BAB VI
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Fluktuasi JII
JII di buka dengan nilai indeks 71,750 pada akhir agustus 2000. pada
minggu berikutnya nilai indeks mengalami kenaikan sebesar 443 poin menjadi
72,193. nilai indeks JII ini terus mengalami penurunan sampai akhir tahun 2000.
penurunan nilai indeks ini disebabkan adanya privatisasi beberapa BUMN.
BUMN yang diprivatisasi tersebut beberapa diantaranya termasuk sebagai
anggota JII.
Pada tahun 2001, JII belum menunjukkan perbaikan kinerja yang cukup
signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan polituk Indonesia yang sedang
mengalami pergolakan yang mengakibatkan banyak kebijakan pemerinyah
mengalami perubahan. Berbagai perubahan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerinyah memicu reksi investasi untuk melakukan Wait and Sea dalam
investasinya. Dalam kondisi ini investor lebih memilih untuk melarikan dana
mereka pada perbankan.
Nilai indeks JII pada awal tahun 2001, yaitu antara januari sampai februari
mengalami gejala rebound. Peningkatan yang cukup drastis terjadi pada minggu
terutama februari. Nilai indeksnya mencapai 94,366. indeks ini terus mengalami
penurunan sampai akhir bilan mei yang kemudian kembali menunjukkan gejala
dengan awal tahun 2002. fluktuasi tersebut disebabkan oleh presiden Abdurahman
Wahid yang merubah susunan kabinet.
Pada pertengahan februari 2002, JII mengalami rebound sampai bulan jili
2002. peningkatan tersebut karena kondisi polotik Indonesia telah membaik. Hal
tersebut dapat dilihat dari nilai indeks yang terus merangkak naik hingga
mencapai titiktertinggi sebesar 87.418 pada mei 2002 di minggu 2. JII kembali
mengalami penurunan yang cukup signifikan sampai dengan bulan maret 2003.
penurunan ini disebabkan investor kembali melakukan strategi Wait and Sea. Hal
ini dipicu oleh kondisi politik Indonesia yang kembali memanas dengan terjadinya
demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia yang meminta
presiden Abdurahman Wahid untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
JII kembali menunjukkan gejala rebound pada bulan april 2003 yang terus
terjadi sampai tahun 2004. kenaikan ini akibat adanya pergeseran jabatan presiden
dari AbdurahmanWahid kepaga wakil presiden Megawati Soekarno Putri.
Pergantian tersebut menimbulkan sentimen positif pada investor yang kembali
berinvestasi di pasar modal. JII menunjukkan angka tertinggi pada akhir tahun
2003 dengan nilai 114,702.
JII yang terus naik selama tahun 2004 meski mengalami sedikit fluktuasi
menjadi indikator bahwa iklim investasi di Indonesia mengalami pertumbuhan.
Investor semakin banyak yang melakukan investasi pada pasar modal karena
didukung oleh kondisi politik yang stabil dan perekonomian yang membaik.
Kondisi tersebut didukung pula oleh adanya harapan dan keyakinan dari investor
memulihkan kondisi perekonomian Indonesia setelah terpilihnya presiden Susilo
Bambang Yudoyono.
1. Obyek Penelitian
Tabel 4.1. Daftar saham yang menjadi obyek penelitian
NO Kode Nama Emiten
1 ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk
2 ASGR PT. Astra Graphia, Tbk
3 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
4 ISAT PT.Indosat, Tbk
5 SMGR PT. Semen Gresik, Tbk
6 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
7 UNTR PT . United Tractors, Tbk
Sumber: lampiran I
Metode purposive sampling digunakan untuk menyeleksi populasi yang
ada pada penelitian ini seperti yang telah dijelaskan dalam bentuk penelitian.
Hasil dari seleksi tersebut didapatkan 7 saham yang secara berturut-turut termasuk
dalam anggota JII selama periode penelitian. Daftar saham yang menjadi obyek
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1
Gambaran umum tentang perusahaan yang akan menjadi obyek investasi
sangat diperlukan sebagai bahan perimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi. Gambaran umum perusahaan yang menjadi obyek penelitian ini
a. PT. Aneka Tambang, Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang, Tbk didirikan pada tanggal 5 juli 1969.
perusahaan ini terbentuk dari 7 perusahann independen yang kemudian
melakukan merger menjadi PT Aneka Tambang. Status perusahaan pada
saat pendiriannya adalah Badan Umum Milik Negara (BUMN) dengan
bidang usaha pertambangan. Bahan tambang yang di eksplorasi serta
diolah oleh perusahaan ini antara lain nikel, bauksit, pasir besi, emas, dan
perak.
Berdasarkan pada keputusan Mentri Kehakiman RI pada tahun
1975 perusahaan ini berubah status dari BUMN menjadi PT. Sejak awal
pendiriannya, PT Aneka Tambang mengalami perkembangan yang cukup
pesat, hal ini dibuktikan dengan pendirian pabrik-pabrik baru diberbagai
daerah di Indonesia, serta memiliki kantor perwakilan di Tokyo dengan
tujuan perluasan pasar.
PT Aneka Tambang listing di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 27
November 1997. sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah yaitu
sebesar 65% dan publik sebesar 35%. Harga saham PT Aneka Tambang
dari tahun 2000 sampai tahun 2002 mengalami penurunan. Pada tahun
2003 harga saham menguat sebesar Rp 1.925 dari Rp 600 di tahun 2002.
Harga saham mengalami penurunan di pertengahan tahun 0224 sebesar
b. PT. Astra Graphia, Tbk
Perusahaan ini pada awlnya adalah sebuah divisi xerox dari PT
Astra International yang memasarkan dan melakukan layanan purna jual
secara ekslusif diseluruh Indonesia. Divisi ini berkembang pesat dan pada
tahun 1976 divisi ini memisahkan diri menjadi sebuah perusahaan yang
mandiri dengan nama PT Astra Graphia.
PT Astra Graphia milai memasuki bisnis teknilogi informasi pada
tahun 1983. hal ini diawali dengan menjadi distributor ekslusif produk
digital dari Digital Equipment Corporation dari Amerika Serikat untuk
seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan ini melakukan perubahan
organisasi bisnisnya pada tahun 2000. perusahaan ini dilakukan dengan
memfokuskan usahanya pada 2 unit bisnis informasi yaitu Document
Solution dan Information Technology Solutions
Perusahaan melakukan kerjasama strategis (strategic aliances)
dengan mitra usaha yang memilki reputasi internasional untuk
mengembangkan usaha dan memperkuat kemampuan dalam membari
solusi bisnis berbasis teknologi informasi yang terbaik dan inovatif bagi
pelanggan. Saat ini perusahaan menjalin kerjasama strategis dengan
perusahaan terkemuka dunia antara lain: Fujixerox, Compag, IBM,
Ericson, Cisco System, SAP, Oracle dan Microsof.
PT Astra Graphia, Tbk menjadi perusahann publik sejak tahun
1989. PT Astra Graphia listing di BEJ tanggal 25 November 1989. saat ini
tahun 2001 jumlah saham perusahaan ini seliruhnya sebanyak
1.306.875.000 lembar saham. Komposisi kepemilikan saham PT Astra
Grap[hia adalah 79,09% dimilki oleh PT Astra Graphia dan 20,91%
dimilki oleh publik
c. PT. Indofood Sukses Makmur
PT. Indofood Sukses Makmur didirikan pada tahun 1974 yang
merupakan merger dari 19 instan noodle manufactures. Produknya
dipasarkan dengan merek: Indomi, Sarimi, Supermi, Pop Mie. Perusahaan
juga memproduksi masakan Indofood dan saus kecap dengan merek
Indofood dan piring lombok, termasuk juga produk makanan ringan
seperti Chiki, Chitato, Chitos, Tugu Lawak dan Cafela Coffe. Lokasi
kantor pusat berada di gedung Ariobimo Sentral, HR Rasuna Said Jakarta,
sedangkanuntuk lokasi pabriknya berada di Jakarta, Bekasi Jawa Barat,
Semarang Jawa Tengah, malang, Bangil Jawa Timur, Medan, Riau,
palembang, Banjarmasin dan Ujung Pandang.
Perusahaan ini mempunyai 12 cabang, diantaranya adalah PT.
Ciptakemas Abadi, PT. Intranusa Cipta, PT. Tristara Makmur (100%
kepemilikan), PT. Indosentra Pelangi (70% kepemilikan), PT.
Arthanugraha Mandiri (51%) dan PT. Putri Usaha Tama (50%
kepemilikan). PT Indofood Sukses Makmur Tbk mencatat dirinya pertama
kali di Bursa Efek jakarta pada tanggal 14 juli 1994, dengan jumlah saham
d. PT. Indosat, Tbk
Indosat didirikan oleh Merican Cable & Radio Corporation, suatu
perusahaan yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
Negara bagian, Delaware USA dan WayneTim Maglia, sebagai perseroan
terbatas menurut peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
dalam rangka Undang-undang penanaman modal asing dengan akta
pendirian tanggal 10 Nopembar 1067 No 55 dan telah disetujui oleh
Mentri Kehakiman RI dengan penetapan no. J.A.5/88/24 tanggal 20
November 1967.
Indosat saat ini ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk
membangun dan mengoperasikan stasiun bumi Intelsat di Indonesia.
Stasiun bumi tersebut menyediakan akses ke satelit Intelsat untuk wilayah
IOR dalam jangka waktu 20 tahunan dioperasikan secara BTO (Built
Transfer nd Operate). Indosat mulai beroperasi secara komersial sejak
september 1969. tahun 1979 indosat menyelesaikan pembangunan stasiun
bumi Intelsat ke dua, yang menyediakan akses ke satelit Intelsat untuk
wilayah POR. Balasan kepemilikan asing atas fasilitas telekomunikasi,
maka indosat membangun stasiun bumi Intelsat untuk diserahkan kepada
Pemerintah Indonesia, kemudian disewa kembali oleh Indosat. Tahun 1980
Indosat mulai mengoperasikan jaringan kabel laut pertama yaitu kabel
antara Indonesia dan Singapura (IS). Kepemilikan Indosat untuk kabel laut
telah dialihkan ke perumtel setelah selesai pembangunannya dan kemudian
Tahun 1982 dalam rangka pemisahan jaringan telekomunikasi
domestic dan internasional, semua kepemilikan PT Telkom pada kabel laut
internasional dan operator internasionalnya, serta SGI di Jakarta dialihkan
ke Indosat dan sebaliknya. Indosat mengalihkan beberapa asset yang
berhubungan dengan sistem telekomunikasi domestik PT. Telkom. Tahun
1987, Indosat memperkenalkan SLI,
e. PT. Semen Gresik, Tbk
PT Semen Gresik, Tbk didirikan dengan nama N.V. pabrik Gresik
dengan status sebagai perusahaan perseroan berdasarkan No.41 tanggal 25
maret 1953. pada tahun 1969 status perseroan dirubah menjadi perseroan
terbatas dengan nama PT Semen Gresik (persero). Perusahaan ini bergerak
dibidang industri semen dan telah mulai berproduksi sejak tahun 1957 di
pabrik gresik dengan kapasitas awal sebesar 250.000 ton semen pertahun.
Pada tanggal 15 september 1995, perusahaan ini melakukan
akuisisi terhadap 2 perusahaan produsen semen milik pemerintah yaitu PT
Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang pembiayaannya dilakukan
melalui penawaran umum terbatas I. PT Semen Padang memiliki 5 pabrik
semen berkapasitas produksi terpasang keseluruhan sebesar 5.570.000 ton
semen pertahun, yang keseluruhannya berlokasi di Indrarung, Sumatra
Barat. PT Semen Tonasa memilki 4 pabrik semen berkapasitas produksi
terpasang keseluruhan sebesar 3.480.000 ton pertahun yang
keseluruhannya berlokasi di Biringere, Pangkep Sulawesi Selatan.
f. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia adalah suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang pelayanan jasa telekomunikasi, yang berdiri pada
tahun 1884 dan merupakan awal berdirinya Pos dan telekomunikasi
Indonesia. Setelah melalui proses evaluasi yang panjang, di tahun 1991
Telkom berubah dari Perusahaan Umum (perum) menjadi perusahaan
perseroan (persero). Pelayanan yang diberikan diantaranya telepon, telex,
VSAT, e-mail dan yang lainnya. Menurut UU No. 36 tahun 1974, perum
telekomunikasi dinyatakansebagai penyelenggara telekomunikasi untuk
umum, baik hubungan telekomunikasi dalam negri maupun luar negri.
PT. Indonesia Satelit Corporation (Indosar) berstatus sebagai
perusahaan asing, yang pada tahun 1980 ditetapkan bahwa perum
telekomunikasi sebagai badan usaha penyelenggara telekomunikasi dalam
negri. PT. Telkom terdiri 7 Devisi regional, diantaranya Devisi I
(sumatra), Devisi II (jakarta Raya yang meliputi wilayah Jabotabek,
Serang, Kerawang, Puewakarta), Devisi III (jawa Barat), Devisi IV (jawa
Tengah dan Jogyakarta), Devisi V (Jawa Timur), Devisi VI (Seluruh
kalimantan), Devisi VII (kawasan Timur Indonesia). PT Telkom
mencatatkan dirinya pertama kali di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14
November 1995, dengan jumlah saham sebanyak 700.000.000 dan harga
g. PT. United Tractors, Tbk
PT. United Tractors Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 13
Oktober 1972 berdasarkan akta notaris Djojo muljadi, SH. No. 69. akta
pendirian tersebut telah disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik
Indonesia dengan surat Keputusan No. Y.A.5/34/8 tanggal 6 Februari 1973
dan telah diumumkan dalam lembaran Berita Negara No. 31, tambahan
No.281 tanggal 17 April 1973. anggaran dasar perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, perubahan yang terkhir mengenai
peningkatan modal dasar perusahaan dilakukan dengan akta notaris
Refizal,SH, No. 36 tanggal 18 juli 2000. perubahan tersebut telah disetujui
oleh Mentri Hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. C-16066.HT.01.04. tahun 2000 tanggal 2 Agustus
2000.pada tahun 1989, perusahaan melalui penawaran umum perdana
saham menawarkan sebanyak 2,7 juta sahamnya dengan nilai niminal Rp
1.ooo per sham dengan harga penawaran sebesar Rp 7.250 per saham.
Pada tanggal 31 Desember 2002, perusahaan telah mencatatkan seluruh
saham yang telah ditempatkan dan disetor pada Bursa Efek jakarta (BEJ)
B. Analisa Data
Pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks
tunggal dilakukan untuk menyederhanakan peritungan. Pembentukan portofolio
dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan
sebelumnya pada bab 3. proses dalam penyelesaian masalah analisis portofolio
dalam penelitian ini akan dijelaskan pada bahasan berikut ini
1. Menghitung pengembalian saham individual (Ri)
Pengembalian saham individual dihitung dengan mengurangi harga
penutupan dengan harga penutupan sebelumnya dan dibagi dengan harga
penutupan sebelumnya. Secar matematis penentuan besarnya
pengembalian saham individual ditulis dengan persamaan:
Hasil perhitungan tingkat pengembalian saham individu (Ri) dapat
dilihat pada table 4.2. dari table tersebut terlihat bahwa pengembalian
terbesar diberikan oleh saham ISAT yaitu sebesar 7,,055249127.
sedangkan pengembalian terkecil diberikan oleh saham ANTM sebesar
-2,04271331. nilai tersebut memberikan pengertian jika investor
menanamkan dananya pada saham ISAT akan mendapatkan pengembalian
sebesar 7,,055249127 sedang apabila menanamkan saham pada ANTM
akan mengalami kerugian sebesar -2,04271331. pengembalian yang
bernilai positif menunjukkan bahwa saham tersebut memnerikan
keuntungan dan apabila bernilai negative menunjukkan bahwa saham
tersebut memberikan kerugian
2. Menghitung pengembelian saham individual dengan menggunakan model
indeks tunggal (Ri)
Pengembalian saham individual yang dihitung dengan
menggunakan model indeks tunggal sangat dipengaruhi oleh indeks harga
pasar. Besarnya nilai pengembalian dengan menggunakan model indeks
tunggal berdasarkan pada persamaan :
1 1
1
1 .Rm e
R   
Hubungan antara pengembalian sekuritas dan pengembalian pasar
adalah linier, secara sederhana dapat dituliskan dalam persamaan.
Keterangan :
Y = variabel terikat (Ri)
X = Variabel Bebas (Rm)
a = Intercept Coefficient, besarnya nilai Y kalau X = 0 (α)
b = Slope Coefficient, besarnya pengaruh X terhadap Y apabila X naik satu
unit (β)
Perhitungan 1 dan 1 mingguan menggunakan persamaan
regresi linier sederhana tersebut. Nilai 1 dalam pengembalian
menunjukan bahwa selain dipengaruhi oleh nilai indeks harga pasar
pengembalian juga dipengaruhi oleh pengembalian yang diharapkan dari
suatu saham berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai 1 merupakan
sensitifitas pengembalian suatu saham terhadap pengembalian indeks
pasar.
Hasil dari perhitungan pengembalian saham dengan menggunakan
model indeks tunggal terdapat pada table 4.3. dari table tersebut dapat
dilihat pengembalian terbesar diberikan oleh saham ISAT sebesar
12,68140943. nilai pengembalian yang besar dari saham ISAT ini
merupakan akibat dari adanya peningkatan kinerja saham ISAT yang
Tabel 4.3 perhitungan pengembalian saham individual
Pengembalian pasar dihitung dengan mengurangi harga penutupan
indeks saham JII dengan harga penutupan indeks hari sebelumnya dan
dibagi dengan harga penutupan indeks hari sebelumnya.
Pengukuran pengembalian pasar dapat ditulis dengan persamaan
JII
JII
pengembalian pasar yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. nilai
pengembalian pasar yang cukup tinngi tersebut mengindikasikan bahwa
keuntungan yang cukuo signifikan dan mempunyai prospek investasi yang
menjanjikan
4. pengembalian yang diharapkan dari saham individual [E(Ri)]
table 4.4. pengembalian yang diharapka
Saham E (Ri) keterangan
ANTM 0,005325259 Diterima
ASGR 0,002516863 Diterima
INDF -0,008226721 Ditolak
ISAT 0,046866237 Diterima
SMGR 0,005607127 Diterima
TKLM 0,007186959 Diterima
UNTR 0,01677794 Diterima
Sumber: lampiran 4
Hasil perhitungan pengembalian yang diharapkan dari saham
individual dapat dilihat pada table 4.4. dari table tersebut terlihat bahwa
saham PT Indosat, Tbk (ISAT) memiliki pengembalian yang diharapkan
terbesar yaitu sebesar 4,6866237 %. Nilai pengembalian yang diharapkan
terendah oleh PT Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar -0,0226721
Pengembalian yang diharapkan yang bernilai negative tersebut
membuat saham INDF harus dieliminasi dari kandidat portofolio optimal.
Seleksi ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya pengembalian yang
negative dalam proses investasi sesuai dengan preferensi rasional investor.
5. Pengembalian pasar yang diharapkan E (Rm)
Kondisis pasar modal Imdonesia selama periode penelitian
mengalami bullish yang ditandai dengan meningkatnya salah satu indeks
di BEJ, yaitu JII. Kenaikan nilai indeks JII selama periode penelitian yang
cukup signifikan juga menunjukkanbahwa saham-saham yang tergabung
dalam JII mampu menarik minat para investor.
Perhitungan pengembalian pasar yang diharapkan menunjukkan
bahwa JII memiliki nilai sebesar 0,0056. hasil perhitungan tersebut untuk
lebih jelasnya dapat dilihat kembali di lampiran 2. nilai pengembalian
yang diharapkan memiliki nilai yang cukup tinggi, nilai tersebut
menunjukkan bahwa JII mampu memberikan keuntungan yang cukup
besar kepada investor.
6. Tingkat bunga bebas risiko
Tingkat bungan bebas risiko merupakan alternative investasi yang
mempunyai risiko sama dengan nol. Investasi ini dilakukan dengan
menanamkan dana pada deposito bank-bank milik pemerintah atau pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemilihan SBI sebagai tingkat bunga
bebas risiko adalah karena SBI dijamin sepenuhnya oleh pemerintah.
Perhitungan tingkat bunga bebas risiko dilakukan dengan mencari
rata-rata tingkat bunga SBI selama periode juli 2000 sampai desember
2004. hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5. perhitungan tersebut
memberikan hasil nilai tingkat bunga bebas risiko sebesar 123,062% yang
memberikan tingkat pengembalian sebesar 13,062% dengan tingkat risiko
sama dengan nol.
7. Pengukuran risiko sistematis
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan karena disebabkan kejadian diluar kegiatan emiten.
Risiko sistematis atau risiko pasar
12.
m2
terdiri dari beta dan varian pasar. Beta dihitung dengan menggunakan program SPSS. Hasilperhitungan beta dapat dilihat pada lampiran 6. varian pasar merupakan
risiko dari pasar dalam perhitungannya menggunakan persamaan:
 
n
t
mt mt
M R R
1
2 2
Hasil perhitungan dari varian pasar dapat dilihat pada table .5,
yaitu sebesar 1,589712311 atau sebesar 15,89712311 %. Perhitungan
risiko sistematis dapat dilihat pada table 4.5
Table 4.5. Risiko Sistematis
(i2.m2)
Hasil perhitungan risiko sistematis tersebut menunjukkan bahwa
risiko ristematis setiap saham cukup besar, yang berarti kondisi eksternal
perusahaan dalam kondisi yang kurang stabil sehingga kurang mendukung
iklim investasi. Saham yang memiliki risiko sistematis terbesar adalah PT
United Tractors, Tbk yaitu sebesar 18,6510087%. Risok0o sistematis
terkecil dimiliki oleh PT ISAT, Tbk yaitu sebesar 0,1123232386%
8. Risiko tidak sistematis
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan
dengan melakukan didiversifikasi. Risiko ini bersifat unik, yaitu apabila
terjadi kerugian di satu saham akan dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan oleh saham-saham yang lain. Risiko inilah yang berusaha
untuk diatur sedemikian rupa agar dapat memperoleh risiko yang minimal.
ISAT 0,491232091
table 4.6 . hasil perhitungan risiko tidak sistematis tersebut menunjukkan
bahwa saham yang memiliki risiko tidak sistematis terbesar adalah PT
Indosat, Tbk yaitu sebesar 49,12232091%. Risikotidak sistematis terkecil
dimiliki oleh PT Astra Graphia, Tbk sebesar 0,0022315023%.
Didiversifikasi dapat dilakukan dengan menggabungkan antara
saham-saham yang memiliki risiko tidak sistematis besar dengan saham
yang memiliki risiko tidak sistematis kecil. Nilai-nilai tersebut
menunjukkan bahwa risiko tidak sistematis setiap saham tidak terlalu
besar, yang berarti kondisi internal perusahaan dalam keadaan yang baik
sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi pada saham tersebut.
Total risiko dari masing-masing sekuritas dapat dilihat pada table
4.7. table 4.7 dibawah inin menunjukkan bahwa risiko terbesar dimiliki
ANTM 4,635162 0,42850489 5,0609651
mempunyai tingkat pengembalian yang diharapkan tertinggi dibandingkan
dengan saham yang lain.
9. Portofolio Optimal
Pembentukan portofolio optimal dengan model indeks tunggal
sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat
menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan kedalam portofolio
optimal. Angka tersebut adalah yang diperoleh melalui persamaan:
 
Excess Return to Beta Ratio (ERBi) adalah selisih pengembalian
yang diharapkan E(Ri) dengan aktifa bebas risiko (RBR). Rasio ini
mengukur kelebihan relative terhadap 1 unit risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan yang di ukur dengan beta.
Portofolio optimal hanya akan terdiri dari saham-saham yang
dimasukkan kedalam portofolio optimal, dengan demikian diperlukan
sebuah titik pembatas (Cut Off Point) yang menentukan batas nilai ERB
berapa yang dikatakan inggi. Besarnya titik pembatas ini ditentukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. mengurutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke
nilai ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas dengan nilai ERB terbesar
merupakan kandidat untuk dimasukkan ke portofolio optimal.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada table 4.8
Table 4.8 nilai ERBi
Saham E(Ri) i RBR ERBi
ISAT 0,046866237 -0,02705 0,0013062 3,09247464
ANTM 0,01677794 0,173 0,0013062 -0,724247058
UNTR 0,015806127 0,347 0,0013062 -0,328075101
TKLM 0,007186959 0,301 0,0013062 -0,410076548
ASGR 0,002516863 0,272 0,0013062 -0,470967415
SMGR 0,005607127 0,222 0,0013062 -0,56312105
Sumber: lampiran 7
2. Menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke i.
hasil perhitungan Ai dan Bi dapat dilihat pada table 4.9
Table 4.9 nilai Ai dan Bi
ISAT 0,0468662 -0,02705 0,0013062 3,09247464 0,4285049 0,0046063
ANTM 0,0167778 0,173 0,0013062 -0,724247058 0,023150 -5,0996462
UNTR 0,0158061 0,347 0,0013062 -0,328075101 49,123209 -0,7978077
TKLM 0,0071869 0,301 0,0013062 -0,410076548 0,426 -2,0974713
ASGR 0,0025168 0,272 0,0013062 -0,470967415 1,771339 -150,51232
SMGR 0,0056071 0,222 0,0013062 -0,56312105 4,939086 -6514,7554
Sumber: lampiran 7
3. Menghitung nilai Ci. Hasil perhitungan Ci dapat dilihat pada table
4.10
Table 4.10 nilai Ci
Saham E(Ri) ERBi Ai i ΣAj ΣBj Ci
ISAT 0,0468662 3,09247464 0,0046063 -0,02705 0,0082912 0,0070267 0,0127045 ANTM 0,0167778 -0,724247058 -5,0996462 0,173 -5,0913550 7,0483342 -0,6617371 UNTR 0,0158061 -0,328075101 -0,7978077 0,347 -5,9811628 9,4862143 -0,58145 TKLM 0,0071869 -0,410076548 -2,0974713 0,301 -7,9886341 14,601043 -0,5239605 ASGR 0,0025168 -0,470967415 -150,51232 0,272 -158,50095 334,18221 -0,4733805 SMGR 0,0056071 -0,56312105 -6514,7554 0,222 -6673,2563 11903,196 -0,5605968
Sumber: lampiran 7
4. Menentukan besarnya Cut Off Point (C*) Cut Off Point adalah
nilai Ci dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai
Ci. Saham yang terakhir kali memiliki nilai ERBi lebih besar
daripada nilai Ci dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada
5. Sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah
sekuritas yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan
nilai ERBi dititik C*. sekuritas-sekuritas yang mempunyai nilai
lebih kecil dengan ERBi di titik C* tidak diikutsertakan dalam
pembentukan portofolio optimal.
Nilai C* sebesar -0,5605968 yaitu untuk saham SMGR
yang memeliki nilai ERB sebesar -0,56312105 terakhir kali lebih
besar dari nilai Ci. Nilai ERBi yang masih optimal dapat
diikutsertakan dalam pembentukan portofolio optimal, sedangkan
untuk saham ANTM tidak dapat diikutsertakan dalam
pembentukan portofolio optimal.
6. Menentukan proporsi masing-masing sekuritas yang telah
terbentuk dalam portofolio optimal. Besarnya proporsi untuk
sekuritas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11. proporsi dana portofolio
Saham i
σ
ei^2
ERBi Ci Xi WiISAT -0,02705 0,4912320 3,09247464 0,0127045 -0,201158 0,0069594 ANTM 0,173 0,0042504 -0,724247058 -0,6617371 -6,660759 0,2304379 UNTR 0,347 0,043908 -0,328075101 -0,58145 1,6376027 -0,056517 TKLM 0,301 0,017713 -0,410076548 -0,5239605 2,5577593 -0,088489 ASGR 0,272 2,32E-04 -0,470967415 -0,4733805 105,30838 -3,043285 SMGR 0,222 4,26E-06 -0,56312105 -0,5605968 -131,5426 4,5508937
C* = -0,5690509 Σ = -28,90479 Σ = 1
Sumber lampiran 8
Tabel 4.11 diatas memperlihatkan terdapat 6 saham yang
membentuk portofolio optimal dengan proporsi dana untuk saham
UNTR sebesar -0,056517, saham TKLM sebesar -0,088489, saham
ASGR sebesar -3,643285 dan sahamSMGR sebesar 4,5108937
Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini menghasilkan suatu
portofolio yang terdiri dari 6 saham dengan karakter:
a. ISAT dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,046866237
dan total risiko sebesar 0,498705908, masuk kedalam portofolio
optimal dengan proporsi dana sebesar 0,0669594
b. ANTM dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,005325259 dan total risiko sebesar 0,050609651, masuk kedalam
portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar 0,2304379
c. UNTR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,0167794
dan total risiko sebesar 0,235900949, masuk kedalam portofolio
optimal dengan proporsi dana sebesar -0,056517
d. TKLM dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,007186959 dan total risiko sebesar 0,158051749, masuk kedalam
portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar -0,008489
e. ASGR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar
0,002516863 dan total risiko sebesar 0,114830596, masuk kedalam
portofolio optimal dengan proporsi dana sebesar -3,643285
f. SMGR dengan pengembalian yang diharapkan sebesar 0,00560712
dan total risiko sebesar 7,6343762, masuk kedalam portofolio
optimal dengan proporsi dana sebesar 4,5508937
Saham pembentuk portofolio dan proporsi dananya telah ditentukan .
langkah selanjutnya yang perlu diperhitungkan adalah pengembalian
portofolio yang diharapkan dengan tingkat risiko portofolio. Pengembalian
yang diharapkan dari suatu portofolio selalu merupakan rata-rata tertimbang
yang membentuk portofolio. Pengembalian portofolio yang diharapkan ini
dihitung dengan rumus:
 
R
p r p
R
M
E
Tabel .12. pengembalian yang diharapkan
Saham Wi i αi βp αp E(Rp)
ISAT 0,0069594 -0,02705 0,0209183 -0,00018825 0,00014558
ANTM 0,2304379 0,173 0,0039794 0,03986576 0,000917
UNTR -0,056517 0,347 0,0076436 -0,0196129 -0,00043199 0,01316547
TKLM -0,088489 0,301 0,0030295 -0,02663522 -0,00026808
ASGR -3,043285 0,272 -0,001961 -0,99097356 -0,00714529
SMGR 4,5508937 0,222 0,0051206 1,01029839 0,00750780
Σ 1 0,01275583 0,01501560
Sumber lampiran 8
Hasil perhitungan pengembalian yang diharapkan dari portofolio dapat
dilihat pada tabel 4.12 pada tabel tersebut terlihat nilai
β
p portofolio sebesar0,01275583,
α
p portofolio sebesar 0,01501560 dan pengembalian portofolioyang diharapkan sebesar 0,01316547
Nilai
α
p memp[unyai arti bahwa portofolio tersebut mempunyai nilaipengembalian yang diharapkan dari portoifolio yang independen terhadap
pengembalian pasar sebesar 0,01501560, artinya pada keadaan pasar bullish
Nilai sensitifitas portofolio terhadap pasar (
β
p) sebesar 0,01275583. nilaitersebut mempunyai arti apabila terjadi pengembalian pasar sebesar 1% akan
mengakibatkan perubahan pengembalian dari portofolio optimal tersebut
dengan arah yang sama sebesar 0,01275583 atau 1,275583%.
Pengembalian yang diharapkan dari portofolio bernilai sebesar
0,01316547. nilai tersebut berarti pengembalian yang diharapkan dari
portofolio sebesar 0,01316547atau 1,316547%, akan tetapi nilai tersebut
masih mengandung ketidakpastian sehingga hasil dapat menyimpang dari nilai
realisasi yang akan terjadi.
Varian portofolio yang merupakan risiko portofolio tersebut dari 2 risiko
yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak sistematis ini
akan semakin kecil nilainya dengan semakin banyaknya jumlah sekuritas yang
ada dalam portofolio. Penjumlahan dari 2 risiko tersebut sebagai risiko total
dari portofolio. Risiko ini dinyatakan dalam persamaan:
Table 4.13
p (( 0,01275583 x 1,548971311) + -0,000784764)
2
p (0,000162711 x 1,546971311) + -0,000784764
2
p 0,000252034 + -0,000784764
2
p -0,000532729 atau -0,0532729%C. Pembahasan Hasil Analisa Data
Tujuan pembentukan portofolio dari investasi pada sekuritas adalah untuk
mendapatkan tingkat pengembalian yag maksimal dengan tingkat risiko yang
pengembalian tertentu. Pembentukan portofolio dengan menggunakan model
indeks tunggal memakai suatu rasio untuk menentukan apakah suatu sekurits
dapat dimasukkan kedalam portofolio optimal
Rasio yang menentukan apakah suatu sekuritas dapat dimasukkan kedalam
portofolio optimal atau tidak tersebut adalah excess return to beta ratio (ERB).
Sekuritas-sekuritas yang memiliki nilai ERB tinggi akan dimasukkan sebagai
anggota portofolio optimal. Tinggi rendahnya nilai ERB ini ditentukan oleh Cut
Off Point. Sekuritas yang memiliki nilai ERB dibawah nilai Cut Off Point tidak
dapat dimasukkan sebagai anggota portofolio optimal.
Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini menghasilkan sebuah
portofolio optimal yang berisikan saham-saham anggota JII yang terdiri atas 6
saham yaitu ISAT, ANTM, UNTR, TKLM, ASGR dan SMGR. Berdasarkan atas
hasil penelitian portofolio optimal tersebut memberikan pengembalian ekspektasi
(yang diharapkan) sebesar 1,316547% yang lebih besar daripada pengembalian
ekspektasi yang diberikan oleh pasar yaitu sebesar 0,56%. Risiko dari portofolio
optimal yang terbentuk sebesar -0,0523729%, yang jauh lebih kecil daripada
risiko yang diberikan oleh pasar yaitu sebesar 154,8971311%.
Pengembalian ekspektasi dan risiko portofolio optimal tersebut sangat
dipengaruhi oleh perubahan pasar dan kondisi internal perusahaan. JII yang
mengalami peningkatan yang cukup signifikan berpengaruh terhadap tingginya
tingkat pengembalian yang diharapkan. Pengembalian ekspektasi juga memiliki
pengembalian yang unik yang tidak terpengaruh oleh pasar tetapi hanya
adanya penjualan saham pemerintah dari beberapa saham anggota portofolio
optimal yang berstatus BUMN. Risiko pasar yang tinggi sangat dipengaruhi oleh
fluktuatifnya nilai indeks dari indeks yang terbentuk ini.
Pepatah yang mengatakan no pain no gain high risk high gain, yang berarti
bahwa apabila mendapatkan pengembalian yang tinggi pasti diikuti dengan risiko
yang tinggi pula. Pepatah ini didukung oleh sebuah teori yang menyatakan bahwa
antara pengembalian dan risiko menpunyai hubungan yang searah. Teori tersebut
memiliki pengertian bahwa apabila suatu investasi memberikan tingkat
pengembalian yang besar dapat dipastikan bahwa risiko yang ditanggung juga
besar dan sebaliknya apabila investasi tersebut menjanjikan tingklat pengembalian
yang kecil maka risiko yang ditanggung juga kecil.
Imvestor yang rasional dalam melakukan kegiatan atas investasinya dapat
menyiasati teori tersebut dengan menggunakan teori portofolio. Teori portofolio
ini menyatakan bahwa risiko dapat dikurangi dengan diversifikasi melalui
pembentukan portofolio. Pembentukan portofolio dapat mengurangi risiko dan
memeksimalkan pengembalian yang akan diterima oleh investor. Hal tersebut
terbukti dari hasil penelitian ilmiah ini dan juga hasil dari penelitian sebelumnya
yang digunakan sebagai referensi oleh penulis yang berkaitan dengan
pembentukan portofolio optimal
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini didasarkan pada
perumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu:
1. saham yang dijadikan obyek penelitian antara juli 2000 sampai
dengan 2004 sebanyak 7 saham dan dari seleksi dalam
pembentukan portofolio optimal sendiri didapatkan 6 saham yang
pantas atau layak untuk dimasukkan sebagai anggota oprtofolio
optimal. Saham-saham tersebut adalah ISAT, ANTM, UNTR,
TKLM, ASGR dan SMGR. Sedangkan untuk proporsi dana
masing-masing saham adalah 0,0069594, 0,223042379, 0,056517,
-0,088489, -3,643285, dan ,55089237.
2. portofolioyang telah terbentuk dari saham-saham anggota JII
memberikan nilai pengembalian yang diharapkan dari pasar yang
benilai 0,56%, sedangkan varian yang mengukur risiko
menunjukkan hasil bahwa risiko dari portofolio optimal yang
terbentuk sebesar -0,0532729% lebih kecil dari pada risikoyang
diberikan oleh pasar yaitu sebesar 154,89712311%
B. Implikasi
1. Bagi Investor.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
saham-saham yang termasuk dalam JII di BEJ. Investor juga disarankan untuk
menginvestasikan dananya pada saham-saham yang terbentuk dalam
portofolio
2. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil peneliianini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya terutama yang berkaitan dengan bidang permasalahan yang