, atau duanya, di dalam darah), dan asap rokok yang sering ada dalam keluarga yang sama, namun gaya hidup dan kebiasaan makan tertentu sering mempengaruhi faktor-faktor ini dan dapat mempengaruhi riwayat serangan jantung pada sebuah keluarga (Fauzi, 2010).

(18)

diabetes, serta semua yang bisa diperburuk oleh gaya hidup sedentair (banyak duduk).

Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dirangkum sebagai mayor dan minor. Faktor-faktor risiko mayor mencakup (Fauzi, 2010):

• faktor genetik (keturunan), misalnya riwayat keluarga dengan penyakit arteri koroner prematur;

• usia dan jenis kelamin, misalnya pria berusia 45 tahun ke atas, dan wanita berusia 55 tahun ke atas; atau wanita dengan menopause prematur.

Faktor-faktor risiko juga mencakup (Fauzi, 2010):

• tekanan darah tinggi (140/90 mm Hg atau lebih tinggi) ;

• peningkatan lipid darah (misal, kolesterol atau trigliserida atau keduanya);

• diabetes melitus (dijelaskan lebih rinci pada Pertanyaan 28);

• merokok

• obesitas

• gaya hidup sedentair (secara fisik tidak aktif); dan

• stres emosional

Stres emosional merupakan faktor risiko utama sehingga Anda mungkin menganggapnya kurang penting karena tidak terlihat sebagai proses fisik. Akan tetapi stres semacam itu sering menaikkan tekanan darah, dan bisa menyebabkan makan berlebih atau merokok karena tekanan syaraf. Kemarahan juga tidak selalu menunjukkan tanda-tanda atau efek fisik. Namun orang muda yang marah rentan terhadap penyakit arteri koroner prematur, terutama serangan jantung.

(19)

lainnya adalah bahwa minum sejumlah besar alkohol sering menyebabkan kerusakan otot jantung.

Faktor risiko minor lainnya adalah kepribadian tipe A. Istilah kepribadian tipe A menggambarkan suatu pribadi yang memiliki ciri agresif, ambisius, dan kompetitif. Orang-orang semacam itu tampaknya lebih sering mendapat serangan jantung, tetapi teori Ini agak kontroversial.

Homocysteine adalah faktor risiko minor lainnya. Kadar homocysteine asam amino yang tingginya abnormal dalam darah dianggap menciptakan tingginya risiko penyakit arteri koroner dan stroke. Homocysteine dapat merusak saluran arteri dan berkontribusi pada penggumpalan darah. Level homocysteine berlebihan dilaporkan terjadi karena kekurangan vitamin B6, B12, dan asam folat, maka mungkin bermanfaat untuk memastikan bahwa Anda mendapat cukup vitamin ini untuk mencegah tingginya kadar homocysteine.

Depresi memiliki efek biologis yang merugikan terhadap sistem kekebalan (imun), penggumpalan darah, tekanan darah, pembuluh darah, dan irama jantung. Faktor ini bahkan dapat melumpuhkan keinginan pasien untuk memakan obat-obat jantung. Depresi dapat mengakibatkan alkoholisme yang kronis.

Bahkan karakteristik fisik dapat berkontribusi sebagai faktor minor terhadap serangan jantung. Beberapa periset mengasosiasikan pria botak, berbulu di lubang telinga, dan cuping telinga berkerut pada orang kulit putih mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit arteri koroner.

Namun faktor risiko lain tampak dalam penggunaan zat besi. Diet dengan kandungan zat besi tinggi bisa berkontribusi pada proses aterosklerosis. Sama halnya, C-reactive protein (CRP) baru saja mendapat perhatian khusus karena CRP tampaknya menjadi salah satu faktor risiko koroner yang penting.

(20)

koroner). Pengukuran tingkat CRP di dalam darah perlu dilakukan pada saat tidak ditemukannya proses radang apa pun, khususnya pilek atau flu. Sayangnya, saat ini, tidak ada terapi langsung yang tersedia untuk mengatasi kadar CRP yang tinggi dalam darah.

Beberapa studi mengemukakan bahwa faktor minor – penyebab infeksi (misalnya, mikrorganisme tertentu dan beberapa virus, seperti Helicobater pylori, bakteri yang menyebabkan bisul perut, dan dapat berkontribusi pada risiko virus herpes) – dapat berkontribusi pada resiko penyakit jantung. Akan tetapi, bakteri sendiri tidak menyebabkan penyakit arteri koroner.

D. Gejala Penyakit Jantung Koroner

Seringkali gejala pertama dari penyakit jantung koroner adalah kematian mendadak (sudden death) (35-40% kasus). Gejala lainnya (60%) adalah sakit di dada seperti ditekan-tekan, rasa sakitnya menjalar ke lengan kiri dan leher seperti tercekik. Untuk beberapa orang, gejalanya mirip masuk angin yaitu sakit di ulu hati, kadang-kadang diiringi kembung, tetapi disertai dengan denyut nadi yang lemah, cepat dan banyak keringat (Klinik Sehati, 2013).

Masa emas (golden period)-nya adalah pada dua jam pertama setelah serangan pertama. Jika lewat dua jam, komplikasinya sudah berat (Klinik Sehati, 2013). Jadi, bila Anda tiba-tiba merasakan sakit ulu hati yang berat disertai keringan dingin, denyut nadi lemah, dan cepat, banyak keluar keringat, itu bukan masuk angin. Segeralah periksakan diri anda ke dokter (Klinik Sehati, 2013).

(21)

beberapa penyakit lain seperti maopause pada wanita seperti sakit punggung, berdebar-debar, berkeringat dingin, dan sebagainya (Klinik Sehati, 2013).

Nyeri dada kiri (angina pektoris) merupakan ciri khas Gejala Penyakit Jantung Koroner. Dan juga dada serasa tertekan diikuti sesak napas. Kadang terasa ada tekanan di bahu atau leher seperti tercekik, dan nyeri di lengan kiri sampai jari-jari. Dalam beberapa kasus sakitnya malah terasa di rahang. Semua keluhan / gejala Jantung Koroner terjadi akibat penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah jantung. Penyumbatan dalam satu arteri koroner atau lebih dapat menimbulkan serangan jantung secara tiba-tiba (Klinik Sehati, 2013). Penyebabnya karena jantung meminta oksigen melebihi yang tersedia sehingga memicu serangan jantung.

Gejala jantung Koroner yang lain, Jika sistem kerja dari jantung rusak, irama normal jantung dapat menjadi kacau dan jantung mulai bergetar dengan tidak berarturan. Irama detak jantung tidak normal ini disebut sebagai aritmia yaitu penyimpangan dari irama jantung normal (Klinik Sehati, 2013). Hal ini akan menyebabkan jantung kehilangan kesanggupannya untuk memompa darah dengan efektif ke otak. Dalam waktu sepuluh menit, otak mati dan si pasien pun kemungkinan tidak tertolong lagi (Klinik Sehati, 2013).

Selama beberapa bulan sebelum serangan jantung biasanya penderita penyakit jantung koroner sering merasa sangat lelah tanpa alasan. Lalu gejala lain yaitu merasa tertekan di tengah dada selama 30 detik sampai 5 menit (Klinik Sehati, 2013). Hal lainnya adalah keringat dingin, berdebar-debar, pusing, dan merasa mau pingsan. Gejala ini tidak selalu dirasakan penderitanya. Tanda peringatan lain adalah napas tersengal-sengal pada saat berolahraga (Klinik Sehati, 2013).

E. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

(22)

1. Pencegahan primordial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor risiko PJK.

2. Pencegahan primer, yaitu upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komuniti berupa penyuluhan factor-faktor risiko PJK terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses atherosclerosis secara dini. Dengan demikian, sasarannya adalah kelompok usia muda.

3. Pencegahan sekunder, yaitu upaya mencegah keadaan PJKyang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Diperlukan perubahan pola hidup ( terhadap factor-fakror risiko yang dapt dikendalikan/factor minor) dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostic yang lebih baik dan menurunkan tingkat mortalitas.

4. Pencegahan tersier, yaitu upaya mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat atau kematian terhadap penderita PJK.

2.4. Penyakit Diabetes Akibat Konsumsi Minuman Bersoda (Soft Drink) Berlebih

A. Pengertian

(23)

Soft drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari (Australian Beverages Council, 2004) :

Sugar-sweetened soft drink merupakan soft drink dengan zat

pemanis yang berasal dari gula

Non-sugar soft drink merupakan soft drink dengan zat pemanis

yang berasal dari pemanis buatan

Air soda memiliki rumus kimia H2CO3. Untuk membuat air

soda, komponen yang paling penting adalah air dan gas karbondioksida. Air soda memang dibuat dengan melarutkan gas karbondioksida (CO2) ke dalam air.

Menurut International Journal of Clinical Practice, ada beberapa efek yang berbahaya bagi tubuh jika sudah kecanduan soda. Berikut adalah beberapa alasan untuk berhenti minum soda:

1. Soda tidak memiliki nilai gizi lain selain kalori dan kadar gula yang tinggi. Sehingga penggemar soda paling rentan mengalami kenaikan berat badan dan cenderung menjadi gemuk. Sebagian besar minuman ringan mengandung 250 kalori per 600 ml. Tidak ada konten nutrisi atau mineral di dalamnya, tetapi hanya gula dan kafein.

2. Soda adalah diuretik yang meningkatkan produksi urin. Sifat diuretik ini membuat cairan di dalam tubuh banyak keluar melalui urin, jika tidak diimbangi dengan minum air putih dapat menyebabkan hilangnya cairan tubuh atau dehidrasi.

3. Kandungan asam fosfat dalam soda yang menyebabkan sensasi kesegaran ternyata dapat mengurangi kepadatan tulang. Jika minuman ringan ini dikonsumsi terus menerus, maka tulang akan menjadi lebih rentan dan membentuk lubang seperti pori-pori. Mengalami penurunan kepadatan tulang akan memicu risiko radang sendi dan osteoporosis.

(24)

Komponen asam dari soda memiliki efek merusak pada email gigi dan membuat gigi lebih rentan terhadap kerusakan.

5. Minum minuman bersoda dalam jangka panjang dapat menyebabkan erosi pada lapisan perut yang dapat memicu masalah pencernaan seperti perut mulas, kembung gas dan lainnya. 6. Kandungan natrium pada soda tidak baik untuk kesehatan jantung. Bukti dari penelitian ini menunjukkan bahwa minum soda terlalu banyak dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan jantung juga.

7. Mengonsumsi minuman soda terus menerus juga dapat menyebabkan risiko kesehatan lainnya seperti diabetes tipe 2

karena kadar gula tinggi, memberikan efek kafein yang dikandungnya, seperti insomnia, tekanan darah tinggi dan denyut jantung tidak teratur.

Kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian Beverages Council (2004), meliputi antara lain:

1. Carbonated water (air soda)

Air soda (kandungan utama) terdapat sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh manusia. Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida (CO2).

2. Bahan pemanis

(25)

3. Bahan perasa

Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan. Bahan perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft drink memberi rasa yang lebih baik.

4. Asam

Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink. Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor.

5. Kafein

Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft drink. Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah ¼ sampai ⅓ dari jumlah kafein yang terkandung dalam kopi.

6. Pewarna

Pewarna bersamaan dengan gas CO2 merupakan bagian dari karakteristik soft drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat digunakan.

Diabetes ialah suatu sindrom kronik terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang dituju (Dorland, 2002).

(26)

Diabetes juga merupakan salah satu penyakit yang bisa memicu penyakit yang lain, misalnya stroke dan kerusakan jantung koroner. Jika banyak mengkonsumsi minuman bersoda, selain berpotensi menyebabkan diabetes, stroke dan kerusakan jantung koroner juga bisa terjadi.

B. Patofisiologi

Sering meminum minuman bersoda dapat memicu hadirnya penyakit diabetes mellitus karena zat pemanis buatan yang terdapat pada soda tidak mampu dimetabolisme oleh insulin menjadi glikogen sehingga bisa mamacu peningkatan gula darah dalam tubuh kita. Selain itu, Jumlah gula yang tinggi dalam soft drink menyebabkan pankreas memproduksi insulin dalam jumlah besar, yang mengakibatkan

“benturan gula”. Kelebihan dan kekurangan gula dan insulin dapat

menyebabkan diabetes dan penyakit yang terkait dengan ketidakseimbangan dalam tubuh. Minuman bersoda dapat menyebabkan hormon insulin yang ada di dalam tubuh tidak sanggup untuk mengubah zat gula tersebut menjadi gula otot (glikogen). Akibatnya, gula darah (glukosa) akan meningkat dan membahayakan. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired glucose tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasil gliserolemia, dan hipertensi (Wolff dan Dansinger, 2008). Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes.

(27)

mereka banyak yang menderita obesitas. Obesitas merupakan faktor utama dari insiden DM tipe 2.

Hasil penelitian Denmark menunjukkan 4% kasus diabetes tak terdeteksi pada remaja yang kegemukan. IGT tinggi prevalensinya pada anak-anak dan remaja yang mengalami kegemukan, tanpa tergantung kelompok etnisnya. IGT dihubungkan dengan resistensi insulin walaupun fungsi sel-beta relatif masih terpelihara. Penelitian survey komunitas di Bahrain menemukan bahwa kegemukan merupakan satu-satunya faktor yang berhubungan dengan diabetes. (Darmono (2007) dalam Radio (2011).

C. Gejala Diabetes

 Mengalami rasa haus yang berlebihan

 Penurunan berat badan secara drastic

 Sering buang air kecil

 Umumnya tubuh mengeluarkan urin sebanyak 1.5 liter per hari, tetapi penderita diabetes bisa mengeluarkan hingga lima kali lipat

(Charles Fox dan Anne Klivert, 2010)

D. Pencegahan Diabetes

 Membatasi atau mengurangi asupan gula perlu dilakukan dengan cara tepat, salah satunya dengan lebih bijak mengkonsumsi minuman bersoda.

 Mulailah gaya hidup yang lebih sehat dengan mengenal apa yang kita konsumsi.

(28)

Daftar Pustaka

Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta Kresnawan, Triyani. 2012. Mengatur Makanan Untuk Pencegahan Dan Terapi Kanker Payudara. Artikel Departemen Kesehatan.

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/MENGATUR-MAKANAN-KANKER-PAYUDARA.pdf.

Mangan, Y. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Manggarsari. 2013. Asuhan Keperawatan Kolostomi Pada Ny. R Dengan Kanker Kolorektal Di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal Ilmiah. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351543-PR-Manggarsari.pdf. 17 Desember 2014 (14:24 WIB)

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Jakarta : Departemen Kesehatan. Rahayuningsih, Sri Endah. 2011. Prevention of atherosclerosis should start since childhood (genetic risk). Materi 15th Indonesia Congress of Pediatrics KONIKA 15 MENDAO JULI 2011.

Republika Online Forum. 2011. Masih Mau Makan Junk Food? Baca Ini Dulu. http://forum.republika.co.id/showthread.php?31161-Masih-Mau-Makan-Junk-Food-Baca-Ini-Dulu. 15 Desember 2014 (10:14 WIB)

Sehati, Klinik. 2013. Gejala, Penyebab Dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Artikel Online. http://kliniksehati.com/gejala-penyebab-dan-pencegahan-penyakit-jantung-koroner/. 15 Desember 2014 (10:00 WIB)

Siagian, Forman Erwin. Dkk. 2010. Kelainan yang Berhubungan dengan Larva Anisakissp. Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.3. Jakarta Soenardi, Tuti dan Susirah Soetardjo. 2005. Hidangan Sehat Untuk Mencegah

Kanker. Jakarta : Gramedia.

Uripi, Vera. 2002. Menu untuk Penderita Kanker. Jakarta: Puspa Swara.

(29)

American Academy of Pediatrics, 2004. Soft Drinks in Schools: Committee on School Health. Diperoleh pada 16 Desember 2010 dari

http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;/113/1/152.

htm

Dorland, W.A.N., 2002. Dalam: Hartanto, H. et al. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC

Fox, Charles & Anne Klivert. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Jakarta: Penebar Plus

Vartanian, Lenny R. et al. 2007. Effect of Soft Drink Consumption on Nutrition and Health: A Systematic Review and Meta Analysis. American Journal of

Public Health vol. 97 no.4 pp. 667-674. Diakses pada 16 Desember 2014 dari http://www.ajph.org

Wicaksono, Radio Putro. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe-2. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi potong yaitu mengoptimalkan dan mengembangkan

Ο Γκιλ πάντα μας κρατούσε θέσεις σε γεύματα και πάρτι και, ενώ ο Πολ και ο Τσάρλι αποφάσισαν σχετικά γρήγορα ότι η άποψη του για την κοινωνική

Membayar uang pendaftaran khusus bagi calon siswa yang berdomisili di luar kota Blitar, sedangkan siswa yang berdomisili di kota Blitar bebas uang pendaftaran

Gambar 4.11b Dimensi Bangunan Segmen III Jalan Ahmad Yani 107 Gambar 4.11c Dimensi Bangunan Segmen III Jalan Ahmad Yani 107 Gambar 4.12a Wujud Tampak Timur Alun Alun Kota Magelang

Kepadatan penebaran 115 ekor/m menghasilkan udang paling banyak dan berat udang lebih baik sehingga kepadatan tebar tersebut masih layak untuk diterapkan dalam manajemen

Barat, sedangkan wajib pajak adalah pemegang hak-hak/pemiliknya untuk membayar pajak tanah tersebut. Pengenaan pajak dilakukan dengan penerbitan surat pengenaan pajak

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasih dan penyertaanNya selama menyelesaikan skripsi ini, sehingga skripsi dengan judul

[r]