• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemalsuan Kredit Fiktif Bank Syariah Man

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemalsuan Kredit Fiktif Bank Syariah Man"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pemalsuan Kredit Fiktif Bank Syariah Mandiri

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan pihaknya tengah mengkaji pidana pemalsuan dalam kasus penggelapan dana bermodus kredit fiktif di Bank Syariah Mandiri (BSM), Bogor, Jawa Barat.

"Pasal pemalsuan KUHP juga berlaku seperti halnya UU Perbankan selain UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tapi pasal pemalsuan masih dikaji," kata Ronny di Jakarta, Kamis (24/10).

Pasal pemalsuan dokumen rencananya akan diikutsertakan dalam pidana yang menjerat keempat tersangka penggelapan dana bermodus kredit fiktif senilai Rp102 miliar.

Hal itu karena sindikat yang terdiri dari tiga orang pimpinan kantor cabang Bank Syariah Mandiri di Bogor, Jawa Barat, itu diduga memalsukan identitas para nasabah yang mengajukan permintaan kredit pembiayaan.

"Hasil sementara penyidikan, identitas 197 nasabah itu dipalsukan berikut kartu tanda penduduk (KTP) serta data persyaratan pengajuan kredit ke bank tersebut dipalsukan," ujarnya.

Kendati demikian, Ronny mengatakan pihaknya tidak bisa serta merta menjatuhkan jerat pidana tanpa terlebih dahulu memberi bukti.

Menurutnya, perihal dokumen pengajuan kredit nasabah itu aspal (asli tapi palsu) atau benar-benar palsu akan dibuktikan dengan pemeriksaan dari ahli terkait. "Akan butuh keterangan ahli dan konprehensif penyidikannya, jadi biar nanti didalami penyidik," katanya.

Sebelumnya, Dittipideksus Bareskrim Polri berhasil mengungkap kasus penggelapan dana senilai Rp102 miliar di Kantor Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor, Jawa Barat. Ada empat tersangka yang kini ditahan di rumah tahanan Bareskrim Polri, yakni Kepala Cabang Utama BSM Bogor M. Agustinus Masrie (MA), Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan (CH), Accounting Officer BSM Bogor John Lopulisa (JL) serta Iyan Permana (IP) sebagai debitur.

Penangkapan keempatnya dilakukan Rabu (23/10) atas laporan yang disampaikan pada12 September 2013 dari Bank Syariah Mandiri Pusat. Sementara itu, barang bukti berupa sembilan unit mobil mewah dan satu unit motor gede telah disita kepolisian sejak Rabu (23/10) siang.

(2)

Direktorat Ekonomi Khusus Bareskrim Polri menahan dua tersangka lagi dalam kasus pembobolan dana Bank Syariah Mandiri (BSM) Bogor, Jawa Barat. Total tersangka dalam kasus itu, kini sudah menjadi enam orang.

"Mereka adalah Hen Hen Gunawan dan Dokter Rizky Ardiansyah MPH. Keduanya ditangkap Minggu (3/11) di dua tempat yang berbeda. Gunawan di Hasyim Asyari 59 Ciledug, Tanggerang dan Rizky di Perumahan Bukit Indra Prasta blok d-2 no 8 Kemang, Parung," kata Direktur Eksus Brigjen Arief Sulistyanto di Mabes Polri Senin (4/11).

Gunawan diduga ikut mengajukan pembiayaan fiktif ke BSM dengan modal KTP milik 26 karyawannya tanpa sepengetahuan si pemilik identitas. Sehingga total ada Rp 12,4 miliar yang dia kantongi. Demikian pula Rizky yang meminjam KTP milik tetangganya untuk ikut-ikutan membobol bank. Rizky mampu mengantongi Rp 12,2 miliar.

"Kedua tersangka baru ini tidak saling mengenal tapi mereka ini diorder accounting Officer BSM Bogor, John Lopulisa untuk mencari KTP untuk membobol banknya sendiri," imbuhnya.

Atas aksinya itu Jhon, yang juga telah ditahan dalam kasus ini, kecipratan sekitar Rp 4 miliar dalam bentuk uang dan barang. Lalu Kepala Cabang Utama BSM Bogor M. Agustinus Masrie kecipratan Rp 1,7 miliar, dan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan dapat Rp 3 miliar.

Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Rabu (6/11), menangkap notaris yang bertindak sebagai pembuat akta dalam kasus pengajuan kredit fiktif di Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri Bogor, Jawa Barat.

"Ia ditangkap Rabu (6/11) dan Kamis (7/11) resmi ditahan. Sebelumnya, polisi sudah melakukan pemanggilan, tapi dalam panggilan pertama ia tidak datang dengan alasan sakit," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Brigjen Pol Arief Sulistyanto di Jakarta, Kamis.

Notaris atas nama Sri Dewi (51), asal Bogor, merupakan orang yang ditunjuk langsung oleh pihak bank untuk membuat akta pengikat perjanjian pembiayaan dengan akad murabahah.

Dijelaskan Arief, SD dinyatakan ikut bersalah karena merupakan notaris yang mengikat

proses pengajuan kredit fiktif itu.

Tersangka SD juga diketahui membuat akta pembiayaan hanya dihadiri oleh tersangka Iyan

Permana (IP) tanpa debitur lainnya.

Selain itu, SD menggunakan sertifikat tanah salinan (fotocopy) sebagai agunan.

"Ia juga menerima dana hasil kredit fiktif melalui transfer rekening sejumlah Rp2,6 miliar, ada juga tunai tapi jumlahnya mereka (tersangka IP dan SD) lupa. Ia juga menerima pemberian satu unit sedan Mercedes Benz C200," katanya.

(3)

Dari sisi debitur ada tiga tersangka, Iyan Permana, Hen Hen Gunawan, dan Rizky Ardiansyah masing-masing mengajukan 150 nasabah, 21 nasabah, dan 26 nasabah, sehingga total kredit yang diajukan ada 197 nasabah. Dari 197 nasabah yang diajukan kredit, 113 kredit fiktif diajukan Iyan Permana, kemudian Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky mengajukan 20 kredit fiktif. Sehingga total kredit fiktif sebanyak 153 nasabah. Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuklah ke tangan Accounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan 197 kredit tersebut dimaksudkan supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat Kepala Cabang saja. John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif tersebut tidak melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa dengan mudah di kabulkan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, begitu pula dengan persetujuan dari Kepala Cabang Utama BSM Bogor Agustinus Masrie yang memang sudah bersekongkol. Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepadaSri Dewi selaku notaris yang membuat akta akad kredit. Tanpa dihadiri pihak debitur dan sertifikat tanah hanya berupa fotocopy dengan mudah perikatan

kredit antara debitur dan pihak bank dibuat.

Ketiga tersangka dipersangkakan Pasal 63 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Pasal 3 dan 5 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Sejak 2012

Sementara itu, Pihak BSM mencium telah terjadi pelanggaran dugaan tindak pidana perbankan yang dilakukan pegawai BSM cabang Bogor sejak tahun 2012. Senior Vice President Corporate Secretary BSM Taufik Machrus mengatakan, atas temuan tersebut BSM menurunkan tim audit internalnya.

“Hasil (temuan tim audit internal, red) memperkuat dugaan terjadinya tindak pidana perbankan,” kata Taufik.

Setelah itu, lanjut Taufik, BSM melaporkan hasil temuan tim audit internal ke Bareskrim Mabes Polri. Dari pelaporan ini, Mabes Polri kemudian mengusut hingga menetapkan tiga pegawai BSM cabang Bogor sebagai tersangka kasus kredit fiktif. “Dengan pelaporan ini, BSM menyerahkan penanganannya kepada proses hukum,” tambahnya.

Taufik menjelaskan, terhadap tiga pegawai BSM yang menjadi tersangka tindak pidana itu, telah dilakukan tindakan tegas. Tindakan tersebut berupa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Untuk mantan Kepala BSM cabang utama Bogor berinisial MA PHK dijatuhkan pada tanggal 1 November 2012.

PHK kepada mantan Kepala BSM cabang pembantu Bogor berinisial HH dijatuhkan pada tanggal 1 Desember 2012. Sedangkan kepada Account Officer BSM cabang pembantu Bogor berinisial JL jatuh pada tanggal 4 Oktober 2013.

(4)

BSM sendiri belum mengetahui nilai kerugian yang terjadi dalam kasus ini. Ia menyerahkan sepenuhnya berapa angka kerugian dalam kasus ini kepada pihak kepolisian. “Yang belum kembali Rp50-an miliar, masih dalam proses penyelesaian. Kita berharap dengan kasus ini bisa tertutupi makanya dilaporkan ke pihak yang berwajib,” kata Sulistio.

Meskipun terjadi kasus kredit fiktif, lanjut Sulistio, angka Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah BSM tak terganggu. Ia mengatakan, kasus ini mencerminkan bahwa sistem peringatan dini BSM telah berjalan baik. Saya kira (NPL) tidak terganggu,” katanya.

Ia mengakui dari mulai dugaan terjadinya tindak pidana pada 2012 hingga dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri pada September 2013 terdapat waktu yang panjang. Menurut Sulistio, waktu tersebut dipergunakan BSM untuk mengumpulkan data dugaan pelanggaran. Hingga akhirnya BSM memperoleh data telah terjadi mark up.

“Dari hasil yang kita dapatkan baru diyakini terjadi pelanggaran. Setelah itu baru lapor, karena butuh alat bukti permulaan untuk melapor,” ujar Sulistio.

Terkait ditetapkannya salah satu debitur BSM sebagai tersangka, Sulistio menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Kepolisian. Menurut dia, penetapan seseorang sebagai tersangka merupakan kewenangan penuh aparat penegak hukum. “Itu kewenangan penyidik untuk lakukan tindakan hukum. (Debitur, red) Orang yang menyediakan lahan perumahan untuk dibeli oleh pemohon pembiayaan,” katanya.

Atas perbuatannya, SD dipersangkakan Pasal 64 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Tindak Pidana Perbankan Syariah, Pasal 264 ayat 1 KUHP atas pemalsukan dokumen oleh notaris, serta Pasal 3 dan atau Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Sebelumnya, polisi telah menetapkan enam tersangka dalam kasus kredit fiktif itu, diantaranya Kepala Cabang Utama BSM Bogor M. Agus (MA), Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Haerul Hermawan (HH), Account Officer BSM Bogor John Lopulisa (JL), serta tiga debitur Iyan Permana (IP), Hen Hen Gunawan (HG) dan Rizky Adiansyah (RA).

Dalam kasus itu, IP bersama HG dan RA yang bertindak sebagai debitur mengajukan akad murabahah untuk pembiayaan perumahan. Mereka mengajukan kredit atas nama 197 nasabah dengan data palsu dan berhasil mencairkan Rp102 miliar untuk kepentingan pribadi. Sekitar Rp43 miliar telah dibayarkan ke pihak bank sehingga perseroan masih merugi Rp59 miliar.

Keenam tersangka lainnya dipersangkakan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Pasal 3 dan 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Analisis :

 Pelaku :

(5)

 Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor : Chaerulli Hermawan,  Accounting Officer BSM Bogor : John Lopulisa,

 Debitur : Iyan Permana, Hen Hen Gunawan, dan Rizky Adiansyah, serta  Notaris : Sri Dewi

 Jenis Pelanggaran :

 Pemalsuan dokumen identitas 197 nasabah dalam kasus penggelapan dana bermodus

kredit fiktif senilai Rp.102 miliar di Kantor Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor.

 Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kasus kredit fiktif BSM :  Gaya hidup para pelaku yang konsumtif dan diatas rata-rata

 Keserakahan

 Moral karyawan yang rendah

 Adanya motivasi untuk melakukan fraud, seperti adanya tekanan, peluang dan sikap

yang membenarkan tindakan fraud.

 Kelemahan sistem pengendalian internal perusahaan  Dampak :

 Rusaknya reputasi bank yang berakibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder antara lain regulator, nasabah, masyarakat, manajemen bank dan pegawai terhadap bank, akibat persepsi negatif yang dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha bank.

 Solusi :

 Bank syariah harus mengetatkan pengawasan. Apalagi BSM adalah bank berbasis

syariah, internal audit harus benar-benar dipastikan berjalan. Bank juga harus melakukan perbaikan terus menerus.

 Pihak BSM seharusnya menindak lanjuti permasalahan didalam perusahaannya agar

tidak ada lagi yang merasa dirugikan apalagi jumlah kerugian yg masih ada. Dan masalah seharusnya jangan ditutupi, masalah tersebut harus segera diselesaikan.  Kesimpulannya :

(6)

Dari kasus yang terjadi merupakan bukti bahwa fungsi pengawasan internal bank dan regulator masih lemah karena masih bisa dibobol. Baik itu karena standard operating procedure (SOP) tidak benar-benar berjalan, atau karena ada bagian-bagian tertentu yang tidak dijalani. Bisa juga karena tidak adanya evaluasi dan monitoring yang rutin dan kuat dari pihak BSM pusat ketika SOP berjalan. Tetapi apabila melihat modus pembobolan yang terjadi di KCP BSM Bogor, seharusnya tidak perlu terjadi abila manajemen peka dan mulai bisa mendeteksi sedini mungkin, sehingga kerugian tidak membesar.

Dampak yang terjadi dari kasus ini selain menyebabkan kerugian dan rusaknya reputasi bank syariah mandiri, berakibat pula pada hilangnya kepercayaan masyarakat kepada bank yang berbasis syariah tersebut.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus diatas :

- Dapat dilakukan dengan melaksanakan sistem tata kerja dan penempatan profesi secara professional dan integritas moral yang tinggi,

- Menerapkan sanksi pidana yang maksimal dan secara tegas agar para tersangka merasa takut akan hukuman yang akan didapat jika melakukan kolusi,

- Perlunya pengawasan yang rutin dan kuat dari pihak bsm pusat. Agar para profesi akuntan dan petinggi bsm tersebut tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilaporkan Yuliani (2000) pada sapi bali, yang menemukan persentase motilitas spermatozoa setelah pemisahan

Kreteria keempat: adalah proses, yang dimaksud adalah peneliti melakukan dokumentatif menganalisis bagi mana prosedur dalam penentuan seorang kader yang akan

kurikulum dilihat dari kompetensi matematis yang dikembangkan Menjelaskan bagian- bagian kurikulum matematika khususnya yang potensial menimbulkan masalah dalam

dapat dianggarkan, apabila penyediaan anggaran dimaksud digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai masa

Tapi dilakukan pengujian pemilihan channel dari tombol program dispaly, yang mekanisme nya program akan mengirimkan data serial dari komputer ke arduino, lalu data

Mereka ditanam dan mulai berproses di hari yang sama, situasi yang sama, dan seiring berjalannya waktu mulai berproses dan bertumbuh dengan situasi batang yang berbeda.. Ada

Suliki, Kecamatan Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat adalah adanya revitalisasi alat produksi, alih teknologi pengolahan batu mulia dan pemasaran

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan anatara lama paparan dengan kapasitas paru pekerja peternakan ayam disebabkan oleh masa kerja yang < 1