• Tidak ada hasil yang ditemukan

eBook pemanasan global dan efek rumah ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "eBook pemanasan global dan efek rumah ka"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BUMI MAKI N PANAS

ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PENULI S Armely Meiviana Diah R Sulistio wati Mo ekti H So ejac hmo en

TI M EDI TORI AL ( Kement ri an Li ngkungan Hi dup) Liana Bratasida Gunardi Hendry Baiquni Muhammad Natsir Paulus Ag us Winarso

TI M EDI TORI AL ( Pelangi ) Ag us P Sari Armely Meiviana Arc hitrandi Priambo do Chandra Panjiwibo wo Nasrullah Salim Martha Maulidia Mo ekti H So ejac hmo en Olivia Tanujaya Wisnu Rusmanto ro

DESAI N KOMUNI KASI VI SUAL, I LUSTRASI DAN TATA LETAK Budi N Bo estami

SUMBER FOTO Adi Seno Bukrie. c o m <www. bukrie. c o m> Mo rista Pambudi Peksi Cahyo Sto c k. XCHNG <www. sxc.hu> Subekti - Majalah Ozo n

I SBN 9 7 9 - 9 8 3 9 9 - 0 - 4

(4)

Daf t ar I si i i

Kat a Pengant ar

Kement ri an Li ngkungan Hi dup i v

Pelangi vi

Daf t ar I st i lah vi i i

Bab 1 : Mungki nkah I kli m Berubah? 1

A. Dampak Perubahan Iklim 4

1. Me nc airnya Es di Kutub 4

2. Pe rgeseran Musim 4

3. Pe ning katan Pe rmukaan Air Laut 5

4. Dampak Lainnya 6

Bab 2 : Apa Penyebab Perubahan I kli m? 8

A. Ke hutanan 9

B. Ene rg i 1 2

C. Pe rtanian dan Pe te rnakan 1 4

D. Sampah 1 5

Bab 3 : Perubahan I kli m dan Dampaknya di I ndonesi a 1 7

A. Po sisi Ge o g rafis Indo ne sia 1 7 B. Dampak Pe rubahan Iklim bag i Indo ne sia 1 8 1. Ke naikan Temperatur dan Berubahnya Musim 1 9 2. Naiknya Pe rmukaan Air Laut 2 1 3. Dampaknya pada Sekto r Perikanan 2 3 4. Dampaknya pada Sekto r Ke hutanan 2 5 5. Dampaknya pada Se kto r Pe rtanian 2 6 6. Dampaknya pada Se kto r Ke se hatan 2 8 7. Dampak So sial dan Eko no mi 3 0

Bab 4 : Respon Duni a I nt ernasi onal t erhadap I su Perubahan I kli m 3 2

(5)

B. Ko nvensi Perubahan Iklim 3 4

C. Pro to ko l Kyo to 3 6

D. CDM ( Clean Develo pment Mec hanism) 3 9

Bab 5 : Lalu Apa yang Harus Di lakukan? 4 5

A. Upaya yang Telah Dilakukan 4 6

1. Pe me rintah 46

2. Industri dan Masyarakat 4 9

B. Apa yang Harus dilakukan di Masa De pan? 4 9

1. Pe me rintah 49

2. Industri 5 8

3. Masyarakat 5 9

Daf t ar Pust aka 6 2

Daf t ar Boks

Bo ks 1. 1: Gas Rumah Kac a 2

Bo ks 1. 2: Apa itu Iklim? 4

Bo ks 1. 3: Beda Efek Rumah Kac a, Pe manasan Glo bal dan Perubahan Iklim 5 Bo ks 1. 4: Po tensi Pe manasan Glo bal 6 Bo ks 1. 5: El Nino dan Hubung annya de ng an Pe rubahan Iklim 7 Bo ks 4. 1: IPCC - Intergo vernmental Panel o n Climate Change 3 2

Bo ks 4. 2: Neg ara- neg ara Annex I 3 5

Bo ks 4. 3: Status Ratifikasi Pro to ko l Kyo to 3 4 Bo ks 5. 1: Mutu Me ning kat, Emisi Be rkurang 5 1

Bo ks 5. 2: Energ i Terbarukan 5 6

Bo ks 5. 3: Pe ngelo laan Hutan 5 9

Daf t ar Tabel

Tabe l 2. 1: Emisi GRK Indo ne sia tahun 1994 8 Tabe l 2. 2: Kandung an Emisi Karbo n Tiap Je nis Bahan Bakar 1 2 Tabe l 2. 3: Sumbe r Ene rg i di Indo ne sia 1 3 Tabe l 3. 1: Ko nse ntrasi GRK Me nurut Ske nario IPCC 2 0 Tabe l 3. 2: Luas Lahan yang Re ntan Te rhadap Intrusi Air Laut dan Ke naikan Muka Air Laut di Pantai Utara Semarang 2 2 Tabe l 3. 3: Luas Tanaman Padi yang Te rke na Be nc ana Banjir, Ke ke ring an dan

Puso tahun 1988- 1997 2 7

Tabe l 4. 1: Targe t Pe nurunan Emisi GRK Be be rapa Ne g ara Annex I 3 5 Tabe l 5. 1: Pe manfaatan Ene rg i Te rbarukan untuk Paso kan Listrik 5 6

Daf t ar Graf i k

(6)

Perubahan iklim merupakan isu g lo bal yang mulai me njadi to pik pe rbinc ang an dunia se jak diadakannya Ko nferensi Ting kat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro , Brasil, tahun

1992. Ko nvensi Perubahan Iklim atau United Natio ns Framewo rk Co nventio n o n Climate Change ( UNFCCC) merupakan salah satu ko nvensi yang terc antum dalam Agenda 21 dan telah disahkan pada ko nferensi tersebut. Ko nvensi Perubahan Iklim telah diratifikasi o leh Indo nesia melalui Undang - undang No . 6 tahun 1994. Maksud dan tujuan utama dari ko nvensi tersebut adalah untuk menjaga kestabilan ko nsentrasi g as rumah kac a ( GRK) di atmo sfir sehing g a terjaminnya ketersediaan pang an dan pembang unan berkelanjutan.

Isu perubahan iklim merupakan isu g lo bal sehing g a dalam penang anannya perlu melibatkan seluruh pihak sec ara g lo bal. Upaya pengelo laan ling kung an, baik di ting kat pusat maupun di ting kat daerah, saat ini masih belum berjalan sec ara maksimal karena masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain ko o rdinasi antar sekto r yang masih belum berjalan deng an baik. Ke mampuan aparat pemerintah dalam pengelo laan ling kung an perlu diting katkan deng an memberikan info rmasi sec ara lebih intensif mengenai isu ling kung an g lo bal seperti perlindung an atmo sfer dan perubahan iklim. Partisipasi masyarakat juga perlu ditingkatkan dan hal tersebut memerlukan peran aktif pemerintah dalam mendo ro ng upaya tersebut, karena sumber daya alam dan ling kung an bukan hanya milik pemerintah tetapi jug a milik seluruh masyarakat.

Dalam rang ka me ndukung pe laksanaan Pro g ram So sialisasi Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Kementerian Ling kung an Hidup bekerja sama deng an Pelang i telah me lakukan se rang kaian so sialisasi isu pe rub ahan iklim dan antisipasi dampak perubahan iklim ke daerah serta menyusun sebuah bo o klet mengenai perubahan iklim pada tahun 2003, yang mendapat bantuan dari Japan Internatio nal Co o pera-tio n Agenc y ( JICA) .

(7)

hasilnya, se hing g a baru pada tahun 2004 bo o kle t ini dapat dite rbitkan untuk ke mudian didiseminasikan ke berbag ai pihak terkait. Harapan kami, publikasi ini dapat memberikan info rmasi kepada banyak pihak tentang isu perubahan iklim serta dampaknya. Info rmasi ini nantinya diharapkan dapat membantu para pihak yang rentan terhadap dampak perubahan iklim untuk dapat melakukan berbag ai tindakan antisipasi dan adaptasi.

Akhir kata, kami berharap semo ga publikasi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bag i kelang sung an kehidupan generasi mendatang .

Jakarta, 14 Februari 2004

Sudariyo no

(8)

Banyak o rang berkata, " Buat apa memikirkan masalah perubahan iklim? 'kan itu adalah isu ling kung an g lo bal yang masih jauh. Bukankah isu itu adalah milik neg ara- neg ara maju? Masih banyak yang harus kita lakukan di Indo nesia sebelum kita mulai peduli dengan perubahan iklim." Ternyata, semakin lama semakin jelas bahwa perubahan iklim jauh lebih dekat dari apa yang dikira o rang . Isu itu bukan lag i isu neg ara- neg ara maju, tetapi sudah harus menjadi kepedulian kita di Indo nesia.

Kemarau yang semakin panjang serta musim hujan yang semakin intensif - walaupun semakin pendek perio danya - merupakan bukti bahwa perubahan iklim sang at dekat deng an kehidupan kita. Kekering an panjang serta banjir menyebabkan kerug ian di banyak sekto r. Ditambah deng an wilayah berhutan yang semakin g undul dan lo ng so r terjadi di mana- mana di seluruh pelo so k tanah air membuat dampak perubahan iklim semakin terasa. Kerug ian materi yang besar terlihat tidak seberapa dibanding nyawa yang terko rbankan. Perubahan iklim jelas meng hambat pembang unan di Indo nesia, bahkan dalam jang ka paling pendek sekalipun.

Keprihatinan inilah yang membuat Pelang i peduli dan mendalami isu perubahan iklim ini. Untuk itulah buku ke c il ini dite rbitkan. Pe lang i me ng harapkan ag ar info rmasi mengenai perubahan iklim yang me mang sang at rumit sec ara ilmiah -b isa se c ara mudah dic e rna khalayak -b anyak. De ng an se makin me ning katnya pengertian dan kepedulian masyarakat banyak akan sebab dan akibat dari perubahan iklim, serta apa yang bisa dilakukan sec ara sendiri- sendiri, sec ara nasio nal, maupun internasio nal, Pelang i meng harapkan akan lebih banyak lag i aksi dan kebijakan yang dapat meng hambat perubahan iklim ini.

(9)

dalam desain ko munikasi visual, ilustrasi dan tata letak. Tak kalah penting nya, bantuan teman- teman di Pelang i yang telah bersedia menjadi pembaca, memberikan ko mentar dan masukan atas buku ini hing g a detik- detik terakhir.

Kepada Kementerian Lingkungan Hidup, terutama Ibu Liana Bratasida, Bapak Gunardi Bapak Hendry Baiquni, Bapak Paulus A Winarso , dan Bapak M Natsir, kami uc apkan t e rima kasih at as ke p e rc ayaannya ke p ada Pe lang i dan dukung annya dalam pe nyusunan buku ini.

Akhir kata, uc apan terima kasih dan peng harg aan kami sampaikan kepada Japan Internatio nal Co o peratio n Agenc y ( JICA) yang mendukung pendanaan penerbitan buku ini. Uc apan terima kasih terutama kami sampaikan ke pada Shinsuke Unisug a dan Tetsuro Fujitsuka, para tenag a ahli JICA yang ditempatkan di Ke menterian Ling kung an Hidup di Jakarta.

Jakarta, 14 Februari 2004 Salam lestari,

Ag us P Sari

(10)

Af orest rasi

Ko nversi lahan bukan hutan menjadi lahan hutan melalui keg iatan

penanaman ( biasa disebut peng hijauan) deng an meng g unakan jenis tanaman (spe -cie s) asli (nat ive) atau dari luar (int ro duce) . Menurut Marrake ch Acco rd ( 2001) keg iatan peng hijauan tersebut dilakukan pada kawasan yang 50 tahun sebelumnya bukan merupakan hutan.

Akumulasi

Terkumpulnya suatu zat tertentu menjadi satu kesatuan dalam kurun waktu tertentu.

At mosf er

Lapisan udara yang menyelimuti planet bumi. Atmo sfer terdiri dari nitro gen ( 79,1% ) , o ksigen ( 20, 9% ) , karbo ndio ksida ( +/ 0, 03% ) dan beberapa g as mulia ( argo n, he -lium, xeno n dan lain- lain) , ditambah deng an uap air, amo nia, zat- zat o rg anik, o zo n, berbag ai g aram- g araman dan partikel padat tersuspensi. Atmo sfer bumi terdiri dari berbag ai lapisan, yaitu berturut- turut dari bawah ke atas adalah tro po sfer, strato sfer, meso sfer dan termo sfer.

Bahan Bakar Fosi l

Bahan bakar yang terbentuk dari fo sil- fo sil tumbuhan dan hewan di masa lampau. Co nto h bahan bakar fo sil ( BBF) atau fo ssil fue l adalah minyak bumi, g as alam dan batu bara. BBF tergo lo ng bahan bakar yang tidak terbarukan.

Bi ogas

Gas yang dihasilkan dari pro ses fermentasi mikro o rg anisme, biasanya dihasilkan dari bahan baku sampah o rg anik ataupun dari sisa penc ernaan ( bac a: ko to ran) mahluk hidup. Unsur utama bio g as adalah g as metana ( CH4) .

Bi omassa

(11)

BOE

Barre l Oil Equivale nt. 6. 000 cubic fe e t, fakto r yang dig unakan untuk meng ko nversi vo lume dari hidro karbo n yang dipro duksi.

CH4

Gas Metana. Salah satu GRK utama yang memiliki GWP sekitar 25 kali CO2. GRK ini banyak dihasilkan dari deko mpo sisi bahan o rganik secara anaero bik, misalnya sawah, penimbunan sampah o rg anik dan ko to ran mahluk hidup.

CO2

Karbo ndio ksida. Salah satu dari enam GRK yang utama dan dijadikan referensi GRK yang lain dalam menentukan Indek GWP, sehing g a GWP- nya = 1. GRK ini banyak dihasilkan dari pembakaran BBF, bio massa dan alih g una lahan.

COP

Co nfe re nce o f Partie s. Ko nferensi para pihak ( negara- negara) penandatangan ko nvensi PBB, dalam hal ini ko nvensi perubahan iklim ( UNFCCC) .

COP/ MOP

Co nfe re nce o f Partie s Se rving as Me e ting o f Partie s. Ko nferensi Para Pihak Ko nvensi Perubahan Iklim yang merupakan Pertemuan Para Pihak Pro to ko l.

Deforest asi

Penebang an hutan atau ko nversi lahan hutan menjadi lahan tidak berhutan sec ara permanen.

El Ni no/ ENSO

Kad ang kala d ise b ut ENSO (El Nin o - So u t h e rn Os c illa t io n) ad alah p e rist iwa mening katnya suhu muka air laut di sebelah timur hing g a teng ah Samudra Pasifik. Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun setiap 2- 13 tahun sekali dan berlang sung selama 12- 18 bulan.

Emi si

Zat yang dilepaskan ke atmo sfer yang bersifat sebag ai penc emar udara.

ET

(12)

GWP

Glo bal Warming Po te ntial. Indeks po tensi pemanasan g lo bal, yaitu indeks yang meng unakan CO2 sebag ai to lo k ukur.

Gi gat on

( 109 to n) - unit yang kerap dig unakan untuk menyatakan jumlah karbo n atau

karbo ndio ksida di atmo sfer.

Glet ser

Lapisan es yang besar yang bergerak di lereng g unung atau daratan karena adanya g aya g ravitasi. Gletser biasanya bergerak sang at lambat, dari 10 m - 1000 m per tahun. Lapisan es ini luasnya bisa menyamai sebuah benua, c o nto hnya lapisan es yang menutupi Benua Antartika.

HFCs

Hidro fluo ro karbo n. Salah satu dari enam GRK yang diperhitung kan dalam pasal 3 Pro to ko l Kyo to .

HPH

Hak Peng usahaan Hutan. Izin yang dikeluarkan untuk keg iatan pengelo laan hutan deng an sistim Tebang Pilih Tanam Indo nesia ( TPTI) di kawasan hutan- hutan alam pro duksi selama perio de tertentu, umumnya 20 tahun, dan dapat diperbaharui lag i untuk satu perio de selanjutnya, yaitu selama 20 tahun lag i.

HTI

Hutan Tanaman Industri adalah pro g ram penanaman lahan hutan tidak pro duktif dengan tanaman- tanaman industri seperti po ho n kayu jati dan maho ni guna memaso k kebutuhan serat kayu ( dan kayu pertukang an) untuk pihak industri.

I PCC

(13)

I NC

I nt e rgo ve rnme nt al Ne go t iat ing Organizat io n. Panitia yang dib e ntuk PBB untuk mempersiapkan penyusunan UNFCCC sebelum dan sesudah Earth Summit ( 1992) di Rio de Janeiro .

JI

Jo int Imple me ntatio n adalah sebuah mekanisme penurunan emisi GRK yang dapat dilakukan o leh antarnegara maju untuk menghasilkan ERU (Emissio n Re ductio n Unit) , satuan penurunan emisi GRK.

Karbondi oksi da ( lihat CO2)

Keanekaragaman Hayat i

Kadang kala disebut bio lo gical dive rsit y atau bio dive rsity, adalah keanekarag aman mahluk hidup dan hal- hal yang berhubung an deng an eko lo g inya, dimana mahluk hidup tersebut terdapat. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman genetik, spe sie s dan e ko siste m.

LULUCF

Land-use , Land-use Change and Fo re stry adalah keg iatan yang berkaitan deng an peng g unaan dan perubahan tata g una lahan serta kehutanan yang berpeng aruh lang sung terhadap emisi GRK karena adanya pelepasan dan penyerapan karbo n, seperti dalam hal penebang an dan kebakaran hutan.

MW

Meg awatt = 1 juta watt

Reforest asi

Umumnya b e rarti pe nanaman ke mb ali pada lahan hutan yang rusak. Me nurut

Marrake ch Acco rd ( 2001) , keg iatan penanaman kembali ini dilakukan pada hutan yang telah rusak sebelum 31 Desember 1989.

Sali ni t as

Ke masinan atau kadar g aram yang terdapat dalam sebuah larutan.

Si mpanan Karbon

(14)

TSCF

Te rra Standart Cubic Fe e t = 1012 SCF (

Standard Cubic Fo o t)

t C/ Tj

to n Co al/ Terra jo ule

Veget asi

Tumbuh- tumbuhan pada suatu area yang terkait sebag ai suatu ko munitas tetapi tidak sec ara takso no mi. Atau, jumlah tumbuhan yang meliputi wilayah tertentu atau di atas bumi sec ara menyeluruh.

UNFCCC

Unite d Natio ns Frame wo rk Co nve ntio n o n Climate Change adalah Ko nvensi PBB tentang perubahan iklim yang bertujuan untuk menstabilkan ko nsentrasi GRK sehing g a tidak membahayakan sistem iklim bumi. Ko nvensi ini sudah diratifikasi o leh Indo nesia melalui UU No . 6/ 1994.

UNEP

Unite d Natio ns Enviro nme nt Pro gramme adalah sebuah badan PBB yang berwenang untuk mening katkan kepedulian masyarakat dan neg ara ang go ta PBB akan masalah-masalah ling kung an.

WMO

(15)

Pernahkah anda mendeng ar tentang rumah kac a? Rumah yang atap dan dinding nya terbuat dari kac a. Rumah ini b iasa dig unakan untuk pembibitan pada keg iatan perkebunan dan b e rfung si untuk me ng hang atkan tanaman yang berada di dalamnya.

Se b a g a i i lus t ra s i , p e rn a h ka h a n d a b e rada di dalam se b uah mo b il yang tertutup, di bawah panas terik

mataha-ri? Bag aimana rasanya? Panas bukan? Hal ini disebabkan o leh sinar matahari yang masuk menembus kac a mo bil membuat seisi mo bil menjadi panas. Panas matahari tersebut terperang kap di dalam mo bil, tidak dapat mene mbus ke luar

kac a mo bil.

(16)

Se te lah me nc apai pe rmukaan b umi, se b ag ian g e lo mb ang dipantulkan ke mb ali ke atmo sfe r. Namun sayangnya, tak semua gelo mbang panjang yang d ip an t ulkan ke mb ali o le h b umi d ap at mene mbus atmo sfe r menuju ang kasa luar karena sebag ian dihadang dan diserap o leh g as- g as yang berada di atmo sfer - disebut gas rumah kaca ( GRK). Akib at nya rad iasi mat ahari t e rse b ut terperang kap di atmo sfer bumi. Karena peristiwa ini be rlang sung be rulang kali, maka ke mudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmo sfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi yang selama ini sering disalahartikan.

Peristiwa ERK menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditempati manusia. Jika tidak ada ERK, maka suhu permukaan bumi akan 33° C le b ih ding in dib anding suhu saat ini. Namun b e rb ag ai aktivitas manusia, te rutama p ro se s industri dan transpo rtasi, menyebabkan GRK yang diemisikan ke atmo sfer terus mening kat.

Alhasil, terjadilah perubahan ko mpo sisi GRK di atmo sfer. Hal ini ke mudian menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali o leh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmo sfer.

Gas rumah kac a ( GRK) adalah g as- g as

menjadi lebih hang at.

Me n ing kat nya ko nse nt rasi GRK d i atmo sf e r akib at aktivitas manusia pada akhirnya menyebabkan mening

-katnya suhu permukaan bumi sec ara

GRK terutama dihasilkan dari keg iatan manusia yang be rhubung an de ng an

p e n g g u n a a n b a h a n b a ka r f o s i l ( minyak, g as dan batubara) se pe rti pada penggunaan kendaraan bermo to r dan peng g unaan alat- alat elektro nik. Se l a i n i t u p e n e b a n g a n p o h o n ,

peng g undulan hutan serta kebakaran hutan jug a merupakan sumber emisi GRK.

Jenis GRK yang terbanyak memberikan

(17)

Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah feno mena g lo bal karena penyebabnya be rsifat g lo bal, dise babkan o le h aktivitas manusia di se luruh dunia. Se lain itu, dampaknya jug a bersifat g lo bal, dirasakan o leh se luruh mahluk hidup d i b e rb ag ai b e lahan dunia. Ole h kare na itu so lusinya pun harus bersifat g lo bal, namun dalam bentuk aksi lo kal di se luruh dunia.

Pe rub ah an iklim it u se nd iri t e rj ad i se c ara p e rlahan dalam jang ka waktu yang c ukup p anj ang , ant ara 5 0 - 1 0 0 t ahun. Walaup un terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sang at besar pada kehidupan umat manusia. Sebag ian besar wilayah di dunia akan me nj ad i se makin p anas, se me nt ara b ag ian lainnya akan b e rub ah se makin ding in. Saat inipun dampaknya sudah mulai kita rasakan. Sing kat kata, mening katnya ko nsentrasi GRK di

atmo sfe r akibat aktivitas manusia di be rbag ai b e lah an dun ia, me nye b ab kan me n in g kat nya radiasi yang terperang kap di atmo sfer. Akibatnya, suh u ra t a - ra t a d i se luruh p e rmuka a n b um i mening kat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Glo-bal.

Me ning katnya suhu rata- rata pe rmukaan b umi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, m e n i n g ka t n y a p e n g u a p a n d i ud a ra , s e rt a berubahnya po la c urah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah po la iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan I kli m.

GRK adalah CO

2, CH4 dan N2O. Gas- g as i n i d i h a s i l ka n t e ru t a m a d a ri p e mb akaran b ah an b akar f o sil d i s e kt o r e n e rg i , t ra n s p o rt a s i d a n industri. Sementara g as seperti HFCs,

PFCs d a n SF

6, y a n g d i h a s i l ka n t e rut ama d ari indust ri p e n d ing in ( f re o n ) dan p e ng g unaan ae ro so l, " hanya" menyumbang kurang dari 1% to tal emisi GRK. Walaupun hanya 1%

tetapi g as- g as tersebut punya po tensi pe manasan yang jauh le b ih ting g i dibanding g as CO

2, CH4 dan N2O ( lihat bo ks 1. 4) . Pada akhirnya jumlah yang diemisikan pun tak beda deng an g as

CO

(18)

Se c a ra umum i kli m d id e f i n i s i ka n sebag ai ko ndisi rata- rata suhu, c urah huj an , t e kanan udara, d an ang in dalam jang ka waktu yang panjang , antara 3 0 - 1 0 0 tahun (int e r ce nt e

n-nial) .

Pada intinya iklim adalah po la c uac a yang terjadi selama bertahun- tahun. Se me ntara c uac a itu se ndiri adalah

ko nd isi harian suhu, c urah hujan, tekanan udara dan ang in.

A. Dampak Perubahan I kli m

1 . Mencai rnya Es di Kut ub

Perubahan iklim jug a menyebabkan menc airnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di Kutub Utara dan Se latan. Dike tahui b ahwa e s yang menye limuti pe rmukaan bumi te lah be rkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir ( Fred Pearc e, 2001) .

Dip e rkirakan p ada tahun 2 1 0 0 , g le tse r yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 a ka n m e n c a i r. I l m u w a n Ero p a j u g a

me m p e rki ra ka n s e ki t a r 5 0 - 9 0 % g le t s e r d i peg unung an Alpen akan meng hilang . Diperkirakan peg unung an salju Australia akan “ bebas salju” pada tahun 2070. Sementara menurut penelitian Lo nnie Tho mso n dari Byard Po lar Re se arc h Ce nte r - Unive rsitas Ohio , dipe rkirakan se luruh salju di peg unung an Kilimanjaro akan menc air pada tahun 2015 akibat pemanasan g lo bal ( Fred Pearc e, 2001) .

2 . Pergeseran Musi m

(19)

Sementara musim hujan akan berlangsung dalam waktu sing kat deng an ke c e nde rung an inte nsitas c urah hujan yang le bih t ing g i dari c urah hujan no rmal se hing g a me nye b ab kan benc ana banjir dan tanah lo ng so r.

Terbukti bahwa di wilayah Asia Teng g ara serta beberapa

I s t i l a h - i s t i l a h d i a t a s b i a s a n y a d ig unakan unt uk me ng g amb arkan m a s a l a h y a n g s a m a . Na m u n sesung g uhnya istilah- istilah tersebut

lebih menunjukkan hubung an sebab-akibat.

Efe k rumah kac a adalah pe nye b ab, se me nt ara p e manasan g lo b al d an

perubahan iklim adalah akibat.

Ef e k ru m a h ka c a m e n y e b a b ka n t e rj a d i n y a a ku m u l a s i p a n a s d i a t m o s f e r, y a n g ke m u d i a n a ka n

me mpe ng aruhi siste m iklim g lo b al. Hal ini b isa me nye b ab kan naiknya t e m p e ra t u r ra t a - ra t a b u m i y a n g ke mudian dikenal deng an pemanasan g lo bal.

Pe m a na sa n g lo b a l p a d a a kh i rnya me nye b ab kan te rjadinya pe rub ahan i kli m , a t a u t e p a t n y a p e ru b a h a n beberapa variabel iklim seperti suhu

udara, c urah hujan dan musim. wilayah lainnya yang

re n t a n t e rh a d a p b a d a i d a n a n g i n puting beliung telah me n g a la m i b a d a i yang lebih dahsyat, hujan yang lebih deras serta lebih banyak bencana banjir. Sementara di beberapa wilayah di Indo -ne sia jug a sudah te rbukti meng alami be nc ana banjir dan lo ng so r.

3 . Peni ngkat an Permukaan Ai r Laut

Dampak pe rubahan iklim yang lainnya adalah mening katnya permukaan air laut. Menurut IPCC ( Intergo vernmental Panel o n Climate Change) , panel ahli untuk isu perubahan iklim, dalam 100 t a h u n t e ra kh i r t e la h t e rj a d i p e n i n g ka t a n permukaan air laut seting g i 10- 25 c m. Sementara i t u d i p e rki ra ka n b a h w a p a d a t a h u n 2 1 0 0 me ndatang akan te rjadi pe ning katan air laut seting g i 15- 95 c m ( Greenpeac e, 1998) .

(20)

Perubahan iklim juga menyebabkan negara- negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samo a, Vanuatu, Je p a n g , Fi li p i na se rt a I n d o n e sia t e ra n c a m teng gelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti puluhan juta o rang yang hidup di pesisir demam berdarah dan diare, kebakaran hutan, serta hilang nya jutaan spesies flo ra dan fauna karena tidak dapat beradaptasi deng an perubahan suhu di bumi. Dampak GRK terhadap pemanasan glo

-bal sang at bervariasi. Untuk jumlah ko nse n t rasi yang sama, t iap GRK memberikan dampak pemanasan g lo -bal yang berbeda. Untuk memudahkan dalam membanding kan dampak yang

berlainan ini, maka dipakailah Indeks Po tensi Pe manasan Glo bal ( GWP Glo -satu -satuan berat GRK tertentu dengan s e j u m l a h CO

2 y a n g m e m b e ri ka n dampak pemanasan g lo bal yang sama.

Misalnya satu to n emisi g as metana ( CH

4) akan memberikan dampak yang sama deng an 21 g as CO

(21)

Selain itu dampaknya tidak hanya terjadi di satu negara atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas neg ara. Walaupun beg itu, ting kat pereko no mian yang jauh di bawah neg ara maju serta pereko no mian yang berbasis sumber daya alam me nye b ab kan ne g ara b e rke mb ang le b ih re n t a n t e rh a d a p d a m p a k- d a m p a k y a n g ditimbulkan akibat perubahan iklim dibanding kan ne g ara maju.

Dalam pro sesnya perubahan iklim terjadi sang at lamb an , se h ing g a damp aknya t ak lang sung dirasakan saat ini, namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang . Dan ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satu upaya pun yang dapat d ilakukan unt uk me ng e mb alikan ko nd isi ke keadaan semula.

Apapun upaya yang dilakukan, perubahan iklim akan te tap te rjadi. Ini dikare nakan e misi g as rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah mening kat deng an pesat sejak dimulainya re vo lusi industri pada tahun 1 8 5 0 . Walaupun b e g it u, kit a h arus b e rup aya me mp e rlamb at terjadinya pro ses perubahan iklim. Salah satunya deng an c ara meng urang i ko nsumsi bahan bakar fo sil yang pastinya akan menghasilkan emisi GRK.

El Nino , yang dalam bahasa Spanyo l berarti anak laki- laki, adalah sebuah fe no me na naiknya suhu pe rmukaan laut di sebelah timur dan teng ah di kawasan tro pis Samudra Pasifik.

El Nino merupakan sebuah feno mena a l a m i y a n g t e l a h t e rj a d i s e j a k b e rab ad- ab ad yang lalu, walaupun tidak selalu deng an po la yang sama.

Biasanya El Nino munc ul setiap 2- 13 tahun sekali, pada akhir tahun, dan be rdampak pada me nurunnya c urah h u j a n s e h i n g g a m e n y e b a b ka n terjadinya kemarau panjang, terutama

di kawasan Indo nesia, Malaysia, Aus-tralia dan kawasan sekitarnya.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa perubahan iklim mempunyai pengaruh

yang kuat terhadap kehadiran El Nino . Ko ndisi atmo sfe r yang panas akan menyebabkan kehadiran El Nino jadi lebih sering dan lebih kuat daripada biasanya.

(22)

Se p e rt i y a n g t e la h d i s e b u t ka n s e b e l u m n y a b a h w a a kt i v i t a s ma n u s i a m e ru p a ka n p e n y e b a b utama terjadinya perubahan iklim. Se lain itu pe rtamb ahan po pulasi penduduk dan pesatnya pertumbu-han tekno lo gi dan industri ternya-t a j ug a me mb e rikan ko nternya-t rib usi besar pada pertambahan GRK.

Akibat jenis aktivitas yang berbeda-beda, maka GRK yang diko ntribusikan o leh

(23)

Pe manfaatan energ i sec ara berlebihan, terutama energ i fo sil, merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim sec ara g lo bal. Hutan yang semakin rusak, baik karena kejadian alam maupun penebang an liar, jug a menambah jumlah GRK yang dilepaskan ke atmo sfer sec ara sig nifikan serta fung si hutan sebag ai penyerap emisi GRK.

Selain itu pertanian dan peternakan serta sampah berperan sebag ai penyumbang GRK berupa g as metana ( CH4) yang ternyata memiliki po tensi pemanasan g lo bal 21 kali lebih besar daripada g as karbo ndio ksida ( CO2) ( lihat bo ks 1. 4) .

Tabel 2. 1 menunjukan bahwa sumber utama GRK di Indo nesia ternyata berasal dari keg iatan perubahan tata g una lahan dan kehutanan, yaitu sekitar 63% . Sementara sekto r energ i menempati urutan kedua, yaitu sekitar 25% dari to tal emisi.

A. Kehut anan

Indo ne sia me rupakan salah satu ne g ara di dunia dengan luas hutan terbesar, yaitu 120,3 juta hektar ( FWI / GFW, 2 0 0 1 ) . Se kitar 1 7 % dari luasan tersebut adalah hutan ko nservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan pro duksi ( FWI/ GFW, 2001) .

(24)

Padahal jika hutan beserta keanekarag aman hayatinya dipelihara deng an baik, maka sesungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indo nesia, baik secara so sial maupun e ko no mi. Ap alag i se kto r- se kto r se p e rti ke hutanan, p e rtanian dan p e rikanan, ke se hatan, ilmu pe ng e tahuan, industri dan pariwisata, se sung g uhnya sang at berg antung pada keberadaan keanekarag aman hayati.

Selama ini yang terjadi justru sebaliknya. Sejak tahun 1970- an, kerusakan hutan mulai menjadi isu penting , dimana penebang an hutan sec ara ko mersial mulai dibuka sec ara besar- besaran. Menurut data Fo rest Watc h Indo nesia, laju kerusakan hutan pada tahun 1985- 1997 telah menc apai sebesar 2, 2 juta per tahun ( FWI, 2001) . Kerusakan hutan terutama disebabkan o leh penebang an liar, kebakaran hutan ( yang diseng aja dan tidak diseng aja) , perkebunan skala besar serta kerusakan- kerusakan yang ditimbulkan HPH ( Hak Peng usahaan Hutan) dan HTI ( Hutan Tanaman Industri) .

Salah satu fung si hutan sendiri adalah sebag ai penyerap emisi GRK ( biasa jug a disebut emisi karbo n) . Hutan dapat menyerap dan meng ubah karbo ndio ksida ( CO2) , salah satu jenis GRK, menjadi o ksigen ( O2) yang merupakan kebutuhan utama bag i mahluk hidup. Ini berarti deng an luasan hutan Indo nesia yang c ukup luas, sekitar 144 juta ha ( tahun 2002) , sudah tentu emisi karbo n yang dapat diserap jumlahnya tak sedikit, sehing g a laju terjadinya pemanasan g lo bal dan perubahan iklim

dapat dihambat.

(25)

In-do ne sia: The First Natio nal Co mmunicatio n unde r UNFCCC, 1990) . Sedang kan pada tahun 1994, hutan Indo nesia hanya menyerap sekitar 404 MtCO2 ( NET dan Pelang i, 2000) . Jadi, hanya dalam waktu 4 tahun, hutan Indo

-ne sia sudah " be rhasil" me le paskan emisi GRK ke atmo sfer sebesar 1. 096 MtCO2.

Pada tabel 2. 1 terlihat bahwa sekto r kehutanan menyumbang kan emisi GRK te rting g i, yang dihasilkan melalui keg iatan kehutanan dan p e ru b a h a n ka w a s a n h u t a n menjadi bukan hutan. Keg iatan

pengrusakan hutan akan menyebabkan lepasnya sejumlah emisi GRK, yang sebelumnya disimpan di dalam po ho n, ke atmo sfer. Berarti jika laju kerusakan hutan semakin ting g i, maka emisi GRK yang lepas ke atmo sfer pun akan semakin besar jumlahnya. Deng an laju kerusakan hutan sekitar 2, 2 juta ha per tahun, tak heran jika sekto r kehutanan merupakan penyumbang emisi GRK terbesar di Indo nesia.

Pada tahun 1990, emisi CO2 yang dilepaskan o leh sekto r kehutanan dan perubahan tata g una lahan adalah sebesar 64% dari to tal emisi GRK di Indo nesia. Sementara pada tahun 1994, ang ka tersebut mening kat menjadi 74% ( Pelang i, 2000) .

(26)

Jika tidak segera diatasi, maka kerusakan hutan di Indo nesia akan meng akibatkan akumulasi GRK di atmo sfer mening kat deng an c epat, sehing g a menambah c epat laju pro ses perubahan iklim.

B. Energi bahan bakar fo sil tersebut berbeda- beda.

2 batubara mengemisikan sekitar 940 g ram CO2. Se mentara pe mb ang kit listrik yang meng g unakan minyak bumi dan g as alam, meng hasilkan emisi sekitar 798 dan 581 g ram CO2.

Jadi terbukti bahwa diantara ketig a jenis

bahan bakar fo sil di atas, batubara meng hasilkan emisi CO2 paling ting g i daripada minyak bumi dan gas alam cair. Apalagi hingga kini Indo nesia masih belum menerapkan tekno lo g i pemanfaatan batubara yang ramah ling kung an.

(27)
(28)

Deng an c adang an terbukti sekitar 5 milyar barel dan ting kat pro duksi se kitar 500 juta bare l, maka minyak bumi Indo nesia akan habis kurang dari 1 0 tahun me ndatang , yaitu pada tahun 2 0 1 3 . Untuk g as alam de ng an kapasitas pro duksi se kitar 3 TSCF, maka

cadangan terbuktinya yang hanya 90 TSCF akan habis dalam 3 dekade ( 30 tahun) mendatang . Sementara, batubara deng an c adang an terbukti sebesar 50 to n

hanya mampu bertahan selama 50 tahun, jika pro duksi tetap dipertahanan seperti sekarang yaitu sebesar 100 juta to n/ tahun. Namun, seperti yang telah diuraikan di atas, pemanfaatan batubara akan berpeng aruh buruk terhadap ling kung an, karena sebag ai meng hasilkan emisi karbo n yang lebih ting g i dibanding minyak maupun g as

bumi.

Dari sisi pemanfaatan energ i, sekto r industri d i I n d o n e s i a m e ru p a ka n s e kt o r y a n g mengemisikan karbo n paling besar dibanding se kto r lainnya ( lihat g rafik 1) . Se me ntara sekto r transpo rtasi menempati po sisi ke- 2 pengemisi karbo n terting g i.

Sama de ng an pe manfaatan e ne rg i listrik, ko nsumsi Bahan Bakar Minyak ( BBM) di In-d o n e s i a m e n g a l a m i p e n i n g ka t a n t i a p tahunnya. Menurut Departemen Energ i dan Sumber Daya Mineral ( 2003) , sekitar 70% to tal ko nsumsi energ i final di Indo nesia pada 2002 berupa BBM. Menempati urutan kedua adalah listrik, yaitu sekitar 10% .

C. Pert ani an dan Pet ernakan

(29)

Se lain me tana, GRK lain yang diko ntribusikan dari se kto r pertanian adalah dinitro o ksida ( N2O) yang dihasilkan dari pe manfaatan pupuk se rta prakte k pe rtanian. Pe mb akaran padang sabana dan sisa- sisa pertanian yang membusuk jug a

merupakan sumber emisi GRK.

Sekto r peternakan jug a tak kalah dalam mengemisikan GRK, karena ternyata ko to ran ternak yang membusuk akan melepaskan g as metana ( CH4) ke atmo sfer. Sebag ai ilustrasi, setiap 1 kg ko to ran ternak melepaskan sekitar 230 lite r g as me tana ke atmo sfe r ( S. V. Srinivasan) . Padahal, kalau saja kita mau se dikit b e rupaya untuk me n g o la h n y a , ko t o ra n t e rn a k b i s a m e n d a t a n g ka n keuntung an. Salah satunya bisa dio lah menjadi bio g as, bahan bakar yang murah dan ramah ling kung an.

D. Sampah

Keg iatan manusia selalu meng hasilkan sampah. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi o leh ko ta- ko ta besar di Indo nesia. Data dari Ke menterian Ling kung an Hidup meng atakan bahwa pada tahun 1995 rata rata o rang di perko taan di Indo ne -sia meng hasilkan sampah 0, 8 kg per hari dan terus mening kat hing g a 1 kg per o rang per hari pada tahun 2000. Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap o rang per hari adalah sebesar 2, 1 kg .

(30)

De ng an j umlah p e nd ud uk yang t e rus me n ing kat , d i p e rki ra ka n p a d a t a hu n 2 0 2 0 s a m p a h y a n g dihasilkan per hari sekitar 500 juta kg

atau se kitar 1 9 0 rib u to n pe r tahun. De n g a n j u m l a h s a m p a h y a n g se de mikian b e sar, maka Indo ne sia akan menge misikan g as me tana ke atmo sfer sekitar 9500 to n per tahun.

Jika sampah ko ta tidak dikelo la sec ara benar, maka laju pemanasan g lo bal dan pe rub ahan iklim akan se makin c e pat, meng ing at po tensi pemanasan g lo bal CH4

(31)

Perubahan iklim merupakan feno mena g lo -b al, d imana damp aknya akan d irasakan sec ara g lo bal o leh seluruh umat manusia di se luruh b e lahan b umi. Te rle pas dari apakah daerah tersebut berko ntribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak.

Indo ne sia pun tak luput dari dampak perubahan iklim. Ko ndisi sebag ai neg ara kepulauan yang beriklim tro pis membuat I ndo ne sia b e rada dalam p o sisi yang

sang at rentan terhadap perubahan iklim. Naiknya muka air laut sebag ai salah satu dampak perubahan iklim yang menyebabkan teranc amnya jutaan penduduk yang ting g al di dae rah pe sisir pantai. Se lain itu para pe tani dan ne layan yang mata penc ahariannya sang at berg antung pada c uac a dan musim jug a rentan terhadap dampak perubahan iklim.

A. Posi si Geograf i s I ndonesi a

(32)

Sisanya pulau ko so ng yang menjadi habitat satwa liar.

De ng an b anyaknya pulau yang d imiliki I ndo ne sia, tak he ran jika Indo ne sia m e m i l i ki g a ri s p a n t a i n o m e r 2 t e rp a n j a n g d i dun ia, yait u 8 1 . 0 0 0 km ( se ki t a r 1 4 % d a ri g a ri s pantai dunia) . Se mentara luas laut Indo nesia menc apai 5, 8 juta km2, mendekati 70% luas keseluruhan wilayah

Indo ne sia.

Deng an po sisi geo g rafis seperti ini, Indo nesia sang at rentan terhadap perubahan iklim yang terjadi deng an c epat. Po la c urah hujan akan berubah dan musim kering akan bertambah panjang . Banyak pulau yang teranc am teng gelam akibat kenaikan permukaan air laut dan masih banyak lag i dampak lain yang akan timbul.

B. Dampak Perubahan I kli m bagi I ndonesi a

Pe rub ahan iklim pada ke nyataannya sang at berdampak terhadap kelang sung an hidup umat manusia. Dampak ekstrem dari perubahan iklim t e ru t a m a a d a l a h t e rj a d i n y a ke n a i ka n temperatur serta pergeseran musim.

(33)

Studi kasus yang dilakukan o leh US- EPA di wilayah Semarang, Jawa Teng ah menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pe njualan ikan tambak se pe rti bandeng , g urame dan ud ang se b e sar 1 7 - 3 7 % . Hal it u d ise b ab kan o le h banjirnya tambak ikan akibat naiknya muka air laut, ditambah mening katnya peng uapan dan salinitas air laut.

Ke naikan suh u air laut j ug a me nye b ab kan teranc amnya mata penc aharian nelayan. Hal ini disebabkan kenaikan suhu air laut membawa banyak perubahan bag i kehidupan di bawah laut, seperti pe mutihan te rumb u karang dan punahnya berbag ai jenis ikan.

Sementara pergeseran musim serta p e ru b a h a n p o l a c u ra h h u j a n memberikan dampak yang sang at merug ikan bag i sekto r pertanian dan perikanan. Hujan akan turun deng an intensitas yang t ing g i, namun dalam p e rio de yang le b ih p e nde k se h ing g a b e rp o t e nsi menyebabkan banjir dan lo ng so r. Sementara musim panas terjadi dalam masa yang lebih panjang , sehing g a menyebabkan kekering an. Musim yang tidak menentu akan menyebabkan mening katnya peristiwa g ag al panen, sehing g a kita akan meng alami krisis pang an sec ara nasio nal.

Berbag ai kerug ian yang telah dan akan dirasakan o leh masyarakat Indo nesia sebag ai akibat dampak perubahan iklim adalah sebag ai berikut:

1 . Kenai kan Temperat ur dan Berubahnya Musi m

(34)

Pada jaman pra industri ( sebelum tahun 1850) , ko nsentrasi CO2 terc atat sekitar 290 Menurut IPCC ( 2001) , deng an mening katnya ko nsentrasi CO2 sebanyak dua kali lipat, maka ko nsentrasi CO2 sebesar dua kali lipat akan diikuti o le h pe ning katan suhu udara rata- rata sebesar 3- 4, 2° C.

(35)

tempat c urah hujan mening kat, yang ke mudian akan berdampak pada terjadinya banjir dan lo ngso r. Sementara di sebagian tempat lain curah hujan menurun, sehingga berdampak pada terjadinya kekering an.

2 . Nai knya Permukaan Ai r Laut

Berbag ai studi IPCC memperlihatkan bahwa telah terjadi kenaikan permukaan air laut sebesar 1- 2 meter dalam 100 tahun terakhir. Menurut IPCC, pada tahun 2030, permukaan air laut akan bertambah antara 8- 29 c m dari permukaan air laut saat ini.

Sebag ai dampak naiknya permukaan air laut, maka banyak pulau- pulau kec il dan daerah landai di Indo nesia akan hilang . Apabila 'skenario ' IPCC terjadi, diperkirakan Indo ne sia akan ke hilang an 2 . 0 0 0 pulau. Hal ini te ntunya akan me nye b ab kan mundurnya g aris pantai di sebag ian besar wilayah Indo nesia. Akibatnya, bila ditarik g aris batas 12 mil laut dari g aris pantai, maka sudah tentu luas wilayah Indo nesia akan berkurang .

Me nurut studi ALGAS ( 1997) , jika Indo ne sia - dan jug a ne g ara lainnya - tidak melakukan upaya apapun untuk meng urang i emisi GRK, maka diperkirakan pada tahun 2070 akan terjadi kenaikan permukaan laut seting g i 60 c m. Jika permukaan pantai landai, maka g aris pantai akan mundur lebih dari 60 c m ke arah darat. Hal

ini diperkirakan akan meng anc am tempat ting g al ribuan bahkan jutaan pe nduduk yang ting g al di pe sisir pantai. Tahun 2070 dipe rkirakan sebanyak 800 ribu rumah di tepi pantai harus dipindahkan atau diperbaiki. Untuk itu dana

yang dibutuhkan sekitar 30 milyar rupiah.

(36)

pendukung yang telah terbang un. Nelayan jug a akan kehilang an mata penc ahariannya akibat berkurang nya jumlah tang kapan ikan. Hal ini disebabkan karena tak menentunya iklim sehing g a menyulitkan mereka untuk melaut.

(37)

a. Pantai utara Jawa, termasuk ko ta- ko ta besar seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Antara tahun 1925 - 1989, kenaikan permukaan air laut telah terjadi di Jakarta ( 4,38 mm/ tahun) , Semarang ( 9,27 mm/ tahun) dan Surabaya ( 5, 47 mm/ Tahun) .

b. Pantai timur Sumatera.

c. Pantai selatan, timur dan barat Kalimantan.

d. Pantai barat Sulawesi.

e. Daerah rawa di Irian Jaya yang terletak di pantai barat dan selatan.

Di beberapa Daerah Aliran Sung ai ( DAS) , akan terjadi perbedaan ting kat air pasang dan surut yang makin tajam. Akibatnya, kekerapan terjadinya banjir atau kekering an akan semakin terasa. Hal ini akan semakin parah apabila daya tampung sung ai dan waduk tidak terpelihara akibat ero si dan sedimentasi.

3 . Dampaknya pada Sekt or Peri kanan

Pe m a n a s a n g l o b a l m e n y e b a b ka n me manasnya air laut, se b e sar 2 - 3 ° C. Akibatnya, alg a yang merupakan sumber makanan t e rumb u karang akan mat i karena tidak mampu beradaptasi deng an p e n i n g ka t a n s u h u a i r la u t . Ha l i n i berdampak pada menipisnya ketersediaan makanan t e rumb u karang . Akh irnya, terumbu karang pun akan berubah warna menjadi putih dan mati (co ral ble aching) .

Me manasnya air laut me ng akib at kan menurunnya jumlah terumbu karang di In-do ne sia. Padahal ke pulauan InIn-do ne sia

saat ini memiliki 14. 000 unit terumbu karang deng an luasan to tal sekitar 85.700 km2 atau sekitar 14% dari terumbu

(38)

Peristiwa El Nino , biasa jug a disebut ENSO ( El Nino So uthern Osc illatio n) yang terjadi setiap 2- 13 tahun sekali ( lihat bo ks 1. 5) , pada

tahun 1997- 1998 menyebabkan naiknya suhu air laut sehingga memicu peristiwa pemutihan karang terluas, terutama di wilayah barat Indo ne sia. Pe mutihan karang te rjadi di b ag ian timur Sumate ra, Jawa, Bali dan Lo mbo k. Menurut Wilkinso n di Indo nesia sudah te rjadi pe mutihan karang se be sar 30% ( Murdiyarso , 2003) . Di Kepulauan Seribu, se ki t a r 9 0 - 9 5 % t e rum b u karang h i ng g a kedalaman 25 m meng alami ke matian.

Setelah El Nino berlalu, terumbu karang yang rusa k p unya ke se m p a t a n un t uk t um b uh ke mb ali. Se pe rti halnya yang te rjadi pada te rumb u karang di Ke pulauan Se rib u yang

me mb aik se kitar 2 0 - 3 0 % dalam waktu 2 tahun. Namun b ayang kan jika te rjadi perubahan iklim, pemutihan karang akan terjadi sec ara terus menerus, sehing g a tak ada lagi kesempatan bagi terumbu karang untuk tumbuh dan memperbaiki diri kembali.

Pe mutihan karang menyebabkan punahnya berbag ai jenis ikan karang yang bernilai eko no mi ting g i ( c o nto hnya, ikan kerapu mac an, kerapu sunu, napo leo n dan lain-lain) karena tak ada lag i terumbu karang yang layak untuk dihuni dan b e rfung si se b ag ai sumb e r makanan. Padahal Indo ne sia mempunyai lebih dari 1. 650 jenis ikan karang , itupun hanya yang terdapat di wilayah Indo nesia bag ian timur saja be lum terhitung yang berada

(39)

Akibat lebih jauh adalah terjadinya perubahan ko mpo sisi ikan di laut Indo nesia. Ikan yang tak terg antung pada terumbu karang akan tumbuh deng an sub urnya. Co nto hnya, ikan b e lanak, bandeng , te ng g iri dan te ri, padahal i ka n t e rs e b u t m e m p u n y a i n i l a i eko no mis yg lebih rendah daripada jenis ikan karang .

Tak hanya itu, me manasnya air laut akan meng g ang g u kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya suhu. Ini meng akibatkan terjadinya mig rasi ikan ke daerah yang lebih ding in. Akhirnya, Indo -nesia akan kehilang an beberapa jenis ikan. Akibatnya, nelayan lo kal akan makin terpuruk karena menurunnya hasil tang kapan ikan.

4 . Dampaknya pada Sekt or Kehut anan

Diperkirakan akan terjadi perg antian beberapa spesies flo ra dan fauna yang terdapat di dalam hutan sebag ai akibat perubahan iklim. Beberapa spesies akan teranc am punah karena tak mampu beradaptasi. Sebaliknya spesies yang mampu bertahan a ka n b e rke m b a n g t a k

terkendali ( KLH, 1998) .

(40)

Ke bakaran hutan yang dise babkan o le h fakto r alam, umumnya disebabkan o leh terjadinya pening katan suhu udara di ling kung an sekitar hutan. Pening katan suhu yang terjadi dalam masa yang c u ku p la ma , s e p e rt i mu s i m ke ma ra u p a n j a n g ,

meng akibatkan mudah terbakar-nya ranting - ranting atau daun-d a u n a ki b a t g e s e ka n y a n g ditimb ulkan. Hal ini me nye -babkan kebakaran hutan dapat terjadi dalam waktu sing -kat dimana api melahap sekian h e kt a r l u a s a n h u t a n d a n b e rb ag ai mac am ke ane kara-g aman hayati yankara-g b e rada d i dalamnya. Sing kat kata, pening

-katan suhu me ning katkan pe luang te rjadinya ke bakaran hutan. Ole h karena itu p e rub ahan iklim yang b e rdamp ak p ada me ning katnya suhu, d ip astikan akan mening katkan po tensi kebakaran hutan.

Musim ke marau pada tahun 1994, telah menyebabkan hutan Indo nesia seluas 5 juta ha habis terbakar ( Bapenas, 1999) . Sementara pada peristiwa El- Nino tahun 1997-1998, kawasan yang rusak akibat kebakaran hutan hampir seluas 10 juta ha, termasuk di dalamnya pertanian dan padang rumput ( FWI/ GFW, 2001) .

Se lain hilang nya se jumlah kawasan hutan, ke bakaran hutan jug a me nye babkan hilang nya berbag ai keanekarag aman hayati, terutama yang mempunyai nilai eko no mis ting g i. Belum lag i dampak so sial dan ke se hatan yang ditimbulkan bag i masyarakat setempat.

5 . Dampaknya pada Sekt or Pert ani an

(41)

.

dan perubahan po la hujan. Pada umumnya semua bentuk sistem pertanian sang at sensitif terhadap variasi iklim. Terjadinya keterlambatan musim tanam atau panen akan memberikan dampak yang besar baik sec ara lang sung maup un t ak lang sung , se p e rt i ke t ahanan p ang an, industri pupuk, transpo rtasi dan lain- lain.

(42)

teren-karena ero si tanah, akibatnya kerug ian yang diderita o leh sekto r pertanian menc apai sebesar US$ 6 milyar pertahun ( ADB, 1994) .

Dalam data Dinas Pertanian Cirebo n terc atat sekitar 143 ribu hektar lahan meng alami terlambat tanam pada bulan De se mbe r dan Januari ( KLH, 1998) . Akibatnya dana simpanan milik petani seharusnya untuk mo dal tanam dig unakan untuk biaya hidup. Sehing g a pada saat musim tanam tiba, petani sudah tidak lag i memiliki mo dal. Akibatnya petani akan meng alami penurunan pendapatan bahkan terjerat hutang .

Curah hujan yang ting g i akan menyebabkan tanah lo ng so r, akibatnya hasil dari tanaman dataran ting g i akan menurun. Pro duksi kac ang kedelai misalnya, akan turun sebanyak 20% , sementara jag ung sebanyak 40% , dan padi 2, 5% ( ADB, 1994) .

Perubahan iklim tak hanya menyebabkan banjir tetapi jug a kekering an. Sebag aimana halnya banjir, kekering an me mbawa kerug ian yang serupa pada sekto r pertanian.

Dari Wo no g iri, Jawa Teng ah ( 2 0 0 3 ) , dikab arkan b ahwa sawah yang me ng alami kekering an pada musim ke marau seluas 21. 705 hektar hing g a petani meng alami ke rug ian se b e sar Rp 1 5 milyar le b ih Se me ntara tanaman lain y a n g m e n g a l a m i ke ke ri n g a n adalah kacang tanah, yaitu seluas 1 1 . 7 5 5 he kt ar, d imana 2 . 1 6 4 hektar diantaranya puso ( Ko mpas, 4 Juli 2003) .

(43)

ketersediaan pang an di Indo nesia akan semakin buruk.

6 . Dampaknya pada Sekt or Kesehat an

Damp ak lain dari p e rub ah an iklim d i I ndo ne sia adalah mening katnya frekuensi penyakit tro pis, seperti malaria dan de mam berdarah. Hal ini disebabkan o leh naiknya suhu udara yang menye babkan masa inkubasi nyamuk se makin pe nde k. Damp aknya, nyamuk malaria dan de mam b e rdarah akan berkembang biak lebih c epat.

Balita, anak- anak dan usia lanjut sang at rentan te rhadap pe rubahan iklim. Te rbukti ting g inya ang ka ke matian yang disebabkan o leh malaria sebesar 1- 3 juta pertahun, dimana 80% nya adalah balita dan anak- anak ( WHO, 1997) .

Untuk kasus malaria, di Jawa dan Bali terjadi kenaikan penyakit malaria, dari 18 kasus per 100 ribu pada tahun 1998, menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk di tahun 2000, atau naik hampir 3 kali lipat ( Ko mpas, 18 Januari 2002) . Sementara di luar Jawa dan Bali, terjadi pening katan kasus sebesar 60% dari tahun 1998- 2000. Kasus terbanyak ada di NTT yaitu 16. 290 kasus p e r 1 0 0 rib u p e nd ud uk ( Ko mp as, 1 8 Januari 2 0 0 2 ) . Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tang g a ( SKRT) tahun

1995, dipe rkirakan 15 juta pe nduduk Indo ne sia mende rita malaria dan 30 ribu diantaranya mening g alnya dunia ( WHO, 1996) .

(44)

perio de waktu yang sama ( ALGAS, 1997) .

Selain itu, kebakaran hutan juga menghasilkan kualitas udara yang buruk dan menurunkan derajat kesehatan penduduk di sekitar lo kasi. Pe ri s t i w a ke b a ka ra n h u t a n t a h u n 1 9 9 7 meng akibatkan sekitar 12, 5 juta po pulasi ( di de lapan pro vinsi) te rpapar asap dan de b u ( PM10) . Penyakit yang timbul adalah asma, b ro n kh i t i s d a n I SPA ( I n f e ks i Sa l u ra n Pe rnafasan Akut) . Didug a ke bakaran hutan jug a meng hasilkan rac un dio ksin yang dapat menyebabkan kanker dan ke mandulan bag i wanita ( Tempo , 27 Juni 1999) . Menurunnya kesehatan penduduk meng akibatkan kerug ian berupa hilang nya 2, 5 juta hari kerja. Kebakaran hutan jug a menyebabkan ke matian sebanyak 527 kasus ( KLH, 1998) .

Intensitas hujan yang tinggi dengan perio de yang singkat akan menyebabkan bencana banjir. Jika terjadi banjir maka akan meng ko ntaminasi persediaan air bersih. Pada akhirnya perubahan iklim jug a berdampak pada mewabahnya penyakit seperti diare dan lepto spiro sis yang biasanya munc ul pasc a banjir.

Sementara ke marau panjang jug a berdampak pada timbulnya krisis air bersih. Sehing g a jug a berdampak pada wabah penyakit diare dan jug a penyakit kulit.

7 . Dampak Sosi al dan Ekonomi

(45)

se nd iri me ng alami ke rug ian se b e sar $ 3 0 0 m i l y a r t i a p t a h u n n y a a ki b a t d a m p a k

perubahan iklim ( UNEP, 2001) .

Kerug ian yang akan dialami Indo nesia jika terjadi kenaikan muka air laut seting g i 60 c m a d a l a h s e b e s a r $ 1 1 . 3 0 7 j u t a p e r-t a h u n n y a . Ke ru g i a n i r-t u r-t e rd i ri d a ri me nyusut n ya lah an p e rsawah an , sawah pasang surut dan perkebunan, tambak ikan, bang unan dan hutan bakau ( Ro zari, 1992) .

Sementara kerug ian Indo nesia di sekto r pe rtanian akibat pe rubahan iklim diperkirakan sebesar 23 milyar ru-p ia h ru-p e r t a hu n n y a . Se me n t a ra sekto r pariwisata akan meng alami kerugian sebesar 4 milyar rupiah per tahun ( ALGAS, 1997) . Berdasarkan s u m b e r y a n g s a m a , p e rb a i ka n i n f ra s t ru kt u r p e s i s i r a ka n me merlukan dana 42 milyar rupiah setiap tahunnya.

Di sekto r kehutanan, Indo nesia meng alami kerug ian akibat kebakaran hutan sebesar 5, 96 trilyun rupiah atau 70% dari Pendapatan Do mestik Bruto sekto r kehutanan ( KLH, 1998) . Hal tersebut terdiri atas hilang nya persediaan air, g ang g uan hidro lo g i, pengendalian ero si, siklus hara, peng uraian limbah, hilang nya penyerapan karbo n, hilang nya keanekarag aman hayati dan lain- lain.

(46)
(47)

A. Masuknya I su Perubahan I kli m dalam Agen-da Poli t i k I nt ernasi onal

Me ning katnya b ukti- b ukti ilmiah akan adanya pengaruh aktivitas manusia terhadap sistem iklim se rt a me n ing kat nya ke p e d ulian masyarakat internasio nal akan isu ling kung an g lo bal, pada akh irnya me nye b ab kan isu p e rub ah an iklim menjadi salah satu isu penting di dalam agenda po litik internasio nal.

Pada p e rt e ng ahan t ahun 1 9 8 0 - an, b e rb ag ai pertemuan awal atau ko nferensi antar pemerintah mulai d ise le ng g arakan unt uk me mb ic arakan

masalah perubahan iklim.

IPCC, sebuah panel ilmiah yang terdiri dari b e rb ag ai ilmuwan dari se luruh dunia, berdiri pada tahun 1988 atas prakarsa WMO ( Wo rld Meteo ro lo g ic al

Org anizatio n) dan UNEP ( United Na-tio ns Enviro nment Pro g ramme) g una me mb e rikan info rmasi ilmiah yang terkini bag i para pembuat kebijakan di berbag ai neg ara.

I PCC b e rp e ran untuk me nye d iakan d a t a - d a t a i l m i a h t e rki n i y a n g me n y e lu ru h , t i d a k b e rp i h a k d a n transparan mengenai info rmasi teknis,

so sial, dan eko no mi yang berkaitan dengan isu perubahan iklim. Termasuk d i d a la m n ya i n f o rma s i me n g e na i sumber penyebab terjadinya perubah-an iklim, dampak- dampak yperubah-ang

ditim-b ulka n se rt a st ra t e g i ya ng p e rlu d ilakukan dalam hal p e ng urang an emisi ( mitig asi) dan adaptasi.

IPCC, yang dikelo la o leh Sekretariat

(48)

Mengingat pentingnya bag i pembuat kebi-jakan untuk memiliki data- data ilmiah terkini y a n g d a p a t d i p e rt a n g g u n g j a w a b ka n g u n a me re sp o n masalah p e rub ah an i kli m , maka dibentuklah sebuah badan bernama Intergo vern-mental Panel o n Climate Change ( IPCC) o leh UNEP ( United Natio ns Enviro nment Pro g ramme) dan WMO ( Wo rld Meteo ro lo g ic al Org anizatio n) pada tahun 1989. IPCC merupakan sebuah lembag a yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia y a n g b e rt u g a s u n t u k m e n e l i t i f e n o m e n a perubahan iklim secara ilmiah serta kemungkinan so lusinya.

Pada tahun 1990, IPCC mengeluarkan hasil penelitiannya yang

pe rtama (First Asse ssme nt Re po rt) . Di dalam lapo ran tersebut dipastikan bahwa perubahan iklim merupa-ka n s e b u a h a n c a m a n b a g i kehidupan seluruh umat manusia. IPCC me nye rukan pe nting nya se b uah ke se pakatan g lo b al untuk menang g ulang i masalah perubahan iklim, meng -ing at hal ini adalah sebuah

setahun di sebuah rapat pleno . Kegiat-an utama IPCC adalah menyediakKegiat-an s e b u a h l a p o ra n p e rke m b a n g a n info rmasi terkini mengenai perubahan iklim sec ara reg uler. Lapo ran IPCC ini

d i p a ka i s e b a g a i d a s a r b a g i p a ra pembuat kebijakan dalam melakukan nego siasi perubahan iklim di ting kat inte rnasio nal.

Lapo ran IPCC pertama, tahun 1990, m e n y a t a ka n b a h w a b u kt i - b u kt i menunjukkan secara jelas akan adanya peng aruh aktivitas manusia terhadap i kli m s e c a ra g lo b a l. La p o ra n i n i

berhasil mendo ro ng dibentuknya INC untuk Ko nvensi Perubahan Iklim o leh Majelis Umum PBB.

Lapo ran IPCC yang ke- 3, Third Asse

(49)

masalah g lo bal deng an dampak yang dirasakan sec ara g lo bal pula.

Majelis umum PBB akhirnya menang g api seruan IPPC untuk meng atasi masalah perubahan iklim sec ara g lo bal. Pada Desember 1990, PBB sec ara resmi membentuk sebuah badan antar pemerintah, yaitu Intergo vernmental Ne-go tiating Co mittee ( INC) untuk melakukan neNe-go siasi

ke arah ko nvensi perubahan iklim.

B. Konvensi Perubahan I kli m

Pada Mei 1992, INC menyepakati sec ara ko nsensus sebuah Kerang ka Kerja Ko nvensi Perubahan Iklim PBB ( United Natio ns Framewo rk Co n v e n t i o n o n Cl i m a t e Ch a n g e - UNFCCC) . Ke m ud i a n p a d a J u n i 1 9 9 2 , diseleng g arakanlah KTT Bumi di Rio de Janeiro , Brazil, dimana pada kesempatan ini Ko nvensi Perubahan Iklim mulai ditandatang ani.

Ko nvensi Perubahan Iklim pada akhirnya dinyatakan telah berkekuatan hukum sejak 21 Maret 1994 setelah diratifikasi o leh 50 neg ara. Saat ini ko nvensi tersebut telah diratifikasi o leh lebih dari 180 neg ara. Deng an demikian, neg ara- neg ara yang telah meratifikasi ko nvensi tersebut, biasa disebut Para Pihak atau Partie s, terikat sec ara hukum pada ketentuan yang terdapat di dalam ko nvensi.

Adap un tujuan utama Ko nve nsi Pe rub ahan I klim adalah untuk me nstab ilkan ko nsentrasi g as rumah kaca pada ting kat aman, sehing g a tidak membahayakan sistem iklim g lo bal. Namun ko nvensi ini belum menc antumkan target- tar-get yang meng ikat, seperti tartar-get ting kat ko nsentrasi GRK

yang aman serta batasan waktu untuk menc apai target tersebut.

(50)

tidak terdaftar di dalam Annex I ( dikenal deng an neg ara no n- Annex I)

Neg ara Annex I adalah neg ara- neg ara maju yang d i d a l a m s e j a ra h n y a t e l a h l e b i h a w a l mengko ntribusi gas rumah kaca ke atmo sfer, yaitu sejak revo lusi industri tahun 1850. Emisi GRK per kapita neg ara Annex I terhitung jauh lebih ting g i daripada emisi per kapita neg ara no n- Annex I atau neg ara berkembang . Selain itu neg ara An-nex I mempunyai pereko no mian dan ke mampuan yang le b ih b aik dalam me ng hadap i masalah perubahan iklim dibanding neg ara berkembang .

dan prinsip 'co mmo n but diffe re ntiate d re spo nsi-bilitie s' ( prinsip tang g ung jawab bersama namun deng an po rsi yang berbeda) yang diabadikan di dalam Ko nvensi, me minta neg ara- neg ara Annex I untuk me ng amb il lang kah maju dalam hal menurunkan emisi GRK di dalam negerinya.

Di dalam Ko nvensi Perubahan Iklim dinyatakan bahwa baik neg ara Annex I maupun no n-Annex I harus menyerahkan lapo ran yang dikenal Liec htenstein, Lithuania, Luxemburg , Mo nako , No rwegia, Po landia, Po rtugal,

(51)

GRK serta pro g ram dan kebijakan perubahan iklim nasio nalnya. Namun batas waktu penyerahan Na-t io nal Co mmunicaNa-t io n bag i neg ara no n- Annex I lebih lo ng g ar daripada neg ara Annex I.

C. Prot okol Kyot o

Se te lah Ko nve nsi Pe rub ahan I klim d iratif ikasi, neg ara- neg ara peratifikasi atau Para Pihak, melakukan pertemuan tahunan yang dikenal deng an Pertemuan Para

Pihak atau Co nfe re nce o f t he Part ie s ( COP) . Pertemuan ini ditujukan untuk meng kaji ulang pelaksanaan ko nvensi dan untuk melanjutkan diskusi serta nego siasi dalam menang ani masalah perubahan iklim.

Co nfe re nce o f the Partie s untuk pertama kalinya diseleng g arakan pada tang g al 28 Maret - 7 April 1995 di Berlin, Jerman. Pertemuan ini meng hasilkan kesepakatan untuk meng ambil lang kah- lang kah yang diang g ap perlu untuk meng atasi masalah perubahan iklim. Termasuk di dalamnya untuk memperkuat ko mitmen neg ara Annex I, yang tidak terc antum di dalam ko nvensi, deng an meng ado psi suatu pro to ko l atau bentuk hukum lainnya.

(52)

Selama 2 tahun sete-lah pertemuan COP 1, tidak ada kesepakat-a n i n t e rn kesepakat-a s i o n kesepakat-a l yang cukup berarti yang dihasilkan. Namun pada per-t e m u a n COP 3 , y a n g d i s e l e n g g a ra ka n p a d a t a n g g a l 1 - 1 1 Desember 1997 di Kyo to , Jepang, barulah berhasil disepakati sebuah kesepakatan deng an ko mitmen yang lebih berarti.

COP 3 yang dike nal de ng an Ko nfe re nsi Kyo to me rup akan se b uah aj ang p e rg ulat an ant ara ne g ara maju dan be rke mbang . Ne g ara maju ( An-ne x I ) y a n g d ia n g g a p t e la h le b i h d a h u lu mengemisikan GRK ke atmo sfer melalui keg iatan industrinya meno lak untuk memberikan ko mitmen yang berarti di dalam Pro to ko l Kyo to .

Sementara neg ara berkembang merasa belum mampu untuk menurunkan emisi GRK- n y a ka re n a d i a n g g a p a ka n me ng hamb at p ro se s p e mb ang unan d i neg aranya.

Se t e la h m e n g a la m i p e rg u la t a n d a n nego siasi yang sangat alo t, akhirnya pada h a ri t e ra kh i r p e l a ks a n a a n COP 3 d ise p akatilah se b uah ke te ntuan yang mengikat secara hukum dengan ko mitmen y a n g le b i h t e g a s d a n le b i h d e t a i l. Ke t e n t uan in i ke mud ian le b ih ke nal deng an Pro to ko l Kyo to .

Pro t o ko l Ky o t o d a p a t s e g e ra berkekuatan hukum setelah diratifikasi o le h m i n i ma l 5 5 n e g a ra , d i ma na jumlah emisi neg ara- neg ara Annex I

y a n g t e la h me ra t i f i ka s i m i n i ma l me wakili 5 5 % j umlah t o t al e misi neg ara Annex I pada tahun 1990.

Pernyataan AS untuk tidak meratifikasi Pro to ko l Kyo to ( Maret 2001) membuat

(53)

Pro to ko l Kyo to me rupakan se buah ke se pakatan internasio nal yang menunjukkan sebuah upaya yang sang at serius dalam meng hadapi perubahan iklim. Sec ara hukum Pro to ko l Kyo to mewajibkan seluruh neg ara Annex I untuk menurunkan emisi GRK rata- rata sebesar 5, 2% dari ting kat emisi t a h u n 1 9 9 0 p a d a p e ri o d e tahun 2008-2012.

Dari ang ka penurunan emisi rata- rata

se b e sar 5 , 2 % , t idak se luruh ne g ara An-nex I diharuskan u n t u k m e n u ru n ka n e m i si n ya . I n i dikarenakan ada be be rapa ne g ara An - nex I yang emisi GRK- nya saat

it u berada di bawah ting kat emisi

GRK tahun 1990. Co nto hnya Aus-tralia dan No rweg ia yang diperbo leh-ka n unt uk m e n i ng leh-ka t leh-ka n e m i s i nya sebesar 8% dan 1% dari emisi mereka di tahun 1990.

Pro to ko l Kyo to sendiri terutama bertujuan untuk mengurangi secara keseluruhan emisi 6 je nis GRK, yaitu karbo ndio ksida ( CO2) , m e t a n a ( CH4) , d i n i t ro o ks i d a ( N2O) , hidro fluo ro karbo n ( HFCs) , perfluo ro karbo n

berkekuatan hukum menjadi semakin sulit. AS sendiri mewakili 36% jumlah to tal e misi ne g ara Anne x I tahun 1990.

Hing g a 2 6 No ve mb e r 2 0 0 3 , jumlah n e g a ra y a n g t e l a h m e ra t i f i ka s i Pro to ko l Kyo to adalah sebanyak 120 neg ara <http: //www. unfccc. int/re so urce / kpst at s. pdf>. Se mentara jumlah to tal e misi ne g ara An ne x I yang t e lah meratifikasi sejauh ini baru sebesar 44, 2% . Berarti masih kurang 10, 8% lag i untuk membuat Pro to ko l Kyo to dapat berkekuatan hukum.

Sa a t i n i s e l u ru h d u n i a me n a n t i ke s e d i a a n Ru s i a u n t u k s e g e ra meratifikasi Pro to ko l Kyo to . Deng an jumlah emisi 17, 4% dari to tal emisi

An ne x I , ma ka d a p a t d i p a s t i ka n Pro t o ko l Ky o t o d a p a t s e g e ra berkekuatan hukum.

I ndo ne sia se nd iri hing g a saat ini

b e lum me ratifikasi Pro to ko l, te tapi lang kah- lang kah ke arah ini te lah diupayakan sejak perteng ahan 2002.

( PFCs) dan sulfurheksafluo rida ( SF6) .

(54)

Walau neg ara berkembang tidak dikenai tar-g e t p e nurunan e misi, namun damp ak p e ru b a h a n i kli m t e ru t a m a a ka n sangat dirasakan o leh negara berkem-b ang . Ini dikare nakan ko ndisinya yang rentan, pereko no mian yang lemah serta rendahnya kemampuan tekno lo g i yang d i m i li ki . Ole h ka re n a i t u n e g a ra

b e rke mb ang harus b e rupaya ag ar Pro to ko l Kyo to dapat dilaksanakan sec ara teg as.

Untuk mendukung ag ar Pro to ko l Kyo to dapat segera berkekuatan hukum, neg ara berkem-b ang h arus se g e ra me rat if ikasi p ro t o ko l tersebut. Disamping itu neg ara berkembang jug a harus meng awasi upaya penurunan emisi yang dilakukan o leh neg ara maju ag ar sesuai deng an ketentuan yang tertera di pro to ko l.

Pro to ko l Kyo to sendiri baru dapat berkekuatan hukum 90 hari setelah pro to ko l ini diratifikasi o leh minimal 55 neg ara. Selain itu, jumlah emisi neg ara- neg ara An-nex I yang telah meratifikasi mini- mal mewakili 55% dari jumlah emisi to

-tal Annex I di tahun 1990.

D. CDM ( Clean Development Mecha-ni sm)

Salah satu ketentuan yang terdapat di dalam Pro to ko l Kyo to adalah se b uah me kanisme yang dise b ut

fle xibility me chanism atau mekanisme yang fleksibel.

(55)

maj u unt uk me lakukan p e nurunan e misi d i luar neg aranya, yaitu melalui usaha penurunan emisi di neg ara lain. Usaha penurunan emisi di neg ara lain bisa dilakukan melalui tig a mekanisme berikut ini:

1 . Joi nt I mplement at i on ( JI ), mekanisme yang me mung kinkan neg ara maju ( investo r) untuk me ng imp le me ntasikan p ro ye k yang bisa menurunkan atau menyerap emisi di neg ara maju lainnya. Deng an timbal- baliknya, kredit penurunan emisi yang dihasilkan o leh pro yek tersebut dimiliki o leh neg ara investo r.

2 . Clean Development Mechani sm ( CDM),

me ka n i sme ya n g me mun g ki n ka n n e g a ra ne g a ra ma j u un t uk me ng -implementasikan pro yek yang bisa menurunkan atau menyerap emisi di negara berkembang, dimana kredit penurunan emisi yang dihasilkan nantinya dimiliki o leh neg ara maju tersebut. Selain tujuan me mbantu neg ara maju dalam me menuhi target penurunan emisi, mekanisme CDM ini jug a bertujuan untuk membantu negara berkembang dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di neg ara berkembang .

3 . Emi ssi on Tradi ng ( ET), mekanisme yang me n g a t u r n e g a ra

maju untuk membeli kre d i t p e n u ru na n e misi d ari ne g ara maju lainnya ( tanpa harus melalui kerja sama pro ye k) .

Gambar

Grafik 1: Emisi Karbon Tiap Sektor di Indonesia
Tabel 2.1 menunjukan bahwa sumber utama GRK di Indonesia ternyata berasal dari

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok VI – Perubahan IklimGlobal | 3 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu

Dengan dampak yang ditimbulkan karena perubahan iklim akibat pemanasan global, maka kita sebagai penduduk dunia harus segera bertindak untuk mengurangi pemanasan global seperti

Studi ini dibuat agar akibat dari Pemanasan Global dan Perubahan Iklim tetap dapat memberikan manfaat ekonomi, termasuk lebih banyak sistem energi yang cost-effective,

Perubahan iklim akibat pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi bumi selama beberapa dekade dan

Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan dapat penulis rumuskan menjadi: Bagaimana upaya China dalam menghadapi isu pemanasan

Turnitin_Chapter: Peran serta umat khonghucu dalam mengurangi. pemanasan global dan

Pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara)

Selain menyerap kembali karbon dioksida sebagai sumber utama emisi GRK bumi, industri sawit juga mampu berkontribusi untuk menurunkan atau menghematan emisi