ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN JASA LAYANAN PERBANKAN (BANK X) DENGAN PENDEKATAN AHP (ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS) DAN BALANCED SCORECARD
Oleh : Kristiana
Perekayasan Muda BPPT tee_ana@yahoo.com
ABSTRAKSI
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi suatu organisasi, karena tanpa memiliki pengukuran kinerja yang komprehensif suatu organisasi tidak akan mampu mengendalikan organisasinya dengan baik. Pengukuran kinerja hanya dari perspektif keuangan saja terbukti kurang memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan dan hanya mengacu pada angaran tahunan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pengukuran kinerja yang dapat memberikan gambaran keberhasilan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran yang memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Sesuai dengan namanya, Balanced Scorecard dapat diartikan sebagai kartu nilai yang seimbang, sehingga terjadi penilaian yang seimbang antara aspek keuangan dan non-keuangan. Dalam menerapkan balanced scorecard sebagai metode pengukuran kinerja perusaahaan, diperlukan beberapa metode pendukung, diantaranya yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) yang digunakan sebagai salah satu metode pembobotan atau pemberian nilai terhadap setiap tujuan strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan strategis yang digunakan dalam dasar penilaian diambil dari peta strategis yang telah ditentukan pada metode balanced scorecard. Dasar penggunaan metode AHP adalah karena metode ini merupakan salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang menggunakan sebuah hirarki fungsional, dengan input utamanya persepsi manusia, yang dianggap ahli dalam masalah yang diajukan dan memiliki kepentingan terhadap masalah tersebut.
Abstract
of financial and non-financial. In applying the balanced scorecard as a standard enterprise performance measurement method, needed some support methods, among which the Analytical Hierarchy Process (AHP) is used as one method of weighting or scoring against any strategic objectives that have been set previously. Strategic objectives used in the valuation basis are taken from the strategic map that has been determined on the balanced scorecard method. Basic use of AHP is because this method is a form of decision-making model that uses a functional hierarchy, the main input of human perception, which is considered an expert in the matters raised, and has an interest in the matter.
(Kata Kunci : kinerja perusahaan, sistem penunjang keputusan, pembobotan, AHP, analytical hierarchy process, balanced scorecard)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinerja adalah salah satu tolak ukur yang dapat digunakan oleh perusahaan atau organisasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Saat ini terdapat berbagai metode pengukuran kinerja perusaahaan, salah satunya adalah balanced scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran yang memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Dalam penilaian kerja dengan balanced scorecard langkah yang dilakukan adalah dengan menjabarkan setiap visi, misi dan strategi perusahaan ke masing-masing perspektif dan menentukan tujuan strategis ke dalam indikator-indikator kinerja ini yang nantinya akan dinilai.
Metode penilaian dan
penentuan skor pada penulisan ini menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP digunakan
untuk membobotkan tingkat
kepentingan dari perspektif dan indikator-indikator kinerja. Setelah
didapatkan nilai skor maka proses selanjutnya adalah menentukan kesimpulan skor tersebut.
AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah model pendukung keputusan yang mampu menguraikan permasalahan yang komplek dengan kriteria yang banyak ke dalam susunan hirarki, yang mana setiap level disusun oleh elemen-elemen yang spesifik. Hirarki didefinisikan sebagai suatu sistem dari level yang terstratifikasi, dimana masing-masing terdiri dari elemen-elemen atau faktor-faktor.
Struktur hierarki yang digunakan dalam perhitungan ini adalah peta strategis yang telah ditentukan dengan metode balanced scorecard. Dengan menggabungkan dua metode ini, diharapkan hasil penilaian kinerja yang dicapai lebih akurat, sehingga para level manager bisa mengambil keputusan dengan lebih tepat.
non-keuangan. Secara rinci balance
scorecard mengkategorikan
pengukuran kinerja ke dalam empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Namun jika tidak digabungkan dengan model pendukung keputusan yang lain, maka penggunaan balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja perusahaan tidak berfungsi maksimal. Karena balanced scorecard hanya melakukan perancangan terhadap visi dan misi perusahaan dalam
pengukuran kinerja yang
diterjemahkan ke dalam peta strategis, tetapi tidak memberikan penilaian terhadap setiap perspektif dan indikator-indikator kerja.
Oleh sebab itu dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai
bagaimana penggunaan AHP
(Analytical Hierarchy Process) dalam melakukan pembobotan terhadap setiap perspektif dan indikator-indikator kinerja lainnya yang diambil dari peta strategis dari sebuah perusahaan jasa layanan perbankan (Bank X). Sehingga baik total nilai kinerja dari suatu perusahaan maupun setiap perspektif dapat diketahui secara akurat.
2. LANDASAN TEORI
2.1 KONSEP UMUM
BALANCED SCORECARD
Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu nilai (scorecard) dan balanced (berimbang). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan
sebagai evaluasi. Serta berimbang (balanced) artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat internal dan kinerja eksternal (fokus komprehensif).
Balanced Scorecard
menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam tujuan konkrit terorganisasi disepanjang jalur 4 perspektif yang berbeda: finansial, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Prinsip dasar BSC adalah
memfokuskan pada pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sekarang, perusahaan akan mengamankan posisi finansial
masa depannya. Mengenali
keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan menengah ini penting bagi perusahaan yang
ingincenderung menginginkan
kesuksesan finansial jangka pendek yang seringkali juga diinginkan oleh para pemegang saham.
Dibandingkan dengan konsep manajemen strategis umum, BSC memiliki beberapa konsep penting:
2. Konsep penting kedua adalah penggunaan indikator leading dan lagging. Indikator lagging adalah pengukuran yang menjelaskan sesuatu yang telah terjadi, karena itu jika perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi terlambat. Contohnya adalah ukuran finansial itu sendiri. Indikator leading sebaliknya menceritakan sesuatu mengenai masa depan. Contohnya jika perusahaan memperbaiki tingkat kepuasan pelanggannya, maka perusaahaan akan berada dalam jalur yang benar untuk
mendapatkan penjualan
tahunan yang lebih baik.
3. Hubungan Sebab-akibat. Jika kita memiliki sejumlah indikator yang terkait dalam cara dimana kinerja sekarang satu indikator menjadi indikasi kinerja yang baik di masa depan dari indikator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan sebabakibat. 4. Penerapan Balanced Scorecard
secara berjenjang diseluruh
organisasi. Umumnya
perusahaan multinasional dengan beberapa unit bisnis
pertama-tama akan
menciptakan balanced
scorecard bagi tingkat
perusahaan kemudian
membangun kartu nilai tingkat unit bisnis di tingkat anak perusahaan.
5. Pembelajaran 'double loop learning'. Perusahaan yang
telah mengembangkan
Balanced Scorecard dapat
menggunakannya untuk
mengontrol kesuksesan strategi awal (single loop learning) sebagai dasar pertimbangan ketika strategi tersebut ditantang oleh informasi baru yang diperoleh dari lingkungan bisnis (double loop learning). 2.2 DEFINISI DAN KONSEP
DASAR AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCCESS)
AHP dikembangkan di
Wharton School of Business oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an. Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Wharton School of Business. Pada tahun 1980, Saaty akhirnya mempublikasikan karyanya tersebut dalam bukunya yang berjudul Analytic Hierarchy Process.
AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan karena AHP berdasarkan pada teori yang merefleksikan cara orang berpikir. Dalam perkembangannya, AHP dapat digunakan sebagai model alternatif dalam menyelesaikan berbagai macam masalah, seperti memilih portofolio dan peramalan.
Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar AHP, yaitu (Saaty, 1994): 1. Dekomposisi (Decomposition)
Setelah persoalan didefinisikan,
maka perlu dilakukan
decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, maka pemecahan terhadap unsur-unsurnya dilakukan hingga tidak
memungkinkan dilakukan
pemecahan lebih lanjut. Pemecahan tersebut akan menghasilkan beberapa tingkatan dari suatu persoalan. Oleh karena itu, proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy).
2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgement)
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakaninti dari AHP karena berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaianini tampak lebih
baik bila disajikan dalam bentuk
matriks perbandingan
berpasangan(pairwise comparison).
3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)
Dari setiap matriks pairwise comparison dapat ditentukan nilai eigenvector untuk mendapatkan prioritas daerah (local priority).
Oleh karena matriks
pairwisecomparison terdapat pada setiap tingkat, maka global priority dapat diperoleh dengan melakukan sintesa di antara prioritas daerah. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut hierarki. Pengurutan
elemen-elemen menurut
kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
2.3 LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR AHP
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan
berpasangan yang
menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang
setingkat diatasnya.
Perbandingan berdasarkan “judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Melakukan perbandingan
berpasangan sehingga
diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan
menguji konsistensinya, jika
tidak konsisten maka
pengambilan data diulang. 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5
untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung eigenvector dari
setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigenvector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10% maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
2.3.1 PENYUSUNAN PRIORITAS Langkah pertama dalam menentukan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks untuk analisis numerik.
Untuk mengkuantifikasikan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Nilai-nilai perbandingan relative kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.
Kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan ranking dan prioritas. Masing-masing perbandingan berpasangan dievaluasi dalam Saaty’s scale 1 – 9 sebagai berikut. Interpretasi pembobotan Saaty’s scale dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Most Important
Neutral Most
Important
Tabel 1. Skala AHP dan Definisinya
Skala Definisi dari “Importance”
1 Sama pentingnya (Equal Importance)
3 Sedikit lebih penting (Slightly more Importance) 5 Jelas lebih penting (Materially more Importance) 7 Sangat jelas penting (Significantly more Importance) 9 Mutlak lebih penting (Absolutely more Importance)
2,4,6,8 Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (Compromise values) Sumber : Saaty, TL The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation
Skala 5 terhadap elemen A disamping skala dalam perbandingan di atas. Contoh, diinterpretasikan elemen A jelas lebih penting dibandingkan elemen B. Skala 9
disamping skala elemen B
diinterpretasikan sebagai elemen B mutlak lebih penting dibandingkan elemen A. Hasil rasio evaluasi dari skala AHP disajikan dalam bentunk
matrik. Ordo-ordo matrik
dinormalisasi dan secara diagonal ditambah untuk mendapatkan nilai eigen
3. ANALISA DAN
PEMBAHASAN
3.1 Penyelarasan Balanced Scorecard Dengan Strategi
Dalam sebuah perusahaan pengukuran kinerja dapat dianggap sebagai pencapaian dari target yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran kinerja non keuangan meliputi kepuasan costumer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/internal serta produktivitas dan komitmen personil yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Pengukuran kinerja dengan melihat pada faktor keuangan dan non
keuangan dapat diukur dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Metode ini menggunakan empat perspektif, diantaranya adalah finansial atau keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif scorecard ini menawarkan suatu keseimbangan (balanced) antara tujuan jangka pendek dan panjang; hasil (outcome) yang diinginkan dan pemicu kerja (performance drivers) dari hasil tersebut; serta tolak ukur yang keras (hard objective measures) dan tolak ukur yang lebih lunak dan subyektif.
Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran finansial, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam bagaimana unit usaha tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada sekarang dan di masa yang akan datang dan bagaimana
unit usaha tersebut harus
meningkatkan kemampuan internalnya serta investasi pada manusia, sistem, prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang baik dimasa yang akan datang.
layanan jasa perbankan. Perancangan ini diawali dengan menentukan variabel-variabel yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran, kemudian dilanjutkan dengan penerjemahan visi dan misi dari perusahaan yang dijadikan studi kasus. Setelah penerjemahan visi dan misi langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi tolak ukur, penentuan inisiatif strategi dari masing-masing perspektif dan faktor pendorong kerja. Langkah terakhir adalah menyelaraskan Balanced scorecard, maksudnya adalah menunjukkan hubungan sebab akibat antar berbagai perspektif.
Adapun variabel-variabel yang akan digunakan dalam studi kasus ini antara lain adalah :
• Perspektif Keuangan :
Pengembalian investasi (ROI) dan tingkat keuntungan perusahaan (NPM). Data yang diambil berupa laporan keuangan perusahaan, yaitu laporan rugi/laba dan neraca keuangan.
• Perspektif Pelanggan : Kepuasan pelanggan, Loyalitas
pelanggan dan jumlah
pelanggan baru. Data yang diambil berupa data keluhan pelanggan, data hasil survei CSLM (Customer Satisfaction and Loyaty Measure) dan data jumlah pelanggan baru.
• Perspektif Proses Bisnis Internal : Produktivitas perusahaan, kehandalan sistem, pemanfaatan fasilitas sistem. Data yang diambil berupa : data tingkat produktifitas perusahaan, system
availability, dan total volume transaksi channel utilization. • Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan : Tingkat
kepuasan kerja, tingkat motivasi kerja, tingkat kepuasan dan loyalitas kerja, pengembangan SDM. Data yang diambil berupa : data jumlah karyawan yang keluar, jumlah karyawan yang tidak masuk tanpa keterangan, dan hasil survei VOE (Voice of Employee)
Setelah menentukan variabel-variabel yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja, selajutnya adalah melakukan pembobotan terhadap varibel dari setiap perspektif dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Sedangkan untuk menentukan besarnya prioritas masing-masing tujuan strategis digunakan pairwise comparisons (perbandingan berpasangan). Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Membuat kuesioner
pembandingan berpasangan untuk menentukan besarnya prioritas masing-masing tujuan strategis perusahaan.
2. Menghitung hasil kuesioner yang telah diisi oleh para staff eksekutif perusahaan, kemudian hasilnya digunakan untuk perhitungan bobot dengan metode AHP.
4. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan yang paling bawah. 5. Membuat matriks berpasangan
dan memasukkan prioritas masing-masing tujuan yang diperoleh dari hasil perhitungan kuesioner.
6. Menghitung bobot prioritas masing-masing tujuan strategis.
Sebelum menghitung
pembobotan prioritas dari setiap tujuan
strategis, terlebih dahulu ditentukan inisiatif strategis perusahaan berdasarkan tujuan strategis dari seluruh perspektif (keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan). Dari beberapa perspektif tersebut kemudian diturunkan menjadi inisiatif strategis dari seluruh perspektif. Untuk dapat menyelaraskan antara strategi dengan perspektif dalam Balanced Scorecard adalah dengan membuat hubungan sebab akibat (lihat pada gambar 2) dari masing-masing perspektif tersebut dan juga menyusun faktor pendorong kinerja (lihat pada tabel 2) .
Tabel 2 Lag and Lead Idicator (Faktor Pendorong Kinerja)
Tujuan Strategi Lag Indicator (Indikator Akibat)
Lead Indicator (Indikator Sebab)
Perspektif Keuangan K1 – Tingkat
Pengembalian Investasi
ROI
Pemanfaatan asset
Peningkatan volume penjualan
K2 – Meningkatkan keuntungan perusahaan
NPM
Meningkatkan volume penjualan
Menekan biaya operasional
Perspektif Pelanggan P1 – Memberikan kepuasan
kepada pelanggan Porsentase Keluhan
Menghasilkan produk bermutu
Menawarkan suku bunga yang kompetitif
Layanan pra/purna jual P2 – Evaluasi tingkat
kepuasan dan loyalitas pelanggan
Hasil Survey CSLM
Mengadakan survey terhadap pelanggan (CSLM)
P3 – Meningkatkan tingkat kepercayaan pelanggan
Jumlah Pelanggan Baru
Meningkatkan jumlah pelanggan baru dalam setiap periode
Perspektif Proses Bisnis Internal B1 – Meningkatkan
produktivitas perusahaan
Tingkat produktivitas
perusahaan
Meningkatkan volume transaksi
Menjaga keseimbangan antara workload dan man power B2 – Menyediakan sistem
yang dapat diandalkan
Porsentase system defect
Meminimalkan defect
Memperbaiki defect
B3 – Memanfaatkan fasilitas sistem yang telah disediakan
Volume transaksi channel utilization
Memaksimalkan dan
mengoptimalkan penggunaan sistem
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan BT1 – Meningkatkan
kepuasan kerja karyawan
Porsentase karyawan yang
keluar (resign)
Memberikan gaji dan bonus
Fasilitas penunjang
BT2 – Meningkatkan motivasi kerja karyawan
Porsentase absen
karyawan
Sistem kenaikan jabatan
Memberikan bonus/THR
Memberikan tunjangan kendaraan dan rumah
Menyediakan club center
Mengikutsertakan karyawan dalam kegiatan olahraga dan amal
Memberikan beasiswa bagi anak-anak karyawan yang berprestasi
BT3 – Evaluasi tingkat kepuasan dan loyalitas kerja karyawan
Hasil Survey VOE
Melakukan survey VOE dalam setiap tahun
BT4 – Meningkatkan SDM Porsentase
pelatihan karyawan
Memberikan pelatihan kepada para karyawan secara periodik Langkah selanjutnya dalam
analisis pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan perspektif Balanced Scorecard adalah dengan menyusun peta strategis perusahaan. Peta Strategi (lihat gambar 3) atau
Strategy Map menggambarkan
bagaimana masing-masing tujuan dari tiap perspektif dapat mempengaruhi tujuan dari perspektif lainnya. Peta strategi juga akan mempermudah dalam memandang bahwa keberhasilan mewujudkan tujuan perspektif keuangan tidak dapat dilakukan secara terpisah ataupun mendapat perhatian
yang terlalu besar tanpa
memperhatikan perspektif yang lainnya. Selain itu peta strategis juga dapat dijadikan acuan dalam menentukan bobot prioritas dari setiap variabel yang akan diukur.
3.2 Pengukuran Kinerja
Perushaan Bank X
Berdasarkan Target Untuk Setiap Perspektif
Untuk mengukur kinerja perusahaan saat ini, penulis menggunakan data-data aktual yang didapat dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan melihat hasil
pengukuran tersebut, perusahaan dapat mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan mereka, sehingga dapat menentukan strategi jangka panjang yang sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai oleh perusahaan. Berdasarkan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan, maka penentuan kinerja perusahaan Bank X dari seluruh perspektif dapat dilihat pada table 3.
Tabel 3 Penentuan Kinerja Bank X Berdasarkan Empat Perspektif Perspektif Keuangan
Tujuan Strategis Tolak Ukur Kinerja Saat
ini Target Nilai Hasil
K1 : Meningkatkan tingkat
pengembalian investasi
ROI (Return Of
Perspektif Pelanggan
Tujuan Strategis Tolak Ukur Kinerja Saat
ini Target Nilai Hasil
P1 : Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Data Keluhan
Pelanggan 0.3 % 0.25 % tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan
kepercayaan dan loyalitas
Perspektif Proses Bisnis Internal
Tujuan Strategis Tolak Ukur Kinerja Saat
ini Target Nilai Hasil
5297.67 5000.56
5 sistem yang dapat diandalkan fasilitas sistem yang telah disediakan
Volume transaksi
channel utilization
2.162.630 2.280.185
5 4 3 2
1 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan Strategis Tolak Ukur Kinerja Saat
ini Target Nilai Hasil
BT1 : Meningkatkan kepuasan kerja karyawan
Porsentase karyawan yang keluar
(resign)
28.29 % 29%
5 4 3 2 1
5
BT2 : Meningkatkan motivasi kerja karyawan
Porsentase absen karyawan
34.82% 35%
5 4 3 2 1
4
BT3 : Evaluasi tingkat kepuasan dan loyalitas kerja karyawan
Hasil Survey
VOE 74.25% 80%
5 4 3 2 1
1
3.3 Pembobotan dengan
Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Langkah selanjutnya dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan Balanced Scorecard adalah melakukan pembobotan atau pemberian skor terhadap setiap tujuan strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
dilakukan karena terdapat
keterhubungan yang sangat kuat dari setiap tolak ukur yang digunakan dalam rangka tercapainya tujuan strategis.
Metode pembobotan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Dasar penggunaan metode AHP adalah karena metode ini merupakan salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang menggunakan sebuah hirarki fungsional, dengan input utamanya persepsi manusia, yang dianggap ahli dalam masalah yang
diajukan dan memiliki kepentingan terhadap masalah tersebut.
Gambar 2 Hubungan Sebab-Akibat Pada Perusahan Bank X
Perspektif Keuangan
K1 : Tingkat pengembalian Investasi
K2 : Meningkatkan keuntungan perusahaan
Perspektif Pelanggan
P1 : Memberikan kepuasan kepada pelanggan
P2 : Mengevaluasi tingkat kepuasan pelanggan
P2 : Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk
Perspektif Proses Bisnis Internal
B1 : Meningkatkan produktivitas total perusahaan
B2 : Meyediakan sistem yang dapat diandalkan
B2 : Memanfaatkan fasilitas sistem yang telah disediakan
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
BT1 : Meningkatkan kepuasan kerja karyawan
BT2 : Meningkatkan motivasi kerja karyawan
BT2 : Mengevaluasi tingkat kepuasan dan loyalitas kerja karyawan
ROI
NPM
Prosentase keluhan
Hasil Survey CSLM
Porsentase Jumlah Pelanggan baru
Tingkat produktivitas perusahaan
Porsentase system defect
Volume transaksi channel utilization
Porsentase karyawan yang keluar
Porsentase absen karyawan
Hasil survey VOE
Pemanfaatan aset
Meningkatkan volume penjualan
Menekan biaya operasional
Menghasilkan produk bermutu, suku bunga yang kompetitif, lyanan
pra/purna jual
Meningkatkan volume transaksi, menjaga keseimbangan antara wokload dan man power
Meminimalkan defect dan memperbaiki defect
Memaksimalkan dan mengoptimalkan penggunaan sistem
Gaji&bonus, fasilitas penunjang, lingkungan kerja yang nyaman
Kenaikan jabatan, THR, Club Center, tunjangan kendaraan dan rumah, beasiswa
Porsentase Pelatihan Karyawan
Gambar 3 Peta Strategi Bank X
Pengembalian Investasi
Keuntungan Perusahaan
Kepuasan pelanggan
Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan Tingkat kepercayaan
pelanggan
Produktivitas Perusahaan Kehandalan sistem
Memaksimalkan pemanfaatan fasilitas
sistem
Kepuasan karyawan
Motivasi karyawan
Evaluasi kepuasan dan loyalitas kerja karyawan Perspektif
Keuangan
Perspektif Pelanggan
Perspektif Proses bisnis Internal
Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan
* ROI
* NPM
* Porsentase keluhan
* Jumlah Pelangan Baru
* CSLM
* Porsentase defect
* tingkat produktivitas perusahaan
* volume transaksi
* jumlah karyawan keluar
* jumlah karyawan absen
* VOE
Pelatihan Karyawan
3.3.1 Perhitungan Pairwise Comparison (Perbandingan Berpasangan)
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebar kepada para staf eksekutif Bank X, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rataan geometrik sebagai berikut :
1. Perhitungan untuk perbandingan antar tujuan strategis yang mendorong tingkat kepuasan dan loyalitas karyawan.
Nilai dari perbandingan kepuasan karyawan terhadap motivasi karyawan adalah sebagai berikut :
1/5, ½, 9, 4, 1/3, 1/5, 7, 2, 8, 7, 3, 3, 5, 4, 2
Nilai Geomean = 2.098
Nilai dari perbandingan kepuasan karyawan terhadap pelatihan karyawan adalah sebagai berikut :
1/9, 1/5, 7, ¼, 1/5, 1/7, 1/7, 1/9, 1/5, 5, 1/7, ¼, 1/5, 1/7, 1/9
Nilai Geomean = 0.261
Nilai dari perbandingan pelatihan karyawan terhadap motivasi karyawan adalah sebagai berikut :
5, 7, 1/8, ½, 7, 7, 5, 9, 5, 9, 5, 1/7, 3, 5, 7
Nilai Geomean = 3.021 2. Perhitungan untuk perbandingan
antar tujuan strategis yang
mendorong produktivitas
perusahaan.
Nilai dari perbandingan tingkat kepuasan dan loyalitas karyawan terhadap kehandalan sistem adalah sebagai berikut :
1/9, 1/7, 5, 4, 3, 1/9, 1/3, 3, 5, 1/5, 1/7, 1/5, 3, 1/7, 1/9 Nilai Geomean = 0.551
Nilai dari perbandingan tingkat kepuasan dan loyalitas karyawan terhadap pemanfaatan sistem adalah sebagai berikut :
1/5, 1/5, 1/3, 2, 1/5, 1/7, 1/5, 4, 5, 1/7, 1/7, 1/5, 3, 1/5, 1/7 Nilai Geomean = 0.397
Nilai dari perbandingan kehandalan sistem terhadap pemanfaatan sistem adalah sebagai berikut :
3, 2, 9, 3, 9, 5, 1/7, 1/5, 5, 1/6, 5, 4, 5, 4, 3
Nilai Geomean = 2.260 3. Perhitungan untuk perbandingan
antar tujuan strategis yang mendorong tingkat kepercayaan pelanggan.
Nilai dari perbandingan tingkat kepuasan dan loaylitas pelanggan terhadap produktivitas perusahaan adalah sebagai berikut : ¼, 4, ¼, 1/3, 6, 1/9, 5, 1/5, 5, 6, 1/5, 1/5, 5, 1/7, 1/5
Tabel 4 Hasil Kuesioner Perbandingan Berpasangan Perbandingan tujuan strategis yang mendorong tingkat kepuasan dan
loyalitas karyawan Nilai Geomean
Kepuasan karyawan Terhadap Motivasi karyawan 2.098
Kepuasan karyawan Terhadap Pelatihan karyawan 0.261
Pelatihan karyawan Terhadap Motivasi karyawan 3.021
Perbandingan tujuan strategis yang mendorong produktivitas
perusahaan Nilai Geomean
Tingkat kepuasan dan
loyalitas karyawan Terhadap Kehandalan sistem
0.551 Tingkat kepuasan dan
loyalitas karyawan Terhadap Pemanfaatan sistem
0.397
Kehandalan sistem Terhadap Pemanfaatan sistem 2.260
Perbandingan tujuan strategis yang mendorong tingkat kepercayaan dan loyalitas pelanggan
Nilai Geomean Tingkat kepuasan dan
loyalitas pelanggan Terhadap produktivitas perusahaan
0.731
3.3.2 Menentukan Bobot
Pengukuran Tujuan Strategis Untuk Perspektif Keuangan Dalam perspektif keuangan terdapat dua tujuan strategis yang digunakan untuk pengukuran kinerja, yaitu tingkat pengembalian investasi dan peningkatan keuntungan perusahaan.
Tujuan Strategis Tingkat Pengembalian Investasi
Berdasarkan peta strategi yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dapat dilihat kontribusi kedua tujuan strategis tersebut dalam menunjang kinerja perusahaan seperti gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4 Hirarki Tujuan Strategis yang Mendorong Tingkat Pengembalian Investasi Dari gambar di atas terlihat bahwa tujuan strategis meningkatkan keuntungan perusahaan dapat mendorong tercapainya tujuan strategis tingkat pengembalian investasi. Karena hanya terdapat satu tujuan strategis yang digunakan untuk mencapai tujuan utama, maka bobot untuk tujuan strategis tersebut adalah satu.
Tingkat Pengembalian Investasi
Bobot masing-masing tujuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Bobot Tujuan Strategis dalam
Perspektif Keuangan Tujuan Strategis Bobot Tingkat Pengembalian
Investasi
1
Tujuan Strategis
Meningkatkan Keuntungan Perusahaan
Mengacu kembali pada peta strategis dapat terlihat bahwa
tercapainya keuntungan
perusahaan didorong oleh
meningkatnya kepuasan
pelanggan terhadap produk dan pelayanan perusahaan. Sehingga tujuan strategis meningkatkan
keuntungan perusahaan
didorong oleh tingkat kepuasan pelanggan. Hirarki dari tujuan strategis tersebut dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5 Hirarki Tujuan Strategis yang Mendorong Meningkatkan Keuntungan
Perusahaan
Dari gambar hirarki tersebut terlihat bahwa untuk mencapai tujuan utama hanya terdapat satu alternatif tolak ukur yaitu tingkat kepuasan pelanggan, sehingga bobot untuk tujuan stategis tersebut adalah satu. Bobot masing-masing tujuan
strategis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 Bobot Tujuan Strategis dalam Perspektif Keuangan Tujuan Strategis Bobot Meningkatkan
Keuntungan Perusahaan
1
3.3.3 Menentukan Bobot
Pengukuran Tujuan Strategis Untuk Perspektif Pelanggan Dalam pengukuran kinerja perusahaan untuk perspektif pelanggan, juga digunakan dua tujuan strategis, yaitu meningkatkan kepuasan
pelanggan dan meningkatkan
kepercayaan pelanggan.
Tujuan Strategis
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Berdasarkan peta strategis,
tercapainya kepuasan
pelanggan dipicu oleh faktor tingkat kepercayaan pelanggan, sehingga jika tingkat
kepercayaan pelanggan
terhadap Bank X baik, maka kepuasan pelanggan pun akan tercapai. Hirarki dari tujuan strategis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6 Hirarki Tujuan Strategis yang Mendorong Meningkatkan Kepuasan
Pelanggan Meningkatkan
Keuntungan Perusahaan
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Bobot masing-masing tujuan strategis dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 7 Bobot Tujuan Strategis yang Mendorong Kepuasan Pelanggan
Tujuan Strategis Bobot Meningkatkan Kepuasan
Pelanggan
1
Tujuan Strategis
Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan
Gambar berikut menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tingkat kepercayaan pelanggan.
Gambar 7 Hirarki Tujuan Strategis yang Mendorong Tingkat Kepercayaan
Pelanggan
Perhitungan bobot untuk tiap tujuan strategis dalam perspektif pelanggan yang
mendorong tingkat
kepercayaan pelanggan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Perhitungan Bobot untuk Tujuan Strategis Tingkat
Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan terhadap Tujuan
Strategis Produktivitas Perusahaan yang Mendorong
Tujuan Strategis Tingkat Kepercayaan Pelanggan
Tingkat dan loyalitas
pelanggan sehingga didapat bobot masing-masing tujuan strategis yang
mendorong tingkat
kepercayaan pelanggan adalah seperti pada Tabel 9.
Tabel 9 Bobot Masing-Masing Tujuan Strategis yang
Mendorong Tingkat Kepercayaan Pelanggan Tujuan Strategis Bobot Tingkat Kepuasan dan
Loyalitas Pelanggan
0.422 Meningkatkan
Produktivitas Perusahaan
0.578
3.3.4 Menentukan Bobot
Pengukuran Tujuan Strategis Untuk Perspektif Proses Bisnis Internal
Perhitungan antar tujuan strategis yang mendorong produktivitas perusahaan.
Gambar 8 Hirarki Tujuan Strategis yang Mendorong Produktivitas Perusahaan Tingkat Kepercayaan
Pelanggan
Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
Meningkatkan Produktivitas Perusahaan
Produktivitas fasilitas sistem
Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Kerja
Perhitungan bobot untuk setiap tujuan strategis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10 Perhitungan Bobot untuk Setiap Tujuan Strategis Tingkat dan loyalitas
kerja
Tabel 11 Bobot Masing-Masing Tujuan Strategis yang
Mendorong Produktivitas Perusahaan
Tujuan Strategis Bobot Tingkat kepuasan dan
loyalitas kerja karyawan 0.191
Kehandalan Sistem 0.487
Pemanfaatan Fasilitas
Sistem 0.322
3.3.5 Menentukan Bobot
Pengukuran Tujuan Strategis
Untuk Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Perhitungan antar tujuan strategis yang mendorong tingkat kepuasan dan loyalitas kerja karyawan.
Gambar 9 Hirarki Tujuan Strategis yang Mendorong Tingkat
Kepuasan dan Loyalitas Kerja Karyawan
Perhitungan bobot untuk setiap tujuan strategis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12 Perhitungan Bobot untuk Setiap Tujuan Strategis
Kepuasan
Tabel 13 Bobot Masing-Masing Tujuan Strategis yang Mendorong Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Kerja
Karyawan
Tujuan Strategis Bobot
Kepuasan Karyawan 0.232
Motivasi Karyawan 0.154
Pelatihan Karyawan 0.615
3.4 Perhitungan Nilai Pengukuran Kinerja Perusahaan Bank X 3.4.1 Langkah-Langkah
Perhitungan Nilai Pengukuran Kinerja Perusahaan Bank X
Langkah-langkah perhitungan nilai pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard yang telah dibuat sebelumnya adalah sebagai berikut :
1) Masing-masing tujuan strategis yang telah ditetapkan dalam Balanced Scorecard diberi nilai sesuai tolak ukurnya masing-masing .
2) Masing-masing tujuan strategis diberi bobot dengan metode pairwise comparison.
3) Hasil dari skala likert pada point (1) dikalikan dengan bobot dari metode pairwise comparison sehingga didapat Tingkat Kepuasan
dan Loyalitas Kerja Karyawan
nilai dari masing-masing tujuan strategis.
4) Masing-masing bobot
dijumlahkan.
5) Nilai dari masing-masing tujuan strategis dijumlahkan. 6) Point (5) dibagi dengan point
(4), maka diperoleh nilai kerja dari tiap perspektif.
7) Nilai dari kinerja tiap perspektif yang telah didapat dikalikan dengan bobot masing-masing perpektif secara keseluruhan, dimana bobot untuk tiap-tiap perspektif adalah sama, yaitu sebesar 0.25.
8) Hasil dari point (7)
dijumlahkan, sehingga
diperoleh nilai kerja perushaaan Bank X secara keseluruhan 3.4.2 Perhitungan Nilai Kinerja
Perusahaan Berdasarkan empat perspektif
1. Perspektif Keuangan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka pengukuran nilai kinerja perushaaan Bank X pada perpektif keuangan adalah seperti tabel di bawah ini :
Tabel 14 Pengukuran Kinerja Untuk Perspektif Keuangan Tujuan
Nilai kinerja perspektif keuangan perusahaan Bank X adalah 6/2 = 3
2. Perspektif Pelanggan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka pengukuran nilai kinerja perusahaan Bank X pada perpektif pelanggan adalah seperti tabel di bawah ini :
Tabel 15 Pengukuran Kinerja Untuk Perspektif
Pelanggan Kepuasan dan Loyalitas Nilai kinerja perspektif
pelanggan perusahaan Bank X adalah 4.11/2.422 = 1.697
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan pada bagian
sebelumnya, maka
Tabel 16 Pengukuran Kinerja Untuk Perspektif Proses Bisnis Internal Tujuan
Strategis Tolak Ukur Hasil Bobot Total
Nilai kinerja perspektif proses bisnis internal perusahaan Bank X adalah 3.699/1.387 = 2.667
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Berdasarkan hasil
perhitungan yang telah dilakukan pada bagian
sebelumnya, maka
pengukuran nilai kinerja perusahaan Bank X pada perpektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah seperti tabel di bawah ini :
Tabel 17 Pengukuran Kinerja Untuk Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan Motivasi Kerja
Porsentase
Absensi 4 0.154 0.616 BT3 – Tingkat
Kepuasan dan Loyalitas Kerja
Hasil
Nilai kinerja perspektif
pembelajaran dan
pertumbuhan perusahaan Bank X adalah 2.582/1.192 = 2.166
3.4.3 Pengkuran Kinerja Perusahaan Bank X Secara Keseluruhan
Hasil pengukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 18 Hasil Pengukuran Kinerja Keseluruhan
perusahaan Bank X
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja suatu perusahaan tidak cukup jika hanya dilihat dari segi keuangan saja, tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi baik atau tidaknya kinerja suatu perusahaan.
Oleh karena itu metode pendekatan Balanced Scorecard adalah suatu metode pegukuran kinerja perusahaan yang sangat tepat untuk diimplementasikan oleh perusahaan dalam berbagai bidang. Hal ini disebabkan karena Balanced Scorecard mengukur kinerja berdasarkan empat perspektif, yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
Tujuan Strategis Hasil Bobot Total Nilai
Keuangan 3 0.25 0.75
Pelanggan 1.697 0.25 0.424 Proses Bisnis Internal 2.667 0.25 0.667 Pembelajaran dan
bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Dari hasil pembahasan juga dapat disimpulkan bahwa tujuan strategis dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain akan berbeda, karena visi dan misi dari setiap perusahaan berbeda. Oleh sebab itu para top level manajemen harus lebih jeli dalam menentukan peta strategis guna mencapai tingkat kinerja yang memuaskan.
Selain itu penggunaan metode Balanced Scorecard tidak bisa berdiri sendiri, tetap diperlukan metode perhitungan lainnya. Penggunaan AHP (Analytical Hierarchy Process) dianggap cocok untuk menyusun prioritas dari setiap tujuan strategis yang telah ditentukan dalam peta strategis. Penggunaan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) juga dapat membantu untuk menentukan prioritas yang dianggap paling penting dalam setiap tujuan strategis yang ada.
Sebelum sebuah perusahaan menerapkan Balanced Scorecard dalam perusahaan mereka, harus ditentukan terlebih dahulu seorang arsitek yang bertugas untuk merancang kerangka dan memfasilitasi proses dan mengumpulkan informasi latar belakang yang relevan untuk membangun scorecard.
Namun selain dibutuhkan seorang arsitek, penerapan Balanced
Scorecard juga membutuhkan
komitmen yang kuat dari tim eksekutif senior unit bisnis dan karyawan secara keseluruhan, karena tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari para senior
eksekutif dan karyawan, maka penerapan Balanced Scorecard tidak akan berhasil dengan baik.
5. DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Robert S. and Norton, David P. 1996, Balanced Scorecard, Erlangga, Jakarta
Singgih, Moses L., dan Octavia, Renny (2001), “Pengukuran dan Analisa Kinerja dengan Metode Balanced Scorecard di PT. X”. Jurnal Teknik Industri Vol.3, No.2, Desember 2001, Hal 48 – 56.
Gaspersz, Vincent 2003, Sistem Manajemen Terintegrasi : Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Gramedia, Jakarta
Hendricks, Kevin and Christine Wiedman (2004). “The Balanced Scorecard : To adopt or not to adopt ?”. Ivey Business Journal.
Kristiana. 2006. Tesis Program Studi Magister Manajemen Sistem Informasi. “Aplikasi Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan
Menggunakan Pendekatan
Balanced Scorecard Studi Kasus Citibank Indonesia” . Jakarta : Fakultas Sistem Informasi. Universitas Gunadarma.
R.H.N., Imelda. 2006.
“Implementasi Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik”, Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59.
Bourgeois, R. 2005. Analytical Hierarchy Process: an Overview UNCAPSA – UNESCAP. Bogor.
Hermawan, Julius. 2005.
Membangun Decision Support System. Yogyakarta: Andi
Saaty, T.L. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process. University of Pittsburgh: USA
Saaty, T.L. 1988. Multicriteria Decision Making : The Analytic Hierarchy Process. University of Pittsburgh, RWS Publication, Pittsburgh
Subakti, Irfan. 2002. Sistem Pendukung Keputusan. Surabaya: Jurusan Teknik Informatika Faku ltas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Biografi Penulis :