• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (KPPM) DI MTS DARUSSALAM SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (KPPM) DI MTS DARUSSALAM SIDOARJO."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (KPPM) DI MTS

DARUSSALAM SIDOARJO

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Mukhamad Mukhlis NIM. F13212189

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER (KPPM) DI MTS

DARUSSALAM SIDOARJO

Oleh:

Mukhamad Mukhlis NIM. F13212189

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mukhamad Mukhlis (NIM. F13212189) Manajemen Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM) Di MTs Darussalam Sidoarjo. Tesis. Konsentrasi Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2016.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu maka dikembangkanlah Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim.

Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam Tujuan penerapan pendidikan karakter (KPPM) Di MTs Darussalam Sidoarjo dan Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo mulai dari perencanaan, pengorganisasian, implementasi serta evaluasi.

Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk field research atau penelitian kancah atau lapangan yang bersifat kualitatif dengan mengambil latar MTs Darussalam Sidoarjo. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analsisis data dilakuakan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan dari penerapan pendidikan karakter (KPPM) adalah untuk membekali siswa dengan ilmu pegetahuan agama yang kuat, serta penerapanya dalam kehidupan sehari hari serta dengan penerapan kepribadian muslim disekolah, siswa menjadi memahami hakikat serta sejatinya seorang muslim. Kemudian manajemen kurikulum meliputi, perencanaan, pengorganisasian serta pelaksanaan dan evaluasi, Pengembangan Pribadai Muslim MTs Darussalam Sidoarjo menggunakan Integrated Curriculum

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C.Rumusan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Kegunaan Penelitian ... 9

F. Kerangka Teoritik ... 10

G.Penelitian Terdahulu ... 17

H.Metode Penelitian ... 20

I. Sistematika Pembahasan ... 27

BAB II KAJIAN TEORI A.Latar Belakang Manajeman Pendidikan Karakter ... 28

1. Latar Belakang Manajemen Pendidikan ... 28

2. Pengertian Manajemen ... 29

3. Konsep Manajemen Pendidikan ... 31

4. Manajemen Mutu Pendidikan ... 37

5. Ruang Lingkup Manajemen ... 38

6. Prinsip Manajemen Kurikulum ... 40

7. Fungsi Manajemen Kurikulum ... 41

B. Hakikat Pendidikan Karakter ... 42

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 42

2. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter ... 50

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 57

4. Fungsi danTujuan Pendidikan Karakter ... 60

(8)

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan

Karakter ... 64

7. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 71

C.Landasan KPPM ... 72

1. Landasan KPPM ... 72

2. Muatan Kurikulum KPPM ... 76

D.Prinsip Pengembangan Dan Pelaksanaan KPPM ... 85

1. Prinsip Pengembangan ... 85

2. Prinsip Pelaksanaan ... 86

E.Urgensi Penerapan KPPM Di MTs Darussalam Sidoarjo ... 91

1. Ketentuan KPPM ... 91

2. Perkembangan Teknologi ... 92

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan ... 93

4. Kebutun Generasi Mulia ... 94

BAB III PROFIL MTS DARUSSALAM SIDOARJO A. Sejarah Dan Kondisi MTs Darussalam Sidoarjo ... 98

1. Sejarah Singkat ... 98

2. Identitas Madrasah ... 98

3. Data siswa ... 99

4. Profil Guru Dan Karyawan ... 100

5. Sarana Dan Prasarana ... 102

6. Kondisi Ideal ... 102

7. Potensi MTs Darussalam ... 103

8. Krakteristik MTs Darussalam ... 104

B. Visi MTs Darussalam ... 105

C. Misi MTs Darussalam ... 106

D. Tujuan MTs Darussalam ... 106

E. Keunggulan MTs Darussalam ... 107

BAB VI LAPORAN HASIL KARAKTER A.Perencanaan Pendidikan Karakter (KPPM) ... 109

1. Perencanaan Pendidikan Karakter ... 109

2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 110

3. Prinsip Pengembangan Pendidikan Karakter ... 113

4. Isi/Materi Pembelajaran ... 113

5. Acuan Oprasional ... 120

(9)

B.Pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM)

1. Rekrutmen Guru Dan Karyawan ... 133

2. Pembekalan Guru Dan Karyawan ... 134

3. Peyelengaraan Pendidikan ... ... 135

4. Pengembangan Diri ... 138

5. Pembelajaran Dan Metode Pembelajaran ... 144

a. Metode Ceramah Dan Tanya Jawab ... 146

b. Metode Diskusi ... 147

c. Metode Demontrasi ... 147

d. Metode Keteladanan ... 148

e. Metode Resource Person (Manusia Sumber) ... 148

f. Metode Watching Film (Menonton Film) ... 149

g. Metode Sorogan ... 149

C.Evaluasi Pendidikan Karakter (KPPM). ... 149

1. Evaluasi Imput ... 151

2. Evaluasi Proses ... 151

3. Evaluasi Produk / Output ... 152

D.Hasil Yang Dicapai. ... 155

1. Prestasi Akademik ... 155

2. Prestasi Non Akademik ... 155

E. Faktor Pendukung Dan Kendala KPPM ... 156

1. Faktor Pendukung KPPM ... 156

2. Faktor Penghambat KPPM ... 156

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 160

B.Saran ... 161

C.Kata Penutup ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 163

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Kultural ... 33

Tabel 2.2 Perbedaan Dan Persamaan Karakter ... 56

Tabel 2.3 Pengelompoan Nilai Karakter ... 58

Tabel 2.4 Enam Unsur Nilai Nurani ... 58

Tabel 3.5 Data Siswa MTs Darussalam Sidoarjo ... 99

Tabel 3.6 Data Guru MTs Darussalam Sidoarjo ... 100

Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana MTs Darussalam Sidoarjo ... 102

Tabel 4.8 Struktur Kurikulum MTs Darussalam Sidoarjo ... 115

Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan ... 118

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi menghadapi suatu masa yang kritis karena masyarakat mengalami krisis kebudayaan. Krisis kebudayaan bisa menyebabkan krisis moral, sosial, krisis ekonomi, krisis psikologi dan berbagai jenis krisis lainnya. Fenomena globalisasi mempengaruhi dinamika masyarakat, dinamika tersebut mengubah tingkah laku manusia dan juga berakibat pada kaburnya nilai-nilai kemanusiaan, agama dan budaya.

Masyarakat kita mengalami kelumpuhan budaya di berbagai bidang, masyarakat mengalami krisis penurunan kepercayaan diri sehingga tidak berdaya secara budaya merespons secara kritis gelombang persoalan yang muncul. Masyarakat pun mengalami semacam degradasi nilai.

Globalisasi yang menjadi satu wajah dengan modernisasi membawa dampak positif sekaligus negatif yang juga mengakibatkan kekacauan. Banyak siswa kita melarikan diri kepada narkotika, geng- geng sekolah, game omline, dan bunuh diri. Pendidikan menghasilkan pemimpin dan oknum politik yang pintar namun merusak, cerdas namun culas, baik tetapi munafik, dan korup. Pendidikan kehilangan jangkar kearifan nilai-nilai budaya, tradisi-tradisi yang sudah diwariskan.

(12)

2

belum pernah terbayangkan. Hal ini disebabkan pada hilangnya karakter pada diri seorang siswa. Karakter yang kuat akan memberikan kemampuan kepada anak didik kita untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk lingkungan yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.1 Oleh karena itu, kini warga serta para orang tua memohon kepada sekolah untuk memberi pendidikan karakter/moral yang baik kepada anak-anaknya. 2

Pendidikan karakter/moral pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi pintar (smart), dan baik (good).3 Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw. juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).4 Menjadikan manusia pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit. Maka dari itu seorang pendidik tidak hanya dituntut menjadi pengajar tetapi sekaligus mendidik yakni dengan memberikan nilai-nilai moral yang baik pada siswa.

a. Peran dan potensi pendidikan agama sebagai agen konstruktif perbaikan masyarakat saat ini menjadi suatu kenyataan, suatu realita yang tidak hanya sekedar mengembangkan intelektualitas anak-siswa dan pemuda, namun juga masyarakat masa depan di mana mereka akan menjadi unsur

1

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2002), 41.

2

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter; kajian teori dan praktek di sekolah, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2012), 6.

3

Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme Pradigma Baru Pendidikan Agama Islam di

Indonesia, (Malang: Aditya Media Publising, 2011), 8.

4

(13)

3

utama dan bagian dari budaya dan kehidupan hal ini sesuai dengan hadis nabi.

ِ إ

ِ بِاَمَن

َِمَِمّمَت ِِ تْث ع

ِْق ََْخَِْاَِم راَك

Artinya: “Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak/budi pekerti yang mulia”. (HR. Ahmad).5

Pendidikan agama akan selalu menjadi semacam perusahaan moral, yang seharusnya menganalisis trend-trend sosial, melihat problem-problem budaya yang dihadapi masyarakat, berspekulasi tentang segala akibat yang ditimbulkan oleh dinamika sosial dewasa ini, dan memproyeksikan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang perlu ditampakkan untuk mempertahankan cara hidup yang demokratis, yang di dalamnya ia menyeleksi bagian-bagian apa dari agama dan budaya, kebijakan apa, nilai-nilai agama yang bagaimana, dan ideal-ideal teoritik dari berbagai konsep nilai ajaran agama Islam apa yang hendak ditransmisikan Oleh karena itu, kini warga serta para orang tua memohon kepada sekolah untuk memberi pendidikan karakter/moral yang baik kepada anak-anaknya. 6.

Pendidikan agama yang diidealkan adalah pendidikan agama yang tidak doktriner sehingga tak memunculkan klaim-klaim kemutlakan yang telah dimatikan ruang perbedaan dan perubahan dalam agama oleh sikap fanatik dan eksklusif. Sebaliknya pendidikan Agama harus menanamkan sikap toleransi, simpati, dan empati terhadap mereka yang beda agama.

5

Juwariyah, Pendidikan Anak Dalam Al Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2010), 93.

6

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter; kajian teori dan praktek di sekolah, (Bandung: PT

(14)

4

Model pendidikan Agama yang berkembang saat ini banyak yang masih sebatas menekankan pada aspek kognitif siswa, tak mengherankan jika kurikulum pendidikan agama dikritik antirealitas. Kurikulum pendidikan agama dianggap kurang mengakomodasi realitas keberagamaan intra dan antarumat beragama, serta justru cenderung melahirkan eksklusifisme keberagamaan. Pendidikan agama disekolah kurang mampu menganalisis trend-trend sosial, melihat problem-problem budaya yang dihadapi masyarakat.

Model kurikulum Pendidikan agama dibeberapa sekolah justru menanamkan benih-benih eksklusivism keberagamaan yang berpotensi memicu konflik dan kekerasan atas nama agama itu sendiri Pendidikan karakter/moral pada hakekatnya memiliki dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi pintar (smart), dan baik (good).7.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 tahun 2003), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jika perkataan beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti dilihat dari sudut komponen dasar agama Islam, maka padanannya adalah ‘aqidah, syari’ah

7

Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme Pradigma Baru Pendidikan Agama Islam di

(15)

5

(hablum minallah : ibadah; hablum minannas : muamalah), dan berakhlak karimah.

Selain itu pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional dalam Pasal I UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.8

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ada perbedaan yang jelas mengenai arti pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Pendidikan Agama adalah bahan kajian dan pelajaran dalam kurikulum di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Pendidikan keagamaan ini diselenggarakan oleh sekolah atau lembaga pendidikan yang khusus diadakan untuk itu, misalnya madrasah dan sekolah keagamaan. Di samping itu, Undang-undang ini membedakan juga arti pendidikan umum dan pendidikan keagamaan. Yang dimaksud pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan, sedangkan pendidikan

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif; Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana,

(16)

6

keagamaan (seperti telah dirumuskan di atas) adalah pendidikan sekolah keagamaan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk menguasai pendidikan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Pendidikan agama, kalau dihubungkan dengan pendidikan umum yang dimaksud dengan undang-undang ini adalah salah satu bahan kajian atau pelajaran dalam kurikulum pendidikan umum itu.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Dalam kaitan ini, kurikulum sekolah menjadi perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan-perubahan kebijakan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Atas dasar pemikiran itu maka dikembangkanlah Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim.

(17)

7

Nomor 19 Tahun 2005 bahwa kurikulum satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta secara umum berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Implementasi Kurikulum pendidikan agama di sekolah saat ini belum banyak melakukan inovasi, pemikiran kreatif dan kritis terhadap isu-isu dan budaya global. Akibatnya ilmu agama yang dipelajari nyaris tidak banyak menyentuh persoalan sosial, budaya dan kehidupan sekarang.

MTs Darussalam Sidoarjo sebagai salah satu lembaga yang membidangi pendidikan mempunyai manajemen dalam pengelolaan lembaganya termasuk managemen kurikulumnya, terlebih MTs Darussalam Sidoarjo yang berada di bawah naungan Yayasan pendidikan Darussalam (YPD) .

Banyak sekolah berpredikat Islam di Indonesia, namum pelajaran ke-Islamanya kurang mendapat tempat dalam kurikulumnya. Kurikulum sekolah Islam dalam kenyataanya lebih dekat pada kurikulum sekolah umum. Kata

“Islam” hanya dijadikan sebagai trend bahkan embel-embel saja untuk

persamaan status dan pengakuan ijazah .

Saat ini MTs Darussalam Sidoarjo adalah sekolah swasta yang diminati banyak kalangan masyarakat.9MTs Darussalam Sidoarjo dengan kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM), menawarkan

9

(18)

8

konsep metodologis, seperti sejumlah pendekatan, metode-metode, tipologi-tipologi, dan paradigma-paradigma atau pola pikir-pola pikir.

Terkait dengan latar belakang di atas, maka peniliti mengkaji permasalahan tersebut dengan judul ” Manajemen Pendidikan Karakter (KPPM) Di MTs Darussalam Sidoarjo”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darussalam Sidoarjo

2. Efektifitas manajemen dibatasi hanya pada Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perencanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo ?

2. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo ?

3. Bagaimana Evaluasi Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo ?

(19)

9

Adapun penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu :

1. Mendeskripisikan Perencanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo ?

2. Mendeskripsikan Pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo ?

3. Mendeskripsikan Evaluasi Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo ?

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan baik teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Kegunaan secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi civitas akademika dalam rangka memperluas khazanah keilmuwan, khusunya dalam manajemen pengembangan kurikulum pendidikan Islam.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi pengembangan penelitian yang lebih lanjut mengenai Manajemen Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo

2. Kegunaan secara Praktis

(20)

10

menciptakan model manajemen kurikulum yang lebih inovatif, khususnya dalam hal pengembangan pribadi anak didik.

b. Kegunaan bagi pendidik, penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan sebagai acuan model pengembangan pribadi muslim pada anak didik sekaligus dapat diterapkan dalam pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

c. Kegunaan bagi satuan pendidikan, penelitian ini diharapkan mampu menjadi contoh bagi pelaksanaan managerial dalam hal pengembangan kurikulum pendidikan karakter.

d. Kegunaan bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut.

e. Kegunaan bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa masukan dan sumber informasi dalam merancang kebijakan di bidang pendidikan, khususnya kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan karakter islami.

F. Kerangka Teoritik 1. Manajemen

(21)

11

proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.10

Adapun fungsi dari manajemen adalah sebagai 1)Perencanaan (Planning), 2) Pengorganisasian (Organizing), 3) Penggerakan/ Pelaksanaan (Actuating), 4) Pengawasan (Controlling)

Dari teori tentang fungsi manajemen di atas (Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi), Keempat fungsi manajemen tersebut menjadi bahan acuan dan dasar dalam pengolahan berbagai data yang ditemukan di lapangan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti yaitu manajemen kurikulum pengembangan pribadi muslim (KPPM).

2. Definisi Manajemen Kurikulum

Menurut kamus bahasa Indonesia kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; 2 perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.11

Manajemen kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. 12

10

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

2008), 4.

11

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, 845.

12

(22)

12

Adapun fungsi dari kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.

3. Komponen Kurikulum

Untuk dapat melaksanakan kurikulum dengan baik, maka diperlukan beberapa komponen kurikulum yang dapat menjelaskan apa dan bagaimana kurikulum tersebut harus dilaksanakan. Miller dan Seller (1985:175) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan kurikulum terdapat elemen-elemen kunci yang harus ada dalam kurikulum, yaitu aims

(tujuan), content (isi), teaching strategis/learning experiences (strategi mengajar/pengalaman belajar)

(23)

13

Kepribadian merupakan suatu komponen yang berhubungan dengan akhlaq. Akhlaq berasal dari kata khuluq yang berarti perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. Karena itu akhlaq mempunyai hubungan dengan sikap, perangai, tingkah laku atau budi pekerti manusia terhadap khaliq (pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan).

Karena itu sama halnya dengan syari’ah, dalam garis besarnya ajaran

akhlak itu juga dapat dibagi 2, yakni berkenaan dengan sikap manusia terhadap (1) khaliq, Tuhan Yang Maha Esa, dan (2) terhadap makhluk (segala yang diciptakan oleh khaliq itu).

4. Ruang Lingkup Manajemen

Manajemen kurikulum merupakan bagian integrasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).13

Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah iatu berada.14

13

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), 3.

14

(24)

14

Sikap terhadap sesama makhluk ini dapat dibagi menjadi 2 pula, yaitu (1) akhlaq terhadap manusia, yakni diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat, dan (2) akhlaq terhadap makhluk, bukan manusia yang ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi akhlaq terhadap (a) tumbuh-tumbuhan dan akhlaq terhadap (b) hewan bahkan (c) akhlaq terhadap bumi dan air serta udara yang ada di sekitar kita. Sebagaimana dengan aqidah, syari’ah tersebut di atas, mengenai akhlaq inipun ada ilmu yang memperlajari, mendalami serta mengembangkan ajaran akhlaq yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan assunnah (hadits) itu, agar manusia muslim dan muslimat dapat bersikap, berbudi pekerti, dan bertingkah laku seperti yang ditetapkan dalam dua sumber ajaran Islam tersebut

5. Prinsip Manajemen Kurikulum

Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut15:

a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.

15

(25)

15

b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

d. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan menajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.

e. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.

6. Fungsi Manajemen Kurikulum

Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum, diantaranya sebagai berikut16:

a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.

16

(26)

16

b. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan kepada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokuriluler yang dikelola secar integritas dalam mencapi tujuan kurikulum.

c. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai demngan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,

kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.

d. Meningkatkan efekifitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi kepad kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.

(27)

17

f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.

G. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap beberapa karya tulis dan hasil penelitian, penelitian ini belum pernah dilakukan, namun terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang hampir serupa dengan penelitian ini. Sebagai bahan telaah, maka penulis lampirkan beberapa penelitian yang hampir serupa tersebut, sebagai berikut:

Pertama : Ima Faizah, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Akhlak di SD MUHAMMADIYAH I SIDOARJO, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan akhlak di SD Muhammadiyah I Sidoarjo bersifat the grass roots models dengan menggunakan model pengembangan Hilda Toba.17

Kedua : Heni Zuhriya, Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema dan Ibnu Miskawaih), di dalam Tesis tersebut dijelaskan persamaan dan perbedaan antara kedua konsep. Persamaannya, bahwa pendidikan karakter itu untuk menghasilkan manusia yang mempunyai keutamaan, dan hal ini harus bersama-sama dengan

17

Ima Faizah, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Akhlak di SD MUHAMMADIYAH I

(28)

18

masyarakat dalam mengaktualisasinya. Adapun perbedaan diantara keduanya adalah, bahwa pendidikan karakter Doni Koesoema menekankan diterapkan di lingkungan sekolah, sedangkan Ibnu Miskawaih lebih menekankan untuk menerapkan pendidikan karakter di lingkungan keluarga atau lingkungan rumah.18

Ketiga : Hidayah, Pola Pendidikan Agama dalam Keluarga Pengaruhnya terhadap Keberagamaan Anak di Desa Cangkring

Karanganyar Demak, di dalam Tesis tersebut dijelaskan konsep pola pendidikan akhlak, tujuan keberagamaan, serta relevansinya pendidikan akhlak dengan tujuan keberagamaan setiap anak.19

Keempat : Hakim As Shidqi, Pendidikan Akhlak Menurut KH. Imam Zarkasyi dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter Bangsa, hasil penelitian menunjukkan bahwa KH. Imam Zarkasyi dalam penelitian tersebut melihat pendidikan sebagai sebuah totalitas kegiatan mendidik dan berpendapat bahwa setiap yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh peserta didik dari kegiatan atau suara merupakan sarana dari sarana-sarana pendidikan akhlak. Keutamaan nilai-nilai pendidikan akhlak oleh KH. Imam Zarkasyi dirangkum dalam panca jiwa pondok modern, yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhwah diniyyah dan kebebasan. Kesemua keutamaan tersebut harus ditanamkan melewati seluruh kegiatan pendidikan, KH. Imam Zarkasyi

18

Heni Zuhriya, “Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Koesoema

dan Ibnu Miskawaih)” (Tesis-- Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010),

65.

19

Hidayah, “Pola Pendidikan Agama dalam Keluarga Pengaruhnya terhadap Keberagamaan

Anak di Desa Cangkring Karanganyar Demak” (Tesis--Fakultas Tarbiyah IAIN

(29)

19

menawarkan beberapa metode yang dapat digunakan seperti metode pengarahan/nasehat dan keteladanan, metode penciptaan lingkungan (conditioning), metode penugasan metode pembelajaran/kisah/hikmah, metode pembiasaan, dan metode latihan. Pendapat ini memiliki kesesuaian dengan pemikiran tokoh pendidikan Islam seperti Miskawaih, Imam al-Ghazali, Ibn. Qayyim al-jauziyyah dan Muhammad Abduh serta konsep pendidikan karakter bangsa yang disusun oleh Kemendiknas.20

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas, maka bisa penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan bukan merupakan jiplakan dari penelitian yang sudah pernah ada karena penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat dalam fokus penelitian dan objek penelitian, jika penelitian manajemen pengembangan kurikulum sebelumnya lebih berorientasi pada pembelajaran, maka penelitian ini mencakup fokus lain yaitu dalam pembudayaan sekolah. Selain itu, penelitian ini juga berupaya mengungkap pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat satuan pendidikan dasar yang secara khusus terkait dengan penerapan pendidikan karakter, dan tentunya pembahasan mengenai kinerja kepala sekolah juga menjadi salah satu fokus dalam penelitian ini. Selanjutnya, penelitian yang berkaitan dengan manajemen pengembangan kurikulum sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan ini, perbedaannya terletak pada fokus implementasi manajemen dalam lingkup bidang garapan

20

Hakim As Shidqi, “Pendidikan Akhlak menurut KH. Imam Zarkasyi dan Relevansinya

dengan Pendidikan Karakter Bangsa” (Tesis--Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,

(30)

20

(kurikulum, sarana prasarana, dan lain-lain) sedangkan penelitian ini berfokus pada pelaksanaan manajemen pada sisi pelaksanaan fungsi-fungsi manajemennya. Adapun penelitian mengenai manajemen pengembangan kurikulum yang sudah pernah ada, belum memfokuskan penelitiannya terhadap integrasi kurikulum dan pembiasaan karakter seorang muslim dalam pendidikan Islam. Atas dasar perbedaan-perbedaan itu lah maka penulis yakin untuk meneruskan penelitian ini.

Atas dasar perbedaan-perbedaan itu lah maka penulis yakin untuk meneruskan penelitian ini.

H.Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penilitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Alasan pemilihan metode deskriptif analitis adalah karena penelitian ini bermaksud mendeskripsikan dan menganalisis suatu gejala dari peristiwa yang terjadi pada saat ini. Dengan kata lain, penelitian ini memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya setelah penelitian ini dilaksanakan.21 Dalam hal ini tentunya mendeskripsikan dan dan menganalisa secara riil Manajemen Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo. Mengingat sifatnya yang demikian, penelitian deskriptif analitis dalam pendidikan lebih berfungsi untuk pemecahan masalah praktisi pendidikan.

21

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penulisan dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,

(31)

21

2. Objek dan Subjek Penelitian a. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam ensiklopedia disebut sebagai sesuatu yang dengan cara tertentu dapat dikenali oleh subjek pemikir, baik sebagai suatu hal di luar subjek maupun sebagai suatu konsep atau pengertian yang dibentuk oleh subjek di dalam pemikirannya.22

Objek penelitian terdiri dari dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah benda atau hal yang menjadi objek atau bidang ilmu, sedangkan objek formal adalah aspek atau sudut pandang suatu ilmu dalam melihat objek ilmu. Merujuk pada pengertian tersebut, maka objek material dalam penelitian ini adalah MTs Darussalam Sidoarjo, sedangkan objek formalnya adalah manajemen Pendidikan karakter (KPPM).

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian kualitatif tidak sama dengan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian dalam jenis penelitian kualitatif secara

spesifik disebut informan, yaitu “orang-dalam” pada latar penelitian.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat) penelitian.23 Maka dalam penelitian ini subjek penelitian terdiri dari: 1) Kepala Sekolah selaku pelaksana manajemen pendidikan yang ada

di MTs Darussalam Sidoarjo. Tentunya kepala sekolah merupakan

22

Ndraha, 1985:55 dalam Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media. 2011), 29.

23

(32)

22

informan paling utama dalam penelitian ini, karena menyangkut Manajemen Pendidikan karakter (KPPM).

2) Pendidik dan tenaga kependidikan yang ada MTs Darussalam Sidoarjo, termasuk di dalamnya tenaga kependidikan yang mempunyai wewenang dalam pengawasan terhadap guru terkait dengan Manajemen Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (KPPM).

3) Siswa MTs Darussalam Sidoarjo

4) Orang Tua siswa MTs Darussalam Sidoarjo

Adapun penentuan keempat subjek tersebut yang dijadikan sumber data penelitian dilakukan dengan teknik penentuan purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Purposive sampling yaitu teknik sampel yang ditujukan pada sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Selanjutnya, untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian, teknik purposive sample di atas dikembangkan dengan snowball sampling, yaitu penentuan sampel yang semula jumlahnya kecil, kemudian sampel disuruh untuk memilih rekan-rekannya untuk dijadikan sampel.24 Keempat kategori tersebut merupakan sumber data atau informan yang bersifat primer dan sekunder, karena dalam penelitian ini membutuhkan data mengenai manajemen Kurikulum Pengembangan

24

(33)

23

Pribadi Muslim (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo, sehingga yang menjadi informan primer adalah kepala sekolah sebagai pelaksana manajemen di sekolah tersebut.

c. Tekhnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri untuk mengumpulkan informasi melalui pengamatan maupun wawancara.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan dalah observasi partisipan (participant observation), yakni pengamatan yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi atau obyek yag diteliti.25 Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah proses implementasi manajemen sudah dilakukan secara ideal dan sesuai dengan yang direncanakan atau belum. Observas ini juga digunakan untuk melakukan pengecekan data yang telah diperoleh dari hasil interview dan dokumentasi, sehingga dapat mendukung validitas dan keabsahan data yang diperoleh.

b. Wawancara

25

Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa,

(34)

24

Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.26 Tekhnik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara detail dan memahami dari informan terhadap fokus masalah yang diteliti. Untuk membantu penulis dalam melakukan wawancara supaya dapat berjlan secara sistematis dan substantive, dibuat pedoman interview atau wawancara dalam bentuk semi structured.27

Dalam hal ini, mula-mula interview menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh meliputi semua masalah penelitian dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen rapat, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Data yang dikumpulkan melalui metode dokumentasi ini antara lain data tentang profil MTs Darussalam Sidoarjo meliputi visi dan misi, data pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo, keadaan guru dan peserta didik, sarana dan prasarana, program-program sekolah dan data-data yang berkaitan dengan penelitian.

d. Uji Keabasahan Data

26

Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 136.

27

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

(35)

25

Uji keabsahan data dilakukan dengan tujuan agar simpulan penelitian yang diperoleh dari analisis terhadap data-data yang didapat benar-benar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Ada empat teknik yang menetapkan keabsahan data sebagaimana yang diuangkapkan Lexy J. Moeleong yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan transferability), kebergantungan

(dependibility) dan kepastian (confirmability).28

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik derajat kepercayaan (credibility) yang meliputi : 1) Ketekunan pengamatan

Adalah pengamatan yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yag sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.29 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam proses implementasi manajemen Pendidikan Karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo.

2) Triangulasi

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data gabungan. Teknik Triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

28

Lexi J. Moluog, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),

173

29

(36)

26

data dan sumber yang telah ada.30 Adapun bentuk-bentuk Triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi Sumber (member check),Triangulasi Teknik, dan Triangulasi Waktu. Teknik tersebut dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai usaha kroscek dan konfirmasi agar data dan hasil yang didapatkan menjadi lebih valid.

3) Analisis data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola , kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Adapun langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan model Miles dan Huberman, sebagai berikut:

a) Reduksi Data, adalah proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data

mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.

Pemilahan data oleh peneliti kemudian diberi kode untuk ditarik keluar, dan reduksi data merupakan suatu bentuk analisis untuk mempertajam, memilah, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir mengenai manajemen kurikulum pengembangan pribadi muslim di MTs Darussalam Sidoarjo dapat digambarkan dan diverifikasikan.

30

(37)

27

b) Model Data (Data Display), atau dengan kata lain penyajian data adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan setelah melalui proses reduksi data.

c) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi). Bermula dari pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Dalam pengambilan kesimpulan, peneliti akan mengarahkan pada hasil penelitian mengenai manajemen kurikulum pengembangan pribadi muslim di MTs Darussalam Sidoarjo

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami isi tesis ini, penulis mengungkapkan sistematika pembahasan sebagai berikut :

Bab Pertama : Merupakan pendahuluan, isi pokok pikiran dari bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan keguanaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

(38)

28

Karakter (KPPM), muatan kurikulum Pendidikan Karakter (KPPM), prinsip pengembangan dan pelaksanaan Pendidikan Karakter (KPPM), serta alasan MTs Darussalam Sidoarjo menerapkan(Jakarta : Rajawali Pers, 2012 Manajemen Pendidikan Karakter (KPPM)

Bab ketiga : Merupakan Deskripsi lokasi penelitian yang meliputi letak geografis, sejarah singkat MTs Darussalam Sidoarjo, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan peserta didik serta sarana dan prasarana.

Bab Keempat : Penyajian dan Analisis pelaksanaan Pendidik(Jakarta : Rajawali

Pers, 2012an karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo

yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan evaluasi kurikulum. Serta ditambahkan dengan hasil yang dicapai, faktor yang mendukung dan yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter (KPPM) di MTs Darussalam Sidoarjo.

Bab Kelima : Merupakan bagian penutup yang meliputi kesimpulan, saran dan kata penutup.

(39)

BAB II

KAJIAN TEORI A. Latar belakang Manajeman Pendidikan.

1. Latar Belakang Diperlukannya Manajemen Pendidikan

Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi perubahan global disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement) di bidang pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan kualitas/mutu pendidikan dalam pengelolaannya.

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan.1 Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan.Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan

1

Sofan Amir, Meningkatkan Mutu pendidikan Sekolah Dasar Dan Menegah, ( Jakarta : PT Prestasi

(40)

29

sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan segala sumber daya pendidikan.Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah dasar dari pengembangan Kurikulum 2013, kurikulum tersebut lebih menekankan pada pengembangkan karakter untuk membangun akhlak dan budi pekerti pada anak-anak bangsa.

Diterapkanya pendidikan karakter disekolah karena, mulai merosotnya akhlaq dan moral bangsa Indonesia yang sudah memasuki masa modern, oleh sebab itu pendidikan disekolah haruslah membantu dalam menyelesaikan masalh bangsa yang sangat penting ini bagi kelangsungan bangsa Indonesia yang akan dating.

2. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang merujuk kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.2 Sedangkan definisi manajemen pendidikan sebagai mana dikemukakan Muljani A. Nurhadi yang dikutip Suharsimi Arikunto adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

2

Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, ( Jakarta PT Raja

(41)

30

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efisien.3

Adapun fungsi dari manajemen adalah sebagai a. Perencanaan (Planning), b. Pengorganisasian (Organizing), c. Penggerakan/ Pelaksanaan (Actuating), d. Pengawasan (Controlling)

Dari teori tentang fungsi manajemen di atas (Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi), Keempat fungsi manajemen tersebut menjadi bahan acuan dan dasar dalam pengolahan berbagai data yang ditemukan di lapangan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti yaitu manajemen kurikulum pengembangan pribadi muslim (KPPM).

Menurut kamus bahasa Indonesia kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; 2 perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.4

Manajemen kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. 5

Adapun fungsi dari kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah,

3

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

2008), 4.

4

Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, 845.

5

(42)

31

termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan

Dari berbagai definisi manajeman berarti ilmu dan seni dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia dan daya lain dalam kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi, yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan melibatkan peran seluruh anggota secara aktif dalam mencapai tujuan yang ditentukan.

Dasar Manajemen adalah alasan menganggap ilmu manajemen muncul dan terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang memiliki sifat dan sikap yag sangat kompleks dan peranannya sebagai makhluk social dan makhluk individual mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga memengarui aktifitasnya dalam mencapai tujuan hidupnya.

3. Konsep manajemen pendidikan

Dalam kamus Bahasa Indonesia (1991 ; 232 ), pendidikan berasal dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan, diperlukan adanya ajaran, tuntutan, dan pimpinan mengenai akhlaq dan kecerdasan pikiran.

(43)

32

Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri.

Jika dilihat dari sudut fungsinya, tujuan pendidikan berasal dari empat fungsi dasar pendidikan, yaitu :

a. Pengembangan indifidu meliputi aspek-aspek pribadi: etis, estetis, emosional, dan fisi

b. Pengembangan cara berfikir dan teknik memeriksa kecerdasan yang terlatih.

c. Peyebaran warisan budaya, nilai nilai sipil, dan moral banga.

d. Pemenuhan kebutuhan social yang vital, yang menyumbang kepada kesejahteraan ekonomi, social, politik, lapangan teknik (sustina, 2000: 53)6

6

(44)

33

Adapun jika dilihat dari sudut pandang perubahan kultural, prioritas pendidikan adalah sebagai berikut

Tabel 2.1 Perubahan Kultural

Tahap

Revosioner

Tahap

Konservatif

Tahap

Reaksioner

Tahap

Transaksional

Moral Teknik Moral Kecerdasan

Kecerdasan Pribadi Teknik Teknik

Teknik Moral Pribadi Moral

Pribadi Kecerdasan Kecerdasan Pribadi

Sumber : McCleary dan Hencley (1965:8)

Jika membahas pendidikan dari sudut tugas, pendidikan memiliki peran sebagai berikut.

1), Dimensi Pribadi

a), Religi: Kesadaran beragama

b), Fisik: Kesehatan jasmani dan pertumbuhan c), Emosi: Kesehatan mental

d), Integrasi moral

e), Estetika: Pengejaran kultur dan rekreasi 2), Dimensi kecerdasan

a), Penguasaan pengetahuan: konsep konsep dan informasi

b), komunikasi pengetahuan: keterampilan untuk memperoleh dan menyampaikan informasi

(45)

34

d), Hasrat dan pengetahuan: kesukaan akan belajar 3), Dimensi social

a), Hubungan antar manusia: kerjasama toleransi

b), Hubungan individu-Negara: hak dan kewajiban sipil, kesetiaan dan patriotisme, dan solidaritas nasional.

c), Hubungan individu-dunia: atara hubungan bangsa bangsa dunia d), Hubungan Individu – Lingkungan

4), Dimensi Produktif

a), Pilihan pekerjaan: informasi dan bimbingan b), Persiapan untuk bekerja: Latihan dan penempatan c), Rumah dan keluarga: mengatur rumah tangga d), Konsumen: Membeli, menjual, investasi

Pendidikan menurut islam atau pendidikan islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai – nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-qur’an dan hadist. Dengan demikian, pendidikan islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber tersebut

(46)

35

pendidikan biologi atau matematika. Jadi, pendidikan agama islam dalam pengertian ini adalah PAI yang diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan.7

Pendidikan dalam islam adalah proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat islam dalam arti, proses bertumbuh kembangnya islam dan umatnya, baik islam sebagai agama ajaran, maupun sistem budaya dan peradaban sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Sampai sekarang, dalam konteks ini pendidikan islam dapat dimaknai sebagai proses pembudayaan dan pewarisan ajaran agama, budaya, dan peradaban umat islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarahnya.

Jika ditinjau dari aspek program dan praktek penyelenggaraannya, pendidikan islam dapat di kelompokkan dalam lima jenis, yaitu (1) pendidikan pondok pesantren dan madrasah diniyah / pendidikan keagamaan, (2) pendidikan madrasah / sekolah umum berciri khas agama islam, dan pendidikan tinggi islam, seperti IAIN,STAIN,dan Universitas Islam Negeri yang bernaungn dibawah kementrian agama, (3) pendidikan umum yang bernafaskan islam yang diselenggarakan dibawah naungan organisasi / yayasan islam, (4) pelajaran agama islam yang diselenggarakan di lembaga pendidikan sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah, 5. pendidikan islam dalam keluarga atau tempat-tempat

7

(47)

36

ibadah dan atau di forum-forum kajian keislaman,majelis taklim,dan institusi – institusi (Muhaimin,2005)

Dalam pandangan manajemen, penddikan yang merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang non-profit oriented memaksa pelaksana penddikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka , tak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan Menjadi komersial melainkan semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis untuk mengolah sebuah lembaga pendidikan. Dengan demikian, hasilnya pun tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis. Dari kondisi yang semacam itulah,kita mengemban amanah untuk mengembangkan potensi anak didik (manusia) dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendewasaan anak dan lembaga pendidikan.

Manajemen pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan (tenaga,dana,sarana prasarana,dan informasi) agar terpusat dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pidarta,2004).

(48)

37

melaksanakan pekerjaan secara efektif dan menerima pertanggung jawaban pribadi untukmencapai pengukuran hasil yang ditetapkan ( Hastrop,1975; 168;). Oleh karenanya,dalam manajemen diperlukan alat ukur agar apa yang direncanakan dan akan dicapai dapat terukur.

4. Manajemen Mutu Pendidikan

Sebagaimana yang terjadi pada dunia produksi pada umumnya, kepedulian akan mutu produk pendidikan pun didorong oleh persoalan dasar; bagaimana menginteraksikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar tercapai peningkatan mutu secara berkelanjutan. Konsep manajemen mutu terpadu (MMT) yg saat ini telah diadaptasi oleh banyak organisasi modern, memang berorienstasi kpd persoalan dasar tersebut

Pola pikir MMT bersifat futuristik dan sistemik. Futuristik, karena berwawasan kedepan. sistemik, karena ia menekankan efektifitas sistem daripada jumlah keluaran-parsal per-subsistem. Dalam keseluruhan fungsi organisasi bagi siklus kehidupan suatu produk, suatu sistem dinilai efektif apabila intregasi & sinergisme fungsi-fungsi sub-sistem desain, perencanaan, produksi, distribusi, dan pelayanan. Pada tingkat manajemen, dituntut pula integrasi; strategi dgn fokus pelanggan, piranti mutu, dan keterlibatan karyawan(ismaun, 1999)8

8

Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, ( Jakarta PT Raja

(49)

38

Lembaga pendidikan sbg industri jasa( relavan dgn premis pertama dan kedua dibab pendahuluan ) dari sudut pandang penerapan MMT, dituntut intuk mengutamakan pelayanan terbaik yg didasarkan atas prinsip-prinsip sbg berikut: (1) berorientasi pada kebutuhan & harapan pengguna jasa, (2) berkerja secara tim dalam proses manajemen, (3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan data, (4) continous improvement dan, (5) perbaikan yang konsisten untuk memenuhi dan bisa melampaui kebutuhan dan harapan pelanggan.prinsip prinsip tersebut mempunyai tujuan-pokok untuk mencegah terjadinya kesalahan,dan perbaikan mutu secara berkelanjutan

Dengan mengambil standardisasi mutu kelembagaan pendidikan sebagai salah satu aspek dari MMT pendidikan, maka sebuah model standardisasi yg relevan didiskusikan bab ini adalah model ISO. 9000 . menurut model ini, operasi MMT pendidikan memiliki 4 aspek jasa pendidikan dgn integrasi

Lembaga pendidikan menyedian 4 jenis pokok jasa pendidikan, yaitu jasa kurikulum, jasa administrasi, jasa ekstrakulikuler, & jasa pengabdian kepada masyarakat. Kata “manajemen” yg ditulis mengawali jenis-jenis jasa pokok tsb mengandung arti bahwa masing-masing jasa-jasa itu telah ditempatkan dlm satuan-satuan manajemen.

(50)

39

Manajemen kurikulum merupakan bagian integrasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).9

Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah iatu berada.

Sikap terhadap sesama makhluk ini dapat dibagi menjadi 2 pula, yaitu (1) akhlaq terhadap manusia, yakni diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat, dan (2) akhlaq terhadap makhluk, bukan manusia yang ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi akhlaq terhadap (a) tumbuh-tumbuhan dan akhlaq terhadap (b) hewan bahkan (c) akhlaq terhadap bumi dan air serta udara yang ada di sekitar kita. Sebagaimana dengan aqidah, syari’ah tersebut di atas, mengenai akhlaq inipun ada ilmu yang memperlajari, mendalami serta mengembangkan ajaran akhlaq yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan assunnah (hadits) itu, agar ummat Islam dapat bersikap, berbudi pekerti,

9

(51)

40

dan bertingkah laku seperti yang ditetapkan dalam dua sumber ajaran Islam tersebut

6. Prinsip Manajemen Kurikulum

Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu sebagai berikut10:

a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.

b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

d. Efektifitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan menajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.

10

(52)

41

e. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.

7. Fungsi Manajemen Kurikulum

Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum, diantaranya sebagai berikut11:

a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.

b. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan kepada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokuriluler yang dikelola secar integritas dalam mencapi tujuan kurikulum.

c. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai demngan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,

kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.

d. Meningkatkan efekifitas kinerja guru maupun aktifitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang

11

(53)

42

professional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi kepad kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.

e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yag telah direcanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesesuaian anatara desain dengan implementasi dapat dapata dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.

f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk untuk membantu mengembangkan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.

B.Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

(54)

43

hari.12 Dalam Bahasa Latin “kharakter” berasal dari kata “kharassein”,

kharax”, sedangkan dalam Bahasa Inggris: “character” dan Indonesia

“karakter”.13

Sementara dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.14

Senada dengan ungkapan Scerenko yang mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri dari pribadi seseorang, meliputi bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar dan merespon sesuatu. Dalam Buku Refleksi Karakter Bangsa Simon Philips mendefinisikan karakter sebagai kumpulan tata nilai untuk menuju sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.15 Sedangkan pada situs online the free Dictionary

mendefinisikan karakter sebagai kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan pribadi seseorang atau kemampuan seseorang.16

Oleh karena itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai seorang yang memiliki karakter baik/mulia.

Pendidikan karakter merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan

12

Mulyasa, Menejemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi aksara, 2012), 3. Lihat juga di

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter; Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2001), 71.

13

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2012), 11.

14

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012), 42.

15

Masnur Muslich,Pendidikan Karakter…., 70.

16

(55)

44

perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality improvement).17 Sesuai dengan ungkapan Dony Kusuma yang menyatakan bahwa, pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia, berguna untuk mengadakan internalisasi (penghayatan) nilai-nilai sehingga menghasilkan posisi aktif dan stabil dalam diri individu. Dinamika tersebut dapat membuat pertumbuhan individu menjadi semakin utuh dan unsur-unsurnya menjadi dimensi yang menjiwai proses formasi setiap individu.18

Dengan kata lain pendidikan karakter adalah sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan dan memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk menjadi kebiasaan.

Dalam prespektif Islam, pendidikan karakter secara teoritik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim,

Gambar

Gambar 2.1 Cakupan Pendidikan Karakter Menurut Thomas Lickona
tabel berikut:38
Tabel 2.4 Enam Unsur Nilai Nurani dan Memberi 41

Referensi

Dokumen terkait

Menghafal Juz Amma yang Terintegrasi dalam Mata Pelajaran Al- Qur’an. Hadits (Studi Multisitus di MI Al-Huda Karangsari Rejotangan dan

Dengan membandingkan hasil survei di empat daerah tersebut, persamaan yang menonjol dari temuan dan kesimpulan survei ini adalah meski demokrasi telah menjadi the

Untuk meningkatkan fungsi TPST sebagai tempat pengelolaan sampah diperlukan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana agar kinerja TPST dapat berjalan

Selain itu, sebagaimana juga telah disebutkan di atas bahwa sistem kepercayaan merupakan wujud ke- budayaan yang intangible (non fisik) dan menjadi pegang- an yang kuat

rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERBAHASA JAWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN

bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan perwujudan

Alasan yang tepat: Karena larutan HNO 3 , H 2 SO 4 , KCl merupakan senyawa kovalen yang bersifat elektrolit yang mana jika dilarutkan ke dalam air maka larutannya

 perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan Prasarana Wilayah dan Tata Ruang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Kepala Badan;..  pelaksanaan