• Tidak ada hasil yang ditemukan

| Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya profil 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "| Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya profil 2016"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TAHUN 2016

Penanggung Jawab

Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya

Penyusun : Ary Wijayanti, SKM, MPH

Miftakhul Hidayah, SKM Gina Fatiah,S.Farm., Apt

Martin Luther,S.Kp.G Harry Putra, SKM Fuel Richwanto, SKM

Siti Hapsari, SKM Magdalena Danisia, S.Si

Heriny, Amd.Keb Dedy Irawan, S.Kep.,Ners

Linda, S.Kep., Ners

Kontributor : BPS Kota Palangka Raya

PMI Kota Palangka Raya BPM&KBKota Palangka Raya

Sekretariat Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya

Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Bidang SDMK Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas limpahan rahmat dan karunia-NYA buku Profil Kesehatan

Kota Palangka Raya Tahun 2016 dapat diselesaikan.

Buku Profil kesehatan Kota Palangka Raya tahun 2016 merupakan

gambaran pembangunan kesehatan di wilayah Kota Palangka Raya

berdasarkan indikator-indikator,

Sustainable Development Goals

(SDGs),

Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas

Kesehatan Kota Palangka Raya serta kegiatan-kegiatan pembangunan

kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat Kota Palangka Raya.

Harapan kami, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi instansi

dan masyarakat yang membutuhkan informasi serta dapat dipergunakan

sebagai bahan perencanaan berdasarkan fakta dan data (

evidence based

)

guna peningkatan derajat kesehatan di Kota Palangka Raya.

Kami menyadari bahwa profil ini banyak kekurangan, baik dalam

kelengkapan, ketepatan waktu serta kemampuan analisa data. Guna

kesempurnaan penyusunan dan peningkatan mutu profil kesehatan di

masa akan datang, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada instansi terkait dan

semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan profil ini.

Palangka Raya,

JULI 2017,

Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA PALANGKA RAYA,

(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

Daftar Tabel

vi

Daftar Gambar

vii

Daftar Lampiran

xii

BAB I. PENDAHULUAN

1-4

A LATAR BELAKANG 1

B MAKSUD DAN TUJUAN 3

C SISTEMATIKA PENULISAN 4

BAB II. GAMBARAN UMUM

5-12

A GEOGRAFIS 5

B DEMOGRAFIS 5

1. Kepadatan dan Sebaran Penduduk 5

2. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin 7

C SOSIAL EKONOMI 8

1. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) 8

2. Tingkat Pendidikan 9

D. BUDAYA DAN LINGKUNGAN 11

1. Budaya Masyarakat 11

2. Lingkungan Sosial 12

BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN

13-45

A ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS) 13

1. Angka Kematian Bayi (AKB) 14

(6)

3. Angka Kematian Balita (AKABA) 16

B ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) 17

1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas 17

2. Penyakit Menular 18

3. Penyakit Tidak Menular 32

C STATUS GIZI MASYARAKAT

38

1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 38

2. Gizi Balita 39

3. Gizi Ibu Hamil 40

4. Kecamatan Bebas Rawan Gizi 41

5. Obesitas 41

D

KESEHATAN LINGKUNGAN 42

1. Akses Terhadap Air Minum 42

2. Perumahan Pemukiman 43

E. ANGKA HARAPAN HIDUP 44

BAB IV. SITUASI UPAYA KESEHATAN

46-81

A UPAYA PELAYANAN KESEHATAN DASAR 48

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 48

2. Layanan Prioritas Lansia 52

3. Pelayanan Keluarga Berencana 53

4. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin 55

5. Jaminan Kesehatan (Asuransi) bagi Masyarakat 56

6. Akses Pelayanan Kesehatan 57

7. Mutu Pelayanan Kesehatan 58

(7)

DAFTAR ISI

3. Pemberantasan Penyakit DBD 65

4. Pengendalian Penyakit Polio dan Surveilans AFP 66 5. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Campak 67

6. Penanggulangan HIV/AIDS dan PMS 68

7. Penanggulangan KLB 70

C PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR

70

1. Kualitas Air 70

2. Sarana Sanitasi Dasar 71

3. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan 72

D PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 73

1. Pemberian Makanan Tambahan

73

2. Penanggulangan Kekurangan Yodium dan Vitamin A (GAKY dan KVA)

74

3. Perbaikan Gizi Kelompok Rawan 74

E

PROMOSI KESEHATAN 75

F

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGAWASAN

OBAT & MAKANAN/MINUMAN

76

1. Pelayanan Kefarmasian

76

2. Pengawasan Obat dan Makanan/Minuman 77

3. Pemantauan dan Perbaikan Alat Kesehatan 79 4. Monitoring Penggunaan Obat yang Rasional 79

G PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 80

BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

82-104

A KEADAAN SARANA KESEHATAN 82

1. Sarana Kesehatan Pemerintah 82

(8)

3. Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

86

B KEADAAN TENAGA KESEHATAN 87

1. Distribusi Sumber Daya Manusia Kesehatan 88

2. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas

89

3. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan 91

4. Pendidikan dan Pelatihan 92

5. Regristasi dan Akreditasi 94

6. Sistem Reward dan Punishment 95

C PEMBIAYAAN KESEHATAN 96

D SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN 102

E. SISTEM INFORMASI KESEHATAN 104

(9)

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

1. Tabel II.1 Jumlah Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Produktif dan Tidak Produktif Kota Palangka Raya Tahun 2016

9

2.. Tabel II.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Menurut Jenis Kelamin Berusia 10 Tahun Keatas Kota Palangka Raya Tahun 2016

10

3. Tabel III.1 Pola 10 Besar Penyakit di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2016

17

4. Tabel III.2 Indikator DBD Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016 19

5. Tabel V.1 Puskesmas Menurut Karakteristik Wilayah Kota Palangka Raya Tahun 2016

82

6. Tabel V.2 Puskesmas dan Jaringannya di Kota Palangka Raya Tahun 2016

83

7. Tabel V.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan di Kota Palangka Raya Tahun 2016

90

8. Tabel V.4 Daya Guna Staf Puskesmas Menurut Beban Kerja Kota Palangka Raya Tahun 2016

91

9. Tabel V.5 Sumber Daya Manusia Kesehatan Yang Menempuh Pendidikan di Kota Palangka Raya Tahun 2016

93

10. Tabel V.6 Sumber Pembiayaan SDM Kesehatan Yang Menempuh Pendidikan di Kota Palangka Raya Tahun 2016

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar II.1 Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2005 – 2016

6

Gambar II.2 Peta Kepadatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2016

7

Gambar II.3

Gambar II.4

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2016

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2009 – 2016

8

11

Gambar III.1 Jumlah Kematian (bayi, ibu, balita) di Kota Palangka Raya Tahun 2011 - 2016

13

Gambar III.2 Angka Kematian Bayi di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016

14

Gambar III.3 Angka Kematian Ibu di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016

15

Gambar III.4 Angka Kematian Balita di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016

16

Gambar III.5 Peta Daerah Endemis Malaria Menurut Kelurahan di Kota Palangka Raya 2016

19

Gambar III.6 Peta Kelurahan Endemis DBD Kota Palangka Raya Tahun 2016

21

Gambar III.7 Jumlah Spesimen Positif Pada Hewan Penular Rabies di Kota Palangka Raya Tahun 2010 – 2016

22

Gambar III.8 Korban Gigitan Hewan Penular Rabies Kota Palangka Raya tahun 2010 – 2016

22

Gambar III.9 Angka Penemuan Kasus Case Detection Rate (CDR) TB di Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

23

Gambar III.10 Succes Rate (SR) TB Kota Palangka Raya Tahun 2010 – 2016

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.12 Proporsi Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kota Palangka Raya Tahun 2016

27

Gambar III.13 Presentasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

28

Gambar III.14 Penemuan Kasus AFP (per 100.00 penduduk usia < 15 tahun) Kota Palangka Raya Tahun 2004 - 2016

29

Gambar III.15 Proporsi Penderita Diare Menurut Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2016

30

Gambar III.16 Kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Kota Palangka Raya Tahun 2016

30

Gambar III.17 Penderita Hipertensi Di Kota Palangka Raya Tahun 2010 – 2016

33

Gambar III.18 Proporsi Penderita Hipertensi Menurut Sex Gender di Kota Palangka Raya Tahun 2016

33

Gambar III.19 Kasus Hipertensi di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2016

34

Gambar III.20 Kasus Gastritis di Kota Palangka Raya Tahun 2012 -2016

35

Gambar III.21 Penderita Diabetes Mellitus di Kota Palangka Raya Tahun 2006 – 2016

36

Gambar III.22 Proporsi Penderita Diabetes Mellitus Menurut Umur di Kota Palangka Raya Tahun 2015

37

Gambar III.23 Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara Di Kota Palangka Raya Tahun 2015-2016

38

Gambar III.24 BBLR di Kota Palangka Raya Tahun 2010 – 2016 39

Gambar III.25 Hasil Pemantauan BB/U Balita di Kota Palangka Raya Tahun 2011 - 2016

40

Gambar III.26 Kasus Obesitas di Kota Palangka Raya Tahun 2015 -2016

(12)

Gambar III.27 Proporsi Sumber Air Minum Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2016

43

Gambar III.28 Rumah Sehat Di Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2016 44

Gambar III.29 Angka Harapan Hidup Di Kota Palangka Raya

Dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2016

45

Gambar IV.1 Cakupan K4 Kota Palangka Raya Tahun 2009 – 2016 49

Gambar IV.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2016

49

Gambar IV.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

50

Gambar IV.4 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN3) dan Penanganan Neonatus Risti di Kota Palangka Raya Tahun 2012 - 2016

51

Gambar IV.5 Cakupan ASI Eksklusif Kota Palangka Raya Tahun 2010 – 2016

52

Gambar IV.6 Layanan Kesehatan Usila/Lansia Di Kota Palangka Raya Tahun 2008 – 2016

53

Gambar IV.7 Cakupan Pelayanan KB di Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

54

Gambar IV.8 Cakupan Pelayanan KB Aktif dan KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi Kota Palangka Raya Tahun 2016

54

Gambar IV.9 Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta JKN Kota Palangka Raya Tahun 2012 - 2016

55

Gambar IV.10 Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional Menurut Jenis Jaminan di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2016

57

Gambar IV.11 Cakupan Pelayanan Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

58

Gambar IV.12 Hasil Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2005 – 2016

(13)

DAFTAR GAMBAR

Raya Tahun 2005 - 2016

Gambar IV.14 Jumlah Keluhan Pelanggan Puskesmas Di Kota Palangka Raya Tahun 2008 - 2016

61

Gambar IV.15 Cakupan Imunisasi Campak Kota Palangka Raya Tahun 2004 - 2016

63

Gambar IV.16 Cakupan Imunisasi DT dan Td pada Anak Sekolah Dasar Kota Palangka Raya Tahun 2016

64

Gambar IV.17 Angka Bebas Jentik di Kota Palangka Raya Tahun 2009 – 2016

65

Gambar IV.18 Capaian Penemuan Kasus AFP (per 100.000 penduduk < 15 tahun) Kota Palangka Raya Tahun 2004 - 2016

67

Gambar IV.19 Cakupan Imunisasi Campak Anak SD Kelas 1 dan IP Vaksin Pada BIAS Campak Kota Palangka Raya Tahun 2016

68

Gambar IV.20 Penemuan Penderita HIV Kota Palangka Raya Tahun 2003 - 2016

69

Gambar IV.21 Kualitas Air Minum di Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2016

71

Gambar IV.22 Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

72

Gambar IV.23 Status Hygiene Sanitasi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dan Tempat Umum Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

73

Gambar IV.24 Cakupan Pemberian Vitamin A Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2016

74

Gambar IV.25 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2016

75

Gambar IV.26 Rumah Tangga Ber-PHBS Di Kota Palangka Raya Tahun 2013-2016

76

Gambar IV.27 10 Besar Pemakaian Obat di Puskesmas Kota Palangka RayaTahun 2016

77

Gambar IV.28 Sertifikasi IRTP di Kota Palangka Raya Tahun 2011 – 2016

(14)

Gambar IV.29 Pemakaian Obat Rasional di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2013 – 2016

79

Gambar V.1 Rasio Puskesmas (per 100.000 penduduk) Kota Palangka Raya Tahun 2016

85

Gambar V.2 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta Di Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

85

Gambar V.3 Posyandu Balita dan Posyandu Lansia Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

87

Gambar V.4 Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

88

Gambar V.5 Sumber Daya Manusia Kesehatan Menurut Tempat Kerja dan Jenis Kelamin Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

89

Gambar V.6 Pemberian Lisensi/Ijin Praktek Kepada Tenaga Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2012 - 2016

95

Gambar V.7 Distribusi Sumber Pembiayaan Kesehatan Kota Palangka Raya tahun 2016

96

Gambar V.8 Proporsi APBD Kesehatan terhadap Total APBD Kota Palangka Raya Tahun 2007 - 2016

97

Gambar V.9 Komposisi Belanja Langsung (Bl) Pada Apbd Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2012 - 2016

98

Gambar V.10 Biaya Operasional Puskesmas (BOP) di Kota Palangka Raya Tahun 2007 – 2016

99

Gambar V.11 Prosentase Biaya Operasional Puskesmas (BOP) terhadap Total APBD Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2008 - 2016

99

Gambar V.12 Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas di Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

100

Gambar V.13 Alokasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2014 – 2016

101

Gambar V.14 Alokasi Dana Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar di Kota Palangka Raya Tahun 2008-2016

(15)
(16)

BAB I

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan menjadi salah satu tolok ukur kemajuan bangsa di samping tingkat pendidikan dan perekonomian, sebagaimana tercakup dalam Human Development Index (HDI). Alasan tersebut tidak berlebihan jika kesehatan ditempatkan sebagai salah satu kebutuhan terpenting bagi manusia. Tanpa sehat, manusia mustahil dapat melakukan berbagai kegiatan produktif khususnya dalam pembangunan generasi mendatang yang lebih berkualitas. “Kesehatan bukan segala-galanya, namun tanpa kesehatan segala-galanya

tidak ada artinya” (Health is not everything, but everything without health is nothing - WHO).

Namun untuk menjadikan masyarakat sehat dan kuat, bukan hanya

menjadi tanggungjawab dinas kesehatan semata. Faktor sosial budaya,

demografi, dan peran aktif masyarakat, sangat berperan untuk menciptakan

kawasan sehat dan mengatasi masalah kesehatan yang ada. Sehat dan

sakitnya masyarakat Kota Palangka Raya tergantung kembali kepada semua

individu, adanya kesadaran semua pihak baik masyarakat dan dinas

kesehatan serta sektor terkait adalah kunci terakhir yang mampu membuka

pintu Palangka Raya Sehat.

Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Maka tidak diragukan lagi ada keterkaitan antara pembangunan dan eksistensi

sebuah negara dengan tingkat kualitas SDM yang tersedia. Pembangunan

Kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program

peningkatan perilaku sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan

kesehatan masyarakat yang berhasil guna, didukung oleh sistem pengamatan,

informasi dan manajemen yang handal.

Dalam era desentralisasi dimana terjadi pelimpahan kewenangan

(18)

kesehatan. Menunjukkan dukungan besar terhadap pembangunan kesehatan,

berkomitmen tinggi, serta memiliki kerjasama yang baik dalam mensukseskan

program-program kesehatan di wilayah, merupakan tanggungjawab

pemerintah daerah dalam mewujudkan masyarakat sehat. Jika sebelumnya

pembangunan kesehatan lebih kepada upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif,

maka sekarang diarahkan kepada upaya-upaya preventif dan promotif yang

proaktif dengan pendekatan kewilayahan. Setiap wilayah kabupaten dan kota

dengan karakterisitik dan masalah khas daerah memerlukan perencanaan

pembangunan kesehatan yang khas daerah. Oleh sebab itu keberhasilan

pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras

sektor kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta

kontribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya. Semua kebijakan

pembangunan yang sedang dan atau akan diselenggarakan hendaknya

memiliki wawasan kesehatan, artinya semua program pembangunan harus

memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan lingkungan sehat dan

perilaku sehat.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut

diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator-indikator

tersebut meliputi (1) Indikator Derajat Kesehatan yang terdiri atas indikator

Mortalitas, Morbiditas, dan Status gizi; (2) Indikator untuk Keadaan lingkungan,

Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, serta (3) Indikator

untuk Pelayanan Kesehatan, Sumberdaya Kesehatan, Manajemen Kesehatan,

dan Kontribusi sektor terkait.

Selain indikator tersebut diatas, dalam rencana strategis Kota

Palangka Raya juga tercantum beberapa indikator dan tolok ukur diantaranya

adalah persentase ketersediaan tenaga medis dan paramedis, cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan, menurunnya angka kesakitan baik karena

penyakit menular ataupun penyakit tidak menular, pembiayaan kesehatan,

menurunnya angka kesakitan ibu dan bayi, peningkatan status gizi,

(19)

dari penyelenggaraan pelayanan minimal adalah Profil Kesehatan Kota

Palangka Raya. Dengan demikian dapat dikatakan Profil Kesehatan Kota

Palangka Raya pada intinya berisi berbagai data/informasi yang

menggambarkan tingkat pencapaian pembangunan kesehatan khususnya

Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal bidang Kesehatan serta target indikator kesehatan lainnya.

Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2016 ini mencoba

memberikan gambaran pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja

pembangunan kesehatan selama tahun 2016. Melalui Profil Kesehatan Kota

Palangka Raya, diharapkan semua pihak/instansi terkait dapat memanfaatkan

dan memberikan solusi terhadap setiap masalah yang dihadapi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud

Penyusunan Profil Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2016 ini

dimaksudkan untuk memantapkan dan mengembangkan Sistem Informasi

Kesehatan, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan

kebijakan pelaksanaan upaya kesehatan.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Memberikan informasi tentang program-program pembangunan

kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja bidang

kesehatan.

b. Tujuan Khusus

- Mengetahui data tentang geografi, demografi, sosial dan ekonomi

Kota Palangka Raya.

- Mengetahui situasi derajat kesehatan masyarakat di Kota Palangka

Raya

- Mengetahui situasi upaya kesehatan dari setiap program

kesehatan di Kota Palangka Raya

- Mengetahui situasi sumber daya kesehatan di Kota Palangka Raya

- Tersedianya informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan dalam pembangunan bidang kesehatan di

(20)

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I. Pendahuluan yang meliputi tentang Latar Belakang, Maksud dan

Tujuan Penulisan, serta Sistematika Penyajian.

Bab II. Gambaran Umum Kota Palangka Raya yang meliputi keadaan

geografi administratif dan informasi umum lainnya. Selain itu bab ini

juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan

dan faktor lainnya seperti demografi, ekonomi, pendidikan, sosial

budaya dan lingkungan.

Bab III. Situasi Derajat Kesehatan yang meliputi indikator mengenai angka

kematian, angka kesakitan, status gizi masyarakat, dan kesehatan

lingkungan.

Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan, meliputi pelayanan kesehatan,

pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan,

perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alkes, serta

pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.

Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan, meliputi sarana kesehatan, tenaga

kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan

lainnya.

Bab VI. Kesimpulan berisi tentang keberhasilan dan hal-hal yang perlu

(21)

BAB Ii

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. GEOGRAFIS

Palangka Raya merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Secara

geografis terletak 113030’ – 114007’ Bujur Timur dan 1035’ – 2024’ Lintang

Selatan. Secara administrative wilayah Palangka Raya terbagi menjadi 5 (lima)

kecamatan, dan 30 kelurahan yaitu : Kecamatan Pahandut dengan 6 kelurahan,

Kecamatan Bukit Batu dengan 7 kelurahan, Kecamatan Jekan Raya sebanyak 6

kelurahan, Kecamatan Sabangau sebanyak 4 kelurahan dan Kecamatan

Rakumpit, dengan 7 kelurahan.

Batas-batas wilayah adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan

Kondisi daerah berupa dataran rendah berpasir, sebagian besar terdiri dari

sungai, danau serta rawa. Beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2.300

mm3/tahun, temperatur udara berkisar antara 270 - 31 0 C dan kelembaban

antara 70 – 90 %.

B. DEMOGRAFIS

1. Kepadatan dan Sebaran Penduduk

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangka Raya, jumlah

penduduk tahun 2016 sebesar 259.865 jiwa, terdiri dari 132.980 laki-laki dan

126.885 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2015, terjadi pertambahan

jumlah penduduk sebesar 7.760 jiwa atau meningkat dengan rerata

pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 2,99%. Gambar II.1 berikut

(23)

Gambar II.1.

Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2005 – 2016

183.251 182.802 184.279 191.014

200.998 220.962

224.663 229.599

244.496 248.244

252.105 259.865

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

T

a

h

u

n

Sumber : BPS Kota Palangka Raya Tahun 2016

Luas wilayah Kota Palangka Raya adalah 2.678,51 km2, dengan jumlah

penduduk sebesar 259.865 jiwa maka rata-rata kepadatan penduduk adalah

97 jiwa/km2. Kepadatan tertinggi adalah di Kecamatan Pahandut yaitu 776,76

jiwa/ km2, dan terendah Kecamatan Rakumpit dengan rata-rata 3,16 jiwa/ km2.

Persebaran penduduk masih tidak merata, antara daerah perkotaan dengan

daerah luar kota dan jalur sungai. Wilayah perkotaan seperti Kecamatan

Pahandut dan Jekan Raya dengan luas geografi hanya 17,5% berpenduduk

sebesar 87,05%, sedangkan daerah jalur sungai dan perdesaan yaitu

Kecamatan Bukit Batu, Sabangau dan Rakumpit dengan luas geografi 82,5%,

(24)

Gambar II.2

Peta Kepadatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2016

2. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin,

menunjukan penduduk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan terbanyak

pada golongan umur 15 - 19 tahun dan 20 – 24 tahun. Penduduk usia muda (0

– 14 tahun) sebesar : 65.488 jiwa (25,97%), usia produktif (15 – 64 tahun)

sebesar 180.200 jiwa (71,48%) dan usia > 65 tahun sebesar 6.417 jiwa (2,55%).

Gambaran komposisi penduduk seperti gambar II.3.

Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki per

100 penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin berguna untuk perencanaan

pembangunan berwawasan gender. Pada tahun 2016, rasio jenis kelamin

penduduk Kota Palangka Raya sebesar 104,8, yang berarti jumlah penduduk

laki-laki 4,80% lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan atau setiap

100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki-laki.

Komposisi penduduk menurut piramida penduduk merupakan gambaran

struktur penduduk usia muda, dewasa dan tua. Dasar piramida menunjukan

jumlah penduduk, sedangkan badan piramida menunjukan jumlah penduduk

laki-laki dan perempuan berdasarkan golongan umur. Struktur ini dapat menjadi

3 jiwa/km2

84 jiwa/km2 97 jiwa/km2

424 jiwa/km2 776 jiwa/km2 Densitas 2010 :

< 20 jiwa/km2 20 - 50 jiwa/km2 3011- 600 jiwa/km2 >660 Legenda :

KEPADATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA AYA TAHUN 2 9

(25)

Piramida penduduk Kota Palangka Raya menunjukan struktur penduduk

muda. Dasar piramida yang melebar menunjukan bahwa masih tingginya jumlah

kelahiran. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Palangka Raya

dalam menyediakan layanan kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja yang

semakin besar. Sedangkan puncak piramida menunjukan umur harapan hidup

penduduk semakin tinggi dan harapan untuk hidup sampai usia lebih 65 tahun

semakin besar.

Gambar II.3.

C. SOSI AL EKON OM I

1. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)

Komposisi penduduk menurut golongan umur digunakan untuk mengetahui

produktivitas penduduk yaitu rasio beban ketergantungan atau Dependency Ratio. Rasio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk tidak produktif (umur < 15 tahun dan

> 65 tahun) dengan penduduk umur produktif (umur 15 – 64 tahun). Rasio

beban ketergantungan ini menunjukan dinamika beban tanggungan umur tidak

produktif terhadap umur produktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan

berarti semakin tinggi pula jumlah penduduk tidak produktif yang ditanggung

penduduk produktif.

JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN KOTAPALANGKA RAYA TAHUN 2016]

Sumber : BPS Kota Palangka Raya 2016

0,776 0,862 1.511 2.754 4.862 6.699 8.497 10.091 11.122 11.784 11.896 15.309 12.508 10.581 10.960 12.580 0.954 0.901 1.413 2.192 3.962 5.674 7.562 9.531 10.589 11.282 11.489 15.034 13.563 10.313 10.148 12.126 75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-09 0-04 0 2 4 6 8 10 12 14 Thousands

0 2 4 6 8 10 12 14 16

(26)

Tabel II.1.

Jumlah Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan

Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Produktif dan Tidak Produktif Kota Palangka Raya Tahun 2016

No Umur Jenis Kelamin %

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0 – 14 tahun 34.121 32.587 66.708 25,67

2. 15 – 64 tahun 95.522 90.878 186.400 71,73

3. ≥ 65 tahun 3.337 3.420 6.757 2,6

Jumlah 132.980 126.885 259.865 100,00

Angka Beban Tanggungan (%) 39,2 39,6 39,41

Sumber : BPS Kota Palangka Raya, Tahun 2016

Komposisi penduduk Kota Palangka Raya menurut kelompok umur

menunjukan bahwa penduduk usia muda (0-14 tahun) sebesar 25,67%, usia

produktif (15 – 65 tahun) sebesar 71,73 % dan usia tua (≥ 65 tahun) sebesar

2,6%. Angka beban tanggungan sebesar 39,41%, hal ini menunjukan bahwa

100 penduduk Palangka Raya usia produktif akan menanggung 39 penduduk

yang belum/sudah tidak produktif lagi. Jika dibandingkan antar jenis kelamin

maka angka beban tanggungan perempuan sediikit lebih besar jika

dibandingkan dengan angka beban tanggungan laki-laki, yaitu 39,6%

perempuan dan 39,2% laki-laki.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan dalam menyerap

informasi termasuk informasi kesehatan dan lebih pandai dalam menyelesaikan

masalah. Tingkat pendidikan merupakan indikator pokok kualitas penduduk

formal, semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk

mencerminkan semakin tingginya taraf intelektualitas suatu daerah.

Berdasarkan data BPS Kota Palangka Raya, tingkat pendidikan yang

(27)

Tabel II.2.

Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Menurut Jenis Kelamin Berusia 10 Tahun Keatas

Kota Palangka Raya Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan

Persentase

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tidak memiliki ijazah SD 3.425 3.480 6.905

2. SD/MI 9.760 8.967 18.727

3. SMP/MTs 8.241 7.917 16.158

4. SMA/SMK/MA 18.416 16.999 35.415

5. Sekolah Menengah Kejuruan 8.137 7.512 15.649

6. Universitas/Diploma 17.736 17.042 34.778

Jumlah 65.715 61.917 127.632

Sumber : BPS Kota Palangka Raya 2016

Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum

yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai kesejahteraannya.

Kemampuan baca tulis ini tercermin dari Angka Melek huruf, yaitu persentase

penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. Pada

wanita diharapkan angka melek huruf mempengaruhi dalam pemilihan alternatif

kesehatan sehingga Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dapat

menurun. Di Kota Palangka Raya Angka Melek Huruf tahun 2016 sebesar

96,77%, angka ini lebih tinggi dibandingkan Angka Melek Huruf Nasional

sebanyak 88,25%.

Gambar II.4.

Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2009

-82 84 86 88 90 92 94 96 98

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 88,5

97,7

89,69

94,91 94,91

93,43 93,5 94,2

87,3

97,4

89,16 89,18 89,03

90,79 90,72 93,6

L P

(28)

D . BU D AYA D AN LI N GKU N GAN

1. Budaya Masyarakat

Budaya masyarakat Kota Palangka Raya dipengaruhi oleh karakteristik

penduduk, adat istiadat daerah, serta agama/kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa. Karakteristik penduduk Kota Palangka Raya terdiri dari

beberapa suku bangsa, antara lain ; Suku Dayak (penduduk asli), dan beberapa

suku pendatang yaitu Suku Banjar (dari Kalimantan Selatan), Suku Jawa, Suku

Batak, Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Madura, Suku Sunda , Suku Menado,

Suku Minang, dll. Keberagaman suku inilah yang memperkaya budaya

masyarakat di Kota Palangka Raya.

Budaya masyarakat dari Suku Dayak sebagai penduduk asli, ada yang

mempunyai keterkaitan dengan kewaspadaan dini terhadap bencana.

Diantaranya perilaku masyarakat yang diyakini secara turun temurun dapat

mengetahui tanda-tanda bencana alam akan datang. Hal ini yang membantu

tidak jatuh korban berlebihan, kepercayaan tersebut antara lain :

 Apabila akar pohon kayu-kayu yang menjalar mulai tumbuh akar muda, menandakan akan banjir dan musim hujan

 Kalau ikan biawan (nama jenis ikan) mulai bertelur, pertanda akan terjadi musim kemarau panjang, sehingga masyarakat dapat mempersiapkan

bahan makanan serta hal lain menghadapi musim kemarau panjang

tersebut

 Apabila terdapat jamur air disebut “kulat danum” tumbuh diatas batang kayu yang terdampar, suatu pertanda bahwa permukaan air akan naik dan

kemungkinan banjir. Pertanda ini diyakini oleh penduduk yang bertempat

tinggal di daerah aliran sungai bahkan di tepi sungai (rumah terapung dan

disebut “lanting”), atau di rumah panggung dimana dibawah panggung

adalah rawa-rawa

 Kalau ada bunyi binatang Tupai di malam hari, pertanda akan ada mara bahaya menimpa kampung, karena itu penduduk yang mendengar bunyi

tersebut wajib memberi tahu kepada penduduk lain secara berantai agar

(29)

Lingkungan di Kota Palangka Raya dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain budaya masyarakat dan perkembangan Kota Palangka Raya

sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Sebagian masyarakat yang masih

senang tinggal di daerah aliran sungai dengan rumah panggung dari kayu,

mempunyai kebiasaan membuang sampah langsung dibawah rumah panggung.

Hal ini akan memicu munculnya masalah kesehatan, seperti rawan sebagai

perindukan vektor saat musim hujan, dan rawan kebakaran di musim kemarau.

Sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya sangat

potensial di bidang perhotelan, jasa dan perdagangan. Karena itu perilaku dan

gaya hidup masyarakat di perkotaan akan cenderung meniru gaya hidup

metropolis. Perubahan gaya hidup, perubahan pola makan, dan pola pergaulan,

apabila tidak dikendalikan akan memicu munculnya masalah kesehatan.

Penyakit menular, penyakit degeneratif, dan masalah gizi ganda (kurang gizi

dan gizi lebih) akan muncul sebagai dampak perubahan tersebut.

Kesehatan masyarakat Palangka Raya bukan hanya tanggungjawab

Dinas Kesehatan semata, struktur sosial di masyarakat ikut berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Sektor lain ikut

berperan dalam menciptakan derajat kesehatan masyarakat, seperti ketahanan

pangan, lingkungan perumahan yang sehat, kesadaran masyarakat yang tinggi

terhadap hidup sehat, keamanan dan kenyamanan masyarakat, dan adanya

(30)

BAB III

SITUASI DERAJAT

(31)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dan dilihat dari beberapa indikator,

antara lain adalah angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.

Menurut Hendrick L. Blum, seorang ahli kesehatan masyarakat, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor

keturunan (herediter), faktor perilaku (behavior), faktor lingkungan (environment) dan faktorpelayanan kesehatan.

Derajat kesehatan masyarakat Kota Palangka Raya yang optimal, akan dapat

dicapai dengan memperhatikan beberapa indikator penting yang menjadi acuan

antara lain : angka kematian, angka kesakitan, status gizi, kualitas lingkungan, dan

umur harapan hidup.

A. ANGKA KEMATIAN ( MORTALITAS)

Angka Kematian (mortalitas) merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan migrasi yang dapat mempengaruhi jumlah dan

komposisi penduduk. Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun

waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, baik oleh penyakit

maupun sebab lain. Indikator mortalitas yang umum dipakai adalah: Angka Kematian

Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), dan Angka Kematian Balita (AKABA), Umur

Harapan Hidup (UHH). Sebelum dihitung menggunakan rumus mortalitas, jumlah nominal kematian (bayi, ibu, balita) di Kota Palangka Raya Tahun 2016 seperti

[image:31.595.128.516.549.740.2]

tampak pada gambar III.1 berikut ini

Gambar III.1.

Jumlah Kematian (bayi, Ibu, balita) di Kota Palangka Raya Tahun 2011 – 2016

10 5

75

62

19

6

6 1

3

4 3 1

56

71 81

9

20

10

0 20 40 60 80 100

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Bayi

Ibu

(32)

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi didefinisikan sebagai jumlah bayi yang meninggal

setiap 1000 kelahiran hidup. Menurunnya angka kematian bayi merupakan indikator

yang paling penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat karena

indikator ini mencerminkan pelayanan kesehatan dasar yang paling awal dan juga

menentukan kualitas pelayanan kebidanan yang juga sangat menentukan kualitas

generasi yang akan datang.

Angka kematian bayi di Kota Palangka Raya pada tahun 2016 tercatat

1,18/1000KH. Penyebab kematian antara lain adalah : asphyxia berat, kelainan

bawaan, asfirasi dan BBLR. Angka tersebut menurun drastis dibanding tahun 2015

[image:32.595.118.455.306.495.2]

tercatat 3/1000KH dan 2014 tercatat 11,1/1000 KH

Gambar III.2.

AKB di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016

10,1

13,3

11,1

3

1,18

1,3 1,3

13 12

9

0 2 4 6 8 10 12 14

2012 2013 2014 2015 2016

P

e

r

1

.0

0

0

K

H

AKB RENSTRA

Sumber : Bidang Yankes

Kesannya angka kematian bayi menurun, namun fakta dilapangan bisa

sebaliknya dan perlu diamati secara intensif. Penurunan angka kematian bayi secara

signifikan, ditengarai disebabkan beberapa hal, antara lain karena sistem pencatatan

dan pelaporan yang kurang intensif dari RS dan Klinik Swasta, lalu petugas

puskesmas tidak aktif menjemput bola ke RS dan klinik swasta. Kesalahan (mistake) data sangat dimungkinkan karena data kematian dari RS dan kilinik swasta tidak

(33)

Palangka Raya Tahun 2016 sebesar 9/1.000KH, maka AKB Kota Palangka Raya

masih dalam batas toleransi. Namun memperhatikan angka tersebut dan berbagai

penyebab kematian bayi, diharapkan kepada pengelola program kesehatan anak/bayi

tidak terlena. Kemampuan tehnis tenaga kesehatan dalam pertolongan dan

pendampingan persalinan perlu terus ditingkatkan, disamping pemantapan supervisi

dan bimbingan tehnis dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya.

2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu didefenisikan sebagai jumlah ibu yang meninggal akibat

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas setiap 100.000 kelahiran hidup. Sama

halnya dengan angka kematian bayi, angka kematian ibu (AKI) juga merupakan

indikator yang sangat penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat.

Kedua indikator ini menjadi primadona dalam peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. Angka kematian ibu di Kota Palangka Raya pada tahun 2016 adalah

19,65/100.000KH, dengan penyebab kematian ibu adalah shock hypovolemic akibat perdarahan. Angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2015 adalah

[image:33.595.137.490.473.605.2]

52,99/100.000KH dan tahun 2014 yang mencapai 72,6/100.000KH

Gambar III.3.

AKI di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016

19,1

53,9

72,6

52,99

19,65

25 25

50

45 35

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2012 2013 2014 2015 2016

p

e

r

1

0

0

.0

0

0

K

H

AKI Renstra

Sumber : Bidang Yankes

Menurut gambar III.3 terdapat penurunan angka kematian ibu secara

signifikan pada tahun 2016. Namun perlu dicermati secara intensif, mengingat sistem

pencatatan dan pelaporan PWS-KIA puskesmas tahun ini tidak melibatkan data dari

RS dan klinik swasta. Sehingga diasumsikan ada data kematian ibu dari RS dan

(34)

puskesmas. Walaupun angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan target

Angka Kematian Ibu (AKI) nasional dalam rangka pencapaian SDGs pada tahun

2019 sebesar 306/100.000 KH, dan Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan target

Renstra sebesar 45/100.000 KH, namun masih adanya kasus kematian ibu beberapa

tahun terakhir mencerminkan mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu

bersalin dan melahirkan, memerlukan perhatian dari pengelola program dan

pemerintah daerah.

Sistem pelayanan kesehatan rujukan harus diperkuat, sarana dan prasarana

PONED di beberapa puskesmas ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, juga

peningkatan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya melahirkan di

sarana pelayanan kesehatan bagi ibu hamil resiko tinggi. Sistem kemitraan dengan

dukun bayi perlu digalang kembali, supaya proses pendampingan persalinan oleh

tenaga kesehatan dapat ditingkatkan.

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita di Kota Palangka Raya tahun 2016 mencapai

1,96/1000KH, sedangkan tahun 2015 mencapai 4/1000KH, dan tahun 2014

mencapai 0,73/1000KH, menurun jika dibandingkan tahun 2013 mencapai

14,6/1000KH, tahun 2012 tercatat 10,7/1000 KH, dan tahun 2011 mencapai

11,39/1000 KH. Penyebab kematian balita pada tahun 2016 di Kota Palangka Raya

[image:34.595.117.469.580.708.2]

adalah akibat infeksi penyakit menular, kecelakaan, dan lain-lain.

Gambar III.4.

AKABA di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016

10,7

14,6

4

4

35 35

10 10

8 5

10 15 20 25 30 35 40

P

e

r

1

0

0

0

K

(35)

Walaupun angka tersebut lebih rendah dari target SDGs pada tahun 2019

AKABA sebesar 32/1000 KH, namun ketrampilan tenaga kesehatan dan kompetensi

tehnis dalam pelayanan kesehatan anak yang berkualitas perlu mendapat perhatian,

juga penyuluhan kepada ibu balita tentang pola asuh perlu ditingkatkan.

B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insidens maupun prevalens suatu

penyakit. Morbiditas menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di suatu

wilayah. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit pada suatu populasi

dalam kurun waktu tertentu.

1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Pola penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan yang berobat di

puskesmas Kota Palangka Raya masih didominasi penyakit menular seperti

gangguan pada saluran pernafasan dan gangguan pencernaaan. Namun penyakit

tidak menular juga telah mulai menunjukan peningkatan seiring dengan

perubahan gaya hidup masyarakat. Masih tingginya penderita penyakit menular

dan mulai meningkatnya beberapa penyakit tidak menular merupakan beban

ganda (double burden) masalah kesehatan. Penyakit tidak menular yang masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di puskesmas yaitu hipertensi pada urutan

kedua, dan Gastritis urutan ketiga. Tabel III.1 berikut menggambarkan 10 besar

penyakit terbanyak yang dilaporkan oleh puskesmas di Kota Palangka Raya

pada tahun 2015

Tabel III.1.

Pola 10 Besar Penyakit di Puskesmas Kota Palangka Raya Tahun 2016

No Nama Penyakit Jml. Kasus

1. I S P A 35.568

2. Hipertensi 12.038

3. Gastritis 6.694

4. Pharingitis 5.376

5. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 3.880 6. Penyakit Kulit Alergi (Dermatitis contact alergy) 3.482

7. Cepalgia 3.137

8. Diare dan Gastroenteritis 2.844

9. R Atritis (Otot Rangka) 2.576

10. Peny.lain pada Sal. Nafas Bag. Atas 2.506

(36)

2. Penyakit Menular

Pemberantasan penyakit menular merupakan bagian integral dari

pembangunan kesehatan, serta simpul dari jejaring internasional pemberantasan

penyakit menular. Pemberantasan penyakit menular di Kota Palangka Raya

terbagi dalam pemberantasan penyakit bersumber binatang, pemberantasan

penyakit menular langsung dan pemberantasan penyakit akibat imunisasi.

2.1. Penyakit Menular Bersumber Binatang 2.1.1. Malaria

Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan Malaria sebagai salah satu komitmen global untuk diperangi. Hingga saat ini

Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat karena

mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi dan ibu hamil

serta dapat menurunkan produktifitas kerja dan biaya untuk pengobatan.

Malaria disebabkan parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak

dalam sel darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria

(Anopheles) betina. Menyerang semua golongan umur (bayi hingga dewasa) dan semua jenis kelamin.

Jumlah penderita malaria di Kota Palangka Raya yang berobat ke

sarana kesehatan seperti puskesmas dan puskesmas pembantu pada

tahun 2016 sebanyak 1.764 (supect) dan hasil laboratorium sebanyak 32 positif. Angka ini naik jika dibandingkan tahun 2015 sebanyak 1.710

(suspect) dan hasil laboratorium positif sebanyak 62. Angka tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2014 sebanyak 1.773 (suspect) dan hasil laboratorium positif sebanyak 81. Gambar III.5 berikut menunjukan

(37)

1 21 1

etaK lur hanEndemisMalaria

KotaPalangkaRaya ahun2014

Endemisitas M alaria ; Bebas M alaria ( API = 0) Endemis Rendah (API < 1) Endemis Sedang (API 1 - 5) Endemis Tinggi I (API 5-10) Endemis Tinggi II (API 10-50) Endemis Tinggi III ( API > 50

Gambar III.5

Peta Daerah Endemis Malaria Menurut Kelurahan Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

2.1.2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aepyty. Penyakit DBD cenderung meningkat dan menyebar luas dan seringkali disertai

kejadian luar biasa (KLB), sehingga menimbulkan keresahan di

masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan

kematian. Penderita DBD di Kota Palangka Raya dalam beberapa tahun

[image:37.595.93.527.505.671.2]

terakhir disertai dengan kematian, sebagaimana tabel III.2 berikut.

Tabel III.2.

Indikator DBD Kota Palangka Raya Tahun 2010 - 2016

Indikator DBD

Tahun

Standar

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Angka Kesakitan / IR (100.000 pddk)

10 89 40,9 97,8 111,8 84,7 50

Angka Kematian CFR (%)

4,5 1,5 3,2 0,4 1,1 0,9 < 1%

Angka Bebas Jentik/ABJ (%)

85,6 85,2 86,7 85,6 85,1 - 95%

Sumber : Bidang PMK

Tabel III.2. menunjukan bahwa kasus DBD sejak tahun 2012

menunjukan peningkatan, dan melonjak naik pada tahun 2014 kasus DBD

(38)

dan tahun 2016 menurun menjadi 220 kasus dengan angka kesakitan

mencapai 84,7/100.000 penduduk. Angka tersebut diatas standar yang

ditetapkan yaitu 50/100.000 penduduk dengan angka kematian (CFR)

sebesar <1%. Masalah justru pada kegiatan Pemantauan Jentik Berkala

(PJB) pada tahun 2016 tidak lagi dilaksanakan, sehingga monitoring

terhadap pertumbuhan serta penyebaran nyamuk DBD tidak bisa

dipantau. PJB juga membantu kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) di lingkungan masyarakat. Dengan angka Bebas Jentik yang

rendah, memicu suatu lingkungan harus segera diadakan PSN, baik

melalui partisipasi dengan masyarakat, maupun dengan mengendalikan

pemberantasan nyamuk melalui fogging yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya

Faktor iklim pada tahun 2016 memberikan keuntungan yaitu

menyebabkan penyakit DBD menurun namun tidak signifikan, seperti

terjadinya musim hujan di sepanjang tahun 2016 sehingga air hujan

melimpah/banjir dengan asumsi air hujan menghanyutkan sarang vektor.

Hal ini menyebabkan perkembangbiakan nyamuk aides agypti mengalami

gangguan. Namun kasus DBD masih ada pada awal tahun. Kemudahan

transportasi dan tingkat mobilitas penduduk juga turut mempengaruhi

penyebaran penyakit DBD karena di Kota Palangka Raya sebaran kasus

umumnya terjadi di daerah perkotaan, sebagaimana terlihat pada gambar

III.6 tentang daerah endemis DBD. Peran serta masyarakat dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sangatlah rendah. Pengelolaan

sampah belum berjalan sesuai ketentuan, hal ini terlihat dari sampah

anorganik yang belum terkelola dengan baik akan berpotensi sebagai

perindukan vektor. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sangatlah

diperlukan, dengan metode yang tepat, sistematis, dan dengan frekuensi

yang lebih gencar sehingga menciptakan suatu gebrakan di masyarakat

dalam PSN, diharapkan akan berhasil menurunkan kasus DBD secara

(39)
[image:39.595.240.446.133.322.2]

Gambar III.6.

Kasus DBD telah menyebar di 23 kelurahan dari 30 kelurahan yang ada;

terdiri 10 kelurahan endemis dan 13 kelurahan sporadis. Kelurahan yang

berpotensi untuk tertular DBD pada tahun 2016 sebanyak 4 kecamatan.

Penularan umumnya terjadi di daerah padat penduduk dengan mobilitas

cukup tinggi.

2.1.3. Rabies

Rabies merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan oleh

hewan berdarah panas tersangka rabies seperti anjing, kucing dan

monyet. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena bila sudah menunjukan gejala klinis pada manusia

ataupun hewan yang selalu berakhir dengan kematian, sehingga

menimbulkan rasa cemas dan ketakutan bagi orang-orang yang terkena

gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada

umumnya. Pemberian vaksin pada manusia secara dini pasca gigitan

dapat mencegah kematian.

Kasus gigitan oleh hewan tersangka rabies dilaporkan oleh

Puskesmas Bukit Hindu sebagai Rabies Center. Gambar III.7 menggambarkan specimen positif pada hewan tersangka rabies tahun

2016.

1 17

Peta Kelurahan Endemis DBD Kota PalangkaRaya Tahun 2016

(40)

Gambar III.7.

Jumlah Spesimen Positif pada Hewan Penular Rabies Di Kota Palangka Raya Tahun 2010-2016

14 26 83 36 28 23 52 0 20 40 60 80 100

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

S p e si m e n ( + )

Sumber : Bidang PMK

Pada tahun 2016 dilaporkan 784 kasus gigitan Rabies (GHPR)

dengan pemberian VAR kepada 384 kasus (48,98%) dan 52 kasus

dinyatakan positif Rabies. Pada tahun 2015 dilaporkan 631 kasus gigitan

hewan penular rabies (GHPR), 2014 dilaporkan 247 kasus gigitan hewan

penular rabies (GHPR), dan tahun 2013 dilaporkan 862 kasus. Penderita

yang mendapat vaksinasi tahun 2015 sebanyak 372 (59,11%). Gambar

III.8 berikut menunjukan kasus gigitan hewan tersangka Rabies selama

tahun 2010-2016.

Gambar III.8.

Korban Gigitan Hewan Penular Rabies Kota Palangka Raya Tahun 2010-2016

894 1143 862 247 631 784 676 613 372 384 744 112 527 421 0 300 600 900 1200 1500

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(41)

2.2. Penyakit Menular Langsung 2.2.1. TB. Paru

Tuberculosis atau sering disebut TB adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi basil TB. Umumnya

menyerang organ paru, namun dapat juga menyerang organ tubuh

lainnya. Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDS, TB menjadi salah satu

penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Penemuan penderita merupakan langkah pertama dalam kegiatan

program penanggulangan TB. Upaya penemuan penderita dilakukan

secara pasif dengan promosi aktif, artinya penjaringan penderita dilakukan

di unit pelayanan kesehatan pada saat penderita datang untuk berobat

didukung dengan penyuluhan aktif. Keberhasilan pengobatan TB Paru

diukur antara lain melalui penemuan dan pengobatan penderita dan

tingkat kesembuhan penderita yang diobati dengan menggunakan

strategi DOTS.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB

adalahCase Detection Rate (CDR) yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA

positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Target minimal CDR

yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan adalah 70%. Berikut adalah

penemuan kasus (CDR) sejak tahun 2010-2016.

Gambar III.9.

Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate) TB Paru Di Kota Palangka Raya Tahun 2010-2016

31,3

25,6 27,6 25

48

37,68

48,8 Target CDR; 70

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

P

e

rs

e

n

ta

se

(42)

Di Kota Palangka Raya jumlah penderita TB paru yang berobat di

unit pelayanan kesehatan (UPK) serta mendapat pengobatan yang sesuai

standar, pada tahun 2016 sebanyak 255 kasus dan yang mendapat

pengobatan sebanyak 109 kasus. Dibandingkan dengan tahun 2015,

kasus mencapai 113 kasus dan 83 kasus mendapatkan obat TB Paru.

Tahun 2014 sebanyak 74 kasus (CDR 48%), dan pada tahun 2013

sebanyak 117 kasus (CDR 25%) dengan prevalensi 53,1/100.000

penduduk.

Selain CDR, sejak tahun 2014 terdapat satu indikator lagi untuk

mengetahui penganggulangan kasus TB Paru, yaitu Case Notification Rate (CNR) yaitu angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah

tertentu. Angka ini bila dikumpulkan serial, akan menggambarkan

kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun atau kecenderungan

(trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien di wilayah tersebut. Pada tahun 2016 dengan CNR seluruh kasus mencapai 98,13 dan CNR

kasus baru sebesar 41,94. Mengalami peningkatan jika dibanding dengan

tahun 2015 CNR seluruh kasus mencapai 78,54%, dengan CNR kasus

baru sebesar 37,68%. Tahun 2014 CNR seluruh kasus TB mencapai

62,99/100.000 penduduk, dan CNR untuk kasus baru mencapai

30,27/100.000 penduduk.

Keberhasilan pelaksanaan penanggulangan TB diukur dari

pencapaian angka kesembuhan penderita. Angka kesembuhan ini

menunjukan persentase pasien baru TB dengan BTA (+) yang telah

berhasil menyelesaikan pengobatan baik sembuh maupun pengobatan

(43)

Gambar III.10.

Succes Rate (SR)TB Di Kota Palangka Raya

Tahun 2010-2016

86,2 89,3

69,5 76,6 79,07

19,28 33

Target SR; 85

0 20 40 60 80 100

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

P

e

rs

e

n

ta

se

Gambar III.10 memperlihatkan trend angka keberhasilan (success Rate/SR) pengobatan TB Paru di Kota Palangka Raya. SR pada tahun 2016 mencapai 33% dan mengalami kenaikan jika dibanding dengan

tahun 2015 mencapai 19,28%, namun masih rendah jika dibandingkan

SR pada tahun 2014 yaitu 79,07%. Ada beberapa penyebab yang

dimungkinkan, salah satunya adalah terjadinya resistensi obat TB Paru

pada pasien. Resistensi obat disebabkan beberapa hal antara lain; pasien

tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan, tidak teratur menelan

OAT sesuai paduan, menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum

waktunya, dan gangguan penyerapan obat TB Paru.

Pemegang program TB Paru diharapkan untuk lebih meningkatkan

komitmen dalam pelaksanaan program “Pengendalian TB Resistan Obat”

sesuai tatalaksana Pengendalian TB yang berlaku saat ini dengan

mengutamakan berfungsinya jejaring diantara fasilitas pelayanan

kesehatan. Titik berat manajemen program meliputi: perencanaan,

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan

sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).

2.2.2. Kusta

Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh

Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini dapat menyebabkan stigma sosial di masyarakat

(44)

terhadap penderita penyakit kusta antara lain pemeriksaan intensif

penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau

pernah kontak erat dengan penderita.

Tahun 2016 kasus baru type Multi Basiler sebanyak 1 kasus dan typePausi Basilersebanyak 2 kasus, denganNewly Case Detection Rate (NDCR) 1,15 /100.000 penduduk. Mengalami penurunan jika dibanding dengan tahun 2015 ditemukan kasus baru type Multi Basiler 7 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NDCR) sebesar 2,78/100.000 penduduk. Mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2014 yaitu

kasus baru type Multi Basiler sebanyak 2 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NDCR) sebesar 0,82/100.000 penduduk. Tahun 2013 kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak 1 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NDCR)sebesar 0,44/100.000 penduduk.

Tingkat penularan di masyarakat menggunakan indikator proporsi

anak (0-14 tahun) diantara pederita baru. Di Kota Palangka Raya kusta

ditemukan pada penderita usia ≥ 15 tahun. Sedangkan keberhasilan

dalam mendeteksi kasus baru diukur dari proporsi cacat tingkat II yang

pada tahun 2016 sebesar 0%.

Gambar III.11

Penderita Kusta Selesai Berobat Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

14

63

0 10 20 30 40 50 60 70

2013 2014 2015 2016

P

e

rs

e

n

ta

se

2.2.3. Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS

(45)

Penderita penyakit infeksi menular seksual yang dilaporkan di Kota

Palangka Raya tahun 2016 sebanyak 8 penderita. Penderita terbanyak

adalah laki-laki sebesar 75%. Sedangkan penderita HIV/AIDS dilaporkan

dari RSUD dr Dorys Sylvanus sebanyak 27 penderita untuk HIV, dan 38

penderita untuk AIDS dan meninggal 1 orang.

2.2.4. Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru

(alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau terhirup udara yang tercemar. Kelompok rentan terserang pneumonia adalah balita, usia

lanjut dan yang memiliki masalah kesehatan seperti gangguan malnutrisi

dan gangguan imunologi.

Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

kematian bayi dan balita. Namun perhatian dunia selama ini terhadap

pneumonia sangat sedikit sehingga ISPA dikenal sebagai the forgotten pandemic. Oleh karena itu dunia memasukan pneumonia kedalam komitmen global SDGs untuk ditanggulangi bersama. Diperkirakan 10%

dari seluruh balita pernah menderita pneumonia. Untuk tahun 2016 jumlah

perkiraan penderita pneumonia sebanyak 2.504 penderita, namun

penderita yang ditemukan dan ditangani/diobati sesuai dengan standar

[image:45.595.171.471.545.627.2]

pada pelayanan dasar (puskesmas) hanya 42 penderita atau 1,68%.

Gambar III.12.

Proporsi Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Kota Palangka Raya Tahun 2016

Laki; 61,9; 62% Perempuan;

38,1; 38%

Sumber : Bidang PMK

Secara nasional penderita pnemonia balita yang ditemukan dan

diobati ditargetkan sebesar 86%, dengan demikian capaian penemuan

(46)

Gambar III.13 berikut menunjukan persentase penemuan dan pengobatan

penderita pneumonia balita dari tahun 2010- 2016.

Gambar III.13.

Persentase Penemuan Penderita Pneumonia Balita Di Kota Palangka Raya Tahun 2010-2016

9,2 7,8 9,5 8,8 5,23

3,28 1,68

Target, 86

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

P

e

n

e

m

u

a

n

Sumber : Bidang PMK

Berbagai kendala yang ditemui dalam penanggulangan ISPA

pneumonia adalah cara penularannya yang lintas udara (air borne desease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh masyarakat serta masih minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksana

penderita pneumonia balita (MTBS).

2.2.5. AFP (Accute Flacid Paralysis)

AFP berbeda dengan polio, AFP merupakan sekumpulan penyakit yang

ditandai dengan lumpuh layuh akut. Dalam rangka eradikasi polio, seluruh

negara (global) melaksanakan surveilans AFP. Survailans AFP difokuskan

pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut dan layuh (flaccid) seperti pada kasus polio. Sebagian besar kasus polio non paralitik tidak disertai

manifestasi klinis yang jelas. Ditemukannya kasus polio paralitik menunjukan

adanya penyebaran virus polio liar di wilayah tersebut.

(47)

Selama pelaksanaan Surveilans AFP di Kota Palangka Raya, tidak

ditemukan ada kasus kelumpuhan akibat polio paralitik. Di Kota Palangka

Raya pada tahun 2016 jumlah anak usia < 15 tahun belum mencapai 100.000

jiwa hanya 66.708 jiwa sehingga target penemuan adalah 1 penderita setiap

tahun. Untuk sensitifitas kegiatan maka target penemuan penderita AFP

menjadi 2 penderita. Pada tahun 2016 hanya ditemukan 3 penderita, berarti

berhasil dipenuhi dengan AFP Rate > 1/100.000 penduduk usia > 15 tahun,

[image:47.595.120.505.281.491.2]

seperti gambar III.14 berikut.

Gambar III.14.

Penemuan Kasus AFP (per 100.000 penduduk usia < 15 tahun) Kota Palangka Raya Tahun 2004-2016

2 4 4 1 5 5 6 5

0 0 0

1 3

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

0 1 2 3 4 5 6 7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jm l. K a su s (p e r 1 0 0 .0 0 0 p d d k u sia < 1 5 t h n )

Penemuan Target (per 100.000 pddk usia < 15 th)

Sumber : Bidang PMK

2.2.6. Diare

Diare merupakan penyakit ketika terjadi perubahan konsistensi

feses dan peningkatan frekuensi buang air besar. Diare merupakan

penyakit yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian

diare dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : faktor lingkungan, gizi,

kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku

masyarakat. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan

balita.

Upaya menurunkan angka kesakitan diare di Kota Palangka Raya

adalah tatalaksana penderita diare seperti melalui Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) pada penderita diare balita, ketersediaan logistik serta

(48)

Penderita Diare yang berobat dan ditangani di puskesmas pada

tahun 2016 sebanyak 2.879, menurun jika dibandingkan tahun 2015

sebanyak 3.275 dengan angka kesakitan diare sebesar 214/1000

penduduk. Sedangkan proporsi penderita terbanyak pada kelompok

perempuan 51,88%, sebagaimana gambar III.15

Gambar III.15.

Proporsi Penderita Diare Menurut Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2016

Laki-laki 49,46% Perempuan

50,54%

Sumber : Bidang PMK

2.3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

Penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program

imunisasi di Indonesia ada 7 (tujuh) jenis penyakit, yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus,

Hepatitis, TBC, Polio dan Campak. Di Kota Palangka Raya pada tahun 2016

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dilaporkan adalah

Difteri.

Gambar III.16.

Kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi (PD3I) Di Kota Palangka Raya Tahun 2016

0 1 2 3 4 5

(49)

2.3.1. Difteri

Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh

Corynebacterium Diphteriae dimana gejala klinik (local maupun umum) yang ditimbulkannya adalah merupakan akibat dari eksotoksin yang

dihasilkan oleh bakteri ini. Difteri menyerang selaput lendir pada hidung

serta tenggorokan dan terkadang dapat mempengaruhi kulit. Penyakit ini

sangat menular dan termasuk infeksi serius yang dapat mengancam jiwa

jika tidak segera ditangani. Pengobatan difteri harus segera dilakukan

untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama

pada penderita anak-anak. Diperkirakan hampir satu dari lima penderita

difteri balita dan berusia di atas 40 tahun yang meninggal dunia

diakibatkan oleh komplikasi.

Pada tahun 2016 di Kota Palangka Raya terdapat 1 (satu) penderita difteri

dan meninggal dunia karena terlambat dalam penanganan serta terjadi

komplikasi.

2.3.2. Campak

Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut

virus measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae. Penyakit ini sangat menular dan akut. Sebagian besar menyerang anak-anak. Bila mengenai balita terutama dengan gizi buruk

maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering adalah

bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis media; ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian.

Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh

sekret orang yang telah terinfeksi. Penegakan kasus campak melalui

pemeriksaan darah penderita.

Kasus campak yang dilaporkan adalah kasus klinis. Kasus klinis

yang dilaporkan pada tahun 2016 adalah 207. Angka tersebut

berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sampel darah penderita

dinyatakan positif virus measles. Penyakit Campak dapat menyerang

semua golongan umur, terutama bayi sebagai kelompok rentan. Namun

(50)

campak, mulai terjadi pergeseran penderita klinis campak kepada

golongan umur yang lebih tua.

Selain imunisasi campak pada bayi, salah satu upaya untuk

mencegah terjadinya KLB Campak, maka pemerintah melaksanakan

program kampanye imunisasi campak dengan sasaran anak sekolah

dasar yang dilaksanakan pada bulan Agustus

3. Penyakit Tidak Menular

Dipicu oleh isu global (WHO) tentang perubahan pola penyakit dan

kecenderungan masa depan, angka kejadian penyakit tidak menular atau gaya

hidup sebagai penyebab utama kematian yang signifikan telah menggeser

kedudukan penyakit menular. Penyakit tidak menular terjadi bukan karena proses

infeksi sebagai faktor resiko utama yang mengakibatkan kecacatan dan kematian.

Penyakit tidak menular dapat dicegah jika faktor risiko dapat dikendalikan.

Beberapa penyakit tidak menular yang dominan dilaporkan oleh puskesmas

adalah sebagai berikut :

3.1. Hipertensi

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan

pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi

ditengarai sebagai penyebab utama stroke dan jantung. Penyakit ini sudah jadi

epidemi di zaman modern, menggantikan Diare dan TBC.

Kunjungan penderita hipertensi di Kota Palangka Raya dalam 5 tahun

terakhir menunjukan peningkatan yang cukup tajam. Pada tahun 2016 dilaporkan

terdapat 12.038 penderita. Penderita hipertensi seringkali mengabaikan atau

kurang menyadari karakter penyakit yang timbul tenggelam. Ketika tekanan darah

sudah kembali normal, maka penderita cenderung menganggap kesembuhannya

permanen. Padahal, s

Gambar

Gambar III.1.
Gambar III.2.
Gambar III.3.
Gambar III.4.AKABA di Kota Palangka Raya Tahun 2012 – 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Monitoring Proxy yaitu untuk memonitoring Proxy server sudah berjalan atau tidak dapat dilakukan langkah sebagai berikut: dengan membuka menu IP— klik web proxy—pilih

Dokumen Eksternal : Pedoman pengelolaan keuangan program dari Dinkes Kab/Kota 2.3.16.5 Dokumen bukti pelaksanaan dan tindak lanjut dari audit pengelolaan keuangan 2.3.17.1

Keinudian untuk hasil yang diperoleh pada Lampiran 14A inenunj ukkan bahwa sedimen pada stasion/lokasi 3 yang sudah dapat dipastikan bahwa material sedimennya

dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner-kuesioner untuk disertakan ke dalam data penelitian yang berjudul Pengetahuan Gizi Ibu

Not Verified IUIPHHK UD Fira Karya Mandiri tidak memiliki Nomor Induk Kepabean (NIK) dan tidak melakukan ekspor produksinya yang berupa kayu gergajian karena sesuai

a. Mengetahui tingkat keanekaragaman burung Ordo Ciconiiformes di kawasan konservasi mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Mempelajari jenis

Yanchuik inia nukurinkia tuke nii nawantrin unuinin armiayi tsankuran penker pujusmi tusar, tura yanchuikia inia juntrinkia kajeu armiayi turau asamti tuke nawan

Anda melakukan kegagalan ini jika karena keinginan untuk menyakiti seseorang atau karena kemalasan, Anda tidak memuji kualitas baik orang lain, atau tidak memberitahukan kepada