BAB I
PENDAHULAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pengembangan sumberdaya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan
pembanguna suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumberdaya
manusia haruslah merupakan suatu proses yang berkesinambungan sejak anak
usia dini.Hakikatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia.Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena
sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh
karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh
sektor pembangunan (dalam Fauziah, 2010, hlm:1). Pendidikan merupakan
sebuah proses yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan
diyakini sebagai sarana yang ideal bagi bangsa Indonesia. Tujuan ideal yang
hendak dicapai melalui proses dan sistem pendidikan nasional adalah sebagai
mana yang telah dituangkan dalam Udang-undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 adalah :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dini, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari pengertian diatas, disarankan bahwa pendidikan memang memiliki
tujuan untuk membentuk suatu individu yang memiliki kualitas dan mampu ikut
serta dalam pembangunan suatu bangsa.Selain itu pendidikan juga bertujuan agar
terjadi suatu perubahan dan juga perkembangan bagi dirinya maupun lingkunan
disekitarnya.
Dilihat dari konsep pendidika itu sendiri sebenarnya pendidikan di
Indonesia pada khususnya sangatlah luas.Karena di Indonesia Pendidikan sendiri
informal.Sehubungan dengan hal ini Coombs (dalam Sudjana, 2004, hlm: 56)
membedakan pengertian ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut:
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat /berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setarap
dengannya termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi, akademis
dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, ayng dilaksanakan
dalam waktu yang terus menerus”.
Pendidikan informal adalah proses yang belangsung sepanjang uisa
sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan
termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan
tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media
masa.
Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis,
diluar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya.
Pendidikan nonformal menurut Sudjana (2004, hlm:22) memiliki beragam
satuan pendidikan yang salah satunya adalah Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
pasal 1 ayat 14, menyebutkan bahwa :
“Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Anak Usia Dini merupakan anak yang berada pada rentang masa usia lahir
sampai 6 tahun. Anak pada usia ini dapat dikatakan sebagai usia emas (Golden
Age), karena pada masa usia dini masa yang palinng efektif untuk
mengembangkan potensi dalam mengembangkan aspek perkembangannya, yang
emosional, dan kemandirian), bahasa,Kognitif, motorik dan seni. Oleh karena itu
sebagai orang tua dan pendidik harus pandai memberikan rangsangan berupa
pendidikan yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Pola asuh yang baik sejak dini akan bisa pula pengaruhnya bagi tumbuh
kembangnya seorang anak, terutama dari lingkungan terdekat anak. Lingkungan
terdekat ini meliputi keluarga dan budaya serta kehidupan sosial yang
berkembang dan berlangsung sekitarnya tempat dimana anak dibesarkan.
Sesuai dengan permendiknas nomor 58 tahun 2009 tentang standar PAUD,
bahwa perkembangan anak mencakup 5 aspek yaitu nilai-nilai agama dan moral,
fisik, kognotif, bahasa, dan sosial emosional. Dalam menuju kematangannya
setiap anak didik Taman kanak-kanak memerlukan kesempatan tumbuh dan
berkembang dengan didukung berbagai fasilitas sarana dan prasaran seperti alat
permainan edukatif, meubelair, ruang belajar/ bermain yang memadai, serta
suasana bermain yang menyenangkan.
Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan agar anak dapat mengembangkan
potensi-potensinya sejak dini, sehimgga mereka bisa berkembang secara wajar
sebagai anak. Hal ini berarti tujuan anak usia dini bukan hanya agar anak lebih
siap belajar ditingkat Sekolah Dasar (SD) melainkan juga lebih penting agar anak
memperoleh rangsangan intelektual,sosial dan emosional yang sesuai dengan
tingkat usianya (dalam Fauziah, 2010, hlm. 3).
Kelompok bermain sebagai salah satu model pendidikan formal anak usia
dini yang merupakan salah satu bentuk program Pendidikan Luar Sekolah yang
peserta didiknya berusia prasekolah. Hal ini sesuai dengan peraturan Pemerintah
No 27 tahun 1990 yang menyatakan bahwa “Kelompok bermain adalah salah satu
bentuk usaha penyejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain, yang
juga menyelenggarakan pendidikan prasekolah bagi anak usia 3 tahun sampai
memasuki pendidikan dasar” (dalam Fauziah, 2010, hlm:3).
Pada dasarnya Kelompok bermain berfungsi untuk menanamkan kebiasaan
dengan menerapkan pendidikan anak yang sangat tepat dimulai sejak anak berusia
dini.Dalam penyelenggaraannya terdapat berbagai pola bimbingan yang dapat
kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Anak memerlulan
kegiatan yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Bagi anak bermain
merupakan saran belajar bagi mereka. Menurt Singer (dalam Kusantanti, 2013,
hlm. 23 ) mengemukakan bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi
dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi duniannya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan
untuk memahami konsep secara ilmiah tanpa paksaan.
Melalui bermain, menurut Bredekamp (dalam Kuntjojo, 2010, hlm.
14)gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik. Peningkatan
keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek
perkembangan yang lain pula. “Bagi anak usia prasekolah, gerakan-gerakan fisik
tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan, fisik melainkan juga
pengeruh positif kepada pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan
perkembangan kognisi”
Menurut Hurlock (dalam Yuningtias, 2012, hlm. 20) perkembangan motorik
pada anak meliputi motorik kasar dan motorik halus.Motorik kasar adalah gerakan
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.Sedangkan Motorik
halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan
berlatih.
Sesuai dengan hasil penelitian Mayke (dalam Yuningtias, 2012, hlm 26)
bahwa motorik halus penting karena nantinya akan di butuhkan anak dari segi
akademis seperti untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat,
menggambar hingga menarik garis. Keterampilan motorik halus pada umumnya
memerlukan jangka waktu relatif lama penyesuaiannya. Hal ini merupakan suatu
proses bagi seorang anak untuk mencapainya. Kemampuan motorik halus pada
setiap anak berbeda ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan
perkembangan tergantung pada anak.
Menurut Pengertian tersebut diatas disebutkan juga bahwa untuk
mewujudkan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu mengembangkan seluruh
menyesuaikan diri dengan lingkungan, salah satunya yaitu dengan kegiatan
bermain sambil belajar melalui pemanfaatan kertas lipat yang merupakan bagian
dari pembelajaran seni melipat (origami) dalam pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan hasil observasi awal di Kober Cahaya Ibu Desa Cigugurgirang
pada waktu kegiatan motorik halus menunjukan bahwa sebagian besar anak
kemampuan motorik halusnya masih rendah terutama pada kegiatan pramenulis
seperti cara memegang pensil yang benar, mengalami kesulitan dalam membuat
bentuk tulisan, menjiplak/membuat garis,yang belum rapi, serta mewarnai gambar
yang terlihat corat coret serta kegiatan lainnya yang selalu dibantu oleh guru.
Media kertas lipat yang beraneka warna dan ukuran dapat lebih
mengembangkan kreativitas anak, selain itu hasil dari karya origami juga bisa
dapat dijadikan alat permaiana oleh anak dalam kehidupan sehari-hari dan akan
memberikan kepuasan tersendiri karena mereka dapat memainkan hasil karya
buatannya sendiri. Disamping itu anak yang sudah mahir membuat berbagai karya
origami ia akan terus mengulang dan mengulangnya lagi, sehingga diharapkan
dengan semakin banyak membuat karya origami jari tangannya akan semakin
lentur, sehingga anak pun siap untuk belajar menulis.
Berdasarkan latar belakang dan kajian terhadap fenomena yang ditemukan
dalam kaitannya dengan motorik halus anak usia 3-4 tahun, dipandang perlu
adanya penelitian untuk mengungkapkan gambaran tersebut yang dirumuskan
dalam judul penelitian “Upaya Tutor dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak Usia Dini (3-4thn) Melalui Kegiatan Pengembangan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis perlu
mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara
lain sebagai berikut :
1. Program Penerapan Kretivitas seni melipat (origami) yang
diselenggarakan di Kober Cahaya Ibu dapat dilaksanakan dengan baik
oleh para tutor.
2. Tutor selalu menggunakan metode dalam menerapkan program ini supaya
dapat dipahami oleh semua anak.
3. Tutor selalu membimbing dan melatih anak-anak samapi anak tersebut
bisa membuat atau menyusun macam-macam bentuk origami.
4. Penerapan Program kreativitas seni melipat anak-anak sudah mulai bisa
melenturkan jari-jari tangannya.
5. Penerapan program kreativitas seni melipat anak-anak dapat belajar untuk
berkonsentrasi.
6. Penerapan program kreativitas seni melipat anak-anak dapat
mengembangkan kreativitasnya sendiri.
C. Pembatasan Masalah
Agar peneliti lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam
maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana upaya meningkatkan Kemampuan
motorik halus melalui kegiatan kreativitas seni melipat (origami).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah dijabarkan, maka
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penyelenggaraan kegiatan pengembangan kreativitas seni
melipat (Origami) di Kober Cahaya Ibu Desa Cigugurgirang Kec.
2. Bagaimana pengembangan motorik halus anak usia dini (3-4 tahun)
melalui seni melipat?
3. Bagaimana kemampuan motorik halus anak sebelum dan setelah
mengikuti kegiatan pengembangan kretivitas seni melipat (origami) Pada
siswa Kober Cahaya Ibu?
4. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan kegiatan
pengembangan kretivitas seni melipat (origami) di Kober Cahaya Ibu
Desa Cigurgirang Kecamatan Parongpong?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatasmaka
peneliti ini mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mendeskripsikan:
1. Penyelenggaraan kegiatan pengembangan kreativitas seni melipat
(origami) di Kober Cahaya Ibu ?
2. Pengembangan motorik halus anak usia dini (3-4 tahun) melalui seni
melipat?
3. Kemampuan motorik halus anakusia dini sebelum dan setelah mengikuti
kegiatan pengembangkan kreativitas seni melipat (origami) di Kober
Cahaya Ibu Desa Cigugurgirang Kec. Parongpong ?
4. Medeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan
kegiatan pengembangan kretivitas Seni melipat (origami) pada siswa
Kober Cahaya Ibu Desa Cigugurgirang Kec.Parongpong .
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi secara teoritis maupun
maupun secara praktis untuk pihak-pihak sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi informasi
bagi pengembangan karya tulis ilmiah khususnya dalam bidang pembelajaran
origami untuk meningkan motorik halus anak.Selain itu, Peneliti ini diharapkan
diharapkan dapat memperkaya konsep, teori dan wawasan Pendidikan Luar
Sekolah Terutama Pendidikan Anak Usia Dini.
2. Secara Praktis
a. Untuk Peneliti
Menambah wawasan/ilmu pengetahuan tentang pembelajaran origami
dalam rangka mengembangkan kemampuan motorik halus anak.
b. Untuk Guru
Dapat menambah wawasan tentang cara mengembangkan kemampuan
motorik halus anak melalui teknik pembelajaran yang tapat dan
menyenangkan, serta dapat meningkatkan pelayanan kepada anak didik
menjadi lebih baik lagi, serta anak didik tersebut akan mampu
mencapai prestasi dan tumbuh serta berkembang secara optimal.
c. Untuk Lembaga PAUD
Meningkatkan kualitas pendidikan Lembaga PAUD dalam memberikan
variasi kegiatan pembelajaran motorik halus yang menyenangkan bagi
anak, sehingga padat memotivasi anak dalam mengembangkan
kemampuan motorik halusnya menjadi menjadi lebih baik lagi.
G. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I : Pendahuluan, didalamnya terkandung pembahasan Latar Belakang
Masalah,Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan
masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur
Organisasi Skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka didalamya terdapat konsep pendidikan luar sekolah,
konsep pendidikan anak usia dini, konsep pembelajaran dalam
PAUD, konsep kreativitas, konsep seni melipat, dan konsep
BAB III : Metode Penelitian, didalamnya berisi uraian metode penelitian,
subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen
dan teknik pengumpulan data, prosedur, analisis data.
BAB IV : Pembahasan, didalamnya membahas tentang gambaran umum
lokasi penelitian serta pembahasan hasil-hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
BAB V : kesimpulan dan rekomendasi berisi tentang upaya tutor dalam
meningkatkan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan