IMPLEMENTASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN NILAI SYARIAH DI PT BEHAESTEX GRESIK
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi
Ekonomi Syariah
Oleh
Abdulloh Mubarok al-Ahmady
NIM. F14214152
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
IMPLEMENTASI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN NILAI SYARIAH
DI PT BEHAESTEX GRESIK
Supply chain management merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk bersaing dengan efektif. Banyak perusahaan yang sukses di dunia ini memiliki desain supply chain management yang variatif dan strategi yang berbeda-beda. Permasalahan terjadi ketika ekonomi syariah mulai berkembang akhir-akhir ini, namun desain supply chain management dengan nilai syariah belum dikembangkan oleh suatu perusahaan islam. Sehingga menambah variasi dan strategi dari desain supply chain management dan juga sebagai nilai ibadah bagi seorang muslim dan menambah semangat bekerja yang tidak hanya berdampak pada kehidupan dunia melainkan akan berpengaruh pada kehidupan akhirat.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan analisis deskripktif dan pola pikir induktif. Dengan jenis penelitian studi kasus di PT Behaestex yang merupakan pabrik tekstil dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi seorang muslim. Dan data penelitian yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai syariah yang muncul pada supply chain management adalah sumber daya insani, menjaga hubungan baik dengan para supplier dan distributor, efektif dan efisien.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITRASI ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
1.3. Rumusan Masalah ... 8
1.4. Tujuan Penelitian ... 8
1.5. Kegunaan Penelitian ... 8
1.6. Kajian Pustaka ... 9
1.7. Kerangka Konseptual Penelitian ... 11
1.8. Metodologi Penelitian ... 13
1.9. Sistematika Pembahasan ... 24
1.10. Outline Penelitian ... 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 27
2.1. Supply Chain Management ... 27
2.2. Strategi dalam Supply Chain Management ... 46
2.4. Activity Based Costing (ABC) dan Activity based
Management (ABM) ... 58
2.5. Reorder Query ... 60
2.6. Prinsip-prinsip Syariah pada Supply Chain Management ... 61
BAB III DATA DAN ANALISIS ... 74
3.1. PT Behaestex Gresik ... 74
3.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 78
3.3. Sumber Daya Manusia ... 79
3.4. Supply Chain Management di PT. Behaestex ... 84
3.5. Nilai Syariah pada Supply Chain Management ... 92
BAB IV PEMBAHASAN ... 94
4.1. Supply Chain Management di PT Behaestex Gresik ... 94
4.1.1. Supplier ... 94
4.1.2. Production ... 96
4.1.3. Distributor ... 98
4.1.4. Customer ... 100
4.2. Nilai Syariah pada Supply Chain Management ... 101
4.2.1. Sumber Daya Insani ... 102
4.2.2. Menjaga Hubungan Baik dengan para Supplier dan Distributor ... 104
4.2.3. Efektif ... 108
4.2.4. Efisien ... 110
BAB V PENUTUP ... 112
A. Kesimpulan ... 112
B. Kelemahan Penelitian ... 113
C. Saran ... 113
DAFTAR TABEL
TABEL
DAFTAR GAMBAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses Supply Chain Management secara umum ... 3
Gambar 1.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 12
Gambar 2.1 Internal Supply Chain Management ... 28
Gambar 2.2 Desain Model Distributor 1 dan 2 ... 42
Gambar 2.3 Desain Model Distributor 3, 4 dan 5 ... 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada zaman Rasulullah, nabi dan para sahabat telah melakukan perniagaan ke luar negeri, seperti Mesir, Siria, Irak, Yaman, Turki dan Spanyol. Umar bin Khattab pernah memperingatkan pada kaumnya: bila saja umat islam tidak aktif dalam perniagaan, kaum non muslin lokal maupun internasional tentunya akan mendominasi ekonomi umat islam.1
Globalisasi, pengurangan aturan dan batasan usaha dalam menciptakan nilai pasar yang kompetitif, perkembangan teknologi yang semakin cepat, kesemuanya telah membuat perusahaan yang berorientasi pada profit harus dapat selalu beradaptasi dalam persaingan global. Dalam kondisi yang baru ini, kita tidak menemukan batasan-batasan pasar seperti wilayah dan waktu, sehingga perusahaan yang ingin mengukuhkan diri sebagai pemimpin di bidangnya harus melakukan inovasi-inovasi baru yang berbeda. Seperti halnya pasar, kompetisi kini juga berlangsung tidak hanya secara nasional dalam satu nasional dalam satu negara, tetapi telah melintasi persaingan regional maupun dunia secara keseluruhan.
Perusahaan harus mampu menggunakan strategi bersaing yang efektif, meliputi tindakan ofensif ataupun defensif guna menciptakan posisi yang aman
1
2
(defendable position) terhadap kekuatan persaingan.2 Pengetahuan tentang
kemampuan perusahaan dan sebab-sebab kekuatan persaingan akan memperlihatkan daerah-daerah yang harus dihadapi maupun yang perlu dihindari oleh perusahaan untuk melakukan persaingan yang sehat. Untuk konsumen yang berada di daerah elite, perusahaan lebih baik menempatkan produk dengan rancangan khusus dan up to date serta harga relatif mahal, sedangkan untuk konsumen yang berada di pinggiran kota, perusahaan lebih baik menempatkan produk dengan rancangan sederhana dan harga relatif rendah. Strategi bagi pembeli di daerah elit ini lebih menggunakan strategi ofensif dengan inovasi produk, misalnya mendiferensiasikan busana dengan beberapa variasi sekadar alternatif pilihan bagi pembeli. Oleh sebab itu,para pembeli ataupun pemasar harus jeli dalam memerhatikan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pesaing agar posisi produknya tetap aman di hati konsumen.
Kemampuan dalam memenuhi permintaan konsumen dan pasar dengan waktu pengiriman yang pendek merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat respon perusahaan terhadap permintaan konsumen. Supply chain management memberikan suatu alternatif strategi dalam memenangkan persaingan global dengan berbasis competitive excellence yaitu fokus konsumen, dan kualitas yang didukung kompetensi perusahaan seperti keterlibatan konsumen, manajemen persediaan, teknologi, pengembangan produk, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Teknologi informasi menjadi salah satu pendorong bagi terciptanya integrasi rantai pasokan termasuk juga makin kompleksnya permintaan konsumen, makin kompetitifnya kompetisi global dan peningkatan keinginan perusahaan
2
3
untuk menjadi perusahaan yang inovatif dan mampu menjadi yang pertama dalam mengenalkan produk baru sesuai kebutuhan pasar.
Supply chain management pada dasarnya adalah sekelompok organisasi independen yang terhubung bersama-sama melalui produk dan layanan secara terpisah dan / atau bersama-sama menambah nilai di dalam rangka untuk mengantarkan kepada konsumen akhir. Supply chain management merupakan bagian dari kegiatan ekonomi dari suatu perusahaan.
Gambar 1.1
Secara garis besar kegiatan ekonomi meliputi, proses produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan produksi melibatkan beberapa faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja, sumber daya alam dan kewirausahaan. Kegiatan produksi adalah mengorganisasi faktor-faktor produksi yang sudah tersedia. Semua faktor tersebut harus dikelola dengan baik agar menghasilkan kualitas terbaik.
4
penuh kualitas. Manusia diminta untuk selalu meneliti ulang produk yang dihasilkan, hingga diyakini tidak terjadi lagi kesalahan (zero defec).
Ajaran islam sangat tegas, bahwa tingkat kualitas tidak hanya melihat kualitas output saja, tetapi sangat diperhatikan juga kualitas proses. Proses operasi harus dilakukan secara tepat, terarah, jelas dan tuntas atau dengan istilah lain harus profesional.
اَنْبَرْشبَا ن ثّد حَ، عْصمَا ن ثّد ح
َْن عَ، ة و ْرعَنْبَما شهَ ْن عَ، با ثَنْبَ عْصمَ ْن عَ، رّسل
َ: لا قَ مّ س وَهْ عَ ََّ ّ صَّيبّنلاَّن أَ شئا عَْن عَ،ه ب أ
«
َا م عَْمكد ح أَ لم عَا ذإَ ح َ ََّّنإ
َه نقْت َ ْن أ
<<
3Yang artinya, “sesungguhnya Allah SWT sangat mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).” (H.R. Thabrani).
Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah masa kehancurannya. (Nabi Muhammad). Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa, “Upah seorang pekerja harus dibayarkan sebelum keringat di
badannya kering”, dalam hal ini Rasulullah menegaskan, bahwa “pendapatan
terbaik adalah pendapatan seorang pekerja yang melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan ia hormat kepada majikannya.4
م هب أخأف ًءام ءا َس ا م أ أو ًءا ب ءا َس او اًشا ف ض أ أْا م عج ي َ ا
و أعت أمتأ أو اًدادأ أ َّ او عأجت َف أم اًق أ تا َ ا
3
Abu al-Hasan Nur ad-Din „Ali, al-Maqsud al-Ali fii zawaidi abi ya’laa al-mawsholaa, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah
4
5
Artinya adalah “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.
Allah telah menciptakan sumber daya alam di bumi ini sebagai rezeki untuk manusia. Oleh karena itu seyogyanya sumber daya alam tersebut dimanfaatkan dengan baik. Manajemen yang baik akan berpengaruh pada keberlangsungan kehidupan di bumi.
Teori manajemen islam bersifat universal dan komprehensif dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Manajemen dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat, manajemen merupakan bagian dari sistem sosial yang dipenuhi dengan nilai, etika, akhlak dan keyakinan yang bersumber dari islam.
2. Teori manajemen islam menyelesaikan persoalan kekuasaan dalam manajemen, tidak ada perbedaan antara pemimpin dan karyawan. Perbedaan level kepemimpinan hanya menunjukkan wewenang dan tanggung jawab. Atasan dan bawahan saling bersekutu tanpa ada pertentangan dan perbedaan kepentingan. Tujuan dan harapan adalah sejenis dan akan diwujudkan bersama.
6
Yang Maha Mengetahui” (Q.S. Yusuf (11): 76). Dalam ayat lain Allah
berfirman: “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
3. Pegawai dan karyawan menjalankan pekerjaan mereka dengan keikhlasan dan semangat profesionalisme, keduanya ikut berkontribusi dalam menetapkan keputusan, dan taat kepada atasan sepanjang berpihak pada nilai-nilai syariah. 4. Kepemimpinan dalam islam dibangun dengan nilai-nilai syura dan saling
menasehati dan para atasan bisa menerima kritik dan saran demi kemaslahatan masyarakat publik.
Prinsip yang terpenting dari supply chain management adalah sinkronisasi dan koordinasi aktivitas yang memiliki hubungan terhadap perputaran material dan produk.5 Perputaran material dan produk antara satu bagian dengan bagian lain atau perusahaan satu dengan perusahaan lain harus berhubungan erat. Jika satu bagian terjadi kekacauan atau ketidakefektifan dalam bekerja maka bagian lain akan terganggu.
Pengelolaan arus barang dan jasa meliputi pergerakan dan penyimpanan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan barang jadi dari titik asal ke titik konsumsi. jaringan interkoneksi atau saling terkait, saluran dan bisnis simpul yang terlibat dalam penyediaan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen akhir dalam rantai pasokan. Menarik bagi penulis meneliti supply chain management perspektif syariah. Prinsip-prinsip syariah digunakan oleh manusia sebagai
5
7
pedoman dan motivasi dalam bekerja. Agar konsumen muslim tidak ragu lagi memilih produk tersebut dan nantinya akan berdampak loyalitas konsumen terhadap perusahaan.
PT. Behaestex adalah perusahaan yang bergerak di industri tekstil. Perusahaan tersebut memproduksi pakaian-pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim. Seperti baju muslim, kopiah dan sarung. Kantor pusat dan pabrik beralamat di Jalan Mayjend Sungkono 14 Gresik dan sudah memiliki beberapa cabang yang tersebar di Jawa Timur.
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Permasalahan supply chain management ini sangatlah luas dan kompleks. b. Strategi supply chain managemen untuk mengembangkan perusahaan. c. Banyak cara yang digunakan para perusahaan untuk menarik pelanggan
salah satunya dengan mengeluarkan semua keunggulan yang dimilikinya. d. Perusahaan yang memiliki lebih dari satu keunggulan yang istimewa akan
memiliki daya saing yang kuat.
e. Dengan melakukan supply chain management maka perusahaan berkesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan secara lebih baik sehingga lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan lain.
f. Perbedaan aplikasi supply chain management baik secara konvensional ataupun syari‟ah.
g. Supply chain managementdalam perspektif syari‟ah.
8
a. Supply chain management.
b. Supply chain management perspektif syari‟ah.
1.3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep supply chain management di PT Behaestex Gresik?
2. Bagaimana nilai syari‟ah pada supply chain management di PT. Behaestex Gresik?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui supply chain management.
2. Untuk mengetahui konsep supply chain management perspektif manajemen syari‟ah.
3. Untuk mengetahui nilai syari‟ah pada supply chain management di PT. Behaestex Gresik?
1.5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan atau manfaat, di antaranya adalah:
1. Kegunaan untuk penulis
Penelitian beguna untuk menambah khazanah pengetahuan bagi penulis. Selain itu, penelitian tersebut juga syarat agar penulis mendapatkan.gelar Magister Ekonomi Syariah.
2. Kegunaan untuk Universitas
9
selanjutnya, khususnya di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan umumnya bagi semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
3. Kegunaan untuk PT Behaestex Gresik
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai referensi atau bahan rujukan bagi para manajer perusahaan PT Behaestex Gresik agar mempercepat pekerjaannya dan mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan lagi selain itu sebagai perusahaan yang memiliki konsumen muslim agar lebih kredibel keislamannya.
1.6. Kajian Pustaka
1. Tesis “Analisis dan pengembangan e-Supply Chain Management PT. Jatropha Indah”, penulis Melda Dahoklory.6 Dalam tesis tersebut penulis ingin mengembangkan e-supply chain management agar meningkatkan keefektifan kinerja dari tim atas persaingan internasional.
2. Tesis “Management of The Supply Chain Case of Dansoss District Heating Business Area”, penulis Eva Klemencic.7 Penelitian tersebut menjelaskan
tentang manajemen supply chain, kunci sukses dari supply chain
management, penerapan supply chain management pada Dansoss District
Heating Business Area. Penulis bertujuan untuk mengetahui kinerja supply
chain management pada Dansoss District Heating Business Area, untuk
memperkaya pengetahuan tentang supply chain management.
6
Melda Dahoklory, Analisis dan pengembangan e-Supply Chain Management PT. Jatropha Indah,
Tesis Teknik Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2013. 7
10
3. Tesis “Analisis Penerapan Supply Chain Risk Management Untuk Kategori Critical Supplier (Studi pada PT. Astra Daihatsu Motor)”, penulis Ari
Sonawidjaja.8 Penulis berusaha menganalisa penerapan Supply Chain Risk Management untuk kategori critical supplier di PT Astra Daihatsu Motor (ADM) karena ADM sering mengalami gangguan rantai pasokan (supply chain disruption) yang disebabkan oleh supplier. Dan hasilnya Berdasarkan risk mapping yang dilakukan, terdapat 7 faktor risiko yang berada pada level critical dan perlu dijadikan prioritas. Hasil ini dapat menjadi pertimbangan oleh manajemen ADM dalam evaluasi supplier dan melakukan langkah mitigasi.
4. Jurnal “Analisis Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Pada Industri Kecil dan Menengah Makanan Olahan Khas
Padang Sumatera Barat)”, penulis Dwi Ariani dan Bambang Munas
Dwiyanto9. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengaruh supply
chain management terhadap prestasi perusahaan. Obyek penelitian adalah
industri makanan baik kecil maupun besar di Padang Sumatera Barat. Hasil dari penelitan tersebut adalah variabel information sharing, long term
relationship, cooperation, dan process integration berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja supply chain management pada perusahaan
8
Ari Sonawidjaja, Analisis Penerapan Supply Chain Risk Management Untuk Kategori Critical Supplier (Studi pada PT. Astra Daihatsu Motor), Tesis Manajemen Universitas Gadjah Mada, 2015.
9
11
5. Disertasi dengan judul “Sustainability Strategies In Supply Chain
Management”, penulis Amit Amora 2014.10 Penulis menjelaskan bahwa
keberlanjutan strategi pada supply chain management. Disertasi ini terdiri dari tiga esai yang berkontribusi terhadap praktek dan dunia akademisi tentang
supply chain management dengan memeriksa empat aspek : pengukuran,
pengelolaan, pengurangan, dan pemasaran.
Berdasarkan kajian pustaka diatas, penulis berpendapat bahwa tema supply chain management perspektif syariah belum pernah diteliti sebelumnya, baik dari universitas islam negeri sunan ampel maupun universitas yang lain. Penelitian tersebut ingin merumuskan hal baru yaitu supply chain management yang sesuai dengan syariat islam. Penelitian yang berusaha untuk memunculkan nilai syariah pada supply chain management sehingga bermanfaat terhadap efisiensi dan efektifitas sebuah perusahaan baik dari segi waktu maupun biaya.
1.7. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual penelitian adalah kemampuan untuk mengidentifikasi pola atau hubungan yang tidak nampak dengan jelas dalam rencana penelitian. Peneliti menyimpulkan informasi yang beragam dan tidak lengkap menjadi sesuatu yang jelas, mengidentifikasi kunci atau dasar
10
Amit Amora, Sustainability Strategies In Supply Chain Management”, Disertasi Filsafat
12
permasalahan di dalam situasi yang kompleks dan menciptakan konsep-konsep baru.11
Kerangka Konseptual Penelitian Gambar 1.2
Proposisi Teori: 1. Manajemen Pabrik, Rika Ampuh Hadiguna. (2009) Emperik:
1. Melda Dahoklory (2013)
2. Eva Klemencic (2006)
3. Ari Sonawidjaja (2015)
4. Dwi Ariani dan Bambang Munas Dwiyanto (2013)
5. Amit Amora (2014)
Metodologi Kualitatif Masalah
Supply chain
management dan nilai syariah pada supply chain management
Latar Belakang
Menciptakan nilai
syariah pada supply chain management
Identifikasi Masalah
Semua hal yang
mempengaruhi nilai
syariah terhadap supply chain management
Data dan Sumber Data
Data primer:
pengamatan dan
wawancara
Data sekunder: melalui dokumentasi
Analisis
Analisis Deskriptif dengan pola pikir
induktif
13
1.8. MetodologiPenelitian
Penelitian tersebut merupakan perpaduan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Yaitu penelitian dengan menggunakan teknik kondisi yang alami,
sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta,
wawancara mendalam dan dokumentasi.12 implementasi supply chain
management merupakan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian
yang dilakukan dalam kehidupan sebenarnya13 yaitu supply chain management
perspektif syariah studi kasus di PT Behaestex Gresik. Peneliti terjun secara
langsung di PT Behaestex Gresik untuk melakukan pengamatan dan
berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati
budaya setempat.
Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan
mengamati secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui
interaksi selama beberapa bulan atau tahun mempelajari tentang mereka, sejarah
hidup mereka, kebiasaan mereka, harapan, ketakutan dan mimpi mereka. Peneliti
bertemu dengan orang atau komunitas baru, mengembangkan persahabatan dan
menemukan dunia baru, hal ini sering dianggap menyenangkan, Akan tetapi,
penelitian lapangan juga memakan waktu, menguras emosional, dan
kadang-kadang secara fisik berbahaya.
Secara sederhana metode pengamatan penelitian lapangan (field research)
dapat didefinisikan yaitu secara langsung mengadakan pengamatan untuk
memperoleh informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
12
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) 164.
13
14
Pada tesis ini penulis menggunakan studi kasus di PT Behaestex Gresik.
Dapat dikatakan bahwa studi kasus bukan merupakan metode ilmiah yang
spesifik melainkan lebih merupakan suatu metode yang lazim diterapkan untuk
memberikan penekanan pada spesifikasi dari unit-unit atau kasus-kasus yang
diteliti. Dengan kata lain, metode ini berorientasi pada sifat-sifat unik (casual)
dari unit-unit yang sedang diteliti berkenaan dengan permasalahan-permasalahan
yang menjadi fokus penelitian. Patton melihat bahwa studi kasus merupakan
upaya mengumpulkan dan kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data
tentang kasus-kasus tertentu berkenaan dengan permasalan-permasalahan yang
menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data tersebut dibandingkan atau
dihubung-hubungkan satu dengan yang lainnya (dalam hal lebih dari satu kasus)
dengan tetap berpegang dalam prinsip holistik dan kontekstual. Disini yang dapat
diangkat menjadi kasus yaitu bagaimana praktek supply chain management
perspektif syari’ah di PT Behaestex Gresik.
Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber
informasi, karena studi kasus melibatkan data yang “kaya” untuk membangun
gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Yin mengungkapkan bahwa terdapat
enam bentuk pengumpulan data dalam studi kasus yaitu:
1. Dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-laporan
suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi, kliping, artikel.
2. Rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survey, daftar
nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender, dan
sebagainya.
15
4. Observasi langsung
5. Observasi partisipan dan
6. Perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen,
pekerjaan seni dll.14
Selanjutnya, untuk dapat memberikan deskripsi yang baik, dibutuhkan
serangkaian langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri atas:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif, dengan pendekatan fenomenologis. Metode kualitatif
digunakan karena metode ini lebih mudah bila berhadapan dengan pendekatan
ganda. Hal ini dilakukan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Lincoln dan
Guba yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, yaitu karena ontologi alamiah
menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat
dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.15
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan
gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan
terhadap obyek yang diteliti.16 Sedangkan Fenomenologis diartikan sebagai
pengalaman subyektif, dan pengalaman fenomenologikal, juga diartikan
sebagai suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok
seseorang.17Sedangkan menurut Danim Sudarwan, penelitian fenomenologis
adalah penelitian yang terfokus pada pemahaman terhadap respon kehadiran
14
Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.(Washington : COSMOS corporation, 1989),103.
15
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), 16. 16
Rony Kuntur, Metode Penelitian Untuk penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: PPM, 2005), 17. 17
16
atau keberadaan manusia dan menjelaskan pengalaman-pengalaman yang
dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk interaksinya dengan
seseorang.18
Setelah melakukan penelitian dengan kualitatif deskriptif perlu
kiranya peneliti menggunakan penelitian kuantitatif.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah merupakan benda, hal atau orang tempat
data untuk variabel penelitian tetap, dan yang dipermasalahkan.19 Subyek
penelitian dalam karya tulis ini adalah HRD PT Behaestex Gresik.
Objek penelitian adalah yang menjelaskan tentang apa dan atau siapa
yang diteliti, juga di mana dan kapan penelitian dilakukan.20 Untuk itu, objek
penelitian dalam penelitian ini adalah: 1) manajemen PT Behaestex Gresik. 2)
penelitian ini dilakukan mulai Juli 2016 sampai Agustus 2016.
3. Sumber data dan responden
Sumber data adalah tempat, orang atau benda dimana peneliti dapat
mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti.21 Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam
penelitian ini agar mendapat data yang konkrit serta ada kaitanya dengan
masalah diatas meliputi : sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber primer
18
Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 52. 19
Arikunto Suharismi, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 111. 20
17
Sumber primer adalah sumber data yang dibutuhkan untuk
memperoleh data-data yang berkaitan langsung dengan objek penelitian,
sumber primer disini diambil dari beberapa informan kunci, sedangkan
yang dimaksud informan kunci adalah partisipan yang karena
kedudukannya dalam komunitas memiliki pengetahuan khusus mengenai
orang lain, proses, maupun peristiwa secara lebih luas dan terinci
dibandingkan orang lain.22 Responden yang dipilih dalam penelitian ini
adalah para pihak manajemen PT Behaestex Gresik .
b. Sumber data sekunder
Sumber sekunder adalah sumber data yang dibutuhkan untuk
mendukung sumber primer. Karena penelitian ini tidak terlepas dari
kajian nash-nash al-Qur’an, al-Hadith, dan undang-undang, maka penulis menempatkan sumber data yang berkenaan dengan kajian-kajian tersebut
sebagai sumber data sekunder. Sumber data sekunder yang dimaksud
terdiri dari: al-Qur’an, al-Hadits, sumber-sumber pendukung lainnya.
4. Teknik pengumpulan data
Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka teknik
yang digunakan adalah:
a. Observasi
Dalam penelitian kualitatif banyak cara yang dapat dipakai untuk
mengumpulkan data, di antara cara-cara itu adalah observasi, observasi
22
18
sendiri berarti pengamatan, peninjauan.23 Observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi objek-objek yang lain.24
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (interview
guide).25
Wawancara merupakan cara yang umum dan ampuh untuk
memahami suatu kebutuhan. Karena wawancara merupakan studi tentang
interaksi antar manusia, sehingga wawancara merupakan alat sekaligus
obyek yang mampu mensosialisasikan kedua belah pihak yang
mempunyai status yang sama.26 Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan wawancara dengan manajemen PT Behaestex Gresik untuk
memperoleh data yang valid dan mendalam.
c. Dokumentasi
23
J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), 95.
24
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2008), 203. 25
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 174. 26
19
Metode dokumentasi dalam pengumpulan data adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.27
Sedangkan menurut Sugiono adalah mengumpulkan dokumen berupa
catatan peristiwa yang sudah lalu.28
Dokumentasi merupakan salah satu alat yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data kualitatif. Dokumen adalah catatan tertulis yang
isinya merupakan setiap pertanyaan tertulis yang disusun seseorang atau
lembaga untuk pengujian atau peristiwa atau menyajikan akunting, dan
berguna untuk sumber data, bukti, informasi keilmiahan yang sukar
diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki.29
Pada penelitian kualitatif, data bersifat deskriptif. Maksudnya, data
dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk
lainnya, seperti foto, dokumen, artefak atau catatan-catatan lapangan
pada saat penelitian dilakukan. Dan instrumen dalam dokumentasi adalah
peneliti sendiri dan pedoman dokumentasi.30
27
Arikunto Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2008), 203.
28
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), 82. 29
Ibid, 86.
20
5. Teknik pengolahan data
Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap
sumber-sumber data akan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh
dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
meliputi kesesuaian keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.31
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai
dengan rumusan masalah, serta mengelompokan data yang diperoleh.32
c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil
editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengam menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya, sehingga
diperoleh kesimpulan.33
6. Teknik analisa data
Hasil dari penggumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.
31
Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 153. 32
21
a. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan
serta menjelaskan data yang terkumpul, metode ini digunakan untuk
mengetahui gambaran tentang supply chain management di PT
Behaestex Gresik.
b. Pola pikir induktif
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola pikir induktif yang
tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan
pembangunan suatu teori baru. Model induktif ini berarti pola pikir yang
berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan
akhirnya dikemukakan pemecahan persoalan yang bersifat umum.34
Fakta-fakta yang dikumpulkan adalah dari konsep dan praktik supply
chain management dengan nilai syariah di PT Behaestex Gresik.
Dari pengumpulan kasus-kasus dan hasil wawancara dengan
konsep dan praktik supply chain management di PT Behaestex Gresik,
penulis mulai memberikan pemecahan persoalan yang bersifat umum,
melalui penentuan rumusan masalah sementara dari observasi awal yang
telah dilakukan. Sehingga ditemukan pemahaman terhadap pemecahan
persoalan dari rumusan masalah yang telah ditentukan.
Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun analisis data
lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data. Dan kenyataannya, analisis data kualitatif banyak
34
22
berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai
pengumpulan data.35
Pada saat pengumpulan data berlangsung, seperti pada saat
wawancara peneliti sudah melakukan analisa terhadap jawaban orang
yang diwawancarai. Bila jawaban responden telah dianalisa dan terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi,
sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.36
Data yang diperoleh dari lapangan akan dicatat secara teliti dan
rinci oleh peneliti, karena jumlahnya yang cukup banyak. Semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak. Untuk itu
peneliti perlu segera menganalisis data melalui reduksi data (merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting
serta dicari tema dan polanya).37
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah dipahami.38
7. Teknik keabsahan data
35
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 245. 36
Ibid, 246. 37
23
Dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan data adalah triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pengecekan
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.39
Triangulasi juga bisa diartikan sebagai gabungan atau kombinasi
berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait
dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Triangulasi meliputi empat
hal, yaitu:40
a.Triangulasi metode, dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda.
b.Triangulasi antar-peneliti, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari
satu orang dalam pengumpulan dan analisis data.
c.Triangulasi sumber data, yaitu menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
d.Triangulasi teori, hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan
informasi atau thesis statement. Yang digunakan pada thesis statement:
1) Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud bahan referensi di sini adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai
contoh, rekaman wawancara, foto-foto dan dokumen autentik.
2) Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data.
39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT,Rosda Karya, 2005), 330. 40
24
1.9. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian metode penelitian ini di bagi dalam beberapa bab, dan tiap bab terdapat beberapa sub bab, dengan harapan agar pembahasan dapat terungkap secara rinci dan teratur. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, berisi tentang pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan Teoritik, pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang meliputi pengertian supply chain management, strategi dalam supply
chain management dan prinsip-prinsip syariah pada supply chain management.
Bab III: Data dan Analisis, implementasi supply chain management dengan nilai syariah, pada bab ini akan membahas tentang Sejarah dan Profil
Perusahaan di bagian pertama kemudian bagian kedua membahas tentang supply
chain management dengan nilai syariah di PT Behaestex Gresik.
Bab IV: Pembahasan, pada bab ini akan dibahas temuan pemikiran supply
chain management dan nilai syariah pada supply chain management di PT.
Behaestex Gresik. Jadi, bab ini merupakan analisis gambaran obyek dari masalah penelitian ini.
Bab V: Kesimpulan, pada bab ini akan dibahas kesimpulan, saran dan penutup.
1.10.Outline Penelitian
Supply Chain Management Perspektif Syariah.
25
A. Latar belakang masalah
B. Identifikasi dan batasan masalah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan penelitian
E. Kegunaan penelitian
F. Kajian Pustaka
G. Metodologi Penelitian
H. Sistematika pembahasan
I. Outline penelitian
BAB II. LANDASAN TEORITIK
A. Supply chain management
B. Strategi dalam supply chain management
C. Just in Time dan Total Quality Control
D. Activity Based Costing (ABC) dan Activity based Management (ABM)
E. Reorder Query
F. Prinsip-prinsip syariah pada supply chain management
BAB III. PT. BEHAESTEX GRESIK
A. Sejarah dan Profil PT Behaestex Gresik
B. Visi dan Misi Perusahaan
C. Sumber Daya Manusia
D. Supply Chain Management di PT. Behaestex
26
BAB IV. ANALISIS DATA
A. Supply Chain Management di PT Behaestex Gresik
B. Nilai syariah pada supply chain management di PT. Behaestex Gresik
BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kelemahan Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Supply Chain Management
Pada suatu perusahaan terdapat beberapa manajemen yang diaplikasikan pada sistemnya untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaannya. Selain itu, manajemen yang baik akan membuat perusahaan tersebut menpunyai daya saing tinggi. Bahkan sebuah perusahaan yang menguasai akan bisa leluasa menerapkan beberapa strategi untuk mempertahankan pasarnya.
Perusahaan dominan muncul jika salah satu dari beberapa perusahaan yang ada di pasar memiliki pangsa pasar yang cukup besar sekitar 60 % sampai dengan 70 % sementara di saat yang sama tidak ada satupun pesaing yang memiliki pangsa pasar yang besarnya mendekati pangsa pasar yang dimiliki oleh perusahaan terbesar. Oleh karena itu biasanya perusahaan tersebut memiliki kekuasaan yang cukup longgar dalam merumuskan strategi bisnisnya. Dalam batas-batas tertentu ia dapat jika dikehendaki untuk mengabaikan sama sekali kemungkinan adanya strategi tandingan (reaksi) yang diluncurkan oleh pesaing.1
Salah satu manajemen dalam suatu perusahaan adalah supply chain
management. Supply chain management diperkenalkan oleh para konsultan sejak
tahun 1980 an yaitu Oliver dan Weber. Kemudian supply chain management dikembangkan sebagai organisasi yang mengedepankan praktik terbaik dalam mengelola sumber daya perusahaan dengan menyertakan pemasok strategis dan fungsi logistik dalam rantai nilai. Efisiensi pemasok diperluas dengan memasukkan
1
28
rekonsiliasi lebih canggih dari pertimbangan biaya, kualitas, dan fleksibilitas. Alih-alih duplikasi kegiatan non-nilai tambah, seperti menerima inspeksi, produsen terpercaya kontrol kualitas pemasok dengan membeli hanya dari segelintir memenuhi syarat atau pemasok yang bersertifikat.
Mengelola suatu rantai pasokan yang modern melibatkan spesialis dalam desain produk, manufaktur, pembelian operasi pelayanan, logistik dan distribusi. Spesialis-spesialis ini dipadukan dengan berbagai cara berdasarkan produk atau jasa yang akan diberikan kepada konsumen.
[image:38.595.130.539.253.701.2]Baru-baru ini, banyak produsen dan pengecer telah menganut konsep supply chain management untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas seluruh rantai nilai. Mekanisme memfasilitasi kunci dalam evolusi supply chain management adalah visi perusahaan fokus pelanggan, yang mendorong perubahan di seluruh internal dan eksternal hubungan fleksibilitas perusahaan. Analitis, rantai pasokan yang khas, yang ditunjukkan pada Gambar 2.1, hanya jaringan bahan, informasi dan pengolahan layanan link dengan karakteristik pasokan, transformasi, dan permintaan.
29
Supply Chain Management telah memperoleh signifikansi sebagai salah satu
paradigma manufaktur abad ke-21 untuk meningkatkan daya saing organisasi. Sayangnya, tidak ada penjelasan eksplisit supply chain management atau kegiatannya dalam literatur (New 1997). Misalnya, Harland (1996) menjelaskan
supply chain management sebagai pengelolaan kegiatan usaha dan hubungan: (1)
secara internal dalam sebuah organisasi, (2) dengan pemasok langsung, (3) dengan pertama dan kedua-tier pemasok dan pelanggan sepanjang rantai pasokan, dan ( 4) dengan seluruh rantai pasokan. Scott dan Westbrook (1991) dan Payne (1995) menggambarkan supply chain management sebagai rantai yang menghubungkan setiap elemen dari manufaktur dan pasokan proses dari bahan baku sampai ke pengguna akhir, meliputi beberapa batas-batas organisasi. Menurut definisi yang luas ini, supply chain management meliputi seluruh rantai nilai dan bahan serta manajemen pasokan dari ekstraksi bahan baku sampai akhir masa pakainya. Supply
chain management berfokus pada bagaimana perusahaan memanfaatkan pemasok
mereka, proses, teknologi, dan kemampuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif, dan koordinasi manufaktur, logistik, dan fungsi manajemen material dalam sebuah organisasi.
Gambar 2.1 menunjukkan perusahaan yang terlibat dalam rantai nilai. Ini dimulai dengan supplier dan terus melalui production kemudian sampai pada
consumer. Supply chain management muncul untuk mengobati semua organisasi
[image:39.595.129.541.262.553.2]
30
akhir tarik persediaan melalui rantai nilai bukan produsen mendorong item ke
consumer. Sementara, pada prinsipnya definisi supply chain management
membahas proses supply di seluruh rantai nilai, pendekatan praktis untuk supply
chain management adalah untuk mempertimbangkan supply hanya strategis penting
dalam rantai nilai. Hal ini menyebabkan definisi sempit kedua supply chain
management: integrasi dari berbagai bidang fungsional dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan arus barang dari pemasok strategis langsung melalui manufaktur dan rantai distribusi ke pengguna akhir. Dewan Supply Chain Management Professionals (The Council of Supply Chain Management Professionals (CSCMP), sebelumnya Dewan Manajemen Logistik/ The Council of Logistics Management (CLM)), sebuah organisasi profesional berpengaruh difokuskan pada praktek manajemen rantai pasokan dan pendidikan, memberikan definisi berikut dari supply
chain management:
Supply chain management meliputi perencanaan dan pengelolaan dari semua
kegiatan yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan Logistik Manajemen. Yang penting, itu juga termasuk koordinasi dan kolaborasi dengan mitra saluran, yang dapat pemasok, perantara, penyedia layanan pihak ketiga, dan pelanggan. Pada intinya, supply chain management mengintegrasikan penawaran dan permintaan manajemen di dalam dan di perusahaan.2
Supply Chain Management adalah konsep yang penting dan telah menjadi
paradigma dominan bagi lembaga bisnis selama sekitar dua decade, yaitu tahun 1980an dan 1990an, karena ia mampu mendorong munculnya sebuah model bisnis
2
31
yang pada akhirnya dalam jangka pendek mampu memberikan profit yang meningkat.3 Supply Chain Management adalah a network of autonomous or semiautonomous business entities involved, through upstream and downstream
links, in different business processes and activities that produce physical goods or
service to customers. It consist of a series of activities that in organization uses to
deliver value, either in the form of produst, service, or combination of both, to its
customers. Furthermore, the supply chain could be considered as an integration of
materials and information flow between customer, manufacturer and supplier.4
Supply chain management dapat diartikan juga sebagai seluruh jenis kegiatan
pengolahan komoditas dasar sampai ke penjualan produk akhir kepada konsumen untuk kemudian dilakukan proses daur ulang bagi produk yang sudah dipakai, sehingga supply chain management disini bersifat siklus yang berjalan terus menerus seiring dengan proses bisnis suatu perusahaan.
Tujuan supply chain management ini adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan. Sebuah operasi yang efisien dari supply chain tergantung pada lengkap dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk yang diminta dari retailer kepada buyer, sistem transportasi dan kembali ke manufaktur. Supply chain management juga bisa berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir, dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan supply chain management
3
Walters, David, Effectiveness and Efficiency: The Role of Demand chain management, The International Journal of council Management, Vol. 17, No. 1, pp. 75-94.
4
32
pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati konsumen. Syarat utama dari penerapan supply chain management ini tentunya dukungan pihak manajemen.
Manajemen semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian. Selain dukungan manajemen, syarat lainnya yaitu melibatkan faktor eksternal yang meliputi pemasok dan distributor. Tantangan penerapan supply chain management ini bisa berasal dari lingkunagn makro dan lingkungan eksternal. Misalnya trend perekonomian global yang menunjukkan adanya kecenderungan inflasi, khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan karena persaingan tingkat global yang sangat meningkat. Selain itu kecenderungan konsumen perilaku konsumen yang menunjukkan sikap terlalu rumit dan banyak menutut.5
Penjelasan berikut mendeskripsikan pekerjaan yang terlibat dalam setiap jenis proses di dalam supply chain management.
1. Perencanaan terdiri atas proses-proses yang dibutuhakan untuk mengoperasikan secara strategis rantai pasokan yang sudah ada. Di sini suatu perusahaan harus menentukan bagaimana permintaan yang akan terjadi akan terpenuhi dengan sumber daya yang tersedia. Aspek utama perencanaan adalah pengembangan serangkaian metrik untuk mengawasi rantai pasokan sehingga efisien dan memberikan kualitas dan nilai yang tinggi kepada pelanggan.
2. Pencarian sumber daya melibatkan pemilihan supplier yang akan memberikan produk dan jasa yang dibutuhkan untuk membuat produk perusahaan.
5
33
Serangkaian proses penetapan harga, penyaluran dan pembayaran dibutuhkan bersama dengan metrik untuk mengawasi dan meningkatkan hubungan antar mitra perusahaan. Proses-proses tersebut antara lain menerima pengiriman, memverifikasinya, memindahkannya ke fasilitas produksi, dan mengotorisasi pembayaran supplier.
3. Pembuatan adalah ketika produk utama diproduksi atau jasa diberikan. Tahapan ini membutuhkan proses penjadwalan bagi pekerja dan koordinasi bahan baku dan sumber daya penting lain seperti peralatan untuk mendukung pembuatan atau penyediaan jasa. Metrik yang mengukur kecepatan, kualitas dan produktivitas pekerja digunakan untuk mengawasi proses-proses ini.
Fungsi produksi menghubungkan input dengan output.fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu, hubungan input/output untuk setiap sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan. Setiap perbaikan teknologi seperti pemakaian komputer dalam proses pengendalian yang memungkinkan sebuah perusahaan mampu memproduksi sejumlah output tertentu dengan bahan baku, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau adanya program pelatihan yang bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan sebuah produksi yang baru.6
6
34
4. Pendistribusian disebut juga proses logistik. Jasa pengangkut dipilih untuk memindahkan produk ke gudang dan pelanggan, mengoordinasikan dan menjadwalkan pergerakan barang dan informasi melalui jaringan pasokan, mengembangkan dan mengoperasikan suatu jaringan pergudangan dan menjalankan sistem informasi yang mengelola penerimaan pesanan dari pelanggan dan sistem penagihan yang menagih pembayaran dari pelanggan. 5. Pengembalian merupakan proses penerimaan kembali produk-produk yang
usang, cacat dan yang jumlahnya berlebih dari pelanggan dan memberikan bantuan kepada pelanggan yang menyampaikan keluhan terkait produk yang mereka terima. Dalam hal jasa, pengembalian merupakan semua jenis aktivitas tindak lanjut yang dibutuhkan untuk dukungan purna jual.7
Sebagaimana gambar 2.1 internal supply chain management terdiri dari pembelian (purchasing), produksi (production) dan distribusi (distribution). Bagian dalam suatu supply chain management yang menggerakkan perusahaan untuk mengatur jalannya arus barang dan jasa. Pada bagian tersebut, perusahaan memilih strategi-strategi yang cocok diterapkan pada manajemennya.
1. Pembelian
Strategi puchasing (pembelian) mengandung mengandung ide-ide yang jelas mengenai berapa banyak segmen pasokan untuk dibeli, berapa banyak pilihan supplier yang ada, tipe kerja sama yang mungkin dijalin dengan supplier untuk tiap item, tipe kontrak apa yang tepat untuk tiap hubungan kerja sama dengan supplier dan tipe strategi operasional pengadaan apa yang tepat untuk tiap item pengadaan.
7
35
Model konseptual strategi purchasing yang dikemukakan oleh Kraljic (1983) dalam Seifbarghy (2009), menjelaskan bahwa terdapat hubungan baik antara strategic purchasing dengan supply risk dan price impact di mana supply risk terdiri 14 kriteria di antaranya:8
1. Jumlah supplier yang digunakan 2. Jumlah supplier potensial 3. Resiko Politik
4. Ketersediaan supplier 5. Kualitas
6. Kemudahan menyimpan 7. Ketersediaan item pengganti
8. Lead Time
9. Tingkat Teknologi
10.Kondisi Finansial Supplier 11.Kompetitif
12.Fleksibilitas Kualitatif 13.Fleksibilitas Kuantitatif 14.Keeksklusifan
Strategi membeli sangatlah penting karena material-material dan komponen-komponen yang dibeli dari pemasok terdiri dari 50% dari total biaya,
36
produksi di perusahaan manufaktur. Pilihan dasar pembelian adalah multiple, sole, dan parallel sourcing.
2. Produksi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang di dapat menjadi optimal. Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut.9
Tipe proses produksi ditinjau dari arus bahan mentah sanipai menjadi barang jadi dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu:10
a. Tipe proses produksi terus-menerus (Continuous Process).
Proses produksi yang terus menerus akan terjadi jika perusahaan yang berproduksi membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan pcralatan
9
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41384/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 6 Pebruari 2017.
10
37
atau mesin dan jenis mesin tersebut hanya bervariasi sedikit saja karena biasanya sudah ditentukan pola dan jenisnya yang khusus untuk menghasilkan produk secara besar-besaran dari bahan mentah sampai dengan menjadi barang jadi dengan pola urutan yang pasti juga dan kegiatan tersebut akan berjalan terus dalam jangka waktu yang lama dan kualitas maupun biaya pemcliharaan yang cukup besar.
Tipe proses produksi terus menerus ini biasanya terjadi pada industri-industri yang hanya mempunyai satu shift operasi maupun kegiatan tersebut tidak terhenti dalam jangka waktu yang lama serta barang yang dihasilkan hampir mempunyai bentuk yang hampir sama. Contohnya; perusahaan semen, tekstil, mobil dan sebagainya.
b. Tipe proses produksi terputus-putus (intermitent).
Pola produksi yang terputus-putus ini terjadi karena sering terhentinya mesin atau alat produksi untuk menyesuaikan dengan keinginan produk akhir yang akan diciptakan. Tentu saja tidak seluruh proses produksi akan mempunyai proses produksi yang berbeda sama sekali, kadang untuk tiga bagian atau dua bagian proses produksi sebelum menghasilkan barang akhir mempunyai pola urutan yang sama juga. Jadi yang membedakan adalah saat proses produksi dari bahan mentah sampai menjadi produk akhir (hasil proses produksi) selalu mempunyai pola urutan yang berbeda-beda sesuai dengan hasil produk akhir yang diinginkan konsumen. Tipe ini digunakan pada perusahaan-perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan dari konsumen (pembeli yang akan membeli). Misalnya: meubel, pengecoran logam, pakaian dan sebagainya.11
11
38
Proses pengembangan produk dalam perusahaan bersifat umum dan proses tertentu akan berbeda, tergantung pada konteks perusahaan. Ketika sebuah perusahaan memulai pengembangan produk dengan sebuah peluang pasar dan kemudian menggunakan teknologi apa saja yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Dalam mengembangkan produk yang didukung teknologi, perusahaan memulainya dengan menemukan teknologi baru dan mencari pasar yang sesuai untuk penerapan teknologi tersebut. Gore-Tex, sebuah lembaran Teflon yang dibuat oleh W. L. Gore & Associates, merupakan contoh dari dukungan teknologi. Perusahaan telah mengembangkan banyak produk yang menggunakan Goro-Tex, termasuk pembuluh darah buatan untuk operasi vaskular, isolasi kabel listrik berkualitas tinggi, kain untuk pakaian, kawat gigi dan tabung untuk kantong bagpipe.12
Produk Platform dibuat tidak jauh dari subsistem teknologi yang sudah ada. Contohnya adalah motor hibrid yang digunakan dalam Toyota Prius, sistem operasi Microsoft Windows 8 dan video yang ada dalam kamera Canon. Investasi besar dilakukan untuk proses pengembangan platform tersebut, sehingga setiap usaha dilakukan untuk memasukkannya ke beberapa produk yang berbeda. Dalam beberapa hal, produk platform sangat mirip dengan produk yang didukung teknologi, yaitu tim memulai upaya pengembangan dengan sebuah asumsi bahwa konsep produk akan menghasilkan sebuah teknologi tertentu. Untuk alasan tertentu dan karena kemungkinan pembagian hanya terhadap beberapa produk, sebuah perusahaan mungkin mampu untuk
39
menawarkan sebuah produk platform dalam pasar yang tidak dapat menjustifikasi pengembangan dari sebuah teknologi yang unik.13
Produk intensif proses (process intensive product), contoh-contohnya adalah semikonduktor, makanan, bahan kimia dan kertas. Proses produksi untuk produk-produk tersebut berpengaruh terhadap sifat produk, sehingga desain produk tidak dapat dipisahkan dari desain proses produksi. Dalam banyak kasus, produk intensif proses diproduksi dengan volume yang sangat tinggi dan jumlah besar dibandingkan barang-barang yang dipisahkan dari desain produk. Biasanya produk baru dan proses baru dikembangkan secara simultan. Sebagai contoh, pembuatan ukuran kemasan baru untuk sereal sarapan atau makanan ringan memerlukan aktivitas pengembangan produk dan proses. Pada kasus lain, kapabilitas proses yang sudah ada akan menghambat desain produk. Contohnya produk kertas baru yang dibuat di pabrik kertas khusus atau perangkat semikonduktor baru yang dibuat dengan peralatan pabrikasi tabung yang sudah ada.14
Produk yang diubah suai (customized product) merupakan sedikit variasi dari konfigurasi standar dan biasanya dikembangkan sebagai respons terhadap pesanan khusus seorang pelanggan. Contohnya, jam tangan, motor, baterai dan kontainer. Pengembangan produk tersebut terutama terdiri atas pengaturan nilai variabel desain, seperti dimensi fisik dan bahan baku. Perusahaan dapat bekerja sangat baik pada proses produksi produk yang diubah suai secara cepat dengan
13
Ibid. 14
40
menggunakan desain dan proses pengembangan yang sangat terstruktur yang dibuat tidak jauh dari kapabilitas yang akan digunakan.15
Produk berisiko tinggi (high risk product) adalah produk yang memiliki ketidakpastian besar terkait dengan teknologi atau pasar, sehingga terdapat risiko teknis atau pasar yang substansial. Proses pengembangan produk umum dimodifikasi untuk menghadapi situasi berisiko tinggi dengan mengambil langkah-langkah untuk menangani resiko-resiko terbesar di tahap awal pengembangan produk. Hal ini biasanya memerlukan penyelesaian beberapa desain dan aktivitas proses pengujian lebih awal. Contohnya, apabila terdapat ketidakpastian yang tinggi terkait kinerja teknis produk, dapat dipertimbangkan untuk membuat model pengerjaan fitur-fitur penting dan mengujinya lebih awal dalam proses tersebut. Berbagai solusi mungkin dapat dieksplorasi secara pararel untuk memastikan bahwa salah satu solusi memberikan hasil terbaik. Pengkajian terhadap desain harus memperkirakan tingkat resiko secara reguler, dengan harapan bahwa resiko dapat diminimalkan dari waktu ke waktu dan sesegara mungkin.16
Produk yang dibuat dengan cepat (quick build product) untuk pengembangan beberapa produk seperti perangkat lunak dan produk-produk elektronik, pembuatan dan pengujian model prototipe merupakan proses yang cepat, sehingga siklus pembuatan desain produksi pengujian dapat diulang beberapa kali. Dengan mengikuti pengembangan konsep pada proses ini, tahap perancangan tingkat sistem mengakibatkan penguraian produk menjadi fitur-fitur dengan prioritas tinggi, sedang dan rendah. Tahao tersebut diikuti dengan
15
41
beberapa siklus aktivitas pembuatan desain, produksi, pengintegrasian dan pengujian, dimulai dari prioritas yang tertinggi. Proses ini memanfaatkan siklus pembuatan prototipe yang cepat dengan menggunakan hasil dari masing-masing siklus untuk mempelajari bagaimana memodifikasi prioritas untuk siklus berikutnya. Pelanggan mungkin dilibatkan dalam proses pengujian. Ketika waktu atau anggaran habis, biasanya seluruh fitur dengan dengan prioritas tinggi serta sedang digabungkan ke dalam pengembangan produk, dan fitur dengan prioritas rendah mungkin dieliminasi hingga pembuatan produk berikutnya.17
Sistem komplek dalam produksi, merupakan sistem terkait dengan produk dalam skala lebih besar, seperti mobil dan pesawat terbang. Yaitu sistem kompleks yang terdiri atas banyak subsistem dan komponen yang saling berinteraksi. Ketika mengembangkan sistem yang kompleks, modifikasi terhadap proses pengembangan produk umum menghasilkan sejumlah permasalahan tingkat sistem. Tahap pengembangan konsep menilai rancangan dari keseluruhan sistem dan rancangan ganda mungkin dinilai sebagai konsep yang bertentangan dengan keseluruhan sistem. Perancangan tingkat sistem menjadi sesuatu yang penting. Pada tahap ini, sistem diuraikan ke dalam sejumlah subsistem dan selanjutnya diuraikan lagi menjadi banyak komponen. Tim dalam tahap ini ditugaskan untuk mengembangkan masing-masing komponen. Tim tambahan ditugaskan untuk melakukan tantangan khusus, yaitu mengintegrasikan komponen ke dalam subsistem dan subsistem ke dalam keseluruhan sistem. Desain komponen yang mendetail merupakan proses yang sangat pararel, sering kali disebut rekayasa serempak (concurrent engeneering),
17
42
dengan banyak tim pengembangan yang terpisah bekerja secara bersamaan. Spesialis dalam rekayasa sistem mengelola interaksi di antara seluruh komponen dan subsistem. Tahap pengujian dan penyempurnaan tidak hanya mencakup integrasi sistem, tetapi juga pengujian dan validasi ekstensif produk tersebut.18
3. Distribusi
Adapun beberapa desain dari saluran distribusi sebagai berikut:
a. manufacturer storage with direct shipping
b. manufacturer storage with direct shipping and in-transit merge.
c. Distributor storage with carrier delivery
d. Distributor storage with last mile delivery
[image:52.595.136.543.265.687.2]e. Manufacturer or distributor storage with consumer pickup
Gambar 2.2
43
Desain model yang pertama adalah butor manufacturer storage with
direct shipping. Produk dikirim langsung dari produsen ke konsumen akhir,
melewati pengecer (yang mengambil pesanan dan memulai permintaan pengiriman). Semua persediaan disimpan di pabrik. Arus informasi dari pelanggan, melalui pengecer, produsen, sementara produk dikirim langsung dari produsen kepada pelanggan. Dalam beberapa kasus seperti Dell, produsen menjual langsung ke pelanggan.
Selanjutnya jaringan distribusi dengan moden manufacturer storage with
direct shipping and in-transit merge. Tidak seperti pengiriman drop murni di
mana setiap produk dalam pesanan dikirim langsung dari masing-masing produsen untuk konsumen akhir, di-transit merge menggabungkan potongan-potongan pesanan yang datang dari lokasi yang berbeda sehingga bahwa pelanggan mendapat pengiriman tunggal. Ketika seorang pelanggan memesan PC dari Dell dan monitor dari Sony, in transit – merge by carrier mengambil PC di pabrik Dell dan monitor di pabrik Sony kemudian menggabungkan keduanya secara bersama-sama dalam sebuah paket pengiriman tunggal untuk pelanggan.19
Distributor storage with carrier delivery yaitu persediaan tidak dimiliki
oleh produsen di pabrik-pabrik, tetapi dipegang oleh distributor / pengecer di gudang kemudian distribusi mengirim produk dari gudang distributor untuk pelanggan akhir.20
19
Ibid. 10. 20
[image:54.595.144.528.82.534.2]
44
Gambar 2.3
Distributor storage with last mile delivery. Pengiriman pada model ini
mengacu pada distributor / pengecer yang mengirim produk ke rumah pelanggan meskipun dengan menggunakan pembawa paket. Tidak seperti pengiriman
package carrier, pengiriman terakhir mil membutuhkan distributor gudang
untuk lebih mendekat dengan pelanggan, meningkatkan jumlah gudang yang dibutuhkan.21
45
Manufacturer or distributor storage with consumer pickup adalahDalam
pendekatan tersebut, persediaan disimpan di gudang produsen atau distributor dan pelanggan memesan melalui via online atau di telepon kemudian pelanggan datang untuk mengambil pesanan.22
Dengan adanya konsep supply chain management ini para pelaku-pelaku bisnis lebih mudah untuk menciptakan produk-produk handal, berkualitas dan cepat. Selain itu juga lebih efisien dan efektif dalam mengelola produk di sebuah instansi perusahaan. Penerapan konsep Supply chain management dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba dan perusahaan semakin besar.
Supply chain management dijelaskan dalam tabel berikut ini:23
Low Cost Strategy Response Strategy Differentiation Strategy Primary supplier
selection criteria
Cost Capacity
Speed
Flexibility
P