36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain “Kelompok Kontrol Non-Ekuivalen” yang merupakan bagian dari bentuk kuasi eksperimen. Subjek yang diambil tidak dikelompokan secara acak, tetapi peneliti terima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi,1994:47). Penggunaan disain dilakukan dengan pertimbangan bahwa pembentukan kelas baru akan menyebabkan kacaunya jadwal pelajaran yang telah ada.
Kelompok kontrol dan eksperimen pada penelitian ini dibagi-bagi lagi dalam unit-unit penelitian yang ditentukan berdasar tingkat kategori sekolah yaitu kategori sedang dan rendah serta berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan kurang. Alasan pengkategorian adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam apakah efektivitas pelaksanaan penelitian tergantung pada kategori sekolah atau tidak. Dari tiap unit penelitian diteliti bagaimana pengaruh pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman dan kemampuan penalaran siswa. Disain penelitian eksperimen yang akan dilakukan digambarkan seperti berikut ini:
O X O (kelas eksperimen)
Keterangan:
O = tes (pretes dan postes)
X = Perlakuan (Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing)
Maksud dari desain penelitian yang digambarkan di atas adalah sebelum pembelajaran kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dari dua kategori sekolah masing-masing diberi pretes (O) untuk mengetahui kemampuan awal siswa berkaitan dengan kesetaraan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran dari kedua kelompok. Kemudian pada kelas eksperimen diberi perlakuan khusus (X) yaitu pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran matematika dengan metode konvensional. Setelah pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen cukup masing-masing diberi postes (O) untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggambarkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran.
Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep dan penalaran siswa, maka penelitian ini melibatkan 2 (dua) faktor kemampuan siswa (tinggi, sedang, rendah) dan faktor level sekolah (sedang, kurang).
B. Subyek Penelitian
stabil, karena sudah ada pada jenjang kelas tinggi di sekolah dasar, dengan demikian para siswa diyakini lebih mampu mengikuti pelajaran serta permasalahan-permasalahan yang diajukan dibandingkan dengan kelas-kelas sebelumnya.
Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan teknik purposive sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:54). Sampel yang diambil terdiri dari 4 kelas, yaitu 2 kelas eksperimen dan 2 kelas kontrol. Penentuan sekolah untuk dijadikan kelompok kontrol dan eksperimen berdasarkan kondisi objektif sekolah dan siswanya. Untuk level sekolah sedang, yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah SDN 2 Serang dan SDN 3 Serang. Sedangkan Untuk level sekolah kurang, yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah SDN Cilayang 1 dan SDN Cilayang 2.
C. Waktu dan Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada rentang bulan April sampai dengan Oktober 2009. Adapun tahapan-tahapan penelitian dalam kurun waktu tersebut meliputi beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Seminar proposal, pada tanggal 20 April 2009
c. Penyusunan bahan ajar dan instrumen penelitian mulai tanggal 16 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2009.
d. Pengujian instrumen dan perbaikan instrumen mulai tanggal 5 September sampai dengan 10 September 2009.
e. Mengambil data sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten serang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Serang pada tanggal 15 Sepember 2009.
f. Mengajukan ijin penelitian ke sekolah yang telah ditetapkan untuk dijadikan tempat penelitian sekaligus melakukan wawancara dengan guru kelas yang akan dijadikan subjek penelitian mulai tanggal 17 – 29 September 2009.
g. Menyamakan persepsi guru-guru yang akan mengajar di kelas Eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 1 Okotober 2009.
2. Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan ini dilakukan mulai tanggal 3 Oktober - 8 November 2009. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Implementasi pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol b. Memberikan pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen c. Melakukan pengumpulan data tambahan berupa observasi proses
pembelajaran dan memberikan angket kepada kelas eksperimen.
D. Pengembangan Bahan Ajar
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing pada kelas eksperimen dan pembelajaran matematika dengan metode konvensional pada kelas kontrol. Pengembangan bahan ajar diawali dengan memperhatikan standar kompetensi dan cakupan materi. Materi yang dikembangkan meliputi dua pokok bahasan yaitu Luas Trapesium dan Layang-Layang serta Volume Kubus dan Balok.
Pada setiap pembelajaran guru pada kelas kontrol diberikan RPP dengan pendekatan pembelajaran ekspositori. Sedangkan di kelas eksperimen, guru dibekali RPP dengan model pembelajaran penemuan terbimbing. Siswa pada kelas eksperimen pada setiap pertemuan diberikan lembar aktivitas (LAS). LAS diberikan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya eksploratif melalui pertanyaan-pertanyan pengarah, benda-benda manipulatif dan ilustrasi-ilustrasi yang mewakili objek matematika tertentu yang mengarahkan siswa pada proses pengkonstruksian pengetahuan (penemuan kembali konsep atau pengetahuan). Setelah siswa dapat menangkap pesan konsep yang termuat dalam LAS, siswa mempresentasikan hasil penemuanya. Setelah penemuan mereka diperkuat oleh guru, siswa diberikan latihan soal atau tugas untuk mengukur sejauh mana siswa memahami konsep yang telah dipelajari.
E. Instrumen Penelitian
ditetapkan yang meliputi instrumen tes dan non tes. Instrumen non tes meliputi: lembar observasi dan angket. Sedangkan instrumen tes meliputi soal pre tes dan post tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman dan penalaran siswa.
1. Tes Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Siswa
Tabel 3.1.
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Kriteria
• Penjelasan efektif
• Mampu
Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka soal pre tes dan post tes diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaranya. Uji coba perangkat tes dilaksanakan pada 27 orang siswa SD kelas VI dengan kategori sekolah sedang.
1.1. Validitas
Freser dan Gilam (Rusmini, 2008:54) menyatakan bahwa kriteria yang mendasar dari suatu tes yang baik adalah tes mampu mengukur hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. Kekonsistenan inilah yang disebut sebagai validitas dari soal tersebut.
Y = Nilai rata-rata harian rxy = Koefisien Validitas
Interpretasi besarnya koefisien korelasi dilakukan berdasarkan patokan disesuaikan nilai r menurut Arikunto (2005: 75) yaitu:
Tabel 3.3.
Patokan Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < r ≤ 1,00 0,60 < r ≤ 0,80 0,40 < r ≤ 0,60 0,20 < r ≤ 0,60
r ≤ 0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Signifikansi validitas diuji dengan uji-t dengan rumus berikut:
2 1
2 r N r t
− − =
Keterangan: thitung = Nilai t
r = Nilai Koefisien Korelasi N = Jumlah Sampel
Uji dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara skor butir soal dan skor total. Hipotesis statistik yang diujikan adalah:
Untuk taraf signifikansi α = 0,01, Ho diterima jika thitung < ttabel dengan dk (n-2), dan untuk thitung ≥ ttabel kesimpulan yang diambil adalah Ho ditolak. Untuk tes pemahaman konsep dan penalaran matematis masing-masing dengan n= 27 dan taraf kepercayaan 99% ttabel = 2,48 diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.4. berikut:
Tabel 3.4.
Perhitungan validitas Tes Kemampuan Representasi dan Penalaran Matematis
Jenis Tes Nomor Soal
Koef Korelasi (rxy)
Interpretasi
Validitas thitung Ket
Pemahaman konsep
2 0,717 Tinggi 5,143 Valid
3 0,745 Tinggi 5,584 Valid
4 0,584 Cukup 3,597 Valid
Penalaran Matematis
1 0,488 Cukup 2,795 Valid
5 0,581 Cukup 3,569 Valid
6 0,487 Cukup 2,788 Valid
Semua butir soal mempunyai thitung ≥ ttabel = 2,48, sehingga Ho ditolak. Artinya soal mempunyai korelasi terhadap hasil belajar yang dicapai seluruh siswa. Semua butir soal memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
1.2. Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas tes untuk tes yang berbentuk uraian digunakan rumus
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
2Selanjutnya untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut digunakan kategori Guilford (Ruseffendi, 1991:197) dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.5.
Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Nilai r Interpretasi
0,00 < r ≤ 0,20
1.3. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah (Sudjana, 2005:141). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
B B
A A
J B J B
D= − (Arikunto, 2005:213)
Keterangan:
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan salah JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Arikunto (2005: 210) yang disajikan pada Tabel 3.6. berikut:
Tabel 3.6.
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi Soal
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
Kurang baik
0,41 – 0,70
0,71 – 1,00
Baik
Sangat baik
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7.
Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis
Jenis Tes Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
Pemahaman Konsep
2 0,6429 Baik
3 0,5714 Baik
4 0,3929 Cukup
Penalaran Matematis
1 0,3929 Cukup
5 0,3571 Cukup
6 0,2500 Cukup
1.4. Tingkat Kesukaran
Untuk menganalisis tingkat kesukaran P dari setiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Skor hasil yang diperoleh siswa diklasifikasikan atas dasar benar dan. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah:
JS B
P= (Arikunto, 2005:208)
Klasifikasi tingkat kesukaran soal ditentukan menurut Tabel 3.8. berikut:
Tabel 3.8.
Kategori Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran Kategori Soal
0,00 – 0,30
0,31 – 0,70
0,71 – 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9.
Perhitungan Tingkat Kesukaran
Jenis Tes Nomor Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
Pemahaman Konsep 2 0,6786 Sedang
3 0,4286 Sedang
4 0,1964 Sukar
Penalaran Matematis
1 0,5893 Sedang
5 0,1786 Sukar
6 0,1607 Sukar
Secara keseluruhan hasil analisis uji coba soal tes pemahaman konsep dan penalaran matematis disajikan pada Tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10.
Rekapitulasi Analisis Ujicoba Tes
Jenis Tes No Soal
Interpretasi
Validitas R
Interpretasi Tk. Kesukaran
Interpretasi Dy. Pembeda
Konsep 3 Tinggi Sedang Baik
4 Cukup Sukar Cukup
Penalaran Matematis
1 Cukup
0.447
Sedang Cukup
5 Cukup Sukar Cukup
6 Cukup Sukar Cukup
Berdasarkan hasil uji coba perangkat tes, menunjukkan 6 soal yang diujikan yang terdiri dari tiga soal pemahaman konsep dan tiga soal penalaran matematis dianggap layak digunakan sehingga tidak perlu dirubah kembali ketika digunakan sebagai soal pretes dan postes pada penelitian. Karena semua soal pemahaman konsep menunjukkan tingkat keterandalan atau kepercayaan tinggi, ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian tinggi dan cukup, kemampuan soal dalam membedakan siswa memiliki interpretasi baik, dan interpretasi tingkat kesukaran soal yaitu sedang dan sukar. Begitu pula untuk soal-soal penalaran matematis, secara keseluruhan menunjukkan tingkat keterandalan atau kepercayaan cukup, ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian cukup, kemampuan soal dalam membedakan siswa memiliki interpretasi cukup, dan interpretasi tingkat kesukaran soal yaitu sedang dan sukar.
2. Lembar Observasi
pembelajaran. Sehingga dipembelajaran selanjutnya guru tahu apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus diperbaiki.
3. Angket / Skala Sikap
Angket merupakan alat yang memuat pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada siswa yang akan menggali informasi mengenai sikap, minat dan pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum dan pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika yang dilakukan dengan metode penemuan terbimbing. Komponen yang dijaring melalui angket terdiri dari: 1) pandangan siswa tentang mata pelajaran matematika sebelum mereka mengalami pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing, 2) cara belajar matematika yan disukai, 3) respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. Terhadap pernyataan yang ada dalam angket, siswa akan memberikan tanda (X) untuk jawaban yang dianggap sesuai dengan pilihannya.
F. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif, pada dasarnya untuk memperjelas atau melengkapi hasil analisis kuantitatif. Data hasil observasi dianalisis tiap selesai proses pembelajaran untuk melihat kekurangan yang akan diperbaiki di pertemaun selanjutnya, sedangkan data hasil angket diolah dengan cara menghitung presentase sebaran jawaban siswa.
2. Analisis Data Kuantitatif
Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk data hasil pretes dan postes. Data hasil pretes dan postes diolah dengan software SPSS versi 16 for wondows Pengolahan data kuantitatif diarahkan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diungkapkan pada Bab I, yaitu:
1. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan metode konvensional.
2. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan metode konvensional.
3. Interaksi antara metode pembelajaran dan kategori sekolah terhadap skor perolehan kemampuan pemahaman konsep siswa.
4. Interaksi antara metode pembelajaran dan kategori sekolah terhadap skor perolehan kemampuan penalaran matematis siswa.
(1) Uji normalitas dan homogenitas
Pada data hasil tes awal dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui kesetraan kemampuan pemahaman dan penalaran antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas dan homogenitas dilakukan pada data hasil tes akhir dilakukan untuk memenuhi perhitungan statistik parametris. Jika data yang diolah ternyata berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik parametris. Sebaliknya, jika data yang diolah tidak memenuhi distribusi normal dan homomogenitas, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik nonparametris.
Untuk pengujian normalitas data, statistika yang diggunakan adalah uji kolmogorov-smirnov Z pada program SPSS 16 for windows, dimana hipotesis dan kriteria ujinya:
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berada dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria uji: Tolak Ho jika sig < α
sedangkan pengujian homogenitas variansi data dilakukan dengan Levenes Test pada SPSS 16, dimana hipotesis dan kriteria ujinya:
Ho : Variansi kedua populasi homogen H1 : Variansi kedua populasi tidak homogen Kriteria uji: Tolak Ho jika sig < α
(2) Menguji Perbedaan Dua Rata-rata (uji-t)
yang belajar matematika dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Secara umum hipotesisnya dinyatakan dengan:
Ho : µe = µk H1 : µe ≠ µk Atau:
1.
2. Ho
H1
Ho
H1 :
:
:
:
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode konvensional
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode konvensional
Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode konvensional
pembelajaran matematika dengan metode konvensional Kriteria uji: Ho ditolak jika sig < α
Peningkatan skor pemahaman dan penalaran pada tiap kelompok penelitian dilihat berdasarkan gain yang ternormalkan dari skor pretes dan postes . Rumus untuk menentukan gain yang ternormalkan adalah sebagai berikut:
Normalized gain =
re pretestsco score
re pretestsco re
postestsco
− −
. max
(3) Uji ANOVA dua Jalur
Uji ini dilakukan untuk melihat interaksi antara model pembelajaran (penemuan terbimbing dan konvensional) dengan level sekolah (sedang dan kurang kurang) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa. Uji ini juga menggunakan bantuan program SPSS 16 for windows dengan hipotesis:
Ho
H1 :
:
Tidak ada interaksi antara kategori sekolah (sedang dan kurang) dengan bentuk pembelajaran (pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan konvensional) dalam peningkatan penalaran.
Ada interaksi antara kategori sekolah (sedang dan kurang) dengan bentuk pembelajaran (pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan konvensional) dalam peningkatan penalaran.
G. Prosedur Penelitian
Untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan mengenai langkah-langkah penelitian ini, maka prosedur yang dilakukan dibuat dalam Diagram 2.1 berikut ini.
Identifikasi masalah dan tujuan penelitian
Penyusunan instrumen penelitian dan bahan ajar
Uji coba instrumen
Analisis hasil uji coba
Perbaikan instrumen Pretes
Perlakuan pada kelas kontrol (pembelajaran
konvensional)
Perlakuan pada kelas eksperimen (pembelajaran
penemuan terbimbing) Observasi
postes
Analisis data postes dan angket Angket